Anda di halaman 1dari 9

Rahim et. al.

/Pharmacoscript, Volume 3, No, 2, Agustus 2020,


Pharmacoscript Volume 3 No. 2 Agustus 2020

AKTIVITAS ANTIBAKTERI FRAKSI DAUN CABE RAWIT

(Capsicum frutescens L.) TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus

Abdul Rahim1*, Wiwit Pura Nurmayanti2


1
Program Studi S-1 Farmasi, Fakultas Kesehatan, Universitas Hamzanwadi
2
Program Studi S-1 Statistik, Fakultas Ilmu Pengetahuan Dan Alam, Universitas Hamzanwadi
*Email: rahimkhanrewa12@gmail.com

ABSTRAK
Staphylococcus aureus merupakan bakteri flora normal yang ditemukan dikulit dan selaput
lendir pada manusia. Bakteri Staphylococcus aureus dapat pula tumbuh berlebihan dan
melakukan invasi pada kondisi tertentu, bersifat sebagai bakteri pathogen yang menyebabkan
bermacam- macam penyakit atau gangguan dalam tubuh salah satunya adalah penyakit infeksi
saluran pernafasan. Tanaman cabe rawit banyak dimanfaatkan oleh masyarakat pada bagian
buah cabe rawit sebagai bahan rempah dalam berbagai masakan tradisional, akan tetapi bagian
daun cabe rawit masih belum banyak dimanfaatkan. Daun cabe rawit mengandung senyawa
golongan saponin dan golongan fenol yaitu flavonoid yang mempunyai aktivitas daya hambat
terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui fraksi paling
aktif yang menghambat pertumbuhan bakteri Staphyloccocus aureus secara in vitro Pengujian
aktivitas antibakteri dari tanaman uji dilakukan dengan metode difusi padat. Hasil penelitian ini
menujukkan bahwa Fraksi esktrak etil asetat dari daun cabe rawit (Capsicum frutescent L.)
merupakan fraksi teraktif antibakteri terhadap bakteri Staphylococus aureus dengan kadar
hambat minimum (KHM) sebesar 10% b/v dengan kategori sangat kuat.
Kata kunci: Cabe Rawit, Daun, Staphylococcus aureus.

ABSTRACT
Staphylococcus aureus is a normal bacterial flora found on the skin and mucous membranes of
humans. Staphylococcus aureus bacteria can also overgrow and invade under certain
conditions, act as pathogenic bacteria that cause various diseases or disorders in the body, one
of which is a respiratory tract infection. The cayenne pepper plant is widely used by people in
the cayenne pepper fruit section as a spice ingredient in various traditional dishes, however, the
cayenne pepper leaves are still not widely used. Cayenne pepper leaves contain saponin and
phenol group compounds, namely flavonoids, which have inhibitory activity against
Staphylococcus aureus bacteria. The purpose of this study was to determine the most active
fraction inhibiting the growth of staphylococcus aureus bacteria in vitro. It carried testing the
antibacterial activity of the test plants out by the solid diffusion method. The results showed that
the ethyl acetate extract fraction from cayenne pepper leaves (Capsicum frutescent L.) Was the
most active antibacterial fraction against staphylococcus aureus bacteria with a minimum
inhibitory level (MIC) of 10% w / v with a very strong category.
134
Rahim et.al.;Aktivitas ANtibakteri…..Pharmacoscript Volume 3 No. 2, Agustus 2020

Keywords: Chili, leaf, Staphylococcus aureus.

