Anda di halaman 1dari 7

Volume 08, Nomor 02, November 2017

Hal. 188-194

UJI SENSIFITAS FILTRAT DAUN KATUK (Sauropus androgynus l.) TERHADAP


BAKTERI Staphylococcus aureus DAN Eschericia coli
(The Sensitivity Test of Filtrate Katuk Leaf (Sauropus androgynus l.) againts
Staphylococcus aureus and Eschericia coli Bacteria)

Lilis Suhaillah*, Muflihatul Fuadah**

* Program Studi Analis, Akademi Analis Kesehatan Delima Husada Gresik Jl. Arif Rahman
Hakim No. 2B Gresik, email: lilissuhaillah2002@gmail.com
** Program Studi Analis, Akademi Analis Kesehatan Delima Husada Gresik
ABSTRAK

Tanaman katuk (Sauropus androgynus), termasuk tanaman obat tradisional yang sudah
lama ada di Indonesia. Daun katuk telah diketahui dapat dikembangkan sebagai bahan dasar
obat pelancar air susu ibu (ASI) dan anti bakteri pada luka karena mengandung zat bioaktif
seperti senyawa tanin, saponin, flavonoid, alkoloid. Tujuannya adalah untuk mengetahui
konsentrasi dari filtrat daun katuk yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.
Penelitian ini menggunakan metode dilution test. Sampel yang digunakan pada
penelitian ini adalah 2 jenis bakteri yaitu Escherichia coli dan Staphylococcus aureus,
sertadaun katuk (Sauropus androgynus) yang dijadikan filtrat, kemudian di encerkan dengan
konsentrasi 100%, 90%, 80%, 70%, 60% dan 50% sebagai kontrol pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) dan bakteri Escherichia
coli ditanam pada media EMB (Eosin Methilen Blue).Daun katuk sebagai variabel
independen, sedangkan 2 jenis bakteri merupakan variabel dependent. Lama penelitian 3
minggu.
Pada konsentrasi 100%-50% hingga terdapat hambatan pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus. Dan pada bakteri Escherichia coli, dengan konsentrasi 100%-80%
mampu membunuh bakteri Escherichia coli. Sedangkan pada konsentrasi 70%-50% terjadi
hambatan pertumbuhan bakteri Escherichia coli.
Terdapat pengaruh sensifitas filtrat daun katuk terhadap pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Semakin tinggi konsentrasi filtrat daun katuk
(Sauropus androgynus) maka semakin rendah tingkat pertumbuhan bakteri Staphylococcus
aureus dan Escherichia coli.

Kata Kunci: Filtrat daun katuk(Sauropus androgynus l.), dilution test, Escherichia coli,
Staphylococcus aureus.
ABSTRACT

Plants katuk (Sauropus androgynus l.), is traditional medical plants that have long
existed in Indonesia. Katuk leaf has been known to be developed as the basic ingredients of
breast milk (breast milk) and anti-bacterial drug in wounds because it contains bioactive
substances such as tannin compounds, saponins, flavonoids, alkoloid. The aim was to
determine the concentration of leaf filtrate katuk capable of inhibiting the growth of
Staphylococcus aureus and Escherichia coli bacteria.
This research uses dilution test method. The samples used in this study were 2 kinds
of bacteria there are Staphylococcus aureus and Eschericia coli, also katuk leaves (Sauropus
androgynus l.) filtrate, then dilute with 100%, 90%, 80%, 70%, 60% and 50% concentration
as control of bacterial growth of Staphylococcus aureus planted on MSA medium ( Manitol
Salt Agar) and Escherichia coli bacteria are grown on EMB (Eosin Methilen Blue) medium.
The katuk leaves as independent vareable and dependent variable was 2 kinds of bacteria. The
lenght of time for researh 3 weeks.
At concentrations of 100% -50% until there is a growth barrier of Staphylococcus
aureus bacteria. And in Escherichia coli bacteria, with concentration of 100% -80% able to

188
kill Escherichia coli bacteria. While in the concentration of 70% -50% occurs inhibition of
growth of Escherichia coli bacteria.
There were influence of leaf filtrate sensitivity on the growth of Staphylococcus
aureus and Escherichia coli bacteria. The higher the concentration of leaf filtrate katuk
(Sauropus androgynus l.), the lower growth rate of bacteria Staphylococcus aureus and
Escherichia coli.

