Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KAJIAN PUSTAKA FARMASI

UJI AKTIVITAS ANTIMIKROBA SEDIAAN GEL EKSTRAK


ETANOL DAUN UBI JALAR UNGU TERHADAP
STAPHYLOCOCCUS AUREUS

Oleh :

Abdul Rasyid 51623011044


Yustika Anggriani 51623011141
Nurfadliyah Dyka 51623011005
Sri Winanengsi 51523011004
Rasniati Rasyid 51823011138

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PANCASAKTI MAKASSAR
TAHUN AKADEMIK 2023-2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat

dan rahmat-Nya lah penulis bisa menyelesaikan Makalah dengan judul “Uji

Efektivitas Ekstrak Etanol Daun Ubi Jalar Sebagai Antibakteri Terhadap

Staphylococccus aureus Secara In Vitro” tepat pada waktunya.

Makalah ini disusun dengan tujuan dapat memahami bahwa peningkatan

resistensi bakteri terhadap antibiotik konvensional menjadi tantangan serius dalam

dunia medis saat ini. Oleh karena itu, penelitian terus dilakukan untuk mencari

alternatif pengobatan yang efektif dan aman. Salah satu sumber potensial yang

menjadi fokus penelitian adalah tumbuhan, khususnya ekstrak etanol dari daun ubi

jalar.

Penulis menyadari bahwa keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang

dimiliki, namun dengan kerendahan hati, penulis berharap makalah ini dapat

memberikan sumbangan positif dan pemahaman yang lebih baik mengenai

pemanfaatan tumbuhan.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

memberikan dukungan, bimbingan, dan motivasi selama penulisan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan inspirasi bagi pembaca.

Makassar, Januari 2024

Penulis

1
DAFTAR ISI

Sampul

Kata Pengantar 1

Daftar Isi 2

BAB I Pendahuluan 3

BAB II Pembahasan 6

BAB III Penutup 11

Kesimpilan 11

Saran 11

Daftar Pustaka 13

2
BAB I

PENDAHULUAN

Menurut WHO (World Health Organization), Penggunaan tanaman sebagai

obat sudah dikenal luas baik di negara berkembang maupun negara maju. Hal ini

semakin diperkuat oleh adanya pemikiran back to nature serta krisis berkepanjangan

yang mengakibatkan turunnya daya beli masyarakat. Pengobatan primer di Asia dan

Afrika 70-80% populasinya masih tergantung pada obat tradisional. Meluasnya

penggunaan obat tradisional disebabkan kepercayaan masyarakat bahwa obat

tradisional berbahan alami, lebih aman dan tidak menimbulkan efek samping (WHO,

2008).

Indonesia memiliki beranekaragam jenis tanaman yang dapat digunakan

sebagai bahan obat. Dewasa ini terdapat berbagai produk sediaan farmasi

menggunakan bahan alam sebagai bahan baku obatnya. Salah satu bahan alam

yang telah diuji daya antibakterinya ialah daun ubi jalar ungu (Ipomoea batatas Poir)

(Rangotwat et al.,2016). Produksi ubi jalar digunakan sebagai bahan pangan dengan

tingkat konsumsi 7,9 kg/kapita/tahun, sedangkan sisanya dimanfaatkan sebagai

bahan baku industri, terutama saus, dan pakan ternak. Selama ini penggunaan ubi

jalar sebagai bahan pangan masih terbatas dalam bentuk makanan tradisional,

seperti ubi rebus, ubi goreng, kolak, gethuk, timus, dan keripik, sehingga citranya

rendah. Setelah tahun 2000-an, pemanfaatan ubi jalar sebagai bahan pangan mulai

bervarias (Dewi dan Sutrisno, 2014).

Indonesia memiliki sekitar sekitar 30 ribu jenis tanaman. Seribu jenis di

antaranya diketahui memiliki khasiat obat. Sementara 400 jenis dari 1.000 jenis itu

telah digunakan untuk produksi obat tradisional dalam negeri. Salah satu tanaman

3
yang dapat dimanfaatkan sebagai tanaman obat tradisional adalah daun ubi jalar.

Ubi jalar juga merupakan sejenis umbi-umbian yang sering kita jumpai dalam bentuk

olahan makanan, namun dapat dimanfaatkan sebagai tanaman obat. Bagian

tanaman yang bermanfaat sebagai obat yaitu akar, daun, kulit dan ubinya.

