ARTIKEL JURNAL
OLEH
LIYAN WANEY
631410025
1
PENGARUH PENAMBAHAN EKSTRAK ECENG GONDOK
(Eichornia crassipes) TERHADAP PERTUMBUHAN PAKAN ALAMI
Chlorella sp
Lian Waney 1), Ir. Yuniarti Konio, MP 2), Dr. Ade Muharam, S.Pi, M.Si
Email :
ABSTRAK
Lian Waney 1), Ir. Yuniarti Konio, MP 2), Dr. Ade Muharam, S.Pi, M.Si
2
PENDAHULUAN
Pakan merupakan salah satu kebutuhan penting yang harus diperhatikan untuk
menentukan keberhasilan budidaya ikan. Salah satu jenis pakan ikan yang dibutuhkan
terutama pada stadia benih adalah pakan alami, pakan alami terdiri dari
phytoplankton dan zooplankton (Siregar, 2010).
Chlorella sp adalah salah satu pakan alami yang termasuk kedalam tumbuhan atau
jenis phytoplankton (Siregar, 2010). Chlorella sp, saat ini sudah dapat dibudidayakan
sebagai penyedia pakan alami ikan. Pertumbuhan Chlorella sp, pada media kultur
dapat dipengaruhi oleh tersedianya unsur hara. Dalam media tumbuh Chlorella sp,
hanya memiliki kandungan mineral yang terbatas. Maka penambahan mineral dari
luar harus diperlukan, salah satunya dengan melakukan pemupukkan (Wirosaputro,
1998).
Eceng gondok (Eichornia crassipes), merupakan tumbuhan air yang pada
umumnya diketahui sebagai gulma atau tumbuhan pengganggu perairan (Fuskhah,
2000). Eceng gondok dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan lain yang terkait dengan
kegiatan budidaya perikanan salah satunya adalah dibuat sebagai pupuk pakan alami
seperti nannochloropsis oculate.
Tanaman eceng gondok memiliki potensi untuk dimanfaatkan. Tanaman ini dapat
digunakan untuk mengurangi beban pencemaran lingkungan perairan karena
kemampuan menyerap logam berat seperti merkuri. Selain itu daun eceng gondok
pernah pula dicoba untuk pembuatan pupuk karena bahannya mengandung organik
yang cukup tinggi. Dan juga Karena tingginya kandungan serat kasar di dalam
tumbuhan ini, nilai gizi yang terkandung dalam eceng gondok, Protein kasar
meningkat sebesar 61,81% (6,31 ke 10,21%) dan serat kasar turun 18% (dari 26,61 ke
21,82%) (Mahmilia, 2005).
3
METODE PENELITIAN
C. Prosedur Penelitian
Pelaksanaan Penelitian dilakukan dengan tahapan – tahapan sebagai berikut:
1. Analisis Kandungan Kimia Ekstrak Eceng Gondok
2. Pembuatan Ekstrak Eceng Gondok (Eichhornia crassipes)
3. Persiapan Peralatan dan Wadah Kultur
4. Sterilisasi Peralatan dan Wadah Kultur
5. Persiapan Air Media yang Akan Digunakan Untuk Kultur
6. Persiapan bibit
7. Kultur Pada Wadah Toples 3 Liter
8. Pegamatan Pertumbuhan Chlorella sp Menggunakan Hemochitometer
D. Analisis Data
1. Menghitung kepadatan chlorella sp dengan menggunakan rumus sebagai berikut
menurut Barker k, 1998.
∑sel = n1 x p x 2,5
4
Keterangan :
n1 = Jumlah sel dalam kotak
p = Pengenceran (10)
2,5 = Konstanta
Kemudian dikonfersikan kedalam volume air 3 liter.
2. Pertumbuhan Mutlak
Keterangan : H = Wt – W0
H = pertumbuhan mutlak (Individu/ml)
Wt = berat rata – rata bibit pada saat panen (Individu/ml)
W0 = berat rata – rata bibit pada saat penebaran/penanaman (Individu/ml)
3. Pertumbuhan Harian
DGR (Daily Growth Rate), adalah laju pertumbuhan harian setiap hari
DGR = LnWt-LnW0
t
Dimana :
Wt : individu diakhir penelitian (Individu/ml)
W0 : individu diawal penelitian (Individu/ml)
T : periode waktu penelitian (hari)
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Laju Pertumbuhan Mutlak
Hasil laju pertumbuhan mutlak Chlorella sp yang dipelihara selama 14 hari
dengan pemberian ekstrak eceng gondok sebanyak 0 ml (Perlakuan A), 8 ml
(Perlakuan B), 16 ml (Perlakuan C), dan 24 ml (Perlakuan D). Dapat dilihat pada
tabel 1.
Tabel 1. Laju rata–rata pertumbuhan mutlak Chlorella sp selama 14 hari.