Keywords: Filtrate katuk leaf, (Sauropus androgynus l.), dilution test, Escherichia coli,
Staphylococcus aureus

PENDAHULUAN perut, dan diare. Efek muntah enterotoksin


kemungkinan terjadi akibat simulasi sistem
Indonesia dengan keragaman hayati saraf pusat (Vomitting center) setelah
mempunyai potensi yang sangat besar toksin bekerja pada reseptor saraf di usus
untuk menyediakan obat alami. Indonesia lainnya (Kuswiyanto, 2017).
telah mengenal tumbuhan obat dan dapat Escherichia coli merupakan flora
dimanfaatkan untuk menjaga kesehatan dan normal di dalam usus manusia dan
mengobati penyakit. Penerapan pengobatan termasuk bakteri gram negatif. Bakteri ini
dengan bahan yang berasal dari tumbuhan dapat menimbulkan penyakit bila jumlah
pada saat ini dikenal dalam bentuk jamu yang masuk ke saluran pencernaan
dan fitofarma. Salah satu tanaman yang melebihi batas normal, sehingga dampak
dimanfaatkan adalah daun katuk (Mulyana, klinis yang ditimbulkan adalah diare yang
2013). akut dan kronis (dalam waktu >14 hari). Di
Daun katuk (Sauropus andragynus l.) negara berkembang, Enterophatogenic E
sebagai komoditas unggulan, karena dapat coli (EPEC) merupakan penyebab penting
dikembangkan sebagai bahan dasar obat diare pada bayi. EPEC melekat pada sel
pelancar air susu ibu (ASI), desinfektan, mukosa usus kecil. Diare EPEC
obat anti lemak, obat pelancar air seni, berhubungan dengan berbagai serotipe
sebagai bahan pewarna makanan tape, kue, spesifik dari Escherichia coli. Waktu diare
dan lain lain. Selain itu, daun katuk efektif EPEC diperpendek dan diare kronik dapat
untuk mengontrol tekanan darah dan disembuhkan dengan pemberian antibiotik
masalah ginekologik, hiperlipidemia, (Jawetz, 2006).
urolitiasis, batu empedu dan konstipasi Berdasarkan penelitian Mukhriani
(Djamil dan Zaidan, 2016). dkk (2014), ekstrak metanol daun katuk
Daun katuk (Sauropus andragynus l.) tersebut dapat menghambat pertumbuhan
kaya akan provitamin A, vitamin C sebagai bakteri Staphylococcus aureus dan
antioksidan alami, zat besi. Daun katuk Salmonella thyposa. Penelitian dengan
mengandung zat bioaktif seperti senyawa metode filtrasi pada bakteri Staphylococcus
tanin, saponin, flavonoid, dan alkoloid. aureus dan Escherichia coli belum pernah
Senyawa aktif tersebut berperan sebagai dilakukan. Oeh sebab itu, peneliti
antimikroba, yaitu suatu zat yang dapat melakukan penelitian terhadap Sensifitas
membunuh atau menghambat pertumbuhan Filtrat Daun Katuk (Sauropus androgynus
mikroba (Kuntoro, 2007). l.) terhadap Bakteri Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus adalah salah dan Escherichia coli.
satu jenis bakteri patogen gram positif.
Sekitar 50% galurStaphylococcus aureus
dapat menghasilkan satu enterotoksin atau METODE DAN ANALISA
lebih. Enterotoksin merupakan penyebab
penting keracunan makanan (food Bahan-bahan yang digunakan
poisoning), yang ditandai dengan waktu meliputi : tumbuhan katuk (Sauropus
inkubasi yang pendek yaitu terjadi 1 androgynus l.) muda, bewarna hijau yang
sampai 6 jam setelah makan makanan yang ada di Dsn. Grogol, Bungah, Gresik,
mengandung enterotoksin. Efek yang biakan kuman murni Staphylococus aureus
ditimbulkan akibat keracunan tersebut dan Escherichia coli yang didapatkan dari
antara lain; mual hebat, muntah, kejang BBLK (Balai Besar Laboratorium

