Anda di halaman 1dari 14

LEMBAR PENGESAHAN

ARTIKEL JURNAL

PENGARUH PENAMBAHAN EKSTRAK ECENG GONDOK


(Eichornia crassipes) TERHADAP LAJU PERTUMBUHAN PAKAN ALAMI
Chlorella sp

OLEH

LIYAN WANEY
631410025

1
PENGARUH PENAMBAHAN EKSTRAK ECENG GONDOK
(Eichornia crassipes) TERHADAP PERTUMBUHAN PAKAN ALAMI
Chlorella sp

Lian Waney 1), Ir. Yuniarti Konio, MP 2), Dr. Ade Muharam, S.Pi, M.Si
Email :

Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan


Universitas Negeri Gorontalo

ABSTRAK

Lian Waney. 631410025. Pengaruh Penambahan Ekstrak Eceng Gondok


(Eichornia crassipes) Terhadap Pertumbuhan Pakan Alami Chlorella sp
dibawah bimbingan Ir. Yuniarti Koniyo, MP dan Dr. Ade Muharam S.Pi, M.Si
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Penambahan Ekstrak Eceng
Gondok (Eichornia crassipes) Terhadap Laju Pertumbuhan Pakan Alami Chlorella,
sp. Metode penelitian ini menggunakan eksperimental dan penelitian ini
menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan masing –
masing dengan 3 ulangan. Bahan yang di gunakan dalam penelitian ini adalah pakan
alami Chlorella, sp yang berasal dari Balai Pengembangan Benih Ikan Laut dan
Payau (BPBILP) Lamu, Kabupaten Boalemo Provinsi Gorontalo. Pupuk yang
digunakan untuk pertumbuhan pakan alami Chlorella, sp. dalam penelitian ini yaitu
ekstrak eceng gondok sebanyak 1 liter, yang diambil sesuai perlakuan yang di
tentukan. Perlakuan A (Perlakuan dengan dosis 0 ml), perlakuan B (perlakuan dengan
dosis 8 ml), C (perlakuan dengan dosis 16 ml), dan perlakuan D (perlakuan dengan
dosis 24 ml). Setelah diberikan pupuk pakan alami Chlorella, sp. dikultur selama 4 -
5 hari sampai Chlorella bisa mencapai puncak populasi. Perhitungan kepadatan
Chlorella, sp. Menggunakan alat haemochytometer.
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan nyata (F > 0,005)
terhadap pertumbuhan Chlorella, sp. Hasil ini menunjukkan bahwa pemberian dosis
dengan perlakuan A (Perlakuan dengan dosis 0 ml), perlakuan B (perlakuan dengan
dosis 8 ml), C (perlakuan dengan dosis 16 ml), dan perlakuan D (perlakuan dengan
dosis 24 ml) tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan Chlorella sp. Kualitas air
selama kultur masih dalam batas normal untuk kultur pakan alami Chlorella, sp.
Kata Kunci : Chlorella, sp. Eceng Gondok, Ekstrak, Pertumbuhan.