Berdasarkan penggunaan d imasyarakat, daun ubi jalar ungu digunakan sebagai

obat bisul, penurun panas dan luka bakar (Choesrina, 2015). Ubi jalar mengandung

beberapa senyawa metabolit sekunder salah satunya flavonid. Kandungan flavonoid

tidak hanya terkandung di dalam ubinya saja, namun flavonoid terkandung juga di

dalam daunnya. Hasil penafsiran fitokimia pada ekstrak daun ubi jalar menunjukkan

bahwa daun ubi jalar mengandung flavonoid dan tanin (Choesrina, 2015).

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diketahui daun ubi jalar ungu

(Ipomoea batatas Poir) memiliki kandungan senyawa antibakteri seperti flavonoid,

saponin dan polifenol, menghambat berbagai kerusakan yang terjadi pada sel

bakteri. Ciri khas infeksi yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus adalah

radang supuratif (bernanah) pada jaringan lokal dan cenderung menjadi abses.

Manifestasi klinis yang paling sering ditemukan adalah furunkel pada kulit dan

impetigo pada anak-anak. Infeksi superfisial ini dapat menyebar (metastatik) ke

jaringan yang lebih dalam menimbulkan osteomielitis, artritis, endokarditis dan abses

pada otak, paru-paru, ginjal serta kelenjar mammae. Pneumonia yang disebabkan

Staphylococcus aureus sering merupakan suatu infeksi sekunder setelah infeksi

virus influenza. Staphylococcus aureus dikenal sebagai bakteri yang paling sering

mengkontaminasi luka pasca bedah sehingga menimbulkan komplikasi. Bila terjadi

bakteriemia, infeksi dapat bermetastasis ke berbagai organ (Aryadi 2014).

Gel adalah bentuk sediaan semi padat yang mengandung zat pembentuk gel

(gelling agent) untuk memberikan kekakuan pada larutan atau dispersi koloid yang

4
digunakan untuk pemakaian luar pada kulit (Mayba and Gooderham, 2018). Sediaan

gel banyak dipilih karena sangat mudah diaplikasikan (mudah merata, meresap dan

dibersihkan) serta lebih menarik (transparan) dibanding dengan sediaan topikal

lainnya. Selain itu, sediaan gel tidak lengket, membarikan sensasi dingin, dan relatif

stabil sehingga memilki potensi lebih baik untuk formulasi sediaan topikal (Panjaitan

et al., 2012 dalam Sayuti, 2015). Sifat fisik dan stabilitas fisik gel harus memenuhi

syarat agar menghasilkan sediaan gel yang baik dan dapat diterima di masyarakat.

Sifat fisik gel yang diukur meliputi viskositas dan daya sebar. Stabilitas fisik dapat

dilihat dari perunahan viskositas gel selama penyimpanan. Daya sebar yang baik

menjamin pemerataan gel saat diaplikasikan ke kulit, sedangkan viskositas gel untuk

melihat kekentalan gel.

Faktor yang paling penting untuk menghasilkan sediaan gel yang baik adalah

memilih gelling agent yang akan dipakai. Gelling agent merupakan bahan yang

digunakan untuk menjaga konsistensi cairan padatan dalam suatu bentuk gel

(Hariningsih, 2019). Penambahan gelling agent digunakan untuk mendapatkan

karakteristik sediaan sesuai dengan spesifikasi/kriteria yang diharapkan. Kandungan

air yang tinggi dalam basis gel dapat menyebabkan terjadinya hidrasi pada luka

sehingga akan memudahkan penetrasi obat (Allen et al., 2014). Contoh dari gelling

agent antara lain CMC-Na, karbopol, HPMC, tragakan, dan karagenan.

5
BAB II

PEMBAHASAN

Penelitian Maria Krista Taolin pada tahun 2019 bertujuan untuk membuktikan

bahwa ekstrak etanol daun ubi jalar ungu (Ipomoea batatas (L.) Lam) memiliki efek

antimikroba terhadap bakteri Staphylococcus aureus secara in vitro. Penelitian

dilakukan dengan menggunakan metode dilusi agar. Metode ini digunakan untuk

mengetahui Kadar Hambat Minimum (KHM) dari ekstrak etanol daun ubi jalar ungu

(Ipomoea batatas (L.) Lam) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.

Metode ini tidak dapat digunakan untuk menilai Kadar Bunuh Minimum (KBM).

