Anda di halaman 1dari 11

PENGARUH JUMLAH SEL TEBAR YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN,

PRODUKSI BIOMASSA, DAN KLOROFIL-a Isochrysis galbana

ARTIKEL SKRIPSI

Oleh:

DIMAS MU’AMMAR BUCHORI


NIM. 125080500111068

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN


JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYAA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018
PENGARUH JUMLAH SEL TEBAR YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN,
PRODUKSI BIOMASSA, DAN KLOROFIL-a Isochrysis galbana

ARTIKEL SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Perikanan


di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya

Oleh:
DIMAS MU’AMMAR BUCHORI
NIM. 125080500111068

Menyetujui,
Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II,

(Dr. Ir. Arning W. Ekawati, MS.) (M. Fakhri, SPi., MP., MSc.)
NIP. 19620805 198603 2 001 NIP. 19860717 201504 1 001
Tanggal: Tanggal:

Mengetahui,
Ketua Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan

(Dr. Ir. M. Firdaus, MP.)


NIP. 19680919 200501 1 001
Tanggal:
Pengaruh Jumlah Sel Tebar yang Berbeda terhadap Pertumbuhan, Produksi Biomassa,
Dan Klorofil-a Isochrysis galbana

Dimas Mu’ammar Buchori(1), Arning Wilujeng Ekawati(2), Muhammad Fakhri(2)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh dan menentukan jumlah sel tebar yang terbaik
terhadap pertumbuhan, produksi biomassa dan klorofil-a Isochrysis galbana. Penelitian ini menggunakan
metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan (1 x 105, 3 x 105, 5 x 105, dan 7 x 105 sel
mL-1) dan 3 ulangan. Perlakuan jumlah sel tebar yang digunakan dikategorikan sebagai A (1 x 105), B
(3 x 105), C (5 x 105) dan D (7 x 105) sel mL-1 dan ulangannya seperti A1, A2, A3...., sampai D3.
Parameter utama yang diamati adalah pertumbuhan, produksi biomassa dan klorofil-a Isochrysis galbana,
serta parameter penunjang lain seperti suhu, salinitas, pH, DO (oksigen terlarut), nitrat dan fosfat.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah sel tebar berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan,
produksi biomassa, dan klorofil-a Isochrysis galbana. Jumlah sel tebar terbaik untuk produksi Isochrysis
galbana adalah 7 x 105 sel mL-1 dengan nilai laju pertumbuhan spesifik 0,29 hari-1, doubling time 2,45 hari,
kepadatan sel maksimal 114 x 105 sel mL-1, biomassa 0,45 g L-1, dan klorofil-a 4,74 µg mL-1. Persentase
nilai rata-rata serapan nitrat tertinggi ditemukan pada perlakuan D (7 x 105 sel mL-1) sebesar 51,11 %
dan serapan fosfat tertinggi sebesar 49,17 %. Parameter kualitas air media diperoleh hasil pada kisaran
optimal baik suhu yaitu 28-29ºC, pH 6,5-7,5, dan DO (oksigen terlarut) 6,2-7,2 ppm.
Kata Kunci: Jumlah sel tebar, Pertumbuhan, Biomassa, Klorofil-a, Isochrysis galbana.
(1)Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya
(2)Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya

Effects of Different Initial Cell Concentration on Growth, Biomass Production,


and Chlorophyll-a of Isochrysis galbana

Dimas Mu’ammar Buchori(1), Arning Wilujeng Ekawati(2), Muhammad Fakhri(2)