Lian Waney 1), Ir. Yuniarti Konio, MP 2), Dr. Ade Muharam, S.Pi, M.Si

2
PENDAHULUAN
Pakan merupakan salah satu kebutuhan penting yang harus diperhatikan untuk
menentukan keberhasilan budidaya ikan. Salah satu jenis pakan ikan yang dibutuhkan
terutama pada stadia benih adalah pakan alami, pakan alami terdiri dari
phytoplankton dan zooplankton (Siregar, 2010).
Chlorella sp adalah salah satu pakan alami yang termasuk kedalam tumbuhan atau
jenis phytoplankton (Siregar, 2010). Chlorella sp, saat ini sudah dapat dibudidayakan
sebagai penyedia pakan alami ikan. Pertumbuhan Chlorella sp, pada media kultur
dapat dipengaruhi oleh tersedianya unsur hara. Dalam media tumbuh Chlorella sp,
hanya memiliki kandungan mineral yang terbatas. Maka penambahan mineral dari
luar harus diperlukan, salah satunya dengan melakukan pemupukkan (Wirosaputro,
1998).
Eceng gondok (Eichornia crassipes), merupakan tumbuhan air yang pada
umumnya diketahui sebagai gulma atau tumbuhan pengganggu perairan (Fuskhah,
2000). Eceng gondok dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan lain yang terkait dengan
kegiatan budidaya perikanan salah satunya adalah dibuat sebagai pupuk pakan alami
seperti nannochloropsis oculate.
Tanaman eceng gondok memiliki potensi untuk dimanfaatkan. Tanaman ini dapat
digunakan untuk mengurangi beban pencemaran lingkungan perairan karena
kemampuan menyerap logam berat seperti merkuri. Selain itu daun eceng gondok
pernah pula dicoba untuk pembuatan pupuk karena bahannya mengandung organik
yang cukup tinggi. Dan juga Karena tingginya kandungan serat kasar di dalam
tumbuhan ini, nilai gizi yang terkandung dalam eceng gondok, Protein kasar
meningkat sebesar 61,81% (6,31 ke 10,21%) dan serat kasar turun 18% (dari 26,61 ke
21,82%) (Mahmilia, 2005).

3
METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat


Waktu pelaksanaan penelitian ini di laksanakan pada bulan Agustus sampai
September 2014. Bertempat di Balai Benih Ikan (BBI) Kota Gorontalo, Provinsi
Gorontalo.

B. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Mikroskop, Pipet tetes, Kaca
preparat, Blower, Toples 3 liter, Timbangan duduk, Hemocitometer, Thermometer,
Do meter, Henfraktometer, Timbangan analitik, Gelas ukur. Bahan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Chlorella sp, Ekstrak eceng gondok, Ekstiral, Akuades,
Tiiosulfat, Soda api, Ragi roti. Eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga perlakuan dan masing-masing
tiga kali ulangan.

C. Prosedur Penelitian
Pelaksanaan Penelitian dilakukan dengan tahapan – tahapan sebagai berikut:
1. Analisis Kandungan Kimia Ekstrak Eceng Gondok
2. Pembuatan Ekstrak Eceng Gondok (Eichhornia crassipes)
3. Persiapan Peralatan dan Wadah Kultur
4. Sterilisasi Peralatan dan Wadah Kultur
5. Persiapan Air Media yang Akan Digunakan Untuk Kultur
6. Persiapan bibit
7. Kultur Pada Wadah Toples 3 Liter
8. Pegamatan Pertumbuhan Chlorella sp Menggunakan Hemochitometer

D. Analisis Data
1. Menghitung kepadatan chlorella sp dengan menggunakan rumus sebagai berikut
menurut Barker k, 1998.

∑sel = n1 x p x 2,5

4
Keterangan :
n1 = Jumlah sel dalam kotak
p = Pengenceran (10)
2,5 = Konstanta
Kemudian dikonfersikan kedalam volume air 3 liter.
2. Pertumbuhan Mutlak

Keterangan : H = Wt – W0
H = pertumbuhan mutlak (Individu/ml)
Wt = berat rata – rata bibit pada saat panen (Individu/ml)
W0 = berat rata – rata bibit pada saat penebaran/penanaman (Individu/ml)

3. Pertumbuhan Harian
DGR (Daily Growth Rate), adalah laju pertumbuhan harian setiap hari
DGR = LnWt-LnW0
t
Dimana :
Wt : individu diakhir penelitian (Individu/ml)
W0 : individu diawal penelitian (Individu/ml)
T : periode waktu penelitian (hari)

5
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Laju Pertumbuhan Mutlak
Hasil laju pertumbuhan mutlak Chlorella sp yang dipelihara selama 14 hari
dengan pemberian ekstrak eceng gondok sebanyak 0 ml (Perlakuan A), 8 ml
(Perlakuan B), 16 ml (Perlakuan C), dan 24 ml (Perlakuan D). Dapat dilihat pada
tabel 1.
Tabel 1. Laju rata–rata pertumbuhan mutlak Chlorella sp selama 14 hari.
Ulangan Perlakuan
A B C D
1 450,000 3,225,000 2,675,000 6,225,000
2 150,000 5,700,000 3,225,000 3,300,000
3 (1,950,000) 1,875,000 1,500,000 21,975,000
Rata – rata (450,000) 3,600,000 2,466,667 10,500,000

