Anda di halaman 1dari 12

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUM MIMBA (Azadirachta indica) PADA Staphylococcus aureus

Misgiati1, Elliyana Hanni2 Akademi Analis Farmasi dan Makanan Putra Indonesia Malang 2 Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang faiz219@yahoo.co.id

Abstrak: Mimba (Azadirachta indica Juss.) merupakan salah satu bahan alam yang secara empiris digunakan oleh masyarakat untuk mengobati beberapa penyakit, misalnya antipiretik, antihipertensi, antidiabetes, dan antiinflamasi. Daun mimba mengandung flavonoid dan alkaloid yang diduga mempunyai daya antibakeri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui antivitas antibakteri dari ekstrak daun mimba terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus serta mengetahui Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh Minimum (KBM) yang dihasilkan oleh ekstrak daun mimba dengan dosis 1 gram, 6 gram, 11 gram dan 16 gram terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Daun mimba yang digunakan yaitu daun segar yang kemudian dikeringkan hingga membentuk simplisia. Ekstrak dilakukan dengan cara perkolasi, pelarut etanol 70%. Analisis percobaan menggunakan Analisis Varian Satu Arah atau ANAVA yang dilanjutkan dengan uji SNK. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada dosis 6 gram mulai terdapat daya hambat minimum, sedangkan dosis 11 gram pada daya bunuh minimum dan terdapat perbedaan hasil dari jumlah bakteri yang tumbuh tiap penambahan dosisnya terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Kata Kunci: aktivitas antibakteri, ekstrak daun mimba, Staphylococcus aureus

Abstrac: Mimba (Azadirachta indica Juss.) is one of the natural ingredients that are empirically used by people to treat some diseases, such as antipyretic, antihypertensive, antidiabetic, and anti-inflammatory. Mimba leaves contain flavonoids and alkaloids are thought to have the antibacterial power. The purpose of this study was to determine the antibacterial antivity of mimba leaf extract on the growth of Staphylococcus aureus and knowing Minimum Inhibitory Concentration (MIC) and Minimum Kill Concrentation (MKC) generated by mimba leaf extract at a dose of 1 gram, 6 grams, 11 grams and 16 grams on the growth of Staphylococcus aureus. Mimba leaves are used fresh leaves are then dried to form bulbs. Extract done by percolation, 70% ethanol. Analysis of trials using Varian Analysis One Way or ANOVA followed by SNK test. The results showed that at a dose of 6 grams are from minimum inhibitory power, while the dose of 11 grams of the power to kill a minimum and there are differences in the results of the amount of bacteria that grows each additional dose of the bacterium Staphylococcus aureus. Keyword: antibacteri activity, mimba leave extract, Staphylococcus aureus

Kekayaan alam di Indonesia banyak macamnya, contohnya tanaman yang dapat digunakan sebagai pengobatan. Masyarakat pada umumnya belum mengetahui khasiat secara ilmiah tanaman yang ada disekitarnya, baik yang tumbuh liar, ataupun tanaman hias. Padahal, banyak tanaman yang dapat berkhasiat obat, misalnya penurun panas, obat pereda rasa nyeri, obat bisul dan lain-lain. Bisul merupakan penyakit yang umumnya diderita oleh masyarakat. Bisul adalah peradangan pada folikel rambut pada kulit dan jaringan sekitarnya disebabkan oleh berbagai faktor antara lain akibat iritasi, kebersihan yang kurang, daya tahan tubuh kurang dan infeksi oleh Staphylococcus aureus (Mandal dkk, 2008) Staphylococcus aureus adalah salah satu jenis bakteri staphylococcus yang tergolong sebagai flora normal pada kulit manusia. Bakteri ini merupakan salah satu jenis bakteri gram positif yang tersebar luas di air, tanah, tanaman dan binatang. Bakteri ini berbentuk coccus atau bulat dan dapat menyebabkan penyakit seperti infeksi pada folikel rambut dan kelenjar keringat, bisul, infeksi pada luka, meningitis, endocartitis, pneumonia, osteomyelitis, dan