ABSTRACT

The purpose of this research was to know the influence and determine the best initial cell concentration for
growth, biomass production, and chlorophyll-a of Isochrysis galbana. This study used Completely Randomized Design
(RAL) with four different initial cell concentration treatments (1 x 105, 3 x 105, 5 x 105, dan 7 x 105 cells mL-1) and
three replications. The treatments used were categorized as A (1 x 105), B (3 x 105), C (5 x 105) dan D (7 x 105)
cells mL-1 and replications like A1, A2, A3...., until D3. The main parameters observed in this research were growth,
biomass production, and chlorophyll-a of Isochrysis galbana, as well as supporting parameters such as temperature, pH,
DO (dissolved oxygen), nitrate and phosphate. The results of this study indicate that initial cell concentration has
significant effect on growth, biomass production, and chlorophyll-a, of Isochrysis galbana. The best initial cell
concentration for Isochrysis galbana production was 7 x 105 cells mL-1 with the specific growth rate was 0,29 day-1,
doubling time 2,45 day, maximum cell density 114 x 105 cell mL-1, biomass 0,45 g L-1, and chlorophyll-a 4,74 μg
mL-1. The highest precentage of the nitrate absorption was found in D treatment (7 x 105 cells mL-1) with result
51,11% and the highest phosphate absorption was 49,17%. Water quality parameter of the media obtained results in
optimal range of both temperature 28-29ºC, pH 6,5-7,5, and DO (dissolved oxygen) 6,2-7,2 ppm.
Keywords: Initial cell concentration, Growth, Biomass, Chlorophyll-a, Isochrysis galbana.
(1)Student of Fisheries and Marine Science Faculty, Brawijaya University
(2)
Lecture of Fisheries and Marine Science Faculty, Brawijaya University
4

1. PENDAHULUAN (2011), menambahkan bahwa jumlah sel tebar


1.1 Latar Belakang merupakan salah satu faktor yang sangat
Mikroalga merupakan bagian dari berpengaruh dalam usaha budidaya mikroalga.
biomassa akuatik. Mikroalga adalah spesies yang jumlah sel tebar memiliki pengaruh yang
umum ditemukan pada ekosistem perairan dan signifikan dalam mempengaruhi pertumbuhan,
memiliki ukuran 1-50 mikrometer, terdapat asupan nutrisi, ruang dalam mendapat penetrasi
lebih dari ratusan ribu spesies mikroalga baik cahaya, dan parameter lainnya dalam wadah
pada air tawar maupun laut dan mereka kultur mikroalga. jumlah sel tebar yang tinggi
merupakan bagian dasar dari banyaknya rantai akan menyebabkan tingginya tingkat persaingan
makanan pada ekosistem perairan. Banyak diantara mikroalga dalam pemenuhan akan
spesies mikroalga yang mengandung klorofil, kebutuhan nutrisi, cahaya, dan parameter
menggunakan sinar matahari sebagai sumber lainnya untuk tumbuh dan berkembang.
energi, mengkonversi karbondioksida (CO2) Tujuan penelitian ini adalah mengetahui
menjadi biomassa, sehingga pada proses pengaruh dan menentukan jumlah sel tebar
fotosintesis alga menghasilkan oksigen (O2) yang terbaik terhadap pertumbuhan, produksi
(Wolkers, et al., 2011). Pada kegiatan budidaya biomassa dan klorofil-a Isochrysis galbana.
mikroalga digunakan sebagai pakan hidup untuk Penelitian ini menggunakan metode Rancangan
semua tahap pertumbuhan moluska umumnya Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan (1 x
pada tiram, tahap larva abalone, krustasea serta 105, 3 x 105, 5 x 105, dan 7 x 105 sel mL-1) dan 3
beberapa spesies ikan. Selain itu mikroalga juga ulangan. Parameter utama yang diamati adalah
dapat digunakan sebagai sumber makanan bagi pertumbuhan, produksi biomassa dan klorofil-a
zooplankton (Brown, 2002). Isochrysis galbana.
Salah satu mikroalga yang dapat digunakan Penelitian ini dilaksanakan di
sebagai pakan alami adalah Isochrysis galbana. Laboratorium Budidaya Ikan (Divisi Reproduksi
Isochrysis galbana merupakan flagellata uniseluler Ikan), Laboratorium Budidaya Ikan (Divisi
dengan warna coklat keemasan (Kagalou, et al., Parasit dan Kesehatan Ikan), dan Laboratorium
2002). Sebagai salah satu pakan alami Isochrysis Hidrobiologi (Divisi Lingkungan dan
galbana memiliki berbagai macam kandungan Bioteknologi Perairan), Fakultas Perikanan dan
nutrisi didalamnya, kandungan nutrisi tersebut Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya, Malang
diantaranya adalah karotenoid (6,33 µg mL-1), pada Bulan Desember - Februari 2018.
karbohidrat (34,32%), protein (27,10 %), dan
2. Materi dan Metode Penelitian
lipid (10,54 %) (Gorgonio, et al., 2013).
2.1 Alat dan Bahan Penelitian
Menurut Picardo, et al. (2013), faktor yang
Peralatan yang digunakan dalam penelitian
mempengaruhi pertumbuhan sel mikroalga
ini antara lain wadah kultur toples kaca
diantaranya seperti keberadaan nutrisi, intesitas
kapasitas 1,8 L, autoklaf, botol film, selang
cahaya, dan pH. Kandungan CO2 di dalam air
aerasi, blower, botol film, nampan, lampu TL,
dan pergantian nitrat akan menghasilkan
bunsen, erlenmeyer (250 mL), gelas ukur (10
tingginya tingkat kerapatan sel. Begitu juga
mL, 50 mL, dan 100 mL), haemocytometer
dengan nutrisi lainnya seperti fosfat dan besi di
(Neubauer Improved), hotplate, luxmeter, oven,
butuhkan untuk mereplikasi sel. Wang, et al.
5

