Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN

TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PEMBERIAN PAKAN


UDANG VANNAMEI (L. vannamei) DI TAMBAK
PT. MORGAN PASIA PANEH, SUMATRA BARAT

DISUSUN OLEH

PUTRI RAHMADANI 2004111151

BUDIDAYA PERAIRAN
LABORATORIUM NUTRISI IKAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS RIAU
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat
serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum dari
mata kuliah “Teknologi dan Manajemen Pemberian Pakan Udang Vannamei (L.
vannamei) di Tambak PT. Morgan Pasia Paneh, Sumatra Barat”. Laporan ini
ditulis berdasarkan berbagai sumber serta informasi dari berbagai media yang
berhubungan dengan materi.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada “Dr. Ir.
Adelina, M.Si., Dr. Indra Suharman, S.Pi, M.Sc., Desi Rahmadani Siagian, S.Pi,
M.Si” selaku dosen pengampu mata kuliah ini dan teman – teman serta semua
pihak yang telah membantu penyelesaian laporan ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dari penyusunan laporan ini
baik dari segi bahasa ataupun susunan kata yang kurang tepat, maka dari itu
penulis sangat membutuhkan kritikan dan masukan daari pembaca agar lebih baik
lagi dalam Menyusun laporan kedepannya.

Pekanbaru, Desember 2022

Putri Rahmadani

i
DAFTAR ISI

Isi Hlm
KATA PENGANTAR ................................................................................. i
DAFTAR ISI .............................................................................................. ii
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2. Tujuan dan Manfaat ............................................................................ 2
II. METODE PRAKTIKUM
2.1. Waktu dan Tempat ............................................................................. 3
2.2. Metode Praktikum .............................................................................. 3
2.3. Pembahasan ....................................................................................... 4
2.3.1. Jenis, Ukuran dan Bentuk Pakan ...................................................... 3
2.3.2. Metode Pemberian Pakan................................................................. 4
2.3.3. Kualitas Air ..................................................................................... 5
IV. PENUTUP
4.1. Kesimpulan ........................................................................................ 8
4.2. Saran .................................................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ii
1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Udang vanamei (Litopenaeus vannamei) merupakan salah satu komoditas unggulan
sektor perikanan di Indonesia dan bahkan menjadi penghasil devisa negara, udang
vaname mempunyai prospek yang tinggi dikarenakan permintaan pasar dalam dan luar
negeri cukup besar (Herawati & Hutabarat, 2015). Udang vaname diminati oleh
petambak, karena memiliki keunggulan yang tepat untuk kegiatan budidaya yakni
pertumbuhan lebih cepat, responsif terhadap pakan/nafsu makan tinggi, lebih tahan
terhadap serangan penyakit dan toleran terhadap lingkungan kualitas air yang rendah,
waktu pemeliharaan yang singkat yakni sekitar 90-100 hari, kelangsungan hidup tinggi,
dan memiliki padat tebar yang tinggi (Purnamasari et.al., 2017).
Permintaan udang vaname yang tinggi dapat dipenuhi dengan melakukan
peningkatan produksi melalui budidaya secara intensif. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Saputra (2014) budidaya secara intensif sangat menguntungkan karena menggunakan
padat tebar yang tinggi, sehingga meningkatkan produksi udang vaname. Budidaya udang
vaname dengan teknologi intensif mencapai padat tebar tinggi berkisar 100-300 ekor/m²
(Mangampa, 2014). Tambak intensif adalah tambak yang sudah dilengkapi dengan alat-
alat teknologi modern, seiring perkembangan dan kemajuan teknologi. Budidaya udang
secara intensif yaitu tambak yang sudah menggunakan plastik HDPE (High Density
Polyethylene) yang menutupi semua bagian kolam, pompa air, kincir air, tingkat
penebaran tinggi dan pakan 100% pellet. Pada budidaya udang vaname secara intensif
dengan melakukan padat tebar tinggi akan menuntut jumlah pakan yang besar.
Salah satu faktor yang menentukan tingkat keberhasilan budidaya udang vaname
secara intensif adalah manajemen pemberian pakan. Hal ini karena pakan menyerap 60 –
70% dari total biaya produksi (Nababan, 2015). Pemberian Pakan buatan berbentuk
crumble dan pellet dapat dimulai sejak benur ditebar hingga udang siap panen. Pakan
buatan merupakan input utama sumber energi yang diberikan agar pertumbuhan udang
menjadi optimal. Pemberian pakan yang 2 kurang dapat menyebabkan pertumbuhan
udang terganggu, sehingga produksi tidak maksimal. Namun jika pemberian pakan
berlebihan, pakan yang tidak termakan oleh udang dapat menyebabkan penurunan
kualitas air. Pemberian pakan yang sesuai kebutuhan akan memacu pertumbuhan dan
perkembangan udang vaname secara optimal sehingga produktivitasnya bisa
ditingkatkan. Oleh sebab itu sangat diperlukan manajemen pemberian pakan yang efektif
2