pyelonephiritis (Alif, 2010; Maragathavali, et al., 2012) Salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai pengobatan infeksi adalah daun mimba (Azadirachta indica Juss.). Masyarakat kita menggunakan daum mimba sebagai antipiretik, antihipertensi, antidiabetes, dan antiinflamasi. Kegunaan daun mimba yang lain adalah untuk pengobatan bisul. Secara empiris, penggunaan daun mimba sebagai pengobatan bisul sebanyak 5-7 lembar daun mimba kemudian ditumbuk dan ditempelkan pada bisul tersebut. Mimba mempunyai kandungan senyawa alkaloid, flavonoids, triterpenoids, phenolic compounds, karotenoids, steroids and ketones (Hashmad, 2012). Senyawa aktif flavonoid dan alkaloid mempunyai aktivitas sebagai antibakteri (Rohma, 2011). Mekanisme antibakteri alkaloid dengan cara mengganggu komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri sedangkan flavonoid mempunyai kemampuan untuk mengikat dinding sel bakteri. Ada tiga metode yang digunakan untuk menguji aktivitas antibakteri. Pertama, metode penyebaran (Diffusion method ). Kedua, metode pengenceran

(Dilution method ). Ketiga, metode bioautografi (Bioautografi method). Metode yang digunakan dalam pengujian aktivitas antibakteri ekstrak daun mimba adalah metode dilusi. Berdasarkan uraian diatas, dilakukan penelitian uji aktivitas antibakteri dari ekstrak daun mimba agar mengetahui Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh Minimum (KBM) daun Mimba. Bakteri uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah Staphylococcus aureus.

Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif yang terdapat pada kulit dan dapat menimbulkan infeksi. Pada penelitian ini digunakan metode perkolasi saat pengambilan akstrak daun mimba dan dilanjutkan dengan metode dilusi untuk menguji aktivitas antibakteri. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat ekperimental, yang bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak daun mimba dengan dosis 1g, 6g, 11g dan 16g terhadap Staphylococcus aureus. Penelitian ini meliputi tiga tahap, yaitu: Pertama, tahap persiapan alat dan bahan praktek meliputi persiapan simplisia uji, persiapan bakteri uji, persiapan media, dan persiapan lainnya. Kedua, tahap pelaksanaan meliputi proses sterilisasi alat yang akan digunakan, pembuatan ekstrak daun mimba, pembuatan biakan murni Staphylococcus aureus dan pengujian aktivitas daun mimba terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Ketiga, tahap akhir meliputi pengamatan terhadap hasil pengujian, analisis data, dan pembuatan kesimpulan. Pembuatan ekstrak daun mimba Pembuatannya teriri dari: 1) daum mimba segar dicuci, dikeringkan, dan digiling, 2) serbuk daun mimba ditimbang sebanyak 102 gram. 3) dimasukkan kedalam beaker glass dan dibasahi dengan etanol 70% secukupnya, 4) simplisia direndam dengan cairan penyari selama 24 jam dalam wadah tertutup rapat, setelah 24 jam, simplisia yang direndam dipindah kedalam perkolator, 5) setelah selesai, kemudian ditambahkan etanol 70% secukupnya sampai cairan mulai menetes dan diatas simplisia masih terdapat selapis cairan penyari, 6) No 5 dihentikan jika sudah menggunakan 80 bagian etanol 70% tersebut, 7) Ampas

diserkai, 8) hasil ekstraksi yang diperoleh, kemudian dipanaskan dalam evaporator, 9) ekstrak yang diperoleh ditimbang 76,95 gram. Penyiapan bakteri uji Bakteri yang digunakan dalam penelitian ini adalah Staphylococcus aureus yang diperoleh dari biakan murni di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang. Larutan NaCl 0,9% sebanyak 25 ml disiapkan pada beker glas untuk mensuspensikan Staphylococcus aureus. Serapan suspensi Staphylococcus aureus diukur dengan spektrofotometer, sinar tampak pada panjang gelombang 580 nm, diatur sedemikian rupa sehingga pengenceran tertentu diperoleh % transmitans 25 . Pengujian Konsentrasi Hambat Minimum (KHM/ MIC/ Minimum Inhibitory Concentration) Langkah-langkah pengujian konsentrasi hambatan minimum adalah sebagai