pH meter, mikroskop, cover glass, pipet tetes, 2.4 Prosedur Penelitian


beaker glass (500 mL dan 1000 mL), heater, DO 2.4.1 Persiapan Penelitian
meter, refraktometer, Mikroskop, vaccum Tahap awal kultur dalam penelitian ini
pump, ember (60 L), jerigen (30 L), panci (30 adalah proses sterilisasi Sterilisasi yang
L), kompor gas, timbangan analitik, sprayer, digunakan dalam penelitian ini meliputi
cawan porselen, spektrofotometer, petridish, sterilisasi panas basah, sterlisasi kimia, dan
sentrifuge dan kalkulator. perebusan. Kedua, Media kultur yang akan
Bahan-bahan yang digunakan dalam digunakan yaitu air tawar yang berasal dari
penelitian ini meliputi Isochrysis galbana berasal tendon Laboratorium Reproduksi Ikan Fakultas
dari Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas
Budidaya Laut (BBPPBL) Gondol, air laut , air Brawijaya, Malang dan air laut yang berasal dari
tawar, HCl 5%, alkohol 70%, tissue, kapas steril, Toko Tirta Mutiara, Malang. Ketiga, kultur
kain saring, vitamin, pupuk walne, silikat, kertas Isochrysis galbana diperoleh dari kultur murni dari
saring GF/C (diameter 90 mm), aquadest, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
metanol absolute, aluminium foil, benang kasur, Budidaya Laut (BBPPBL) Gondol Bali.
karet gelang, kertas koran, fenol disulfonik dan Selanjutnya dikultur pada media air laut hingga
kertas label. 1 liter sebagai stok. Keempat, membuat media
2.2 Media Penelitian dengan salinitas 17 ppt.
Media yang digunakan dalam penelitian ini 2.4.2 Pelaksanaan Penelitian
yaitu air salinitas 17 ppt. Air tawar yang Media penanaman menggunakan air
digunakan diperoleh dari tandon Laboratorium dengan salinitas 17 ppt sebanyak 1,5 L didalam
Reproduksi, Fakultas Perikanan dan Ilmu toples volume 1,8 L, fotoperiode 24 jam, pupuk
Kelautan, Brawijaya. Air tawar kemudian walne dengan tambahan silikat dan vitamin
didistribusikan melalui pipa menuju bak masing-masing sebanyak 1 ml/L sebagai
penampungan air tawar dan air laut yang sumber nutrisi, dan 3500 lux intesitas cahaya
digunakan diperoleh dari Toko Tirta Mutiara, yang digunakan. Kemudia dimasukkan kultur
Malang. Air tawar dan air laut kemudian Isochrysis galbana dengan kepadatan yang berbeda
disterilisasi untuk selanjutnya digunakan sebagai (1 x 105, 3 x 105, 5 x 105, dan 7 x 105 sel mL-1).
media kultur pada toples sebanyak 12 buah dan Pengamatan pertumbuhan Isochrysis galbana
diaerasi selama 24 jam untuk mensuplai dilakukan setiap hari selama fase kultur.
kandungan oksigen terlarut. Pengukuran biomassa, klorofil-a Isochrysis
galbana. dilakukan pada saat pertumbuhan
2.3 Metode Penelitian
puncak tertinggi. Parameter penunjang yang
Penelitian ini menggunakan metode
diukur pada penelitian ini meliputi suhu, pH,
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4
DO, nitrat, dan fosfat. Adapun pengukuran
perlakuan (1 x 105, 3 x 105, 5 x 105, dan 7 x 105
suhu, pH, dan DO dilakukan sekali sehari,
sel mL-1). Masing-masing perlakuan dilakukan
sedangkan pengukuran nitrat dan fosfat
sebanyak tiga kali ulangan.
dilakukan pada fase awal, fase puncak, dan fase
menuju kematian.
6

