Anda di halaman 1dari 12

www.lppm-mfh.

com ISSN-e: 2541-1128


lppm-politeknikmfh@gmail.com ISSN-p: 2407-8603

POTENSI FRAKSI AKTIF DAUN PECUT KUDA (Stachytarpheta jamaicensis (L)


Vahl) SEBAGAI PENGHAMBAT BAKTERI PENYEBAB PNEUMONIA

Baiq Ayu Aprilia Mustariani 1, Ajeng Dian Pertiwi 2


1,2
Program Studi D III Farmasi Politeknik Medica Farma Husada Mataram
Email : baiqayuaprilia9@gmail.com 1

ABSTRAK
Alam menyediakan obat-obat alami yang murah, efektif, dan relatif aman. Hal tersebut mendorong
semakin banyak dilakukan eksplorasi bahan alam sebagai sumber obat-obatan. Tujuan Penelitian adalah untuk
menemukan fraksi aktif dari ekstrak daun pecut kuda (Stachytarpheta jamaicensis (L.)Vahl) dan mengetahui
mengetahui kemampuan antibakteri terhadap beberapa bakteri penyebab pneumonia. Penelitian ini adalah
penelitian eksperimental laboratories secara in vitro yang bersifat eksploratif analitik untuk menguji aktivitas
antibakteri fraksi daun Pecut kuda terhadap bakteri penyebab Pneumonia dibandingkan ciprofloxacin sebagai
control positif. Fraksi n-heksana dari daun pecut kuda memiliki daya hambat pada bakteri Staphylococcus
aureus pada konsentrasi 10% dan 20% sebesar 9 mm dan 10 mm, sedangkan antibiotik ciprofloxacin (K+)
sebesar 6 mm sedangkan fraksi etanol memiliki daya hambat pada konsentrasi 20% sebesar 6 mm sedangkan
antibiotik ciprofloxacin (K+) sebesar 7 mm. Fraksi n-heksana dapat menghambat bakteri Streptococcus
pneumonia memiliki daya hambat pada konsentrasi 1%, 5%, 10%, dan 20% sebesar 10 mm, 12 mm, 12 mm,
dan 13 mm. Fraksi etanol menghambat bakteri Streptococcus pneumonia pada konsentrasi 10% dan 20%
sebesar 9 mm dan 13 mm.

Kata kunci : Pecut Kuda, fraksinasi, antibakteri

PENDAHULUAN belum terbukti secara klinis. Salah satu


tanaman yang tumbuh liar dan banyak
Indonesia memiliki banyak jenis tumbuhan digunakan secara tradisonal adalah herba
yang dapat dibudidayakan karena pecut kuda (Stachytarpheta jamaicensis
bermanfaat dan kegunaannya besar bagi (L.)Vahl). Hampir seluruh bagian dari
manusia dalam hal pengobatan. Dalam tanaman ini bisa dijadikan obat,
tanaman ada banyak komponen kimia diantaranya diketahui berkhasiat sebagai
yang dapat digunakan sebagai obat. Pada pembersih darah, anti radang, diuretik,
saat ini, banyak orang yang kembali keputihan, dan batuk (Nova, 2008).
menggunakan bahan-bahan alam yang Salah satu kandungan senyawa yang
dalam pelaksanaannya membiasakan hidup terdapat pada tanaman obat adalah
dengan menghindari bahan-bahan kimia senyawa flavonoid. Flavonoid bersifat
sintesis dan lebih mengutamakan bahan- antibakteri, terbukti efektif menghambat
bahan alami. Ada banyak pengobatan pertumbuhan bakteri staphylococcus
dengan bahan alam yang dapat dipilih aureus strain A dan B, staphylococcus
sebagai solusi mengatasi penyakit yang albus, Pseudomonas sp, Proteus sp,
salah satunya ialah penggunaan ramuan Escherichia coli dan Bacillus subtilis.
obat berbahan herbal (Koirewoa, 2012). Flavonoid menghambat pertumbuhan
Tanaman obat tradisional secara nyata bakteri dengan cara mendenaturasi protein
mampu menyembuhkan berbagai macam sel bakteri dan merusak membrane
penyakit, tetapi khasiat dan keamanannya sitoplasma bakteri (Tortora, 2010).

Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmiah Kesehatan Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 140
Volume 4. No. 2 – Oktober 2018
www.lppm-mfh.com ISSN-e: 2541-1128
lppm-politeknikmfh@gmail.com ISSN-p: 2407-8603

Salah satu penyakit yang disebabkan oleh sini obat tradisional mempunyai makna
bakteri adalah penyakit pneumonia. yang sangat penting karena disamping
Pneumonia adalah penyakit infeksi yang ketidakmampuan masyarakat untuk
menyebabkan peradangan akut parenkim memperoleh obat-obat modern, juga
paru-paru dan pemadatan eksudat pada karena obat tradisional adalah obat bebas
jaringan paru Bakteri penyebab yang yang dapat diperoleh tanpa resep dokter
utama adalah Streptococcus pneumoniae, (Anonymous, 1977).
Staphylococcus aureus untuk bakteri yang Sehubungan dengan hal tersebut,
tergolong gram positif dan Klebsiella penelitian ini bertujuan untuk menemukan
pneumoniae untuk bakteri yang tergolong fraksi aktif dari daun pecut kuda dan
gram negatif. Penelitian yang dilakukan mengetahui kemampuan antibakteri fraksi
oleh Sufitri dkk. (2015) melaporkan bahwa tersebut terhadap bakteri peneyebab
ekstrak kasar daun pecut kuda dapat pneumonia yaitu Staphylococus aureus
menghambat bakteri staphylococus aureus dan Klebsiella pneumonia.
mulai konsentrasi 25% dan tertinggi pada METODOLOGI PENELITIAN
konsentrasi 100% pada zona hambat Tempat Penelitian
sebesar 13 mm. Pemilihan dan Penelitian ini di Laboratorium kimia
penggunaan terapi antibiotika yang tepat Fakultas Pendidikan dan Ilmu
dan rasional akan menentukan Pengetahuan Alam Universitas Mataram
keberhasilan pengobatan untuk dan di Laboratorium Politeknik Medica
menghindari terjadinya resistensi bakteri Farma Husada Mataram.
(Suharjono dkk., 2009). Teknik Pengumpulan Data
Delapan puluh persen penduduk Indonesia Penentuan konsentrasi hambat fraksi aktif
hidup di pedesaan, diantaranya sukar dibuat dengan konsentrasi: 1%, 5%, 10%,
dijangkau oleh obat modern dan tenaga dan 20%. Pengumpulan data dilakukan
medis karena masalah distribusi, dengan mengukur diameter zona hambatan
komunikasi dan transportasi; disamping itu yang terbentuk dari pertumbuhan bakteri
daya beli yang relatif rendah menyebabkan klinis oleh fraksi-fraksi ekstrak daun pecut
masyarakat pedesaan kurang mampu kuda terhadap dua isolat bakteri klinis
mengeluarkan biaya untuk pengobatan Staphylococcus aureus dan Klebsiella
modern, sehingga masyarakat cenderung pneumonia.
memilih pengobatan secara tradisional Analisis Data
(Budiarso, 1980). Selain itu, obat Data yang diperoleh dianalisis secara
tradisional mempunyai banyak kualitatif. Analisis kualitatif dilakukan
keuntungan, antara lain: harga yang relatif dengan mengelompokkan diameter zona
murah sehingga dapat dijangkau hambatan bakteri menjadi 3 kategori,
masyarakat luas, praktis dalam pemakaian, yaitu:
bahan baku yang mudah diperoleh dan 1. Diameter > 12 mm termasuk
disamping itu efek samping penggunaan kategori Sensitif
obat tradisional yang sejauh ini dianggap 2. Diameter 4< ϕ ≤12 mm termasuk
lebih kecil daripada efek samping obat dalam kategori Intermediet
sintetik (Wijaya dan Darsono, 2005). 3. Diameter ≤ 4 mm termasuk
Dalam rangka peningkatan dan kategori Resisten (Mukherjee, K.L.,1988).
pemerataan pelayanan kesehatan Alat dan Bahan Penelitian
masyarakat, maka obat tradisional perlu Alat Penelitian
dimanfaatkan sebaik-baiknya terutama di Alat yang digunakan dalam penelitian ini
desa-desa dan pemukiman yang adalah spektrofotometer, autoklaf,
belum/sulit dijangkau oleh puskesmas. Di timbangan analitik, lampu bunsen, blender,

Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmiah Kesehatan Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 141
Volume 4. No. 2 – Oktober 2018
www.lppm-mfh.com ISSN-e: 2541-1128
lppm-politeknikmfh@gmail.com ISSN-p: 2407-8603