Penelitian ini tidak menggunakan metode dilusi tabung karena ekstrak terlalu keruh

pada konsentrasi tinggi maupun rendah sehingga mempersulit penilaian secara

visual dalam penentuan KHM pada metode dilusi tabung. Penentuan KHM pada

metode dilusi agar dilakukan secara visual dengan melihat langsung ada atau

tidaknya pertumbuhan koloni bakteri Staphylococcus aureus pada media agar

dengan campuran berbagai konsentrasi ekstrak etanol daun ubi jalar ungu (Ipomoea

batatas (L.) Lam) setelah diinkubasi di inkubator dengan suhu 37°C selama 18-24

jam. Penilaian visual pada metode dilusi agar dilakukan oleh tiga pengamat, yaitu

oleh peneliti sendiri, analis yang membantu peneliti, dan pengamat non-peneliti dan

non-analisis,untuk mengurangi terjadinya bias dalam penilaian. Penentuan KHM

pada penelitian ini digunakan sebagai dasar untuk menentukan dosis efektif jika

dilanjutkan ke tahap pembuatan antimikroba baru.

Pada awal penelitian Maria Krista Taolin pada tahun 2019, terlebih dahulu

dilakukan identifikasi bakteri untuk membuktikan bahwa bakteri Staphylococcus

aureus yang akan digunakan adalah bakteri yang sesuai. Identifikasi bakteri

6
dilakukan dengan melakukan, pewarnaan Gram, Penanaman bakteri pada media

Nutrient Agar (NA), Penanaman bakteri pada media Manitol Salt Agar (MSA), Uji

katalase dan uji Koagulase. Identifikasi bakteri Staphylococcus aureus terbukti valid

karena bakteri berbentuk bulat dan berwarna kuning keemasan yang merupakan ciri

khas dari bakteri Staphylococcus aureus dan tidak dimiliki oleh bakteri lainnya.

Selain itu, pada pengecatan Gram didapatkan bakteri berbentuk bulat berwarna

ungu (basil, Gram Positif), Pada uji katalase(+) dan uji koagulase(+). Untuk Uji

Senyawa-senyawa aktif pada ekstrak etanol daun daun ubi jalar ungu (Ipomoea

batatas (L.) Lam) didapatkan melalui proses ekstraksi dengan metode maserasi dari

300 gram serbuk daun ubi jalar ungu (Ipomoea batatas (L.) Lam) dan menggunakan

pelarut etanol 96%. Metode maserasi dipilih karena cara ini mudah, relatif murah,

tidak perlu pemanasan sehingga kecil kemungkinan bahan alam menjadi rusak atau

terurai (Susanty dan Bachmid, 2016). Pelarut yang digunakan adalah pelarut etanol

karena etanol adalah pelarut yang bersifat universal yang dapat menarik senyawa

polar, non-polar dan semi-polar. Pemilihan pelarut etanol 96% sebagai pelarut

ekstraksi karena memiliki kelarutan yang tinggi dan tidak memiliki efek menghambat

pertumbuhan pada bakteri. Pelarut etanol 96% digunakan untuk melarutkan

senyawa-senyawa yang diperlukan, seperti flavonoid, alkaloid, saponin, tanin, serta

senyawa-senyawa lain yang tidak memiliki efek antimikroba (Rajayanti, 2014). Hasil

akhir ekstrak yang diperoleh berupa cairan pekat dan kental sebanyak 35 ml

berwarna coklat tua, mengandung banyak endapan daun ubi jalar ungu. Hasil ini

dianggap sebagai ekstrak dengan konsentrasi 100%. Konsentrasi ekstrak etanol

daun ubi jalar ungu (Ipomoea batatas (L.) Lam) yang digunakan pada penelitian ini

adalah 0,3%, 0,4%, 0,5%, 0,6%, 0,7%, 0,8%, dan 0% sebagai bakteri kontrol,

dimana konsentrasi ini didapatkan melalui penelitian pendahuluan terlebih dahulu.

7
Ekstrak etanol daun daun ubi jalar ungu (Ipomoea batatas (L.) Lam) yang

didapatkan bersifat keruh terhadap endapan, kemudian untuk dapat memisahkan

cairan dan endapannya dilakukan proses sentrifugasi dengan kecepatan 1000 rpm

selama 15 menit. Setelah dilakukan proses sentrifugasi, ekstrak yang didapatkan

tetap keruh dan masih terdapat endapan, sehingga penelitian tidak dapat dilakukan

dengan menggunakan metode dilusi tabung. Karena tidak dapat menggunakan

metode dilusi tabung, maka peneliti menggunakan metode dilusi agar untuk

membuktikan bahwa ekstrak etanol daun ubi jalar ungu (Ipomoea batatas (L.) Lam)

dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.