2.5 Analisis Data tabel tersebut dapat dilihat bahwa terjadi


Penelitian ini menggunakan Rancangan perbedaan pada masing-masing perlakuan
Acak Lengkap (RAL). Data yang didapatkan secara linier.
dianalisis menggunakan analysis of variance 3.1 Pertumbuhan Isochrysis galbana
(ANOVA) dimana data hasil penelitian dihitung
dari masing-masing perlakuan. Analisis data ini
menggunakan tingkat kepercayaan 95 % (α =
0,05). Tahapan analisis diawali dengan analisis
keragaman untuk mengetahui apakah perlakuan
yang diberikan berpengaruh nyata atau tidak
berpengaruh. Ketika perlakuan berpengaruh
nyata atau berbeda nyata pada analisis Gambar 1. Pertumbuhan Isochrysis galbana.
keragaman, maka dilanjutkan ke perhitungan Dari Gambar 1 tersebut dapat dilihat
Beda Nyata Terkecil (BNT) untuk mengetahui bahwa Isochrysis galbana mengalami fase adaptasi
perbedaan antar perlakuan salinitas, setelah sampai hari ke-2 pada semua perlakuan dan
didapatkan perbedaan dari uji BNT, maka pada hari ke-3 mulai terjadi peningkatan yang
dilanjutkan ke perhitungan polynomial orthogonal signifikan pada pertumbuhan sel Isochrysis
untuk mengetahui hubungan antara perlakuan galbana sampai pada hari ke-6 sebagai fase
dengan parameter uji. eksponensial pada perlakuan A dan hari ke-7
pada perlakuan (B,C, dan D). Fase puncak
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
(stasioner) pada perlakuan A terjadi pada hari
berdasarkan data penelitian selama kultur
ke-8 dan dilanjutkan fase stasioner sampai hari
didapatkan data laju pertumbuhan, produksi
ke-10. Sedangkan perlakuan (B, C, dan D)
biomassa dan klorofil-a Isochrysis galbana yang
mencapai puncak (stasioner) pada hari ke-10
terdapat pada Tabel 1.
sampai hari ke-11. Pada hari ke-12 pada semua
Perlakuan Jumlah Sel Tebar
(x105 sel mL-1) perlakuan Isochrysis galbana mengalami
Parameter
1 3 5 7 penurunan pertumbuhan menunjukkan mulai
Laju terjadinya kematian. Pada penelitian yang
0,47 + 0,33 + 0,30 + 0,29 +
Pertumbuhan
Spesifik (hari-1) 0,02c 0,01b 0,00a 0,02a dilakukan oleh Yingying dan Wang (2009),
Kepadatan Sel
48 + 85 + 95 + 114 + Isochrysis galbana mengalami fase eksponensial
Maksimal (x105
sel mL-1) 7,25a 2,60b 6,62b 5,43c
pada hari ke-2 sampai ke-8 dan fase stasioner
0,09 + 0,22 ± 0,25 ± 0,45 ±
Biomassa (g L-1) pada hari ke-8 sampai hari ke-10. Bougaran, et
0,03a 0,05b 0,01b 0,04c
Klorofil-a (µg 2,93 ± 4,04 ± 4,79 ± 4,74 ± al. (2003), meyatakan bahwa Isochrysis galbana
mL-1) 0,42a 0,08b 0,06c 0,26c
Keterangan : notasi berbeda menunjukkan akan mulai mencapai fase stasioner ketika
adanya pengaruh disetiap mencapai hari ke-6 sampai ke-8. Terjadi sedikit
perlakuan; kepercayaan 95% (α =
0,05). perbedaan antara fase kultur hal ini dapat
Pada Tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah disebabkan oleh parameter berbeda yang
sel tebar yang berbeda berpengaruh nyata digunakan selama penelitian.
terhadap laju pertumbuhan spesifik, produksi Berdasarkan Gambar 1, pertumbuhan sel
biomassa dan klorofil-a Isochrysis galbana. Dari Isochrysis galbana pada setiap perlakuan jumlah sel
7