oven, labu erlenmeyer, beker glass, botol etilasetat dengan prosedur yang sama.
flacon, incubator, cawan petri, erlenmeyer, Selanjutnya dilakukan bioassay pada
jarum ose, tabung reaksi, mikropipet, pipet kedua bakteri uji.
test, penangas air, alat tulis, mistar, dan Penentuan konsentrasi hambat
rotary evaporator. minimum
Bahan Penelitian Penentuan konsentrasi hambat minimum
Bahan-bahan penelitian yang digunakan fraksi aktif dibuat dengan konsentrasi: 1%,
adalah etanol, Muller-Hinton Agar 5%, 10%, dan 20%.
(Merck), Nutrient Agar (Merck), kertas Sterilisasi
label, kapas, karet gelang, alumunium foil, Sebelum digunakan untuk penelitian, alat-
kertas saring, aquades, tissue, garam alat gelas dan bahan-bahan terlebih dahulu
fisiologis, simplisia daun pecut kuda , disterilisasi untuk menghindari
kertas jagung, korek api, air steril. Pelarut kontaminasi mikroba yang tidak
etanol, n-heksana, etilasetat, Kuman: diinginkan. Pada abad ke-18 orang
Staphylococcus aureus dan Klebsiella mensterilkan medium cukup dengan
pneumonia yang berasal dari Laboratorium mendidihkan medium tersebut selama
Unit Riset Biomedik Rumah Sakit Umum beberapa jam (Dwijoseputro, 2005).
Mataram, dan PEG 4000. Namun pada saat ini penggunaan
Cara Kerja autoclave lebih sering digunakan untuk
Penyiapan Simplisia sterilisasi. Semua alat yang digunakan
Bahan tumbuhan pecut kuda diperoleh dari dicuci kemudian dikeringkan dan
salah satu tanaman yang terdapat di daerah dibungkus dengan kertas dan distrerilisasi
Lombok tengah. Sebanyak 800 gram dalam autoclave selama 30 menit pada
basah/segar daun pecut kuda suhu 1210C pada tekanan 1,5 atm.
(Stachytarpheta jamaicensis (L.)Vahl) Pembuatan Media
dibersihkan dengan air mengalir dan air Pembuatan Media NA (Nutrien Agar)
steril kemudian diiris atau dipotong kecil- Sebanyak 20 gram media NA (Merck)
kecil menggunakan silet. Irisan daun pecut dilarutkan dengan 1L aquades dalam
kuda tersebut kemudian dikeringkan erlenmeyer . Kemudian dididihkan di atas
dengan cara dikeringanginkan. Setelah penangas air. Dengan bantuan magnetic
kering, irisan tersebut dihancurkan dengan stirer larutan diaduk sampai merata.
blender sehingga berbentuk powder. Setelah mendidih media NA diangkat dan
Penghancuran daun pecut kuda ini didinginkan kemudian disterilisasi
bertujuan agar sel atau jaringan yang menggunakan autoclave selama 15 menit
mengandung senyawa yang diharapkan pada suhu 1210C pada tekanan 1,5 atm.
mudah diekstraksi oleh pelarut yang Media NA yang telah steril kemudian
dipakai, dan senyawa tersebut dapat larut dituang ke dalam cawan petri steril yang
semuanya. Daun pecut kuda yang telah kemudian akan digunakan sebagai media
diblender kemudian direndam umum untuk menumbuhkan bakteri uji.
menggunakan pelarut etanol. Pembuatan Media MHA (Muller
Fraksinasi ektrak Hinton Agar)
Sebanyak 100 mL ekstrak etanol daun Sebanyak 34 gram MHA (Merck)
pecut kuda dimasukkan ke dalam corong dicampurkan dengan 1L aquades dalam
pisah, dan difraksinasi dengan n-heksana erlenmeyer. Kemudian dengan
sehingga terbentuk dua lapisan. Lapisan menggunakan magnetic stirer campuran
heksanan di pisahkan dengan lapisan tersebut diaduk agar dapat larut sempurna
etanol. Berikutnya lapisan etanol dan dipanaskan sampai mendidih pada
difraksinasi kembali menggunakan penangas air. Setelah mendidih media

Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmiah Kesehatan Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 142
Volume 4. No. 2 – Oktober 2018
www.lppm-mfh.com ISSN-e: 2541-1128
lppm-politeknikmfh@gmail.com ISSN-p: 2407-8603