PENDAHULUAN Sementara hasil laporan Riset


Staphylococcus aureus merupakan Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun
bakteri flora normal yang ditemukan di 2007, prevalensi ISPA di Indonesia sekitar
kulit dan selaput lendir pada manusia 25,5% dengan prevalensi tertinggi terjadi
(Robert et al., 2011). Bakteri pada bayi dua tahun (>35%). Jumlah balita
Staphylococcus aureus dapat pula tumbuh dengan ISPA di Indonesia pada tahun 2011
berlebihan dan melakukan invasi pada adalah lima diantara 1.000 balita yang
kondisi tertentu, bersifat sebagai bakteri berarti sebanyak 150.000 balita meninggal
patogen yang menyebabkan bermacam- pertahun atau sebanyak 12.500 balita
macam penyakit atau gangguan dalam perbulan atau 416 kasus sehari atau 17 balita
tubuh (Robert et al., 2011). Jika terinfeksi perjam atau seorang balita perlima menit (
bakteri Staphylococcus aureus, maka Depkes, 2012).
potensi penyakit yang didapat pada tubuh Selama ini pengobatan penyakit
manusia adalah infeksi saluran pernapasan, ISPA akibat bakteri Staphylococcus aureus
infeksi penyakit kulit, dan infeksi saluran menggunakan antibiotik. Peningkatan
percernaan (Robert et al., 2011). jumlah resisten bakteri terhadap antibiotik
Hasil perkiraan World Health merupakan suatu permasalahan Sehingga
Organization (WHO) kejadian Infeksi dicari alternatif dengan memanfaatkan
saluran pernapasan akut (ISPA) di negara tanaman-tanaman obat yang diduga efektif
berkembang dengan angka kematian balita menghambat pertumbuhan bakteri penyebab
di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah penyakit dan mudah diperoleh (Prawira et
15% - 20% pertahun pada golongan usia al., 2013). Tanaman cabe rawit merupakan
balita. Menurut WHO ± 13 juta anak balita tanaman perdu yang banyak tumbuh di
di dunia meninggal setiap tahun dan Indonesia. Tanaman cabe rawit banyak
sebagian besar kematian tersebut terdapat di dimanfaatkan oleh masyarakat pada bagian
negara berkembang dan ISPA merupakan buah cabe rawit sebagai bahan rempah
salah satu penyebab utama kematian dengan dalam berbagai masakan tradisional, akan
membunuh ± 4 juta anak balita setiap tahun tetapi bagian daun cabe rawit masih belum
(WHO, 2002). banyak dimanfaatkan. Penelitian
135
Pharmacoscript Volume 3 No. 2 Agustus 2020

sebelumnya menunjukkan ekstrak metanol bakteri Staphyloccocus aureus secara in


daun cabe rawit memiliki aktivitas vitro.
antibakteri pada S. aureus, K. pneumoniae
dan P. aeruginosa (Vinayaka, et al., 2010). METODE PENELITIAN
Hasil identifikasi adanya senyawa Alat dan Bahan
flavonoid dan senyawa aglikon pada ekstrak Alat yang digunakan pada penelitian
daun cabe rawit, akan tetapi penelitian ini adalah Timbangan analitik (Ohaus CP
tersebut belum membuktikan aktivitas 214), cawan petri (PYREX 3160-101),
antibakteri terhadap bakteri S. aureus becker glass (Pyrex), stopwatch, corong
(Yunita, 2012). Selain itu, penelitian yang (Pyrex) dan saringan, inkubator (Memmert),
dilakukan oleh Rahim (2014), menjelaskan tabung reaksi (Pyrex), rak tabung, pipet
bahwa konsentrasi minimum 70% (b/v) ukur (Pyrex), ose, lampu spiritus (RRC),
ekstrak etanolik daun cabe rawit memiliki autoklaf (Bintang Instrument), inkubator,
aktivitas antibakteri pada Staphyloccus labu Erlenmeyer (Pyrex), spet volume, gelas
aureus. Penelitian sebelumnya yang ukur (Pyrex), mikro pipet, pipet, pinset,
menemukan kandungan tinggi pada buah jangka sorong, jarum inokulan (Pyrex),
cabe rawit adalah capsaicin dan pengaduk, kertas label, rotary evaporator
dihydrocapsaicin serta kandungan flavonoid (Memmert), bejana pengembang (Pyrex),
berupa chrysoeriol flavonoid 3'-metoksi- oven (Memmert), dan alat penyemprot
luteolin (Patricia et al.,2013). Penelitian lain (Pyrex).
menjelaskan bahwa hasil GC-MS dari N- Bahan yang digunakan untuk
Heksan dan kloroform ekstrak dari buah C. penelitian ini adalah: bakteri Staphylococcus
frutescens mengungkapkan adanya lima aureus, daun cabe rawit (selong, Lotim),
senyawa, octadecane, Eicosane, Docosane, kertas saring whatman (Sigma-Aldrich, St.
9,12-Octadecadienoic asam, metil ester dan Louis, USA), Nutrient Agar (Merck-For
asam Hexadecanoic (Gurnani et al., 2015). Microbiology), media NB (Merck -Nutrient
Pada penelitian ini perlu dibuktikan aktivitas broth), etanol 70% (Merck-emsure),
antibakteri fraksi ekstrak daun cabe rawit. Diklorometan pa (Merck-emsure), etil asetat
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pa (Merck-emsure), dan methanol pa
aktivitas antibakteri dari fraksi ekstrak daun (Merck-emsure), Amoxicillin 80% , DMSO
cabe rawit dalam menghambat pertumbuhan 10% .
136
Rahim et.al.;Aktivitas ANtibakteri…..Pharmacoscript Volume 3 No. 2, Agustus 2020