berikut: (1) Biakan Staphylococcus aureus disiapkan, (2) media cair Nutrient Broth pada tabung masing-masing 10 ml disiapkan, (3) 1 ml suspensi bakteri dipipet kedalam masing-masing tabung dan dibiarkan kurang lebih 1 jam dalam inkubator dengan suhu 370C, (4) Memasukkan masing-masing dosis ekstrak daun mimba yang sudah ditimbang kedalam masing-masing tabung dan diinkubasikan pada suhu 370C selama 1 X 24 jam, (5) Setelah 1 X 24 jam mengamati perbedaan kekeruhan pada masing-masing tabung dan bandingkan dengan kontrol positif dan negatif. Pengujian Konsentrasi Bunuh Minimum Langkah-langkah pengujian konsentrasi bunuh minimum adalah sebagai berikut: (1) media padat selektif Nutrient Agar disiapkan, (2) suspensi media cair diipet 1 ml hasil dilusi tabung yang telah diinkubasikan lalu dituang kedalam cawan petri yang berisi media selektif dengan pipet volume/blue tip dalam laminar air flow dan kemudian inkubasikan pada suhu 370C selama 1 X 24 jam, (3) diinkubasikan selama 1 hari, mengamati tidak adanya pertumbuhan koloni pada media, jika terdapat pertumbuhan bakteri menghitung jumlah bakteri yang tumbuh dalam media tersebut.

Analisis data Pengujian Konsentrasi hambat minimum dilakukan dengan membandingkan media cair yang keruh pada masing-masing tabung dengan kontrol yang kemudian dilanjutkan dengan perhitungan jumlah bakteri Staphylococcus aureus yang tumbuh pada masing-masing tabung dengan cara dibiakkan kembali pada media selektif dan diinkubasikan pada suhu 370C selama 1 X 24 jam. Daya hambat minimal ekstrak daun mimba terhadap Staphylococcus aureus ditandai dengan adanya penurunan kekeruhan yang mulai tampak jernih pada masingmasing media cair dalam masing-masing tabung. Daya bunuh minimal ekstrak daun mimba terhadap bekteri

Staphylococcus aureus ditandai dengan tidak adanya pertumbuhan koloni. Dengan mengetahui tidak adanya pertumbuhan koloni sama sekali menandakan bahwa dosis tersebut yang mampu membunuh pertumbuhan bakteri

Staphylococcus aureus. Pertumbuhan koloni ditandai dengan banyak sedikitnya bintik-bintik kuning diatas media selektif yang kemudian dihitung menggunakan colony counter. Setelah itu dianalisis menggunakan Analisis Varian Satu Arah atau ANAVA.

HASIL PENELITIAN Hasil penelitian konsentrasi hambat minimum terdapat dalam tabel 1.1 di bawah ini Tabel 1.1 Hasil Pengamatan Konsentrasi Hambat Minimum Dosis Kontrol R eplikasi I II III Keterangan: A : perlakuan dosis daun mimba 1 gram. B : perlakuan dosis daun mimba 6 gram. C : perlakuan dosis daun mimba 11 gram. A Keruh Agak keruh Keruh B Keruh Agak keruh Agak keruh C Jernih Jernih jernih D Jernih Jernih jernih Keruh Jernih Jernih L M E

D E L M

: perlakuan dosis daun mimba 16 gram. : perlakuan kontrol media + ekstrak : perlakuan kontrol media + bakteri : perlakuan kontrol media.

Adapun pengamatan gambarnya terdapat pada gambar 1.1 di bawah ini

Gambar 1.1 Hasil uji KHM pada dosis 1g, 6g, 11g dan 16g Hasil penelitian konsentrasi bunuh minimum terdapat dalam tabel 1.2 di bawah ini Tabel 1.2 Hasil Pengamatan Uji KBM Ekstrak Daun Mimba (Azadirachta indica Juss.) Terhadap Bekteri Staphylococcus aureus. Pengamatan 1 2 3 TOTAL Rata-rata Keterangan: Perlakuan Sampel A B C D 585 83 0 0 113 33 0 0 256 25 0 0 954 141 0 0 318 47 0 0 Total Perlakuan Kontrol L M E

1072 365

TBUD

A : perlakuan dosis daun mimba 1 gram.