MHA diangkat dan didinginkan kemudian dibiarkan selama 5-15 menit agar suspensi
disterilisasi menggunakan autoclave bakteri meresap ke dalam agar-agar.
selama 15 menit pada suhu 1210C dan Diteteskan 0,1 mL masing-masing fraksi
tekanan 1,5 atm. Medium yang telah daun pecut kuda dengan berbagai
disterilkan kemudian dituang ke dalam konsentrasi pada agar. Selanjutnya
cawan petri steril dengan diameter 9 cm ± diinkubasi pada temperatur 370C selama
20 ml secara aseptis. 24 jam dengan keadaan plate tidak terbalik
Persiapan Isolat agar larutan ekstrak tidak tumpah.
Persiapan isolat bakteri harus Apabila ada potensi antibiotik, maka di
dilakukan dengan proses peremajaan isolat sekitar lubang tadi terlihat zona
bakteri dengan langkah-langkah sebagai penghambat pertumbuhan organisme uji.
berikut: Zona hambat pertumbuhan bakteri adalah
1. Melakukan peremajaan bakteri daerah yang tidak ditumbuhi bakteri, biasa
dalam media Nutrient Agar plate secara disebut sebagai halo atau zona bening.
aseptik. Diameter zona bening tersebut kemudian
2. Melakukan perbanyakan bakteri diukur dan dinyatakan dalam mm.
pada media Nutrient Agar miring secara
aseptik. HASIL DAN PEMBAHASAN
3. Menginkubasi subkultur bakteri Penelitian dilakukan di Laboratorium
selama 24 jam ke dalam inkubator dengan Politeknik Medica Farma Husada Mataram
suhu 37oC dan dalam kondisi aerob pada dan Laboratorium Fakultas Keguruan dan
bakteri Ilmu Pendidikan Universitas Mataram.
4. Membuat suspensi masing-masing Penelitian dilakukan secara in vitro dengan
bakteri pada garam fisiologis secara menguji aktivitas antibakteri fraksi aktif
aseptik yang disesuaikan dengan daun pecut kuda (Stachytarpheta
kekeruhan Mac Farland 0,5 setara dengan jamaicensis (L.) Vahl) terhadap bakteri
1 x 108 CFU/mL. Staphylococcus aureus, dan Klebsiella
Bioassay (Uji Daya Hambat) pneumonia. Bakteri diperoleh dari
Uji aktivitas antibakteri dengan Laboratorium Unit Riset Biomedik Rumah
menggunakan dua bakteri tersebut Sakit Umum Mataram. Tahapan penelitian
dilakukan secara aseptic dengan metode dilakukan dimulai dari ekstraksi,
sumuran. Untuk uji antibakteri dibuat fraksinasi, dan uji aktivitas antibakteri
sumuran diameter 6 mm. Selanjutnya ke fraksi.
dalam suspensi bakteri yang telah Ekstraksi Daun Pecut Kuda
distandarisasi kekeruhannya, dicelupkan Berdasarkan hasil ekstraksi simplisia daun
kapas lidi steril, ditunggu sebentar agar pecut kuda sebanyak 400 gram kering
cairan meresap ke dalam kapas. Kemudian menggunakan pelarut etanol, diperoleh
lidi diangkat dan diperas dengan hasil ekstraksi sebanyak 170, 31 gram
menekankan lidi pada tabung bagian dengan rendemen sebesar 42,57%.
dalam sambil diputar-putar. Meratakan Rendemen ekstraksi dapat dilihat pada
suspensi bakteri pada permukaan dan tabel 1.

Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmiah Kesehatan Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 143
Volume 4. No. 2 – Oktober 2018
www.lppm-mfh.com ISSN-e: 2541-1128
lppm-politeknikmfh@gmail.com ISSN-p: 2407-8603

Tabel 1 Rendemen ekstraksi


Berat Simplisia Pelarut Etanol Berat Ekstrak Persentase
(g) (L) (g) (%)

400 4 170,31 42,57

Ekstraksi dilakukan secara maserasi dua larutan zat aktif di dalam sel, maka larutan
kali ulangan secara bertahap dengan yang terpekat akan didesak keluar,
merendam simplisia daun pecut kuda keuntungan cara ekstraksi ini pengerjaan
menggunakan etanol 96%. Ulangan dan peralatan yang digunakan sederhana
pertama dilakukan dengan merendam dan dapat menghindari rusaknya
simplisia daun pecut kuda menggunakan 2 komponen senyawa akibat panas
liter etanol selama 48 jam. Hasil maserasi (Purwanto, 2015).
disaring dan dilakukan maserasi kembali Fraksinasi Daun pecut kuda
menggunakan etanol 96% sebanyak 2 liter Fraksinasi daun pecut kuda menggunakan
selama 48 Jam. Hasil maserasi selanjutnya tiga pelarut dengan kepolaran yang
diuapkan dengan rotary epavorator hingga berbeda. Fraksinasi dilakukan
didapatkan ekstrak kental. Penggunaan menggunakan corong pisah dengan
pelarut etanol untuk mendapatkan bertahap dimulai dari pelarut non polar
komponen zat aktif lebih banyak. Peran menggunakan n-heksana, pelarut semi
pelarut etanol adalah melarutkan hampir polar menggunakan etil asetat dan pelarut
semua komponen baik yang bersifat polar, polar menggunakan methanol. Hasil
semi polar, maupun non polar. Pelarut fraksinasi gram ekstrak daun pecut kuda
akan menembus dinding sel dan masuk dengan menggunakan pelarut n-heksana,
kedalam rongga sel yang mengandung zat etil asetat, dan methanol disajikan pada
aktif sehingga zat aktif akan larut, karena tabel 2 di bawah ini :
adanya perbedaan konsentrasi antara
Tabel 2 Hasil fraksinasi gram ekstrak daun pecut kuda dengan menggunakan pelarut n-heksana, etil asetat, dan
methanol
Pelarut Berat Fraksi Presentase