Jalannya Penelitian larutan stok fraksinasi dengan konsentrasi


Bahan Tanaman dan Persiapan 80% b/v yang akan digunakan untuk uji
Fraksinasi mikrobiologi.
Daun cabe rawit yang digunakan Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk-
dalam penelitian diperoleh dari daerah Difusi
selong, Lombok Timur. Daun cabe rawit Uji aktivitas antibakteri dilakukan
diekstraksi dengan cara maserasi dengan menggunakan Kirby- Bauer metode
menggunakan etanol (Rukayadi et difusi (Bauer et al., 1966). Media MHA
al., 2008). Simplisia kering sebanyak 800 g yang masih cair diambil sebanyak 15 ml
direndam dalam 2 L etanol 96% absolut dengan mikropipet dan media dibiarkan
selama 24 jam pada suhu kamar dan diulang memadat pada suhu kamar dilakukan di
dua kali. Ekstrak disaring dengan kertas Laminar Air Flow (LAF), kemudian
saring whatman No 2 (150 mm) (Sigma- suspensi bakteri digoreskan menggunakan
Aldrich, St. Louis, USA) dan hasil cotton swab, di atas media MHA diletakkan
penyarian dipekatkan dengan rotary disk kosong yang telah diberi 10 μL ekstrak
evaporator pada suhu 50ºC sampai etanolik dan fraksi daun cabe rawit selama
menghasilkan ekstrak etanolik. Hasil 30 menit. Setelah didiamkan selama 30
ekstraksi dilanjutkan dengan fraksinasi menit, cawan petri diinkubasi pada suhu 37
bertingkat dengan menggunakan pelarut ºC selama 18-24 jam. Setelah 24 jam
diklorometan, etil asetat dan metanol diamati ada tidaknya zona bening di sekitar
dengan perbandingan 1:10 b/v. Hasil disk. Disk berdiameter 6 mm. Pengamatan
penyarian dipekatkan dengan rotary dilakukan dengan melihat zona hambat/zona
evaporator sampai mendapat ekstrak kental, bening di sekeliling disk yang menunjukkan
dan tidak tercium bau pelarut. Hasil daerah hambatan pertumbuhan bakteri.
Fraksinasi kemudian disimpan dengan Amoxicillin 80% digunakan sebagai kontrol
pengaturan suhu 4ºC untuk menjaga kualitas positif dan DMSO 10% sebagai kontrol
ekstrak (Soniya et al., 2013). Masing- negatif.
masing fraksi diambil sebanyak 2,4 mg dan Analisis Data
dilarutkan dalam dimethylsufoxide (DMSO) Analisis data KHM menggunakan
10% sebanyak 3 ml untuk memperoleh statistik one way ANOVA untuk
137
Pharmacoscript Volume 3 No. 2 Agustus 2020