dan efisien. Dengan demikian udang yang dibudidayakan memiliki pertumbuhan yang
optimal dalam waktu pemeliharaan yang lebih singkat, agar dapat menekan pengeluaran
biaya operasional lainnya.

1.2. Tujuan dan Manfaat


Adapun tujuan dan manfaat yang dapat diambil dari penulisan laporan
praktikum lapangan ini, kita dapat mengetahui teknologi dan manajemen
pemberian pakan udang pada tambak udang vaname PT. Morgan Pasia Paneh
selama proses budidaya.
3

II. METODE PRAKTIKUM

2.1. Waktu dan Tempat


Praktikum lapangan ini telah dilaksanakan di PT. Morgan Pasia Paneh, Kec.
Tanjung Mutiara, Prov. Sumatra Barat. Pada tanggal 22 November 2022.
2.2. Metode Praktikum
Metode yang digunakan pada saat praktikum ini adalah metode pengamatan
yang dilakukan secara langsung oleh praktikan dan penyampaian materi dari
teknisi di lapangan.
2.3. Pembahasan
2.3.1. Jenis, Ukuran dan Bentuk Pakan
Pada budidaya udang vannamei ini teknik pemberian pakan yang digunakan
yaitu bland feeding (pakan buta), untuk pemantauan pakan yang diberikan
tambaka udang dilengkapi dengan anco. Menurut Untara (2018) Pemberian pakan
tergantung dari jenis, bentuk dan ukuran udang. Pemberian pakan dengan jenis
dan ukuran yang berbeda bertujuan agar pakan yang diberikan dimakan udang
secara efektif. Jenis pakan yang biasa digunakan untuk pakan udang ialah bentuk
powder, crumble dan pellet yang sifatnya tenggelam. Kandungan nutrisi pada
pakan tersebut terdiri dari protein 35%, serat kasar 4,0%, lemak 4,5%, air 12%
dan abu 14%.
Protein memegang peranan yang sangat penting terhadap pertumbuhan dan
sintasan udang. Oleh karena protein merupakan zat pembangun dan penyusun
jaringan baru untuk pertumbuhan, pergantian jaringan yang rusak, sebagai zat
pengatur dalam pembentukan enzim dan hormon, pengatur berbagai proses
metabolisme dalam tubuh, serta sebagai sumber energi pada saat kebutuhan energi
tidak terpenuhi oleh karbohidrat dan lemak. Mahmood et al. (2005) menguraikan
bahwa dengan kadar 40-45% protein dalam pakan memberikan pertambahan
bobot dan pertumbuhan spesifik lebih baik dari pada kadar 30- 35% protein dalam
pakan. Berdasarkan jenis pakan buatan yang telah diobservasi yakni kadar
presentasi protein yang terkandung dalam pakan sebesar 35%. Hal ini sama
dengan penelitian Muqaramah (2016) yang menyatakan bahwa hasil
4

kelangsungan hidup udang tertinggi pada pemberian protein pakan 35%.