189
Kesehatan). Media yang digunakan adalah perasan daun katuk diletakkan pada tabung
NAS (Nutrient Agar Slant), EMB (Eosin centrifuge steril kemudian dicentrifuge
Methylen Blue), MSA (Manitol Salt Agar), selama 15 menit dengan kecepatan 2000
TSB (Trypticase Soy Broth). Reagensia rpm, diambil filtratnya dan dan diletakkan
yang digunakan BaCl₂ 1%, H₂SO4 1%, di elemeyer steril filtrat
NaCl 0,9% (Pz steril), dan aquadest steril. Prosedur uji antimikroba, meja
Sedangkan untuk alat-alat yang dibersihkan terlebih dahulu dengan
digunakan antara lain: Autoclave, oven, desinfektan. Pada penelitian ini digunakan
sentrifuge, neraca digital, batang pengaduk, enam macam konsentrasi filtrat daun katuk
gelas arloji, rak tabung reaksi, tabung yaitu konsentrasi 100%, 90%, 80%, 70%,
reaksi, gelas ukur, ose, api spiritus, pipet 60%, dan 50%. Disiapkan 6 tabung untuk
ukur, kapas berlemak, erlemeyer, kasa Staphylococcus aureus, 6 tabung untuk
steril. Lama waktu penelitian 3 minggu, Escherichia coli dan 4 tabung untuk
dengan masing-masing inkubasi 24 jam kontrol. Tabung 1 berisi 1 ml filtrat daun
dengan suhu yang sama yaitu 37oC. katuk konsentrasi 100%, tabung 2 berisi
Adapun teknik sampling pada 0,9 filtrat daun katuk dan 0,1 ml TSB
penelitian ini adalah asidental sampling. (Tripticase Soy Broth) konsentrasi 90%,
Prosedur dalam penelitian ini dilakukan tabung 3 berisi 0,8 ml filtrat daun katuk
dengan cara. Pertama, mempersiapkan alat dan 0,2 ml TSB (Tripticase Soy Broth)
yang disteril dengan dicuci bersih dan konsentrasi 80%, tabung 4 berisi berisi 0,7
dikeringkan (kecuali ose di fiksasi sampai ml filtrat daun katuk dan 0,3 ml TSB
membara), masing-masing peralatan (Tripticase Soy Broth) konsentrasi 70%,
dibungkus dengan koran dan dimasukkan tabung 5 berisi 0,6 ml filtrat daun katuk
dalam autoclave dengan suhu 121oC dan 0,4 ml TSB (Tripticase Soy Broth)
selama 15 menit, kemudian peralatan untuk konsentrasi 60%, tabung 6 berisi 0,5
didinginkan dan siap untuk digunakan. ml filtrat daun katuk dan 0,5 TSB
Kedua, Pembuatan Mac Farland 0,5%. (Tripticase Soy Broth) untuk konsentrasi
memepersiapkan tabung untuk standart 50%. Masing- masing tabung ditambah 1
Mac Farland yang ukuranya sama dengan ml suspensi kuman, untuk kontrol positif
tabung untuk suspensi kuman, dipipet 0,05 berisi suspensi kuman dan 1 ml TSB
ml BaCl₂1% lalu dimasukkan dalam (Tripticase Soy Broth), untuk kontrol
tabung, ditambahkan 4,95 ml H₂SO4 1% negatif berisi filtrat daun katuk dan 1 ml
dimasukkan dalam tabung yang berisi 0,05 TSB (Tripticase SoyBroth), diinkubasi
ml BaCl₂ 1% lalu dicampur hingga selama 24 jam dengan suhu 37oC. Dilihat
homogen. adanya kadar terendah dari antimikroba
Ketiga, Pembuatan suspensi kuman. yang mampu menghambat pertumbuhan
mempersiapkan biakan murni bakteri ditandai dengan tidak adanya
Staphylococus aureus dan Escherichia coli kekeruhan pada tabung untuk menentukan
yang sudah diremajakan pada media KHM (Kadar Hambat Minimum) atau MIC
NAS,Pz steril, tabung reaksi dan standart (Minimum Inhibitory Concentration),
Mac Farland 0,5%. Dipipet Pz steril disiapkan media MSA dan EMB yang
masukkan dalam tabung sesuai kebutuhan, sudah disiapkan dan dihilangkan air
ditambahkan bakteri sedikit demi sedikit kondenya, diinokulasikan filtrat daun katuk
pada media NAS sehingga terbentuk ke dalam media media MSA dan EMB
kekeruhan yang sama dengan Mac Farland dengan cara tanam penuh, diinkubasi
0,5. Keempat, Pembuatan filtrat daun selama 24 jam dengan suhu 37oC. Dihitung
katuk. Diambil ujung dari daun katuk yang jumlah koloni bakteri untuk mengetahui
masih muda dicuci bersih menggunakan kadar KBM (Kadar Bunuh Minimum) atau
aquades steril. Lalu ditiriskan dan MBC (Minimal Bactericdal Concretation).
ditimbang 100 gram dan ditambah aquades KBM adalah kadar terendah dari
steril 100 ml lalu dihancurkan dengan antibakteri yang dapat membunuh bakteri
blender, dituang hasil blenderan dengan dalam menghambat pertumbuhan bakteri
kasa steril dan diperas sehingga air dari Staphylococus aureus dan Escherichia coli
kasa steril yang berisi filtrat daun katuk (Alimsardjono, 2015).
keluar semua. Lalu, hasil perasan direbus Data yang diperoleh dari hasil
selama 15 menit dengan suhu 85ºC, air pemeriksaan yang dilakukan dengan
190
mengetahui nilai KHM dan KBM dengan metode diluttion test ke media
menghitung jumlah bakteri dalam MSA dengan konsentrasi 100%
(CFU/ml).