Perhitungan rata – rata mutlak dihitung, kemudian didapat hasil sidik ragam
seperti pada tabel dibawah ini.
Tabel 2. Hasil sidik ragam pertumbuhan mutlak Chlorell sp
Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F hit F tab
Keragaman Bebas Kuadrat Tengah 0.01
Perlakuan 3 193,680,625,000,000 64,560,208,333,333 2.41 4.07
Galat 8 214,290,416,666,667 26,786,302,083,333
Total 11 407,971,041,666,667

Berdasarkan perhitungan anova Tabel 2 terlihat bahwa pada pertumbuhan


Chlorella sp yang menggunakan ekstrak eceng gondok tidak berpengaruh nyata
karena dosis yang diberikan kurang optimal sehingga tidak berpengaruh terhadap
pertumbuhan Chlorella sp pada setiap perlakuan.
Hasil analisis ANOVA menunjukkan tidak ada perbedaan nyata antara perlakuan.
Hasil penghitungan nilai Fhitung 2,41lebih kecil dari pada Ftabel (4,07) pada taraf 0,01.
Jika Fhitung < Ftabel 0,01, maka H1 ditolak H0 diterima, yang artinya perlakuan tidak
perpengaruh nyata terhadap pertumbuhan Chlorella sp.

6
Hasil penelitian pada perlakuan dengan dosis yang berbeda pada Chlorella sp.
menunjukkan pertumbuhan rata–rata mutlak yang berbeda, Hal ini dapat dilihat pada
(Gambar 1). Pertumbuhan kelimpahan rata – rata mutlak perlakuan A (Perlakuan
dengan dosis 0 ml) sebesar (450,000) sel/ml, perlakuan B (Perlakuan dengan dosis 8
ml) sebesar 3,600,000 sel/ml, perlakuan C (Perlakuan dengan dosis 16 ml) sebesar
2,466,667 sel/ml, dan perlakuan D (Perlakuan dengan dosis 24 ml) sebesar
10,500,000 sel/ml. Dengan demikian perlakuan dengan menggunakan ekstrak eceng
gondok dengan dosis 24 ml memiliki pertumbuhan rata – rata mutlak tertinggi,
kemudian disusul dengan dosis 8 ml, dan 16 ml menunjukkan nilai yang rendah, serta
dengan dosis 0 ml. Terdapat kecenderungan bahwa pertumbuhahan mutlak Chlorella
sp mengalami pertumbuhan sejalan dengan adanya ekstrak eceng gondok yang
diberikan. Hasil pengamatan rata – rata pertumbuhan mutlak Chlorella sp selama
pemeliharaan 14 hari tertera pada Gambar 1 dibawah ini.

Pertumbuhan Mutlak (sel/ml)


14.000.000
12.000.000
10.000.000
8.000.000
6.000.000
4.000.000
2.000.000
Nilai

- (2.000.000)

Dosis 0 ml Dosis 8 ml Dosis 16 mlDosis 24 ml


Dosis perlakuan
Gambar 1. Rata – rata pertumbuhan mutlak Chlorella, sp.
Berdasarkan Gambar 1 diatas terlihat bahwa pertumbuhan mutlak Chlorella sp
pada perlakuan A cenderung mengalami pertumbuhan negatif, sedangkan pada
perlakuan lainya, cenderung pertumbuhan positif. Perlakuan A yang tidak
ditambahkan ekstrak eceng 0 ml tidak mengalami pertumbuhan karena tidak
mempunyai sumber nutrien yang dapat menumbuhkan Chlorella sp. Chumadi, dkk

7
(1992) menyatakan bahwa Chlorella sp tumbuh pada media yang mengandung
cukup unsur hara, seperti nitrogen, fosfor, kalium. Selain unsur hara sebagai faktor
pendukung, kondisi lingkungan juga dapat mempengaruhi pertumbuhan Chlorella sp
untuk itu kondisi lingkungan harus dijaga pula sebab akan sangat berpengaruh jika
tidak memperhatikan kondisi lingkungan pada saat kultur dilakukan Sylvester, dkk
(2002).