Lemak dibutuhkan udang sebagai nutrisi pada pakan untuk kebutuhan
energi dan juga proses metabolisme. Lemak ini nantinya akan digunakan sebagai
sumber energi. Seperti pendapat Rahman et al. (2018) bahwa keberadaan lemak
memiliki peranan yang penting juga sebagai proses kelangsungan hidup dan
pertumbuhan, beberapa jenis asam lemak ini sangat berdampak untuk kehidupan
udang. Pada proses oservasi penelitian bahwa kadar lemak sebesar 4,5%.
Kebutuhan lemak pada pakan yang telah diserap oleh udang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme pada udang vaname.
Serat kasar merupakan bahan yang terdapat dalam makanan yang asalnya
dari tanaman yang tahan terhadap pemecahan enzim di dalam saluran pencernaan
sehingga serat kasar tidak dapat diabsorsi oleh tubuh (Rahman et al., 2018). Serat
mampu mengubah sisa makanan yang tidak diserap oleh tubuh menjadi feses yang
mudah dikeluarkan tubuh melalui saluran pencernaan. BSN (2013), kandungan
serat kasar pada pakan buatan maksimal 6%. Kandungan serat yang berlebian
pada pakan dapat mengakibatkan kualitas air menjadi cepat rusak akibat kotoran
yang dikeluarkan oleh udang.
Pada budidaya udang vanname di PT. Morgan Pasia Paneh memiliki
manajemen pemberian pakan. Untuk udang yang berusia 1-30 hari diberi pakan
buta (bland feeding). Tujuan dari pakan buta ini untuk mengenalkan pakan pada
benur dan juga untuk mengantisipasi berkurangnya pakan alami di tambak.
Setelah berumur lebih dari 30 hari kontrol pakan dilakukan dengan menggunakan
alat yaitu anco. Tiap diberi pakan dilakukan sampling anco, sampling dilakukan
seminggu sekali untuk menentukan estimasi biomasa dan pakan pada minggu
berikutnya. Pakan yang digunakan di PT. Morgan Pasia Paneh ialah pakan pabrik
dari PT. Grobes Makmur dengan merk Ecobest tipe 1A.
2.3.2. Metode Pemberian Pakan
Metode pemberian pakan di PT. Morgan Pasia Paneh dilakukan secara
manual dengan menggunakan anco (feeding tray). Pakan yang diberi berbentuk
pelet dan sesuai dengan dosis pakan. Pakan diletakkan diatas anco kemudian
diturunkan ke dalam kolam tunggu hingga beberapa jam. Kemudian angkat anco
untuk mengecek apakah pakan masih ada atau sudah habis. Jika pakan sudah
5

habis maka udang boleh diberi pakan kembali. Metode ini bertujuan untuk
mengetahui tingkat efisiensi pakan sehingga pakan yang diberikan tidak
kekurangan maupun kelebihan. Pemberian pakan yang berlebihan dapat membuat
kondisi lingkungan memburuk, seperti meningkatnya kadar ammonia pada
tambbak. Selain itu metode ini juga membantu untuk mengecek kesehaatan
udang.
Pengamatan sistem pemberian pakan dari sejumlah anco bukan merupakan
ukuran yang memadai dari konsumsi pakan yang sebenarnya, terutama di kolam
besar. Ada banyak variasi dari hari ke hari yang mempengaruhi dalam konsumsi
pakan misalnya fluktuasi kualitas air, langit mendung, siklus lunar, aktivitas
molting, dan ketersediaan makanan alami. Budidaya udang pada umumnya selama
ini, pemberian pakan hanya ditebar saja dan tidak bisa dipantau seberapa banyak
pakan yang dikonsumsi oleh udang dan alat kontrolnya hanya anco (Syafaat, dkk.
2016).
2.3.3. Kualitas Air
Menurut Renitasari dan Ihwan (2021) kualitas air berperan penting dalam
pertumbuhan dan kualitas harus sesuai dengan pertumbuhan udang maupun ikan.
Kualitas air yang baik akan menyebabkan proses fisiologi dalam tubuh udang
berjalan dengan baik, sehingga mendukung perteumbuhan udang. Kualitas air
yang diukur pada PT. Morgan Pasia Paneh meliputi salinitas, pH, alkalinitas NH 3,
nitrit, kalsium dan magnesium.
Untuk pemeliharaan udang vaname salinitas yang cocok untuk udang
berkisar antara 30-33 ppt. Kisaran nilai tersebut masih dapat ditolerir oleh udang
vaname dan memberikan pertumbuhan yang baik karena salinitas berada pada
kisaran optimal. Menurut Hurtado et al. (2006), udang vaname dapat hidup pada
kondisi salinitas yang lebar yaitu berkisar 5 – 50 ppt. Kisaran nilai pH yang cocok
untuk udang vaname berada pada kisaran optimal yaitu 7, dengan pH tersebut
menunjukkan nilai pH pemeliharaan udang vaname sesuai dan dapat mendukung
pertumbuhan dengan baik udang mampu mentolerir pH pada kisaran 6,9 – 9 (Van
Wyk dan Scarpa, 1999).
6