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil Sensitifitas Filtrat Daun Katuk
(Sauropus androgynus
l.)terhadapStaphylococcus aureus.
uji sensifitas filtrat daun katuk
terhadap pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus dengan metode
dillution test (Gambar 1 dan 2) dan
penanaman pada media MSA (Gambar 3), Gambar 4 Hasil penanaman bakteri
didapatkan hasil pada Tabel 1 sebagai Staphylococcus aureus dari
berikut: metode diluttion test ke media
MSA dengan konsentrasi 50%

Berdasarkan hasil dari uji efektifitas


filtrat daun katuk (Sauropus androgynus l.)
terhadap pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus, dapat dilihat pada
Tabel 1 dan Gambar 5, bahwa filtrat daun
katuk dengan konsentrasi 100%, 90%,
80%, 70%, 60%, 50% mampu menghambat
Gambar 1 Pengenceran filtrat daun katuk pertumbuhan Staphylococcus aureus.
dengan berbagai konsentrasi Filtrat daun katuk dengan konsentrasi
sebelum inkubasi terhadap bakteri paling tinggi, belum bisa membunuh secara
Staphylococcus aureus sempurna bakteri Staphylococcus aureus.
Hal tersebut dapat dilihat dari media yang
masih terdapat pertumbuhan bakteri dari
pertumbuhan dengan berbagai konsentrasi
filtrat daun katuk.
Berikut merupakan histogram
pertumbuhan bakteri Staphylococcus
aureus yang diberi perlakuan filtrat daun
katuk dengan berbagai konsentrasi.
Gambar 2 Pengenceran filtrat daun katuk
dengan berbagai konsentrasi
sesudah inkubasi terhadap
bakteri Staphylococcus aureus

Gambar 5 Histogram jumlah bakteri dari


berbagai variasi konsentrasi
filtrate daun katuk
Staphylococcus aureus

Gambar 3 Hasil penanaman bakteri Filtrat daun katuk bisa menghambat


Staphylococcus aureus dari tetapi belum bisa membunuh sehingga
tidak terdapat KBM dari hasil penelitian
191
ini. Selain itu filtrat daun katuk pada
konsentrasi 50% dapat diartikan KHM Senyawa alkaloid pada daun katuk
(Kadar Hambat Minimum). Hal ini mampu merusak struktur peptidoglikan
disebabkan karena daun katuk muda yang yang ada pada dinding sel Staphylococcus
tidak memiliki senyawa alkaloid yang aureusdengan cara membentuk porin,.
mampu membunuh struktur peptidoglikan Rusaknya porin mengakibatkan
sel bakteri Staphylococcus aureus permeabilitas membran sel terganggu
(Santoso, 2013). (Santoso, 2013).