Ulangan Perlakuan
A B C D
1 450,000 3,225,000 2,675,000 6,225,000
2 150,000 5,700,000 3,225,000 3,300,000
3 (1,950,000) 1,875,000 1,500,000 21,975,000
Rata – rata (450,000) 3,600,000 2,466,667 10,500,000
Perhitungan rata – rata mutlak dihitung, kemudian didapat hasil sidik ragam
seperti pada tabel dibawah ini.
Tabel 2. Hasil sidik ragam pertumbuhan mutlak Chlorell sp
Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F hit F tab
Keragaman Bebas Kuadrat Tengah 0.01
Perlakuan 3 193,680,625,000,000 64,560,208,333,333 2.41 4.07
Galat 8 214,290,416,666,667 26,786,302,083,333
Total 11 407,971,041,666,667
6
Hasil penelitian pada perlakuan dengan dosis yang berbeda pada Chlorella sp.
menunjukkan pertumbuhan rata–rata mutlak yang berbeda, Hal ini dapat dilihat pada
(Gambar 1). Pertumbuhan kelimpahan rata – rata mutlak perlakuan A (Perlakuan
dengan dosis 0 ml) sebesar (450,000) sel/ml, perlakuan B (Perlakuan dengan dosis 8
ml) sebesar 3,600,000 sel/ml, perlakuan C (Perlakuan dengan dosis 16 ml) sebesar
2,466,667 sel/ml, dan perlakuan D (Perlakuan dengan dosis 24 ml) sebesar
10,500,000 sel/ml. Dengan demikian perlakuan dengan menggunakan ekstrak eceng
gondok dengan dosis 24 ml memiliki pertumbuhan rata – rata mutlak tertinggi,
kemudian disusul dengan dosis 8 ml, dan 16 ml menunjukkan nilai yang rendah, serta
dengan dosis 0 ml. Terdapat kecenderungan bahwa pertumbuhahan mutlak Chlorella
sp mengalami pertumbuhan sejalan dengan adanya ekstrak eceng gondok yang
diberikan. Hasil pengamatan rata – rata pertumbuhan mutlak Chlorella sp selama
pemeliharaan 14 hari tertera pada Gambar 1 dibawah ini.
- (2.000.000)
7
(1992) menyatakan bahwa Chlorella sp tumbuh pada media yang mengandung
cukup unsur hara, seperti nitrogen, fosfor, kalium. Selain unsur hara sebagai faktor
pendukung, kondisi lingkungan juga dapat mempengaruhi pertumbuhan Chlorella sp
untuk itu kondisi lingkungan harus dijaga pula sebab akan sangat berpengaruh jika
tidak memperhatikan kondisi lingkungan pada saat kultur dilakukan Sylvester, dkk
(2002).
Perhitungan rata – rata harian dihitung, kemudian didapat hasil sidik ragam
seperti pada tabel 4. dibawah ini.
Tabel 4. Hasil sidik ragam pertumbuhan harian Chlorell sp
F hit F tab
Sumber Derajat Jumlah Kuadrat
0.01
Keragaman Bebas Kuadrat Tengah
Perlakuan 3 0.00005 0.00002 2.55 4.07
Galat 8 0.00006 0.00001
Total 11 0.00011
8
Berdasarkan perhitungan anova Tabel 4 terlihat bahwa pada pertumbuhan
Chlorella sp yang menggunakan ekstrak eceng gondok tidak berpengaruh nyata
disebabkan dosis yang diberikan masih kurang optimal sehingga tidak berpengaruh
terhadap pertumbuhan Chlorella sp pada setiap perlakuan.
Hasil analisis ANOVA menunjukkan tidak ada perbedaan nyata antara perlakuan.
Hasil penghitungan nilai Fhitung 2,55 lebih kecil dari pada Ftabel (4,07) pada taraf 0,01.
Jika Fhitung < Ftabel 0,01, maka H1 ditolak H0 diterima, yang artinya perlakuan tidak
perpengaruh nyata terhadap pertumbuhan Chlorella sp.
Hasil penelitian pada perlakuan dengan dosis yang berbeda pada pertumbuhan
Chlorella sp menunjukkan pertumbuhan rata – rata harian yang berbeda pula
(Gambar 2). Pertumbuhan rata – rata harian perlakuan A (Perlakuan dengan dosis 0
ml) sebesar (-0,0003) sel/ml, perlakuan B (Perlakuan dengan dosis 8 ml) sebesar
(0,0020) sel/ml, perlakuan C (Perlakuan dengan dosis 16 ml) sebesar (0,0014) sel/ml,
dan perlakuan D (Perlakuan dengan dosis 24 ) sebesar (0,0055) sel/ml. Dengan
demikian perlakuan dengan dosis 0 ml memiliki pertumbuhan harian terendah,
disusul perlakuan dengan dosis 8 ml dan 16 ml. Kemudian perlakuan dengan dosis
24 ml yang menunjukkan pertumbuhan tertinggi. Hasil pertumbuhan ini tidak sesuai
dengan pendapat Subarijanti, (1994) Semakin tinggi dosis yang diberikan maka
tingkat kekeruhan juga semakin tinggi, sehingga phospat semakin tidak
termanfaatkan.