Alkalinitas merupakan suatu parameter kimia perairan yang sangat berperan


dalam budidaya udang. Alkalinitas yang terlalu rendah, akan mengakibatkan
udang sering melakukan pergantian cangkang atau moulting secara abnormal.
Disisi lain, jika alkalinitas terlalu tinggi, akan menyebabkan udang akan sulit
melakukan moulting. Menurut Boyd et.al, dalam Komardi (2014) menyatakan
apabila air untuk tambak udang mengalami penurunan kualitas, akan menjadikan
lingkungan yang kurang efisien dalam mendukung produksi udang, kerentanan
terhadap penyakit lebih besar, dan tingkat kematian lebih tinggi. Nilai alkalinitas
pada tambak udang PT. Morgan Pasia paneh berkisar 90-180 ppm. Effendi dalam
Ramdiani (2014), yang menyatakan perairan mengandung alkalinitas ≥ 20ppm,
menunjukkan bahwa perairan tersebut relatif stabil terhadap perubahan asam/basa,
sehingga kapasitas buffer atau basa lebih stabil. Nilai alkalinitas alami tidak
lebih dari 500 ppm (Sitanggang dan Amanda, 2019).
Peningkatan jumlah pakan memicu peningkatan senyawa toxic yaitu
ammonia. Konsentrasi ammonia tidak boleh lebih dari 0.1 ppm (Arsad et al.,
2017). Peningkatan padat tebar berpengaruh terhadap tingginya kandungan
ammonia yang ada di tambak karena pakan akan bertambah dan sisa-sisa pakan
yang tidak termakan serta feses akan meningkat (Suhendar et al., 2020).
Konsentrasi ammonia yang tinggi dapat menyebabkan pertumbuhan udang
terhambat, dapat meningkatkan kandungan nitrit yang bersifat toksik di perairan
(Arsad et al., 2017). Ammonia sampai 0,2 ppm dapat menghambat pertumbuhan
udang dan ammonia sampai 1,29 ppm dapat mematikan (Poernomo dalam
Suwarsih et al., 2016). Nilai Batasan ammonia di tambak udang PT. Morgan Pasia
Paneh yaitu 0,1-0,2. Kandungan nitrat berdasarkan PermenKPRI 75 Tahun 2016
Tentang Pedoman Umum Pembesaran Udang Vaname (Litopennaeus Vannamei)
yaitu maksimal 0,5 mg/L. Pertumbuhan udang merupakan lanjutan dari proses
moulting. Pada tahap postmoulting terjadi pengerasan kulit melalui pengendapan
calsium di kulit. Kebutuhan calsium dapat terpenuhi dari pakan dan dari
lingkungan (Suharso dalam Zaidy, 2008).
Namun peran calsium lingkungan sangat dominan dalam proses pengerasan
kulit udang dibutuhkan calsium yang cukup tinggi (Frence dalam Zaidy, 2008).
7

Moulting merupakan proses pergantian cangkang yang terjadi pada udang. Pada
fase tersebut, ukuran daging udang bertambah besar sementara cangkang luar
tidak bertambah besar, sehingga untuk penyesuaian udang akan melepaskan
cangkang lama dan membentuk kembali cangkang yang baru dengan bantuan
calsium (Zaidy, 2008). Pada tambak udang PT. Morgan Pasia Paneh memberi
kalsium 250 mg/L, magnesium 1000 mg/L dan kalium 250 MG/L
8

IV. PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat kita ambil dari praktikum lapangan yang
bertempat ditambak udang vanameI PT.Morgan Pasia Paneh tiku ini yaitu dalam
teknik pemberian dan manajemen pemberian pakan nya dilakukan secara manual
dengan menggunakan anco (feeding tray). Pakan yang diberi berbentuk pelet dan
sesuai dengan dosis pakan. Pakan diletakkan diatas anco kemudian diturunkan ke
dalam kolam tunggu hingga beberapa jam. Kemudian angkat anco untuk
mengecek apakah pakan masih ada atau sudah habis. Jika pakan sudah habis maka
udang boleh diberi pakan kembali.
Metode ini bertujuan untuk mengetahui tingkat efisiensi pakan sehingga
pakan yang diberikan tidak kekurangan maupun kelebihan. Pemberian pakan yang
berlebihan dapat membuat kondisi lingkungan memburuk, seperti meningkatnya
kadar ammonia pada tambak. Selain itu metode ini juga membantu untuk
mengecek kesehatan udang.