B. Laju Pertumbuhan Harian


Hasil laju pertumbuhan harian Chlorella sp yang dipelihara selama 14 hari
dengan menggunakan empat perlakuan yakni perlakuan A (Perlakuan dengan dosis 0
ml), perlakuan B (Perlakuan dengan dosis 8 ml), perlakuan C (Perlakuan dengan
dosis 16 ml), dan perlakuan D (Perlakuan dengan dosis 24 ml). Dapat ditampilkan
pada Tabel 3.
Tabel 3. Laju Rata – rata pertumbuhan harian Chlorella sp selama 14 hari
Ulangan Perlakuan
A B C D
1 0.0002 0.0018 0.0015 0.0014
2 0.0001 0.0031 0.0018 0.0018
3 (0.0011) 0.0010 0.0008 0.0113
Rata – rata (0.0003) 0.0020 0.0014 0.0055

Perhitungan rata – rata harian dihitung, kemudian didapat hasil sidik ragam
seperti pada tabel 4. dibawah ini.
Tabel 4. Hasil sidik ragam pertumbuhan harian Chlorell sp

F hit F tab
Sumber Derajat Jumlah Kuadrat
0.01
Keragaman Bebas Kuadrat Tengah
Perlakuan 3 0.00005 0.00002 2.55 4.07
Galat 8 0.00006 0.00001
Total 11 0.00011

8
Berdasarkan perhitungan anova Tabel 4 terlihat bahwa pada pertumbuhan
Chlorella sp yang menggunakan ekstrak eceng gondok tidak berpengaruh nyata
disebabkan dosis yang diberikan masih kurang optimal sehingga tidak berpengaruh
terhadap pertumbuhan Chlorella sp pada setiap perlakuan.
Hasil analisis ANOVA menunjukkan tidak ada perbedaan nyata antara perlakuan.
Hasil penghitungan nilai Fhitung 2,55 lebih kecil dari pada Ftabel (4,07) pada taraf 0,01.
Jika Fhitung < Ftabel 0,01, maka H1 ditolak H0 diterima, yang artinya perlakuan tidak
perpengaruh nyata terhadap pertumbuhan Chlorella sp.
Hasil penelitian pada perlakuan dengan dosis yang berbeda pada pertumbuhan
Chlorella sp menunjukkan pertumbuhan rata – rata harian yang berbeda pula
(Gambar 2). Pertumbuhan rata – rata harian perlakuan A (Perlakuan dengan dosis 0
ml) sebesar (-0,0003) sel/ml, perlakuan B (Perlakuan dengan dosis 8 ml) sebesar
(0,0020) sel/ml, perlakuan C (Perlakuan dengan dosis 16 ml) sebesar (0,0014) sel/ml,
dan perlakuan D (Perlakuan dengan dosis 24 ) sebesar (0,0055) sel/ml. Dengan
demikian perlakuan dengan dosis 0 ml memiliki pertumbuhan harian terendah,
disusul perlakuan dengan dosis 8 ml dan 16 ml. Kemudian perlakuan dengan dosis
24 ml yang menunjukkan pertumbuhan tertinggi. Hasil pertumbuhan ini tidak sesuai
dengan pendapat Subarijanti, (1994) Semakin tinggi dosis yang diberikan maka
tingkat kekeruhan juga semakin tinggi, sehingga phospat semakin tidak
termanfaatkan.
Penurunan tersebut diduga bahwa nutrient yang berlebihan tidak dimanfaatkan
secara efektif sehingga akan menghasilkan tumpukkan bahwa organic yang bersifat
racun dan pada akhirnya dapat menghambat pertumbuhan. Jika nutrient diberikan
pada media kultur dalam jumlah berlebihan maka bersifat racun yang dapat
menghambat pertumbuhan, karena dengan adanya sifat racun maka efektivitas
metabolisme sel secara langsung akan terganggu Hastuti, (2001). Hasil pengamatan
rata – rata pertumbuhan harian Chlorella sp selama pemeliharaan 14 hari tertera pada
Gambar 2 dibawah ini.