(g) (%)

n-heksana 21,73 33,27

Etil asetat 14,98 22,93

Etanol 28,61 43,79

Berdasarkan hasil fraksi yang diperoleh fraksi ini berperan dalam menarik senyawa
terlihat bahwa fraksi etanol menghasilkan kimia yang bersifat polar. Fraksi n-
rendemen paling besar dan diikuti dengan Heksana menarik senyawa-senyawa yang
fraksi n-heksana dan etil asetat. Hal ini bersifat non-polar. Fraksi etil asetat
bergantung dari kepolaran dari pelarut merupakan pelarut semi polar dan dapat
yang digunakan. Fraksi etanol memiliki melarutkan senyawa semipolar pada
nilai paling tinggi atau paling polar dinding sel seperti aglikon flavonoid
dibandingkan dengan kedua fraksi lainnya, (Harborn, 1996).

Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmiah Kesehatan Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 144
Volume 4. No. 2 – Oktober 2018
www.lppm-mfh.com ISSN-e: 2541-1128
lppm-politeknikmfh@gmail.com ISSN-p: 2407-8603

Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi Daun dengan metode difusi sumuran. Pelarut
Pecut Kuda yang digunakan adalah aquades dan
Pengujian aktivitas antibakteri fraksi n- ditambahakan PEG 4000
heksana, etil asetat, dan etanol dilakukan
dengan konsentrasi bervariasi yaitu 1%, 5 aktivitas antibakteri. Kontrol positif
%, 10%, dan 20%. Nilai rata-rata aktivitas menunjukkan adanya aktivitas antibakteri.
tertinggi diperoleh dari fraksi n-heksana Hasil secara lebih rinci terdapat pada tabel
yang diikuti oleh fraksi etanol, sedangkan dibawah ini.
fraksi etil asetat tidak menunjukkan

Tabel 3 Aktivitas antibakteri fraksi n-heksana daun pecut kuda dalam berbagai konsentrasi
Jenis bakteri Rata-rata diameter zona hambat fraksi n-heksana daun pecut kuda dalam
berbagai konsentrasi (mm)

1% 5% 10% 20% kontrol Kontrol


positif negatif

Staphylococc - - 9 10 6 0
us aureus

Klebsiella 10 12 12 13 8 0
pneumoniae

A 10
B
10

5
20
20
K
K 5

K
1
1
K

Gambar 3.1 Zona hambat fraksi n-heksana yang terbentuk pada bakteri Staphylococcus aureus (A) dan pada
bakteri Klebsiella pneumonia (B)
Rata-rata diameter zona hambat fraksi etil asetat daun pecut kuda
dalam berbagai konsentrasi (mm)
Jenis bakteri
kontrol Kontrol
1% 5% 10% 20%
positif negatif
Staphylococcus
- - - - 6 0
aureus
Klebsiella
- - - - 7 0
pneumoniae

Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmiah Kesehatan Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 145
Volume 4. No. 2 – Oktober 2018
www.lppm-mfh.com ISSN-e: 2541-1128
lppm-politeknikmfh@gmail.com ISSN-p: 2407-8603

A B
10
K
5
K K
20

20
1
1

10
K
5

Gambar 4.2 Zona hambat fraksi etil asetat yang terbentuk pada bakteri Staphylococcus aureus (A) dan pada
bakteri Klebsiella pneumonia (B)

Tabel 3.2 Aktivitas antibakteri fraksi etanol daun pecut kuda dalam berbagai konsentrasi

Rata-rata diameter zona hambat fraksi etil asetat daun pecut kuda
dalam berbagai konsentrasi (mm)
Jenis bakteri
kontrol Kontrol
1% 5% 10% 20%
positif negatif
Staphylococcus
- - - 6 7 0
aureus
Klebsiella
- - 9 13 7 0
pneumoniae

A 10 B 5
20 1

K
K
5
10 K

K
1
20

Gambar 4.3 Zona hambat fraksi etanol yang terbentuk pada bakteri Staphylococcus aureus (A) dan pada bakteri
Klebsiella pneumonia (B)
Hasil uji aktivitas bakteri menunjukkan Pada konsentrasi 5% dan 10% daya
bahwa fraksi yang aktif adalah fraksi n- hambatnya sama yaitu 12 mm dan pada
heksana dan fraksi etanol. Konsentrasi konsentrasi 20% daya hambatnya 13 mm.
minimum terjadinya penghambatan sedangkan pada bakteri Staphylococcus
aktivitas bakteri untuk fraksi n-heksana aureus terjadinya penghambatan dimulai
pada konsentrasi 1% telah mempunyai pada konsentrasi 10% dengan rata-rata
kemampuan untuk menghambat bakteri diameter zona hambat sebesar 9 mm dan
Klebsiella pneumonia dengan rata-rata pada konsentrasi 20% diameter zona
diameter zona hambat sebesar 10 mm. hambatnya sebesar 10 mm.

Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmiah Kesehatan Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 146
Volume 4. No. 2 – Oktober 2018
www.lppm-mfh.com ISSN-e: 2541-1128
lppm-politeknikmfh@gmail.com ISSN-p: 2407-8603

Pada fraksi etanol, terbentuknya diameter pecut kuda (Stachytarpheta jamaicensis


zona hambat bakteri dimulai pada (L.)Vahl) linier dengan besaran
konsentrasi 20% untuk bakteri konsentrasinya. Artinya semakin tinggi
Staphylococcus aureus yaitu sebesar 6 mm konsentrasi fraksi masing-masing fraksi
sedangkan pada bakteri Klebsiella maka semakin besar pula diameter zona
pneumonia terjadi aktivitas penghambatan hambatnya terhadap bakteri penyebab
bakteri pada konsentrasi 10% dan 20% pneumoniae.
masing-masing sebesar 9 mm dan 13 mm.
Selain faktor konsentrasi ternyata jenis
Konsentrasi fraksi n-heksana dan etanol bahan antimikroba juga menentukan
mempunyai diameter hambat yang berbeda kemampuan menghambat pertumbuhan
sesuai perbedaan konsentrasinya. Semakin kuman. Perbedaan besarnya hambatan
besar konsentrasi semakin besar pula untuk masing-masing konsentrasi dapat
diameter hambat yang dibentuknya, disebabkan oleh perbedaan besar kecilnya
sehingga dapat diketahui bahwa besarnya konsentrasi, banyak sedikitnya kandungan
konsentrasi dan diameter hambat zat aktif antimikroba yang terkandung
berbanding lurus satu sama lain. Hasil dalam ekstrak, kecepatan difusi bahan
penelitian juga menunjukkan bahwa antimikroba ke dalam medium dan
semakin kecil konsentrasi ekstrak, yang inkubasi, pH lingkungan, komponen
berarti semakin sedikit jumlah zat yang media, ukuran inokulum, waktu inkubasi
aktif yang terlarut di dalam ekstrak, maka dan aktivitas metabolik mikroorganisme
semakin rendah kemampuan ekstrak dalam (Ajizah, 2004).
menghambat pertumbuhan suatu bakteri.
Hal ini sesuai dengan pendapat Rhoades Efek antibakteri fraksi n-heksana dan
dan Roller (2000), bahwa besarnya fraksi etanol daun pecut kuda
aktivitas daya hambat tergantung pada laju (Stachytarpheta jamaicensis (L.)Vahl)
difusi dari kandungan senyawa antibakteri terhadap bakteri penyebab pneumoniae
yang digunakan dan pada umumnya diperkirakan diperankan oleh zat-zat aktif
diameter zona hambat cenderung yang larut dalam masing-masing fraksi.
meningkat sebanding dengan Diperkirakan zat-zat yang terkandung
meningkatnya konsentrasi ekstrak. dalam daun pecut kuda (Stachytarpheta
jamaicensis (L.)Vahl) yang larut dalam
Rentang nilai diameter hambat yang fraksi etanol adalah flavonoid, fenolik, dan
berkisar dari 9 mm hingga 13 mm pada tanin. Mekanisme kerja flavonoid sebagai
fraksi n-heksana menunjukkan antibakteri adalah membentuk senyawa
kemampuan daya hambat sedang hingga kompleks dengan protein ekstraseluler dan
kuat dan termasuk kategori intermediet, terlarut sehingga dapat merusak membran
sedangkan pada fraksi etanol rentang nilai sel bakteri yang diikuti dengan keluarnya
diameter hambat yang berkisar dari 6 mm senyawa intraseluler (Cowan, 1999; Nuria
hingga 10 mm menunjukkan kemampuan dkk, 2009; Bobbarala, 2012).
daya hambat sedang hingga kuat dan
termasuk kategori intermediet (Davis dan Menurut Singh (2005), senyawa fenol
Stout , 1971). Kemampuan suatu bahan memiliki mekanisme kerja dalam
antimikroba dalam meniadakan menghambat pertumbuhan bakteri dengan
kemampuan hidup mikroorganisme cara inaktivasi protein (enzim) pada
dipengaruhi oleh konsentrasi dari bahan membran sel. Menurut Susanti (2008),
mikroba tersebut (Schlegel, 1994). fenol berikatan dengan protein melalui
Kekuatan aktivitas antibakteri terhadap ikatan hidrogen sehingga mengakibatkan
bakteri penyebab pneumoniae oleh daun struktur protein menjadi rusak karena

Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmiah Kesehatan Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 147
Volume 4. No. 2 – Oktober 2018
www.lppm-mfh.com ISSN-e: 2541-1128
lppm-politeknikmfh@gmail.com ISSN-p: 2407-8603

sebagian besar struktur dinding sel dan konsentrasi 1% sebesar 10 mm dan


membran sitoplasma bakteri mengandung daya hambat terbesar pada
protein dan lemak. Ketidakstabilan pada konsentrasi 20% sebesar 13 mm.
dinding sel dan membran sitoplasma 3. Aktivitas antibakteri fraksi n-heksana
bakteri menyebabkan fungsi permeabilitas pada bakteri Staphylococcus aureus
selektif, fungsi pengangkutan aktif, memiliki daya hambat terkecil pada
pengendalian susunan protein dari sel konsentrasi 10% sebesar 9 mm dan
bakteri menjadi terganggu, yang akan daya hambat terbesar pada
berakibat pada lolosnya makromolekul, konsentrasi 20% sebesar 10 mm.
dan ion dari sel. Sehingga sel bakteri 4. Aktivitas antibakteri fraksi ethanol
menjadi kehilangan bentuknya, dan pada bakteri Staphylococcus aureus
terjadilah lisis. memiliki daya hambat pada
konsentrasi 20% sebesar 6 mm
Mekanisme kerja tanin sebagai antibakteri sedangkan pada bakteri Klebsiella
adalah mampu mengerutkan dinding sel pneumonia pada konsentrasi 10%
bakteri sehingga dapat mengganggu sebesar 9 mm dan daya hambat
permeabilitas sel. Terganggunya terbesar pada konsentrasi 20% sebesar
permeabilitas sel dapat menyebabkan sel 13 mm.
tersebut tidak dapat melakukan aktifitas
hidup sehingga pertumbuhannya DAFTAR PUSTAKA
terhambat dan karena pengerutan dinding
sel bakteri sehingga bakteri mati (Maliana Ajizah, A. 2004. Sensitivitas Salmonella
dkk., 2013). Menurut Sari dan Sari Typhimurium Terhadap
(2011), tanin mempunyai target pada Ekstrak Daun Psidium
polipeptida dinding sel sehingga guajava L. BIOSCIENTIAE. 1
pembentukan dinding sel menjadi kurang (1).
sempurna. Hal ini menyebabkan sel
bakteri menjadi lisis karena tekanan Anonymous, 1977. Malaria Medika Jilid I
osmotik maupun fisik sehingga sel bakteri Departemen Kesehatan RI.
akan mati.
Adha A. C, 2009. Pengaruh Pemberian
Fraksi n-heksana diperkirakan terdapat Ekstrak Etanol Daun Alpukat
senyawa aktif yaitu steroid, triterpenoid, (Persea americana Mill.)
dan flavonoid. Riyanto dkk (2013) Terhadap Aktivitas Diuretik
menyatakan bahwa senyawa triterpenoid Tikus Putih Jantan Sprague-
yang dapat dijumpai pada tumbuhan Dawley. IPB .Bogor
berfungsi sebagai pelindung untuk
menolak serangga dan seranagan mikroba. BPOM, RI. (2012). Pedoman Teknologi
Formulasi Sediaan Berbasis
KESIMPULAN Ekstrak. Volume 1. Jakarta:
1. Fraksi n-heksana dan fraksi etanol Badan Pengawasan Obat dan
daun pecut kuda (Stachytarpheta Makanan RI. Halaman 6, 12,
jamaicensis (L.)Vahl) mempunyai 14.
aktivitas terhadap bakteri penyebab
pneumonia sedangkan fraksi etil Bobbarala, V. 2012. Antimicrobial Agents.
asetat tidak aktif Intech, Croatia.
2. Aktivitas antibakteri fraksi n-heksana
Cowan, M.M. 1999. Plant Products as
pada bakteri Klebsiella pneumoniae
Antimicrobial Agents. Clinical
memiliki daya hambat terkecil pada
Microbiology Reviews. 12:
Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmiah Kesehatan Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 148
Volume 4. No. 2 – Oktober 2018
www.lppm-mfh.com ISSN-e: 2541-1128
lppm-politeknikmfh@gmail.com ISSN-p: 2407-8603