Metode dilusi agar dilakukan dengan cara mencampurkan Nutrient Agar

dengan ekstrak etanol daun ubi jalar ungu (Ipomoea batatas (L.) Lam) sebagai satu

kesatuan padat yang mengeras. Kemudian, untuk menentukan Kadar Hambat

Minimum (KHM) pada penelitian ini, peneliti mengamati ada atau tidaknya koloni

bakteri yang tumbuh pada media agar yang telah ditetesi oleh bakteri uji

106CFU/10µL bakteri Staphylococcus aureus dan telah diinkubasi pada suhu 37°C

selama 18-24 jam. Penentuan nilai KHM dari ekstrak etanol daun ubi jalar ungu

(Ipomoea batatas (L.) Lam) pada penelitian ini didefinisikan sebagai konsentrasi

terendah dimana tidak ditemukan adanya pertumbuhan koloni bakteri

Staphylococcus aureus. Penelitian ini dilakukan dengan empat kali pengulangan.

Hasil dari penelitian ini diinterpretasikan dengan sistem skoring melalui pengamatan

secara visual dengan melibatkan 3 pengamat untuk menilai ketebalan dan kejelasan

koloni dari bakteri Staphylococcus aureus secara subyektif. Dari hasil pengamatan

pada pengulangan 1, 2, 3, dan 4 di konsentrasi 0,8% tidak terdapat pertumbuhan

koloni bakteri. Hasil rata-rata tingkat ketebalan dan kejelasan koloni dari konsentrasi

0%, 0,3%, 0,4%, 0,5%, 0,6%, 0,7% saling dibandingkan dan menunjukkan adanya

8
perbedaan rata-rata tingkat ketebalan dan kejelasan dari koloni bakteri

Staphylococcus aureus. Tingkat ketebalan dan kejelasan koloni bakteri

Staphylococcus aureus semakin berkurang seiring dengan peningkatan konsentrasi

dari ekstrak etanol daun ubi jalar ungu (Ipomoea batatas (L.) Lam) .Efek hambat

ekstrak etanol daun ubi jalar ungu (Ipomoea batatas (L.) Lam) terhadap

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus diduga kuat diperankan oleh Flavonoid,

Alkaloid, Saponin, dan Tanin (Alstrin et al., 2016). Mekanisme kerja dari flavonoid

sebagai antimikroba adalah menghambat sintesis asam nukleat, fungsi membran

sitoplasma, dan metabolisme energi dari bakteri. Selain itu, flavonoid juga dapat

menginaktivasi adhesi mikroba, enzim, dan protein transport pada membran sel

bakteri (Cushnie dan Lamb, 2005; Kumar dan Pandey, 2013). Sedangkan alkaloid

memiliki mekanisme kerja sebagai antimikroba dengan mengganggu komponen

penyusun peptidoglikan pada sel bakteri sehingga lapisan sel bakteri tidak terbentuk

dengan utuh. Selain itu, alkaloid juga dapat menghambat sintesis DNA melalui

penghambatan topoisomerase sehingga akan terjadi gangguan replikasi DNA yang

kemudian menyebabkan gangguan metabolisme dan hambatan pembelahan sel.

Mekanisme kerja saponin sebagai antimikroba adalah membentuk kompleks dengan

steroid, protein, dan fosfolipid membran sel bakteri sehingga dapat mengubah

permeabilitas atau bahkan menyebabkan kehancuran dari sel membran bakteri.

Sedangkan tanin memiliki mekanisme kerja sebagai antimikroba dengan

kemampuan menghambat kerja enzim pada bakteri, mengubah metabolisme

membran sel bakteri, dan mempengaruhi terjadinya kompleksasi makromolekul

dengan ion logam pada bakteri sehingga dapat mengurangi ketersediaan ion penting

untuk metabolisme bakteri (Karou et al., 2005; Chavasco et al., 2014).

9
Penelitian Maria Krista Taolin pada tahun 2019 menunjukkan bahwa terdapat

efek antimikroba pada setiap pemberian berbagai macam konsentrasi ekstrak etanol

daun ubi jalar ungu (Ipomoea batatas (L.) Lam) terhadap pertumbuhan koloni bakteri

Staphylococcus aureus. Hal ini sesuai dengan uji Kruskal Walis yang memiliki nilai

probabilitas < 0,05. Selain itu, efek antimikroba dari ekstrak etanol daun ubi jalar

ungu (Ipomoea batatas (L.) Lam) menunjukkan ada perbedaan ketebalan

pertumbuhan koloni bakteri Staphylococcus aureus yang signifikan antara dua

konsentrasi ekstrak etanol daun ubi jalar ungu (Ipomoea batatas (L.) Lam) yang

dibuktikan dengan uji Mann Whitney yang mempunyai nilai probabilitas < 0,05.