B C D E L M

: perlakuan dosis daun mimba 6 gram. : perlakuan dosis daun mimba 11 gram. : perlakuan dosis daun mimba 16 gram. : perlakuan kontrol media + ekstrak : perlakuan kontrol media + bakteri : perlakuan kontrol media.

Adapun gambar pengamatannya terdapat pada gambar 1.2 di bawah ini

Dosis 1 g

Dosis 6 g

Dosis 11 g

Dosis 16g

Gambar 1.2 Hasil Pengamatan konsentrasi Bunuh Minimum

PEMBAHASAN Pengujian antibakteri dilakukan dengan metode dilusi, yaitu dengan melihat kekeruhan dalam tabung yang berisi media cair (KHM) dan dilanjutkan dengan

melihat ada tidaknya pertumbuhan bakteri pada media padat (KBM). Dosis yang digunakan yaitu 1 gram, 6 gram, 11 gram dan 16 gram. Penelitian ini menggunakan metode KHM (Kadar Hambat Minimum) dan KBM (Kadar Bunuh Minimum). Keuntungan dari penggunaan metode KHM dan KBM adalah memungkinkan adanya suatu hasil kuantitatif yang menunjukkan jumlah obat yang diperlukan untuk menghambat mikroorganisme yang diperiksa (Jawetz et al.,1996). Pengujian dengan uji KHM, terlihat hasil yang bervariasi dari ekstrak daun mimba dari yang terendah sampai dengan dosis yang tertinggi. Aktivitas antibakteri pada uji KHM dapat dilihat dari kekeruhan masing-masing tabung, yaitu pada tabung yang berisi dosis ekstrak rendah sampai dosis yang tertinggi didapat hasil pengamatan tabung keruh, agak keruh hingga jernih yang didasarkan atas kontrol media bakteri. Tabung yang keruh menandakan bahwa terdapat pertumbuhan bakteri sedangkan tabung yang jernih menandakan sebaliknya yaitu tidak adanya pertumbuhan bakteri (Jawetz dkk., 1996). Analisa kekeruhan pada tabung hanya dilihat secara fisik, yaitu hanya dengan dibandingkan dengan kontrol saja, sehingga pengamatannya relatif dan tidak menghasilkan hasil yang pasti. Kemudian dari hasil uji KHM dilanjutkan dengan uji KBM. Hasil pengamatan daya bunuh minimal dapat ditandai dengan tidak ada sama sekali pertumbuhan bakteri pada media padat. Hasil pengamatan yang didapat, ditunjukkan dengan jumlah koloni terbanyak pada dosis 1 gram dan 6 gram. Sedangkan pada dosis 11 gram dan 16 gram menunjukkan tidak adanya pertumbuhan koloni bakteri sama sekali, dengan hasil ini telah diperoleh dosis yang efektif untuk mengahambat dan membunuh bakteri Staphylococcus aureus. Pada dosis ke dua yaitu dosis 6 gram, masih terdapat pertumbuhan bakteri namun pada dosis ketiga (11 gram) sudah tidak ada sama sekali pertumbuhan bakteri, dari hasil ini dapat diambil kesimpulan bahwa pada rentang dosis 6 gram hingga 11 gram, terdapat dosis yang efisien untuk menghambat dan membunuh bakteri.

Daya antibakteri yang terdapat pada ekstrak daun mimba yaitu flavonoid dan alkaloid. Flavonoid mempunyai kemampuan bercampur dengan lipoprotein yang merupakan penyusun dari dinding sel bakteri. Ketika flavonoid bercampur dengan lipoprotein maka dinding sel akan menggelembung dan pecah, jika salah satu penyusun dari dinding bakteri diikat, maka kekuatan dari sel tersubut akan menurun. Sedangkan senyawa alkaloid mempunyai mekanisme sebagai antibakteri dikarenakan dapat mengganggu komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri (Rohma, 2011). Selanjutnya data yang diperoleh, di uji dengan uji statistik menggunakan Analisis Varian satu Arah atau ANAVA. Alasan peneliti memilih ANAVA karena formula yang diteliti lebih dari dua, dan juga untuk memudahkan peneliti dalam menentukan formula yang paling efektif. Hasil dari ANAVA konsentrasi bunuh minimum ekstrak daun mimba terhadap