tebar awal yang berbeda menunjukkan pola (2016), perlakuan dengan kepadatan sel awal
pertumbuhan yang berbeda. Berdasarkan data yang tinggi akan tumbuh pada kepadatan yang
yang diperoleh dari penelitian didapatkan lebih besar dan akan lebih cepat mencapai daya
kepadatan tertinggi oleh perlakuan D (7 x 105 dukung di suatu titik karena sumber daya akan
sel mL-1) dengan rata-rata 114 x 105 sel mL-1 terbatas. Oleh karena itu, laju pertumbuhan
disusul oleh perlakuan C (5 x 105 sel mL-1) spesifik tertinggi yang diamati dalam penelitian
dengan rata-rata 95 x 105 sel mL-1, B (3 x 105 sel ini didapat dalam perlakuan dengan kepadatan
mL-1) dengan rata-rata 85 x 105 sel mL-1 dan sel awal yang terendah.
perlakuan dengan tingkat kepadatan terendah di Penelitian yang mirip dilakukan oleh
dapat oleh perlakuan A (1 x 105 sel mL-1) Fakhri (2010), dengan perlakuan jumlah sel
dengan rata-rata 48 x 105 sel mL-1. Pada tebar yang berbeda pada Entomoneis sp.
penelitian yang dilakukan oleh Bougaran, et al. didapatkan hasil bahwa laju pertumbuhan
(2003), dengan jumlah sel tebar awal 5 x 10 5 sel spesifik akan menurun seiring dengan
mL-1 didapatkan rata-rata kepadatan tertinggi bertambahnya jumlah sel tebar. Penurunan
Isochrysis galbana yaitu 90 x 105 sel mL-1. Hasil tingkat pertumbuhan berlangsung dengan
penelitian tersebut memiliki nilai kepadatan sel peningkatan jumlah seltebar dari 3 x 105, 5 x
yang mirip pada puncak fase eksponensial 105, 12 x 105 sel mL-1. Laju pertumbuhan
selama penelitian pada perlakuan dengan jumlah masing-masing 0,21; 0,15; dan 0,12 hari-1.
tebar sel yang sama. Tingkat pertumbuhan menurun dengan
peningkatan di awal konsentrasi sel dan tingkat
pertumbuhan spesifik tertinggi (0,21 hari-1)
diperoleh dari 3 x 105 sel mL-1 yang
berhubungan dengan doubling time pada 3,3 hari.
Menurut Sevilla, et al. (1998), budidaya
mikroalga berkelanjutan sangat bergantung pada
ketersediaan cahaya sebagai faktor yang
Gambar 2. Hubungan Jumlah Sel Tebar menentukan tingkat biomassa dan laju
terhadap Laju Pertumbuhan Spesifik Isochrysis pertumbuhan. Tingginya tingkat konsentrasi sel
galbana menghasilkan ketersediaan cahaya yang rendah
Berdasarkan Gambar 1 diatas perhitungan dan mengakibatkan turunnya laju pertumbuhan.
laju pertumbuhan spesifik dan waktu Di samping itu, diperlukan dilakukannya
penggandaan (doubling time) Isochrysis galbana pengenceran sehingga tingkat pertumbuhan
selama penelitian dapat diketahui memiliki spesifik yang optimal dapat tercapai. Kebutuhan
perbedaan pada masing-masing perlakuan. Hasil akan ketersediaan cahaya yang lebih besar, akan
laju pertumbuhan tertinggi didapat oleh mengarah pada tinggi rendahnya konsentrasi sel.
perlakuan A (1x105 sel mL-1) sebesar 0,468 hari- Vonshak (1997), menyatakan meningkatnya
1 dengan doubling time 1,5 hari dan yang terendah konsentrasi sel dalam wadah budidaya akan
pada perlakuan D (7 x 105 sel mL-1) sebesar meningkatkan jumlah sel yang saling
0,290 hari-1 dengan doubling time 2,45 hari. Hal bernaungan sehingga menghasilkan turunnya
ini sesuai dengan pendapat Dun dan Manaylov laju pertumbuhan. Gomez, et al. (2015),
8