membandingkan antar kelompok perlakuan daun cabe rawit diuapkan dengan pelarutnya
dan mengetahui perbedaan signifikan dari dengan menggunakan vaccum rotary
o
rata-rata diameter daya hambat yang evaporator pada suhu 50 C sampai
dibentuk dari masing- masing konsentrasi diperoleh ekstrak yang kental. Ekstrak
fraksi. Semua percobaan dilakukan dalam 3 kental yang diperoleh kemudian difraksinasi
kali replikasi dan disajikan dalam nilai rata- bertingkat dengan Diklorometan, Etil asetat
rata ± standar deviasi. dan Metanol. Fraksi yang diperoleh
HASIL DAN PEMBAHASAN diuapkan sampai etanol menguap
Hasil karakteristik dari fraksinasi seluruhnya, yang ditandai dengan tidak
yang diperoleh dapat dilihat tabel 1. Ekstrak tercium bau etanol.
Tabel 1. Karakteristik Fraksinasi Daun Cabe Rawit

Karakter Diklorometan Etil Asetat Metanol


Warna Hitam coklat Coklat Kuning Coklat hijau
Bentuk Cair Kental cair Kental Padat
Bau berbau khas Berbau khas Berbau khas
berat Fraksi 93,601 g 20,98 g 43,048 g

Tabel 2. Hasil analisis fitokimia


Parameter Tes Metode Pengujian Hasil Identifikasi Keterangan
Alkaloid Reagen Mayer, Dragendroff Endapan Positif
Flavonoid Logam Mg + HCL Kuning Positif
Fenol Fecl3 5% Berwarna Hitam Positif
Saponin Aquadest Terbentuk buih Positif
Tanin Fecl3 1% Hitam Positif

Analisis Fitokimia Pengujian analisis fitokimia


Analisis fitokimia dilakukan untuk menggunakan bahan-bahan kimia yang
mengetahui senyawa metabolit sekunder digambarkan dengan tanda perubahan warna
yang terkandung pada ekstrak daun cabe merah pada ekstrak uji menunjukkan positif
rawit. Metabolit sekunder yang terdapat flavonoid, adanya kumpulan buih yang
pada ekstrak daun cabe rawit terlihat di table stabil menujukkan adanya senyawa saponin
2 diantaranya adalah flavonoid, saponin dan (Lathifah, 2008). Hal ini sesuai dengan
fenolik. penelitian Yunita (2012) juga menunjukkan
bahwa ada senyawa flavonoid pada daun
138
Rahim et.al.;Aktivitas ANtibakteri…..Pharmacoscript Volume 3 No. 2, Agustus 2020