Hasil Sensitifitas Filtrat Daun Katuk


Tabel 1 Hasil pemeriksaan uji efektifitas (Sauropus androgynus l.) terhadap
filtrat daun katuk terhadap pertumbuhan Escherichia coli
bakteri Staphylococcus aureus
Kon Jumlah bakteri Rata Ket Hasil penelitian mengenai uji
sentr Staphylococcu -rata eran sensifitas filtrat daun katuk terhadap
asi s aureus CFU gan pertumbuhan bakteri Escherichia coli dapat
(CFU/ml) /ml dilihat dengan metode dillution test
Ulang Ulang (Gambar 6 dan 7) serta pada Tabel 2.
an 1 an 2
100 4,8 x 6,5 x 5,6 x Ada
% 10⁴ 10⁴ 10⁴ ham
bata
n
90% 1,1 x 1,1 x 1,1 x Ada
105 105 105 ham
bata
Gambar 6 Pengenceran filtrat daun katuk
n
dengan berbagai konsentrasi
80% 1,4 x 1,4 x 1,4x Ada sebelum inkubasi terhadap bakteri
105 105 105 ham Escherichia coli
bata
n
70% 1,7 x 1,6 x 1,6 x Ada
105 105 105 ham
bata
n
60% 2,0 x 2,1 x 2,1 x Ada
105 105 105 ham
bata Gambar 7 Pengenceran filtrat daun katuk
n dengan berbagai konsentrasi
50% 2,5 x 2,7x 2,6 x Ada sesudah inkubasi terhadap bakteri
105 105 105 ham Escherichia coli
bata
n Berdasarkan hasil dari uji efektifitas
Kont 0 0 0 filtrat daun katuk (Sauropus androgynus l.)
rol terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia
posit coli pada Tabel 2, bahwa filtrat daun katuk
if dengan konsentrasi 100%, 90%, 80%,
Kont 2,8 x105 mampu membunuh bakteri yang di tandai
rol dengan tidak adanya pertumbuhan bakteri
nega di media. Pada konsentrasi 70%, 60%,50%
tif mampu menghambat pertumbuhan bakteri
Keterangan: yang ditandai dengan adanya pertumbuhan
1. Kontrol positif : Filtrat daun katuk + bakteri di media yang jumlahnya lebih
media TSB sedikit dibandingkan dengan kontrol
2. Kontrol negatif : Suspensi kuman negatif.
Staphylococcus aureus + media TSB
192
Tabel 2 Hasil pemeriksaan uji efektifitas Hasil dari uji bakteri Escherechia
filtrat daun katuk terhadap coli pada tabung dengan berbagai variasi
pertumbuhan bakteri Escherichia konsentrasi, terdapat kekeruhan dan
coli kejernihan pada tabung yang berbeda.
Jumlah bakteri Tabung dengan konsentrasi daun filtrat
Rata-
Kon Escherichia 70%, 60%, dan 50% berisi suspensi yang
rata Keter
sent coli (CFU/ml) lebih keruh dibandingkan kontrol positif.
CFU/ angan
asi Ulang Ulang Sedangkan tabung dengan konsentrasi
ml
an 1 an 2 100%, 90%, dan 80% berisi suspensi yang
Dapat jernih (tidak terdapat koloni bakteri
100 Escherichia coli). Pada konsentrasi 50%
0 0 0 memb
% dapat diartikan KHM, karena konsentrasi
unuh
Dapat tersebut merupakan konsentrasi paling
90% 0 0 0 memb kecil yang dapat menghambat pertumbuhan
unuh bakteri dan hasil penelitian konsentrasi
Dapat 80% adalah KBM. Kemampuan daun katuk
80% 0 0 0 memb dalam menghambat pertumbuhan
unuh Escherichia coli di duga karena daun
Ada katuk mengandung senyawa flavonoid
1,0 x 1,1 x 1,0 x hamb yang berperan dalam menggangu integritas
70% komponen membran sel bakteri. Selain itu,
10⁴ 10⁴ 10⁴ atan
flavonoid yang terdapat pada daun katuk
Ada bekerja dengan cara membentuk senyawa
1,0 x 1,2 x 1,1 x hamb kompleks di protein ekstraseluler pada
60% membran sel bakteri, adanya ikatan
10⁴ 10⁴ 10⁴ atan