Tetapi, jika perbedaan ketebalan pertumbuhan koloni bakteri Staphylococcus aureus

antara dua konsentrasi ekstrak etanol daun ubi jalar ungu (Ipomoea batatas (L.)

Lam) memiliki nilai probabilitas > 0,05 maka bisa dikatakan perbedaan tidak

signifikan atau tidak jauh berbeda. Pada penelitian ini juga memiliki hubungan yang

signifikan pada setiap pemberian konsentrasi ekstrak etanol daun ubi jalar ungu

(Ipomoea batatas (L.) Lam) terhadap pertumbuhan koloni bakteri Staphylococcus

aureus yang dapat dibuktikan dengan uji korelasi Rank Spearmann dengan nilai

probabilitas < 0,05. Koefisien korelasi yang bernilai negatif mempunyai arti semakin

tinggi ekstrak etanol daun ubi jalar ungu (Ipomoea batatas (L.) Lam) yang digunakan

maka semakin menurun pertumbuhan koloni bakteri Staphylococcus aureus.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan.

1. Ekstrak etanol daun daun ubi jalar ungu (Ipomoea batatas (L.) Lam)

memiliki efek antimikroba terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus

aureus secara in vitro dengan metode dilusi agar.

2. Nilai Kadar Hambat Minimum (KHM) dari ekstrak etanol daun ubi jalar

ungu (Ipomoea batatas (L.) Lam) terhadap pertumbuhan bakteri

Staphylococcus aureus secara in vitro adalah 0,8%.

3. Pertumbuhan koloni bakteri tampak semakin tipis bersamaan dengan

peningkatan konsentrasi ekstrak etanol daun daun ubi jalar ungu (Ipomoea

batatas (L.) Lam) yang artinya efek hambat antimikroba terhadap pertumbuhan

bakteri Staphylococcus aureus semakin meningkat bersamaan dengan

peningkatan konsentrasi ekstrak etanol daun ubi jalar ungu (Ipomoea batatas

(L.) Lam).

B. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai Kadar Bunuh Minimum

(KBM) ekstrak etanol daun ubi jalar ungu (Ipomoea batatas (L.) Lam) terhadap

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menguji efek dari daun ubi

jalar ungu (Ipomoea batatas (L.) Lam) sebagai antimikroba pada bakteri

Staphylococcus aureus dalam bentuk lain selain ekstrak cair (contoh: dalam

11
bentuk bubuk atau pasta) atau ekstrak dengan menggunakan pelarut selain

etanol (contoh: pelarut metanol atau aquades).

3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan metode lain selain metode

dilusi agar (contoh: metode difusi cakram) untuk menguji efek antimikroba pada

ekstrak etanol daun ubi jalar ungu (Ipomoea batatas (L.) Lam) terhadap

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.

12
DAFTAR PUSTAKA

Andayani, thursina., DKK. 2013. Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Ubi Jalar
Ungu (Ipomea batatas L.) Hasil Budidaya Daerah Saree Aceh Besar. Jurnal
Rekayasa Kimia dan Lingkungan Vol. 9, No. 3: 125 – 130.

Choesrina, ratu., Yudha Riansyah., Lanny Mulqie. 2015. Uji Aktivitas Antiinflamasi
Ekstrak Etanol Daun Ubi Jalar Ungu (Ipomoea Batatas (L.) Lamk) terhadap
Tikus Wistar Jantan. Prosiding Penelitian SPeSIA Unisba, hlm. 630-636.

Damayanty D.S. 2011. Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Daun Ubi Jalar
(ipomoea batatas l.) terhadap Peningkatan Jumlah Trombosit pada Tikus
Jantan Galur Wistar. Skripsi diterbitkan. Jember: Fakultas Farmasi Universitas
Jember.

Darwis D. 2000. Teknik Dasar Laboratorium Dalam Penelitian Senyawa Bahan Alam
Hayati, Workshop Pengembangan Sumber Daya Manusia Dalam Bidang Kimia
Organik Bahan Alam Hayati, FMIPA Universitas Andalas Padang.

Rangotwat A, Yamlean P, and Lolo WA, Fornulasi Dan Uji Antibakteri Sedia Losio
Ekstrak Etanol Daun Ubi Jalar Ungu ( Ipomoae batatas Poir ) Terhadap Bakteri
Staphylococcus aureus, Pharmacon Jurnal Ilmiah farmasi, 2016, 5 (4).,90-96.

13

Anda mungkin juga menyukai