menyimpulkan semakin tinggi densitas sel awal, konsentrasi sel didalam media. Serapan nitrat
semakin cepat berkurangnya nutrien dan bisa dipengaruhi oleh ketersediaan ion fosfat
semakin banyak bayangan terbentuk di dalam (PO4), yang memiliki peran penting dalam
media kultur sehingga mengurangi aksesibilitas proses pembentukan energi seluler sebagai
cahaya, meningkatkan densitas sel awal juga bagian dari ATP (adenosine triphosphate) dan
akan meningkatkan jumlah sel yang mati dan yang mempengaruhi berbagai aktivitas enzim
nilai doubling time. yang dibutuhkan untuk metabolisme sel,
Penelitian yang dilakukan oleh Gomez, et termasuk proses reduksi nitrat. serapan nitrat
al. (2015), didapatkan bahwa laju pertumbuhan juga dapat dipengaruhi oleh intensitas cahaya,
pada Isochrysis galbana terus menurun seiring suhu, dan tingginya tingkat kepadatan sel (Hu, et
dengan peningkatan sel tebar awal (650000, al., 2013).
750000, dan 2200000) dengan doubling time yang
semakin besar untuk masing-masing sel tebar
awal (1,26 hari; 1,34 hari; dan 1,84 hari). Seiring
dengan peningkatan sel tebar awal maka
doubling time semakin membesar dan jumlah
sel yang mati juga semakin banyak.
Ketersediaan nutrisi seperti nitrat dan
fosfat memiliki peranan yang signifikan dalam Gambar 4. Nilai Serapan Fosfat Selama
budidaya mikroalga, sehingga pada penelitian ini Penelitian
dilakukan pengukuran nitrat dan fosfat pada Pada Gambar dapat dilihat bahwa nilai
hari awal tebar, fase eksponensial dan fase serapan fosfat tertinggi pada perlakuan D (7x10 5
stasioner Isochrysis galbana sebagai parameter sel mL-1) dengan nilai serapan fosfat sebesar
penunjang. 47,700-49,179 % dan nilai serapan fosfat
terendah pada perlakuan A (1x105 sel mL-1)
yaitu sebesar 32,458-33,825 %. Menurut
Yingying dan Wang (2009), fosfor memiliki
pengaruh terhadap reaksi fisiologis dasar pada
mikroalga seperti pertumbuhan, reproduksi,
fotosintesis, dan respirasi. Pada konsentrasi
fosfor sebanyak 500 μmol L-1, Isochrysis galbana
Gambar 3. Nilai Serapan Nitrat Selama mencapai kepadatan sel tertinggi dengan
Penelitian perbedaan yang signifikan dari perlakuan
Pada Gambar 6, dapat dilihat bahwa nilai lainnya.
serapan nitrat tertinggi pada perlakuan padat
tebar D (7x105 sel mL-1) sebesar 48,416 - 51,111
% dan nilai serapan nitrat terendah pada 3.2 Biomassa
perlakuan A (1x105 sel mL-1) yaitu sebesar Biomassa didapatkan dari sampel yang
38,068-39,735 %. Dari hasil tersebut besar telah diambil pada puncak tertinggi yaitu pada
serapan nitrat berbanding lurus dengan fase stasioner. Hasil perhitungan biomassa
9

Isochrysis galbana pada masing-masing perlakuan dan 799579 µm3) pada masing-masing
padat tebar yang berbeda dapat dilihat pada perlakuan.
Tabel 1. Grafik uji polynomial orthogonal dari 3.3 Klorofil-a
biomassa dapat dilihat pada Gambar 5. Pengambilan sampel klorofil-a dilakukan
ketika pertumbuhan Isochrysis galbana pada fase
stasioner. Hasil Klorofil-a I. galbana pada
masing-masing perlakuan dapat dilihat pada
Tabel 1. Grafik uji polynomial orthogonal dari
klorofil-a dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 5. Hubungan Jumlah Sel Tebar