9
Pertumbuhan harian sel/ml

0,0070
0,0060
0,0050
0,0040
0,0030
0,0020
0,0010
Nilai

0,0000
-0,0010

Dosis 0 ml DosDiso8sims pl erlakuDaonsis 16Dosis


ml 24 ml
Gambar 2. Rata - rata pertumbuhan harian Chlorella
Berdasarkan hasil pengamatan terlihat bahwa pertumbuhan harian Chlorella sp
pada perlakuan A cenderung mengalami pertumbuhan negatif, sedangkan pada
perlakuan lainya, cenderung pertumbuhan positif. Perlakuan A yang tidak
ditambahkan ekstrak eceng gondok 0 ml hasilnya -0,0003 tidak mengalami
pertumbuhan karena tidak mempunyai sumber nutrient yang dapat menumbuhkan
Chlorella sp. Perlakuan B dengan penambahan ekstrak eceng gondok 8 ml
menunjukan pertumbuhan yang positif pada akhir penelitian, yaitu 0,0020 sel/ml.
Perlakuan C dan D yang menggunakan ekstrak eceng gondok sebanyak 16 ml dan
24 ml menunjukan pertumbuhan postif yang lebih besar, yaitu 0,0014 sel/ml pada
perlakuan C dan 0.0055 sel/ml pada perlakuan D.

C. Kualitas Air
Hasil pengukuran kualitas air selama pemeliharaan Chlorella sp. Hasil
pengukuran kualitas air dapat dilihat pada tabel 8 dibawah ini.
Tabel 5. Hasil pengukuran Kualitas Air
No Parameter Hasil Pengukuran
1 Suhu0C 29 - 300C
2 pH 7,8 – 8,0
3 O2 terlarut 4,46 – 5, 25 mg/l
4 salinitas 30 – 41 ppt

10
Hasil pengamatan nilai salinitas, terjadi peningkatan salinitas pada saat
penelitian berkisar antara 30 – 41 ppt. Nilai ini tidak dalam kisaran pertumbuhan
Chlorella sp menurut Isnansetyo dan kurniastuty, (1995) yang berkisar Antara 25 -
28 ppt.
Hasil pengamatan nilai DO pada penelitian ini tergolong sangat kecil, hanya
berkisar Antara 4,46 – 5, 25 mg/l. Kecilnya nilai DO disebabkan karena proses
fotosintesis yang tidak lancar karena kondisi lingkungan media dan pencahayaan.
Makin tinggi suhu, salinitas dan tekanan gas – gas terlarut dalam air, maka kelarutan
O2 makin berkurang Labina, (1994).
Hasil pengamatan nilai pH pada saat penelitian ini berkisara antara 7,8 – 8,0.
Menurut (Hadka, 1971). pH pertumbuhan yang optimum bagi Chlorella sp berkisar
antara 4,9 – 7,7.
Suhu merupakan salah satu faktor terpenting dalam kultur mikroalga Dimana
suhu harus terjaga agar mikroalga dapat tumbuh dengan optimal. Dari hasil
pengamatan nilai suhu berkisar antara 29 - 300C, sedangkan menurut Isnansetyo dan
Kurniastuty, (1995) menyatakan Kisaran suhu optimal bagi perkembangbiakan
Chlorella adalah antara 25-300C.

11
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil dan pembahasan yang telah diuraikan diatas, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut
1. Pertumbuhan rata – rata mutlak Chlorella sp dengan dosis 0 ml (450,000) sel/ml,
dosis 8 ml 3,600,000 sel/ml, dosis 16 ml 2,466,667 sel/ml dan dosis 24 ml
10,500,000 sel/ml.
2. Pertumbuhan rata – rata harian Chlorella sp dosis 0 ml -0.0003 sel/ml, dosis 8 ml
0.0020 sel/ml, dosis 16 ml 0.0014 sel/ml dan dosis 24 ml 0.0067 sel/ml.
3. Dosis yang diberikan untuk pertumbuhan Chlorella sp belum memberikan
pengaruh terhadap pertumbuhan Chlorella sp.