Staphylococcus aureus dapat dilihat dari F hitung 4,702 lebih besar dari F tabel 5% dan kurang dari F tabel 1%. Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak karena ada perbedaan pengaruh perlakuan dikatakan nyata atau ada perbedaan nyata pada pengaruh perlakuan beberapa dosis yang digunakan . Untuk mengetahui perlakuan mana yang berbeda, maka dilakukan uji lanjutan yaitu SNK ( Student Newman dn Keuls). Hasil dari uji SNK dari perlakuan yang dibandingkan yaitu perlakuan A dengan B, A dengan C, A dengan D, B dengan C, B dengan D, dan C dengan D diperoleh rata-rata lebih kecil dari W, sehingga terdapat perbedaan yang tidak terlalu signifikan.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Adapun kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut; (1)

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun mimba mempunyai aktivitas sebagai antibakteri Staphylococcus aureus, ini dapat dibuktikan melalui tidak adanya pertumbuhan bakteri pada uji KBM, (2) Hasil dari uji KHM yang dapat menghambat bakteri Staphylococcus aureus adalah

pada dosis 6 gram, (3) Hasil dari uji KBM yang dapat menghambat bakteri Staphylococcus aureus adalah pada dosis 11 gram. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dapat disarankan sebagai berikut: (1) Dilakukan penelitian untuk menentukan efesien dosis pada rentang dosis 6 gram hingga 11 gram, (2) Pengujian Kadar Hambat Minimum (KHM) seharusnya diuji menggunakan spektrofotometer.

DAFTAR PUSTAKA Agustina. 2010. Pengaruh Eksrak Rimpang Lempuyang Gajah (Zingiber zerumbet Smith) Terhadap Aktivitas Antibakteri Pada Bakteri Staphylococcus aureus. Karya Tulis tidak diterbitkan. Malang: Akademi Farmasi Indonesia Malang. Anonim. 2005. Tanaman Obat Indonesia, (Online), (http://www.iptek.net.id, diaskes 16 Januari 2012) Apriliani, Rohma. 2011. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Mimba (Azadirachta indica A. Juss) Terhadap Bakteri Shigella dysentriae. Karya Tulis tidak diterbitkan. Malang: Akademi Analis Farmasi dan Makanan Putra Indonesia Malang. Dwijoseputro. 1994. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan. Fardiaz, Srikandi. 1993. Analisis mikrobiologi pangan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Gunawan, Didik, dan Mulyani, Sri. 2004. Ilmu Obat Alam. Jakarta: Penebar Swadaya. Hashmat, Imam., Azad, Hussain., and Ahmed, Ajij. 2012. Neem (Azadirachta indica A.Juss)- A Natures Drugstrore: An overview. International Research Journal of Biological Sciences: Vol 1(6), 76-79, October. Harmita dan Radji, Maksum. 2005. Buku Ajar Analis Hayati. Edisi II. Jakarta: Ari Cipta. Indonesia, Departemen Kesehatan. 1995. Farmacope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan. Indonesia, Departemen Kesehatan. 1986. Sediaan Galenika. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jawetz, Melnick dan Adel Berg. 1996. Mikrobiologi Kedokteran . Jakarta : ECG. Mandal, Wilkins, Dubar, Mayon-White. 2008. Lecture Notes : Penyakit Infeksi. Jakarta : Penerbit Erlangga. Maragathavali, S., et al. 2012. Antimicrobial Activity in Leaf Extract Of Neem (Azadirachta Indica Linn). International Journal Of Science And Nature, Vol 3(1): 110-113

Oktaviani, Alif. 2010. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb) pada Staphylococcus aureus. Karya Tulis tidak diterbitkan. Malang: Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang. Pelczar, M.J, dan Chan, E.C.S. 1998. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI Press.

Anda mungkin juga menyukai