4.2. Saran
Sebaiknya kita bisa melihat langsung bagaimana aktivitas yang ada di tambak
tersebut terkhususnya bagaimana cara teknisi memberi pakan dan mengecek anco
secara langsung agar praktikan lebih mengerti.
DAFTAR PUSTAKA

Arsad, S., Ahmad A., Atika P. P., Betrina M. V., Dhira K. S., Nanik R. B. 2017. Studi
Kegiatan Budidaya Pembesaran Udang Vaname (Litopenaeus vannamei)
dengan Penerapan Sistem Pemeliharaan Berbeda. Jurnal Ilmiah Perikanan
dan Kelautan Vol. 9, No. 1. Hal. 1-14.
Badan Standarisasi Nasional. 7772. (2013). Pembesaran Udang Vaname (Litopenaeus
vannamei) Semi Intensif di Tambak. Badan Standarisasi Nasional (BSN),
Jakarta.
Ching, C.A., & Limsuwan, C. (2012). Feed trays or broadcasting?. Global
aquaculture advocate, September/ Oktober 2012. pp. 44-45.
Dahlan, J., Hamzah, M., & Kurnia, A. (2017). Pertumbuhan Udang Vaname
(Litopenaeus vannamei) yang dikultur pada sistem bioflok dengan
penambahan probiotik. Journal of Fishery Science and Innovation, 1(1), 19-
27.
Epa, U.P.K., Wijeyaratne, M.J.S., & De Silva, S.S. (2005). Evaluation of feed
management strategies in shrimp culture ponds in Sri Lanka (abstract). 10th
International conference on Sri Lanka Studies. University of Kelaniya,
Srilanka.
Herawati. V.E., & Hutabarat J., 2015. Analisis pertumbuhan; kelulushidupan dan produksi
biomass larva udang vannamei dengan pemberian pakan Artemia sp. produk lokal
yang diperkaya Chaetoceros calcitrans dan Skeletonema coctatum. Pena Akuatika:
Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 12(1):1–12.