12
DAFTAR PUSTAKA

Barker K, 1998. At The Bench A Laboratory Navigator. Cord Sp


Bold, H.C., M.J. Wynne. 1985. Introduction to the algae. Second edition. Prentice-
Hall. Inc. Englewood cliff. New Jersey.
Boyd CE. 2004. Farm Level Issues in Aquaculture Certification: Tilapia.WWF-US.
Auburn, Alabama.
Dolan, J. 1992. Mixotrophy in ciliates : A Review of Chlorella Symbiosis and
Chloroplast Retention. Mar. Microb. Food Webs.
Dobermann, A and T. Fairhurst. 2000. Rice. Nutrient Disorders & Nutrient
Management. International Rice Research Institute (IRRI). Potash &
Phophate Institute/Potash & Phosphate Institute of Canada. p: 139-144.
Fryer, J. D., dan S. Matsunaka, 1988. Penanggulangan Gulma Secara
Terpadu.Terjemahan Bina Aksara. Jakarta.
Fuskhah Eny. 2002 . Efek salinintas dan Pemberian fosfor terhadap aktivitas enzim
nitrogenase nodul akar Caliandra collothyrsus.Semarang . UPT-PUSTAK-
UNDIP.
Hirata, H., Ishak, A and S. Yamashaki. 1981. Effect of Salinity and Temperature on
The Growth of The Marine Phytoplankton Chlorella saccharophila. Vol. 30.
Mem. Fac. Kagoshima University. Japan.
Isanansetyo, A., dan Kurniastuty, 1995. Teknik Kultur phitoplankton dan
zooplankton pakan alami untuk pembenihan organisme laut. Yogyakarta:
Kanisius.
Kumar, H. D. end Singh, H. N. (1979). A Textbook one algae. London: The
Macmillan press Ltd.
Labina, F.A.P., 1994, “Pengaruh Perbedaan Salinitas Terhadap Tumbuhan Populasi
Chlorella spdi bak – bak percobaan”, Jurusan Budidaya Perairan
Universitas Hang Tuah, Surabaya.
Mahmilia, F. 2005. Perubahan nilai gizi tepung eceng gondok fermentasi dan
pemanfaatannya sebagai ransum ayam pedaging.
Martosudarmo, B., dan S. Sabaruddin, 1980. Makanan hidup larva udang. Pedoman
pembenihan udang penaeid. Anonimous (et.) . direktorat jendral
perikannan, departemen pertanian.
Murbandono, L. 2000. Membuat Kompos. Penebar Swadaya. Jakarta
Purwakusuma, W. 2008. Artemia Salina. (http://www.o
fish.com/pakanIkan/Artemia.php).

13
Retno Wigajatri P et.al, "Karakteristik Absorbansi Cahaya Chlorella spp.", Jurnal
Fisika, Himpunan Fisika Indonesia, 2002.
Rao ,Subba, N.S (1994), Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan, UI Press, Jakarta.
Siregar, Syofian. (2010). Statistik deskriptif untuk penelitian. Jakarta: Rajagrafindo
Persada.
Suseno, H. 1975. Fisiologi dan Biokimia Kemunduran Benih. dalam Dasar-dasar
Teknologi.
Sylvester B. D., D. Nelvy dan Sudjiharno, 2002.dalamSeri Budidaya Laut No.
9.Budidaya Fitoplankton dan Zooplankton. Balai Budidaya Laut Lampung.
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Depertemen Kelautan dan Perikanan
24-36.
Taw. (1990),Petunjuk Kultur Murni dan Massal Mikroalga UNDP. FAO.
Vashista, B. R. (1979). Botany – algae. New Delhi : S Chand Co. Ltd, India.
Wirosaputro, S. 1998. Chlorella Makanan Kesehatan Global Alami Buku 1. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta
Widyani. 2003. persyaratan asam amino pembatas utama pada pakan broirel .
universitas gajamada. Yokyakarta

14

Anda mungkin juga menyukai