Penurunan tersebut diduga bahwa nutrient yang berlebihan tidak dimanfaatkan
secara efektif sehingga akan menghasilkan tumpukkan bahwa organic yang bersifat
racun dan pada akhirnya dapat menghambat pertumbuhan. Jika nutrient diberikan
pada media kultur dalam jumlah berlebihan maka bersifat racun yang dapat
menghambat pertumbuhan, karena dengan adanya sifat racun maka efektivitas
metabolisme sel secara langsung akan terganggu Hastuti, (2001). Hasil pengamatan
rata – rata pertumbuhan harian Chlorella sp selama pemeliharaan 14 hari tertera pada
Gambar 2 dibawah ini.
9
Pertumbuhan harian sel/ml
0,0070
0,0060
0,0050
0,0040
0,0030
0,0020
0,0010
Nilai
0,0000
-0,0010
C. Kualitas Air
Hasil pengukuran kualitas air selama pemeliharaan Chlorella sp. Hasil
pengukuran kualitas air dapat dilihat pada tabel 8 dibawah ini.
Tabel 5. Hasil pengukuran Kualitas Air
No Parameter Hasil Pengukuran
1 Suhu0C 29 - 300C
2 pH 7,8 – 8,0
3 O2 terlarut 4,46 – 5, 25 mg/l
4 salinitas 30 – 41 ppt
10
Hasil pengamatan nilai salinitas, terjadi peningkatan salinitas pada saat
penelitian berkisar antara 30 – 41 ppt. Nilai ini tidak dalam kisaran pertumbuhan
Chlorella sp menurut Isnansetyo dan kurniastuty, (1995) yang berkisar Antara 25 -
28 ppt.
Hasil pengamatan nilai DO pada penelitian ini tergolong sangat kecil, hanya
berkisar Antara 4,46 – 5, 25 mg/l. Kecilnya nilai DO disebabkan karena proses
fotosintesis yang tidak lancar karena kondisi lingkungan media dan pencahayaan.
Makin tinggi suhu, salinitas dan tekanan gas – gas terlarut dalam air, maka kelarutan
O2 makin berkurang Labina, (1994).
Hasil pengamatan nilai pH pada saat penelitian ini berkisara antara 7,8 – 8,0.
Menurut (Hadka, 1971). pH pertumbuhan yang optimum bagi Chlorella sp berkisar
antara 4,9 – 7,7.
Suhu merupakan salah satu faktor terpenting dalam kultur mikroalga Dimana
suhu harus terjaga agar mikroalga dapat tumbuh dengan optimal. Dari hasil
pengamatan nilai suhu berkisar antara 29 - 300C, sedangkan menurut Isnansetyo dan
Kurniastuty, (1995) menyatakan Kisaran suhu optimal bagi perkembangbiakan
Chlorella adalah antara 25-300C.
11
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil dan pembahasan yang telah diuraikan diatas, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut
1. Pertumbuhan rata – rata mutlak Chlorella sp dengan dosis 0 ml (450,000) sel/ml,
dosis 8 ml 3,600,000 sel/ml, dosis 16 ml 2,466,667 sel/ml dan dosis 24 ml
10,500,000 sel/ml.
2. Pertumbuhan rata – rata harian Chlorella sp dosis 0 ml -0.0003 sel/ml, dosis 8 ml
0.0020 sel/ml, dosis 16 ml 0.0014 sel/ml dan dosis 24 ml 0.0067 sel/ml.
3. Dosis yang diberikan untuk pertumbuhan Chlorella sp belum memberikan
pengaruh terhadap pertumbuhan Chlorella sp.
12
DAFTAR PUSTAKA
13
Retno Wigajatri P et.al, "Karakteristik Absorbansi Cahaya Chlorella spp.", Jurnal
Fisika, Himpunan Fisika Indonesia, 2002.
Rao ,Subba, N.S (1994), Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan, UI Press, Jakarta.
Siregar, Syofian. (2010). Statistik deskriptif untuk penelitian. Jakarta: Rajagrafindo
Persada.
Suseno, H. 1975. Fisiologi dan Biokimia Kemunduran Benih. dalam Dasar-dasar
Teknologi.
Sylvester B. D., D. Nelvy dan Sudjiharno, 2002.dalamSeri Budidaya Laut No.
9.Budidaya Fitoplankton dan Zooplankton. Balai Budidaya Laut Lampung.
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Depertemen Kelautan dan Perikanan
24-36.
Taw. (1990),Petunjuk Kultur Murni dan Massal Mikroalga UNDP. FAO.
Vashista, B. R. (1979). Botany – algae. New Delhi : S Chand Co. Ltd, India.
Wirosaputro, S. 1998. Chlorella Makanan Kesehatan Global Alami Buku 1. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta
Widyani. 2003. persyaratan asam amino pembatas utama pada pakan broirel .
universitas gajamada. Yokyakarta
14