terhadap Produksi Biomassa Isochrysis galbana
Berdasarkan grafik uji polynomial
orthogonal tersebut dapat disimpulkan bahwa
biomassa tertinggi didapatkan oleh perlakuan D
Gambar 6. Hubungan Klorofil-a dan Jumlah
(7 x 105 sel mL-1) dengan hasil 0,453 g L-1 dan
Sel Tebar Awal Isochrysis galbana
yang terendah pada perlakuan A (1 x 105 sel mL-
Berdasarkan grafik uji polynomial
1) dengan nilai 0,093 g L-1. Dari grafik tersebut
orthogonal pada Gambar 9 tersebut dapat
diketahui bahwa peningkatan biomassa terjadi
disimpulkan bahwa klorofil-a tertinggi
secara linier dimana semakin tinggi jumlah sel
didapatkan oleh perlakuan C (5 x 105 sel mL-1)
tebar awalnya maka biomassa yang didapat akan
dengan nilai 4,791 µg mL-1 sedangkan klorofil-a
semakin besar. Pada penelitian yang dilakukan
terendah didapatkan oleh perlakuan A (1 x 10 5
oleh Dun dan Manaylov (2016), didapatkan
sel/ml) dengan nilai 2,93 µg mL-1. Dari grafik
hasil biomassa tertinggi juga terjadi secara linier
tersebut diketahui bahwa peningkatan klorofil-a
pada perlakuan dengan jumlah sel tebar yang
terjadi secara linier dimana semakin tinggi padat
terbesar. Jumlah sel tebar yang besar akan
tebar sel awalnya maka klorofil-a yang didapat
menghasilkan biomassa yang lebih besar
akan semakin besar.
dibanding dengan kultur dengan padat tebar
Berdasarkan penelitian yang dilakukan
yang rendah. Tingkat biomassa menurun sejalan
Donald, et al. (2013) menyatakan bahwa tinggi
dengan rendahnya tingkat padat tebar sel. Pada
rendahnya klorofil-a berbanding lurus dengan
penelitian Dun dan Manaylov (2016), pada
besar kecilnya biomassa. Simosa (2016)
Microcystis Aeruginosa menggunakan perlakuan
menyatakan bahwa semakin tingginya tingkat
dengan padat tebar awal (1064, 3345, dan 7204
turbiditas karena konsentrasi sel pada budidaya
sel mL-1) dengan biomassa awal pada masing-
mikroalga maka kandungan klorofil-a dalam
masing perlakuan (23882, 75058, dan 161663
wadah kultur akan meningkat. Berdasarkan
µm3). Pada penelitian ini didapatkan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Fakhri (2010),
kepadatan maksimal (9504, 24216, dan 35635
pada Entomoneis sp. jumlah klorofil meningkat
sel mL-1) dan biomassa akhir (213251, 543367,
seiring dengan meningkatnya konsentrasi sel.
10

Kandungan klorofil-a 7,45; 11,23; dan 13,75 mg 4.2 Saran


g-1 sel atau 0,074, 0,11 dan 0,16% berat kering Berdasarkan hasil penelitian tentang
dicapai dalam konsentrasi sel awal 3 x 10 5, 6 x pengaruh jumlah sel tebar yang berbeda
105 dan 12 x 105 sel mL-1 pada masing-masing terhadap pertumbuhan, produksi biomassa dan
perlakuan. klorofil-a Isochrysis galbana dapat disarankan
3.4 Parameter Penunjang untuk menggunakan padat tebar sel awal 7x105
Dari Parameter utama di atas, pada sel mL-1 agar mendapatkan hasil biomassa dan
penelitian ini juga dilakukan pengamatan dari kepadatan sel yang tinggi secara cepat, namun
parameter penunjang yaitu parameter kualitas diperlukannya pengenceran bertahap terhadap
air. Kualitas air yang diukur selama penelitian ini media ketika mencapai kepadatan sel yang besar
yaitu Suhu, pH dan DO. Didapatkan rata-rata agar laju pertumbuhan tetap stabil.
yang dapat dilihat pada Tabel 2.
5. DAFTAR PUSTAKA
Parameter Kisaran Literatur
Suhu (oC) 2829 27 (Fulks dan Bougaran, G., Dean, L.L., Lukomska, E., Kaas,
Main,1992) R., dan Barn, R. 2003. Transient initial
pH 6,5  7,5 6,5 – 7,5 (Fulks dan phase in continuous culture of Isochrysis
Main,1992) galbana affinis Tahiti. Aquatic Living
DO (ppm) 5,52  5,7 – 8,4 (Imron, et Resource. 16: 389-394.
6,99 al., 2016)
Brown, R.M. Nutritional Value and Use of
Microalgae in Aquaculture. CSIRO Marine
4. KESIMPULAN DAN SARAN Research. 3 (6): 281-292.
4.1 Kesimpulan
Dunn R.M dan Manoylov M.K. 2016. The
Berdasarkan penelitian tentang pengaruh Effects of Initial Cell Density on the
jumlah sel tebar yang berbeda terhadap Growth and Proliferation of the
Potentially Toxic Cyanobacterium
pertumbuhan, produksi biomassa, dan klorofil-a Microcystis aeruginosa. Journal of Environmental
Isochrysis galbana maka diperoleh beberapa Protection. 1210-1220.