564 – 582. Lany Indrayani, Hartati Soetjipto, dan


Lydia Sihasale. (2006).
Davis, W.W and Stout, T.R. 1971. Disc Skrining fitokimia dan uji
Plate Methods of toksisitas ekstrak daun pecut
Microbiological Antibiotic kuda (Stachytarpheta
Assay. Microbiology jamaicensis L. Vahl) terhadap
larva udang Artemia salina
Dalimartha, S. (2000). Atlas Tumbuhan Leach Berk. Penel. Hayati: 12
Obat Indonesia. Jilid 2. (57–61).
Jakarta: Pustaka Bunda.
Halaman 146-148. Nuria, M.C., A. Faizatun., dan Sumantri.
2009. Uji Antibakteri Ekstrak
Depkes, RI. (1979). Farmakope Indonesia. Etanol Daun Jarak Pagar (
Edisi Ketiga. Jakarta: Jatropha cuircas L) terhadap
Departemen Kesehatan RI. Bakteri Staphylococcus aureus
Halaman 7, 744,748. ATCC 25923, Escherichia coli
ATCC 25922, dan Salmonella
Ditjend, POM. (2000). Parameter Standar
typhi ATCC 1408. Jurnal Ilmu
Umum Ekstrak Tumbuhan
– ilmu Pertanian. 5: 26 – 37.
Obat. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI. Halaman 10-11. Nova, H. (2008). Tumbuhan Berkhasiat.
Di akses dari
Dzen SM, Roekistiningsih, S., S ,
http://://id/wikipedia.org/wiki.
Winarsih S, Sumamo, Islam S,
dari www.google.com.
AS Noorhamdani, Murwani S,
Santosaningsih O. 2003. Riyanto EI, Widowati I, Sabdono A. 2013.
Bakteriologi Medik. Skrining aktivitas antibakteri
Bayumedia Publishing. pada ekstrak Sargasum
Malang. polycystum terhadap bakteri
Vibrio harveyi dan
Harborne, J. B. 1987. Metode Fitokimia:
Micrococcus luteus di Pulau
Penuntun Cara Modern
Panjang Jepara. Journal of
Menganalisis Tumbuhan. ITB.
Marine Research1(1):115-121.
Bandung.

K. Ramakrishnan et al. (2013). Schlegel, H. G. 1994. Mikrobiologi


Pharmacognostical and Umum. Gadjah Mada
phytoch studies on steam of University Press.
Stachytarpheta jamaicensis L. Persatuan Dokter Paru Indonesia, 2003.
Vahl emical Int. Res. J. Penumonia Komuniti
Pharm. 2013, 4 (10) (Pedoman Diagnosis dan
Koirewoa, Yohanes Adithya, Fatimawali, Penatalaksanaan Di
Weny Indayany Wiyono.( Indonesia). PDPI.
2012). Isolasi dan Identifikasi Sari, R., F,. 2011. Kajian Potensi Senyawa
Senyawa Flavonoid Dalam Bioaktif Spirulina platensis
Daun Beluntas (Pluchea indica sebagai Antioksidan [Skripsi].
L.). Manado: Universitas Fakultas Perikanan dan Ilmu
Samratulangi.

Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmiah Kesehatan Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 149
Volume 4. No. 2 – Oktober 2018
www.lppm-mfh.com ISSN-e: 2541-1128
lppm-politeknikmfh@gmail.com ISSN-p: 2407-8603

Kelautan Universitas Sufitri R.A., Nurdiana, Krismayanti L.,


Diponegoro. Semarang. 2015. Uji Ekstrak Daun Pecut
Kuda (Stachytarpheta
Suharjono, Yuniati T, Sumarno, Semedi jamaicensis L. Vahl) Sebagai
S.J., 2009. Studi Penggunaan Penghambat Bakteri
Antibiotika Pada Penderita Staphylococcus aureus.
Rawat Inap Pneumonia BIOTA : Jurnal Tadris IPA
(Penelitian Di Sub Biologi FITK IAIN Mataram,
Departemen Anak Rumkital 200-210.
DR. Ramelan Surabaya).
Majalah Ilmu Kefarmasian. Thamilvaani, M., David, A., Hwee, M. C.,
Vol VI: 3. Uma, D. P., 2012. Flavonoids
Isolated from Syzygium
Setyaningtyas, A., Dewi, I. K., Winarso, aqueum Leaf Extract as
A., 2017. Potensi Antioksidan Potential Antihyperglycaemic
Ekstrak Etil Asetat Biji dan Agents. Food Chemistry: 132.
Kulit Petai. Jurnal
KesMasDaSka: 47-56. Tortora, G. J., Funke, B. R. & Case, C. L.,
2010, Microbiology an
Singh, I.P., S.B. Bharate. 2005. Anti-HIV introduction 10th edition,
Natural Products. Journal Pearson edition, Inc.,
Current Science, 89 (2). Publishing as Pearson
Benjamins Cummings, San
Francisco, 1301 Sansome.

Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmiah Kesehatan Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 150
Volume 4. No. 2 – Oktober 2018
www.lppm-mfh.com ISSN-e: 2541-1128
lppm-politeknikmfh@gmail.com ISSN-p: 2407-8603

Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmiah Kesehatan Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 151
Volume 4. No. 2 – Oktober 2018

Anda mungkin juga menyukai