cabe rawit. Selain itu, penelitian yang Uji Aktivitas Antibakteri


dilakukan oleh Vinayaka et al., (2010) Hasil uji pendahuluan diperoleh
menunjukkan terdapat senyawa metabolit KHM teraktif konsentrasi 80% b/v pada
pada ekstrak daun cabe rawit berupa fraksi etil asetat yang terlihat pada Tabel 3.
saponin.
Tabel 3. Hasil Uji Aktivitas Daun Cabe Rawit
Sampel Uji (80% b/v) Replika 1 Replika 2 Replika 3 X + SD
Kontrol Negatif 6 mm 6 mm 6 mm 6+0
Ekstrak Etanol 12 mm 8 mm 9 mm 9,7 + 2,081*
Fraksi Dikloro 6 mm 6 mm 6 mm 6+0
Fraksi Metanol 6 mm 6 mm 6 mm 6+0
Fraksi Etil Asetat 22 mm 25 mm 23 mm 23,34 + 1,527*
Amoxicillin 32 mm 35 mm 33 mm 33,34 + 1,527
Keterangan: *Hasil berbeda signifikan terhadap kelompok kontrol (p < 0,05)
Tabel 4. Hasil Uji Difusi Fraksi Daun Cabe Rawit
Konsentrasi (b/v) Replika 1 Replika 2 Replika 3 X + SD
5% 6 mm 6 mm 6 mm 6+0
10 % 7 mm 6 mm 7 mm 9,7 + 2,081*
20 % 9 mm 11 mm 8 mm 6+0
40 % 18 mm 17 mm 16 mm 6+0
80 % 22 mm 26 mm 18 mm 23,34 + 1,527*
Keterangan: *Hasil berbeda signifikan terhadap kelompok kontrol (p < 0,05)
Hasil uji aktivitas antibakteri daun bermakna jika nilai sig (p < 0,05).
cabe rawit menunjukkan semakin meningkat Berdasarkan hasil uji statistik dengan one
konsentrasi fraksi daun cabe rawit, semakin way anova menunjukkan nilai sig 0,000
meningkat zona hambat pertumbuhan (p<0,05). Hal ini menunjukkan nilai p =
bakteri Staphylococcus aureus. Hal ini 0,000 yang berarti lebih kecil dari p=0,05
disebabkan semakin tinggi konsentrasi yang berarti terdapat perbedaan bermakna
ekstrak daun cabe rawit maka semakin pada konsentrasi fraksi etil asetat ekstrak
tinggi kandungan senyawa zat aktif dalam daun cabe rawit terhadap pertumbuhan
fraksi daun cabe rawit tersebut. Data hasil bakteri Staphylococcus aureus.
pengujian aktivitas antibakteri dilakukan Hal ini sesuai dengan penelitian yang
analisis secara statistik uji kebermaknaan menggunakan tanaman sejenis dimana
dengan one way anova. Pada uji one way menjelaskan bahwa minyak atsiri daun cabe
anova menunjukkan nilai signifikan atau jawa (Piper retrofractum Vahl.) terbukti
139
Pharmacoscript Volume 3 No. 2 Agustus 2020

aktif melawan beberapa bakteri patogen dapat bereaksi dengan fosfolipid dari
antara lain Staphylococcus aureus, Bacillus membran sel bakteri sehingga
subtilis and Micrococcus luteus dengan mengakibatkan lisis sel (Jawetz et al.,
diameter daya hambat berturut-turut 8.0; 1992). Kontrol negatif yang digunakan
9.7; 8.5 mm (Jamal et al., 2013). adalah pelarut DMSO. Pelarut yang
Aktivitas antibakteri fraksi daun digunakan tidak menghasilkan zona hambat
cabe rawit karena adanya golongan senyawa pada semua uji aktivitas antibakteri. Hal ini
fenol. Pada uji aktivitas antibakteri menujukkan bahw a zona hambat yang
Staphylococcus aureus, aktivitas antibakteri terbentuk tidak dipengaruhi oleh jenis
teraktif pada ekstrak dengan pelarut etil pelarut melainkan karena aktivitas senyawa
asetat. Senyawa yang berperan sebagai aktif yang ada pada fraksi ekstrak daun cabe
antibakteri pada fraksi ekstrak etil asetat rawit sebagai antibakteri.
diduga berasal dari senyawa fenol.
Senyawa-senyawa yang mengandung fenol KESIMPULAN
pada daun cabe rawit adalah senyawa furan, Fraksi etil asetat daun cabe rawit
2,3-dihydro-,methanol dan ethanol- (Capsicum frutescent L.) merupakan fraksi
ethylalcohol. Hal ini diperkuat dengan teraktif antibakteri terhadap bakteri
penelitian oleh Ayu (2016), menjelaskkan Staphylococus aureus dengan kadar hambat
bahwa Alelokimia teki (Cyperus rotundus minimum (KHM) sebesar 10% b/v.
L.) memiliki jenis senyawa fenol terbanyak Senyawa yang berperan sebagai antibakteri
yaitu 2-methoxy-4-vinylphenol; phenol,2,6- pada fraksi ekstrak etil asetat berasal dari
dimethoxy; 2-furan methanol; dan α- senyawa fenol.
tocopherol.
DAFTAR PUSTAKA
Sifat sensitifitas bakteri Gram-positif
Ayu Vandira Candra Kusuma. 2016.
terhadap antibakteri nonpolar disebabkan
Identifikasi Fenol Dari Tajuk Dan
komponen dasar penyusun dinding sel
Umbi Teki (Cyperus Rotundus L.)
bakteri Gram-positif adalah peptidoglikan
Pada Berbagai Umur Serta
yang salah satu penyusunnya adalah asam
Pengaruhnya Terhadap
amino D-alanin yang bersifat hidrofobik.
Perkecambahan Gulma Berdaun
Senyawa antibakteri yang bersifat non polar