kesimpulan yaitu padat tebar yang berbeda Donald, B.D., Bogard J.M., Finlay, Bunting, L.,
dan Leavit, R.P. 2013. Phytoplankton-
berpengaruh terhadap pertumbuhan, produksi
Specific Response to Enrichment of
biomassa dan klorofil-a Isochrysis galbana. Laju Phosphorus-Rich Surface Waters with
Ammonium, Nitrate, and Urea. PlosOne.
pertumbuhan tertinggi pada penelitian ini
8(1): e53277.
didapat pada padat tebar sel awal perlakuan A
Fakhri, M. 2006. Outdoor Cultivation of
(1x105 sel mL-1) dengan laju pertumbuhan Entomoneis sp. in Photobioreactor for
spesifik 0,468 hari-1 sehingga dapat disimpulkan Biomass and Lipid Production. Tesis.
School of Bioresources and Technology.
bahwa semakin rendah tingkat padat tebar awal 1-45 hlm.
sel maka laju pertumbuhan semakin tinggi,
Fulks, W and K, L. Main. 1992. Rotifer and
Biomassa tertinggi didapat pada perlakuan padat Microalga Culture System. Proceedings of a
tebar sel awal D (7x105 sel mL-1) dengan U. S. Asia Workshop. 3-23.
biomassa 0,453 g L-1 dan Klorofil a tertinggi Gomez P.M., Romeral G.J., Martorell C.J., dan
didapat pada perlakuan C (5x105 sel ml-1) Aroca S.A. 2015. Direct
spectrophotometric method to determine
dengan hasil 4,791 µg mL-1. cell density of Isochrysis galbana in serial
batch cultures from a larger scale fed-
batch culture in exponential phase. Nereis.
8: 35-43.
11

Gorgônio C. M. da S., Alandra, D.A.G., dan


Couri, S. 2013. Morphological and
chemical aspects of Chlorella pyrenoidosa,
Dunaliella tertiolecta, Isochrysis galbana and
Tetraselmis gracilis microalgae. Natural
Science. 5 (2013): 783-791.

Hu, Q., Westerhoff, P., dan Vermaas, W. 1999.


Removal of Nitrate from Groundwater by
Cyanobacteria: Quantitative Assessment
of Factors Influencing Nitrate Uptake.
Applied and Enviromental Microbiology. 66 (1):
133-139.

Imron, M. A., Sudarno dan E. D. Masithah.


2016. Pengaruh Salinitas Terhadap
Kandungan Lutein pada Mikroalga
Botryococcus braunii. Journal of Marine and
Coastal Science. 5 (1): 36–48.

Kagalou, I., Beza, P., Perdikaris, C., dan


Petridis, D. 2002. Effect of Copper and
Lead on Microalgae (Isochrysis galbana)
Growth. Fresenius Environmental Bulletin. 11
(5): 233-236.

Picardo M.C., Madeiros J.L., Araujo O.Q., dan


Caloub R.M. 2013. Effects of CO2
Enrichment and Nutrients Supply
Intermittency on Batch Cultures of
Isochrysis galbana. Bioresource Technology. 143:
242–250.

Vonshak, A. 1997. Spirulina Platensis


Arthrospira: Physiology, Cell-Biology and
Biotechnology. Taylor and Francis
publisher: United States. 233 hlm.

Wang, J., Han, D., Milton, R.S., Lu C., dan Hu,


Q. 2013. Effect of Initial Biomass Density
on Growth and Astaxanthin Production
of Haematococcus pluvialis in an Outdoor
Photobioreactor. J Appl Phycol. 25: 253-
260.

Wolkers, H., Barbosa, M., Kleinegris, D.,


Bosma, R., dan Wijffels R.H. 2011. Large-
scale sustainable cultivation of microalgae
for the production of bulk commodities.
Wageningen. 7-34 hlm.

Yingying S. dan Wang C. 2009. The Optimal


Growth Conditions for the Biomass
Production of Isochrysis galbana and the
Effects That Phosphorus, Zn2+, CO2 ,
and Light Intensity Have on the
Biochemical Composition of Isochrysis
galbana and the Activity of Extracellular
CA. Biotechnology and Bioprocess Engineering.
14: 225-231.

Anda mungkin juga menyukai