tersebut menyebabkan ketidak seimbangan
Ada komponen membran hingga terjadi lisis
1,7 x 1,6 x 1,6 x membran sel bakteri (Ngajow dkk, 2013).
50% hamb
10⁴ 10⁴ 10⁴ Senyawa tanin dalam trembesi juga
atan
Kon berpotensi sebagai antibakteri Escherichia
trol coli. Tanin memiliki khasiat sebagai
0 0 antibakteri. Efek antibakteri anatara lain
posi
tif meliputi kerusakan membran sel bakteri,
0 hal ini akan menghambat pertumbuhan
Kon
trol bakteri dan bakteri akan mati (Sari, 2015).
2,0 x 10⁴
nega
tif
Keterangan: KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kontrol positif : Filtrat daun katuk + Kesimpulan
media TSB
2. Kontrol negatif : Suspensi kuman Filtrat daun katuk(Sauropus
Staphylococcus aureus + Media androgynus l.) dengan konsentrasi 50%
merupakan konsentrasi hambat minimum
(KHM) untuk bakteri Staphylococcus
aureus, dan variasi konsentrasi hingga
100% juga mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus
aureus. Sedangkan filtrat daun
katuk(Sauropus androgynus l.) dengan
konsentrasi 50% merupakan konsentrasi
hambat minimum (KHM) untuk bakteri
Escherichia coli. Sedangkan konsentrasi
Gambar 8 Histogram jumlah bakteri dari
80% sampai 100% mampu membunuh
berbagai variasi konsentrasi
pertumbuhan bakteri.
filtrate daun katuk Escherichia
coli
193
Saran Oneline. Vol. 2, No. 2, Hal: 128-
132.
Penelitian selanjutnya sebaiknya
melakukan perbandingan penelitian daun Santoso. (2013). Katuk Tumbuhan Multi
katuk tua dan katuk muda. Selain itu, Khasiat. Unib: Bengkulu.
melakukan ekstraksi senyawa bioaktif
untuk melihat pengaruhnya terhadap Sari, dkk. (2010). Identifikasi dan Uji
pertumbuhan bakteri gram positif dan gram Aktifitas Senyawa Tanin dari
negatif. Bagi masyarakat, daun katuk Ekstrak Daun Trembesi sebagai
Antibakteri Escherichia coli. Jurnal
Kimia.Vol. 9, No. 1, Hal: 27-3
KEPUSTAKAAN
Djamil, R., Zaidan, S. (2016). Isolasi
Senyawa Flavonoid dari Ekstrak
Metanol Daun Katuk (Sauropus
androgynus l.) Euphobiaceae.
Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia.
Vol. 14, No. 2, Hal: 58-61. ISSN
1693-1831.
Hayati dkk.(2010). Proses Identifikasi dan
Proses Fraksinasi Senyawa-
Senyawa Tanin di dalam Daun
Belimbing Wuluh. Jurnal
Kimia.Vol. 4, No. 2, Hal: 193- 200.
Jawetz dkk. (2006). Mikrobiologi
kedokteran. EGC: Jakarta.
Kuntoro dkk. (2007). Penggunaan Ekstrak
Daun Katuk (Sauropus androgynus
l.) sebagai Bahan Pengawet Alami
Daging Sapi Segar. Jurnal
Peternakan. Vol. 4, No. 1, Hal: 6-
12.
Kuswiyanto. (2017). Bakteriologi 2 . EGC:
Jakarta.
Mukhriani, dkk. (2014). Uji Aktifitas
Antibakteri Hasil Fraksinasi dari
Ekstrak Metanol Daun Katuk
(Sauropus androgynus l.) terhadap
Beberapa Bakteri Patogen. JF FIK
UINAM. Vol. 2, No. 1, Hal: 12-17.
Mulyana, dkk. (2013). Pengaruh Pemberian
Infusa Daun Katuk (Sauropus
androgynus l.) terhadap Kadar
Trigliserida Serum Darah Kambing
Kacang Jantan Lokal. Jurnal
Medika Veterinoria. Vol. 7, No. 2,
Hal: 135-137. ISSN 0853-1943.
Ngajow dkk. (2013). Pengaruh Antibakteri
Ekstrak Kulit Batang Matoa
terhadap Staphylococcus aureus
secara In Vitro. Jurnal Mipa Unsrat
194

Anda mungkin juga menyukai