140
Rahim et.al.;Aktivitas ANtibakteri…..Pharmacoscript Volume 3 No. 2, Agustus 2020

Lebar. [Tesis]. Bogor. Sekolah Jawetz E, Melnick J, Adeberg E. 1992.


Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta:
Bauer, A. W., Kirby, W. M. M., Sherris, J. EGC.
C. T. and Turck, M. 1966. Antibiotic Patricia L.A. do Nascimento,Talita C.E.S.
susceptibility testing by a standardized Nascimento, natalia S. M. Ramos,
single disk method. American Journal Girliane R. Da Silva, Celso Amorim
of Clinical Pathology 45 (4): Hal 493- Camara, Tania M.S. Silva, Keila A.
496. Moreira dan Ana L.F. Porto. 2013.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Antimicrobial and antioxidant
2012. Profil Kesehatan Indonesia. activities of Pimenta malaguenta
Jakarta: Depkes RI. (Capsicum frutescens). African
Gurnani N., Madhu G, Darshana Ma, Journal of Microbiology Research.
Bhupendra K.M., 2015. Chemical Vol 7 (27) : Hal 3526-3533.
composition, total phenolic and Robert, W Tolan., Elizabeth, P Baorto,
flavonoid contents, and in vitro David Baorto. 2019. Staphylococcus
antimicrobial and antioxidant aureus Infection. Tersedia :
activities of crude extractsfrom red http://emedicine.medscape.com.
chilli seeds (Capsicum frutescens L.). [Diakses pada Tanggal 13 Juli 2020].
Journal of Taibah University for Rukayadi, Y., Shim, J. S. and Hwang, J. K.
Science xxx.,215 (9) : Hal 24. 2008. Screening of Thai medicinal
Jamal Yuliasri, Pipit Irawati, Ahmad plants for anticandidal activity.
Fathoni, Andria Agusta. 2013. Mycoses 51 (4) : Hal 308-312.
Mekanisme Kimiawi Dan Efek Soniya, M., Kuberan, T., Anitha, S. and
Antibakteri Minyak Atsiri Daun Cabe Sankareswari, P. 2013. In vitro
Jawa Indonesian Institute Of Sciences, antibacterial activity of plant extracts
Research Center For Biology Lipi. against Grampositive and Gram
Media Litbangkes Vol. 23 No. 2 : Hal negative pathogenic bacteria.
65-72. International Journal of
Microbiological Immunology 2 : Hal
1-5.
141
Pharmacoscript Volume 3 No. 2 Agustus 2020

Vinayaka KS, Nandini KC, Rakshitha MN,


Ramya M, Shruthi J, Shruthi VH,
Prashith K, dan Ragha HL. 2010.
Proximate composition Antibacterial
and Anthelmintic Activity of
capsicum frutescens L. var. longa
(Solanaceae) leaves. Journal of
Phcogj vol 2 : Hal 486-491.
WHO. 2002. Penanganan ISPA pada Anak
di Rumah Sakit Negara Berkembang.
Pedoman untuk Dokter dan Petugas
Kesehatan Senior. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Yunita. 2012. Uji Aktivitas Antioksidan
Ekstrak Dan Fraksi Ekstrak Daun
Cabe Rawit (Capsicum frutescens L.)
Dan Identifikasi Golongan Senyawa
Dari Fraksi Teraktif. [Skripsi]. Depok.
Fakultas Matematika dan Ilmu Alam.
Universitas Indonesia.

142

Anda mungkin juga menyukai