Hurtado MA, Racotta IS, Arjona O, Rodrigues MH, Goytortua E, Civera R, Palaclos
E. 2006. Effect of hypo-and hyper-saline conditions on osmorolarity and
Fatty acid composition of yuwane shrimp Litopenaeus vannamei (Boone,
1993) fed low-and high-HUFA diets. Aquaculture research.37:1316- 1326
Komardi. 2014. Potensi Usaha Budidaya Udang Putih (Litopenaeus vannamei bonne)
Di Wilayah Pesisir Pantai Timur Kabupaten Tulang Bawang Lampung Dan
Kabupaten Ogan Komering Ilir Sumatera Selatan. Jurusan Agribisnis.
Bidang Minat Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian (PKP) Keahlian
Perikanan. Universitas Terbuka UPBJJ Lampung.
Lante, S., Usman, U., & Laining, A. (2015). Pengaruh Kadar Protein Pakan terhadap
Pertumbuhan dan Sintasan Udang Windu, Penaeus monodon Fab.
Transveksi. Jurnal Perikanan Universitas Gadjah Mada, 17(1), 10-17.
Mahmood, S., M. S. Ali & M.D.L. Hossain. 2005. Growth of Black Tiger Shrimp,
Penaeus monodon on Ffishmeal Based Formulated Diet in a Southeastern
Coastal Shrimp Farm of Bangladesh, Pakistan J. Zool, XXXVII(2):95- 100.
Mangampa, M. Burhanuddin, Suwoyo H.S, Hendradjat E.A dan Tahe S. 2014. Budidaya
udang vaname (Litopenaeus vannamei) Pola Ekstensif Plus Melalui Aplikasi
Probiotik dan Pergiliran Pakan. Maros.
Muqaramah, T. M. H. A. 2016. Pemberian Kadar Protein Pakan Terhadap
Pertumbuhan Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) dengan Teknologi
Bioflok Pada Kegiatan Pendederan. Tesis. Sekolah Pascasarjana. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Nababan, E., Putra I., dan Rusliadi. 2015. Pemeliharaan udang vaname (Litopenaeus
vannamei) dengan persentase pemberian pakan yang berbeda. Jurnal Ilmiah
Perikanan dan Kelautan Vol. 3 No. 2. Universitas Riau. Kampus Bina Widya KM.
12,5 Simpang Baru Pekanbaru 282943.
Nunes, A.J.P., & Suresh, A.V. (2001). Feeding tray technique - Improves shrimp feed
management in Brazil. The Advocate, Feb 2001 (page 25-26) - Global
Aquaculture Alliance.
Purnamasari I, Dewi P dan Maya A. F. U. 2017. Pertumbuhan Udang Vaname (Litopenaeus
vannamei) di Tambak Intensi. Jurnal Enggano. vol. 2 no. 1, 58– 67.
Rahman R, Lahming, Fadillah R. (2018). Evaluasi Komponen Gizi pada Pakan
Udang Fermentasi. Jurnal pendidikan teknologi pertanian Vol 4 :101-11.
Renitasari, D. P., Yunarty, Y., & Saridu, S. A. (2021). PEMBERIAN PAKAN PADA
BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) INTENSIF
DENGAN SISTEM INDEX. Jurnal salamata, 3(1), 20-24.
Saputra, 2014. Teknik Pembesaran Udang Vaname secara Intensif, Badan Pengembangan
SDM Kelautan dan Perikanan, Jawa Timur, 43hlm.
Sitanggang, L. P., & Amanda, L. (2019). Analisa kualitas air alkalinitas dan
kesadahan (hardness) pada pembesaran udang putih (Litopenaeus vannamei)
di Laboratorium Animal Health Service binaan PT. Central Proteina Prima
Tbk. Medan. TAPIAN NAULI: Jurnal Penelitian Terapan Perikanan dan
Kelautan, 1(1), 54-60.
Suhendar, D. T., Azam B. Z., dan Suhendar I. S. 2020. Profil Oksigen Terlarut, Total
Padatan Tersuspensi, Amonia, Nitrat, Fosfat Dan Suhu Pada Tambak
Intensif Udang Vanamei. Jurnal Akuatek Vol 1, No. 1. Hal. 1-11.
Suwarsih, M., Harahab, N., & Mahmudi, M. (2016). Kondisi kualitas air pada
budidaya udang di tambak wilayah pesisir kecamatan Palang kabupaten
Tuban. In Prosiding Seminar Nasional Kelautan (pp. 138-143).
Syafaat, M.N., Mansyur, A., & Tonnek, S. (2012). Dinamika kualitas air pada
budidaya udang vaname (Litopennaeus vannamei) semi intensif dengan
teknik pergiliran pakan. Prosiding Indoaqua - Forum Inovasi Teknologi
Akuakultur, Makassar 2012. Hal.487-493
Tahe, S., & Suwoyo, H. S. (2011). Pertumbuhan dan sintasan udang vaname
(Litopenaeus vannamei) dengan kombinasi pakan berbeda dalam wadah
terkontrol. Jurnal Riset Akuakultur, 6(1), 31-40.
Untara LM, Agus M, Pranggono H. (2018). Kajian tehnik budidaya udang vanamei
(Litopenaeus vannamei) pada tambak busmetik supm negeri Tegal dengan
tambak Tuvami 16 universitas pekalongan. PENA Akuatika.17 (1) : 1-7.
Valdes, R.C., Arjona ,E., & Bueno, G. (2012). Feeding rate and stocking density in
semi-intensive Litopenaeus vannamei culture with moderate periodic
fertilization. ARPN Journal of Agricultural and Biological Science, VOL. 7,
NO. 11:899-904.
Van Wyk P, Scarpa J. 1999. Water Quality Reguirements and Management. Di dalam
: Van Wyk P, Davis Hodgkins R, Laramore KL, Main J, Mountain, Scarpa J.
Farming Marine Shrimp in Recirculating freshwater Systems.
Zaidy AB. 2008. Pendayagunan Kalsium Media Perairan dalam Proses Ganti Kulit
dan Konsekuensinya Bagi Pertumbuhan Udang Galah, Macrobrachium
Rosenbergii (De Man). Jurnal Ilmu-Ilmu Perikanan dan Perikanan Indonesia.
2: 117-125
Zainuddin, Z., Aslamyah, S., Azis, H. Y., & Hadijah, H. (2019). Pengaruh kombinasi
dosis dan frekuensi pemberian pakan terhadap rasio konversi pakan juvenil
udang vaname di tambak. Prosiding Simposium Nasional Kelautan dan
Perikanan, (6).
Zeigler,T.R., & Horton,S.F. (2015). Feed Trays – the good, the bad, the ugly. Global
Aquaculture Advocate, May/June 2015:22-24.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Dokumentasi Selama Praktikum

Lokasi tambak udang Penyampaian materi oleh Peserta praktikum


vannamei teknisi

Vitamin C Vitamin B Pakan udang hasil


produksi PT. Grobest

Foto bersama

Anda mungkin juga menyukai