Anda di halaman 1dari 5

PROPOSAL PENELITIAN

ANALISIS IN VITRO: PENENTUAN DOSIS EKSTRAK


TERATAI (Nymphaea pubescens L.) SEBAGAI KANDIDAT
OBAT MOTILE AEROMONAS SEPTICEMA (MAS).

IN VITRO ANALYSE: DETERMINATION OF LOTUS


(Nymphaea pubescens L.) EXTRACT DOSAGE AS MEDICINE
CANDIDATE FOR MOTILE AEROMONAS SEPTICEMA
(MAS).

Muhammad Aulia Amri


05051181520005

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN


JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Salah satu bakteri air tawar yang menyebabkan kerugian dalam budidaya
ikan air tawar adalah bakteri Aeromonas hydrophila. Bakteri tersebut dapat
menimbulkan penyakit Motile Aeromonas Septicamea (MAS) yang dapat
menyebabkan kematian ikan hingga 100%. Pengobatan penyakit MAS biasanya
menggunakan antibiotik, namun penggunaan bahan ini berdampak buruk karena
dapat menimbulkan residu pada ikan dan akan membahayakan kesehatan manusia
apabila dikonsumsi. Oleh karena itu, alternatif pengendalian penyakit ini lebih
dikembangkan ke arah pencegahan atau pemanfaatan bahan-bahan obat yang
ramah lingkungan seperti bahan yang berasal dari tumbuhan. Antibakterial adalah
zat yang dapat menghambat atau membunuh bakteri penyebab infeksi. Zat ini
digunakan sebagai bahan obat untuk penyakit bakterial (Wahjuningrum et al.,
2010).
Teratai (Nymphaea pubescens L.) adalah tumbuhan air yang banyak
tumbuh secara alami di perairan rawa maupun sungai yang tidak begitu dalam dan
berarus tenang. Teratai memiliki manfaat untuk menyembuhkan berbagai
penyakit dan hampir semua bagian dari tanaman ini dapat dimanfaatkan. Beberapa
penelitian mengenai kandungan dan manfaat yang terdapat pada biji dan umbi
teratai sehingga telah banyak kandungan dan manfaat yang telah diketahui melalui
penelitian tersebut (Saban et al., 2017). Beberapa penelitian tersebut antara lain
penggunaan pelarut metanol pada proses ekstraksi efektif dalam menarik senyawa
antibakteri pada biji N.pubescens (Fitrial et al., 2008); daun N.pubescens (Waidee
et al., 2015); dan bunga N.nouchali Burm. F (Dash et al., 2013). Penelitian
Khairunnisa et al. (2020), ekstrak metanol bunga N. Pubescens memiliki
kemampuan dalam menghambat pertumbuhan bakteri S. Aureus dan E. coli.
Komponen fitokimia yang terdapat pada biji teratai adalah alkaloid, flavonoid,
steroid, glikosida, saponin, tanin dan triterpenoid (Fitrial et al., 2008).
Berdasarkan hasil penelitian Rarasari et al. (2020), ekstrak teratai yang
menggunakan pelarut etil asetat menunjukkan bahwa mengandung senyawa
saponin, tanin, alkaloid, steroid, flavonoid, dan terpenoid. Sedangkan hasil
pengamatan melalui Scanning Electron Microscope (SEM) sel bakteri Aeromonas
hydrophila mengalami atrofi (mengkerut) ketika dipaparkan dengan ekstrak
teratai, dan mengakibatkan dinding sel mengalami lisis. Penelitian Widya et al.
(2014), pada pengujian aktivitas antibakteri dari ekstrak teratai digunakan bakteri
gram negatif Aeromonas hydrophila, bakteri gram positif Streptococcus
agalactiae dan jamur Saprolegnia sp. Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa
ekstrak biji teratai berspektrum luas karena mampu menghambat pertumbuhan
ketiga mikroba uji. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak teratai dapat dijadikan
kandidat sebagai pengobatan penyakit Motile Aeromonas Septicamea (MAS).
Keberhasilan mengobati suatu penyakit ditentukan oleh khasiat obat dan dosis
pemberian yang tepat. Tahapan penentuan suatu bahan obat harus melalui uji
praklinis (in vitro) dan uji klinis (in vivo). Berdasarkan hasil Scanning Electron
Microscope (SEM) dan uji fitokimia, ekstrak teratai dapat dijadikan bahan obat
dan perlu dilakukan uji lanjut untuk menentukan nilai Minimum inhibitory
concentration (MIC) dan Minimum bactericidal concentration (MBC) sebagai
acuan penentuan dosis obat pada uji in vivo.

1.2. Rumusan Masalah


Keberadaan patogen di dalam sistem budidaya ikan merupakan salah satu
faktor penyebab terjadinya penyakit ikan, dan merupakan ancaman bagi
pembudidaya karena dapat menimbulkan kerugian. Bakteri Aeromonas
hydrophila dikenal sebagai patogen penyebab penyakit Motile Aeromonas
Septicemia (MAS) pada ikan air tawar. Pemanfaatan tanaman obat dibidang
akuakultur merupakan dampak dari larangan penggunaan antibiotik selama proses
produksi. Oleh karena itu, alternatif pengendalian penyakit lebih dikembangkan
ke arah pencegahan atau pemanfaatan bahan-bahan obat yang ramah lingkungan
seperti tumbuhan.
Secara umum, teratai mempunyai kandungan tannin dan alkaloid yang
bersifat sebagai antibakterial yang mampu merusak dinding sel. Tahapan
penentuan suatu bahan obat harus melalui uji praklinis (in vitro) dan uji klinis (in
vivo). Secara in vitro penentuan dosis obat menggunakan nilai Minimum
inhibitory concentration (MIC) sedangkan nilai dan Minimum bactericidal
concentration (MBC) dijadikan sebagai acuan penentuan dosis obat secara in
vivo. Oleh karena itu penelitian ini adalah penelitian lanjutan untuk mengkaji
potensi teratai sebagai kandidat obat untuk penyakit Motile Aeromonas
Septicemia (MAS) secara in vitro.

1.3.Tujuan dan Manfaat


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dosis ekstrak teratai (Nymphaea
pubescens L.) untuk menghambat dan membunuh bakteri Aeromonas hydrophila
pada ikan lele secara in vitro.
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan pemanfaatan ekstrak teratai
dalam mengobati penyakit Motile Aeromonas Septicemia (MAS) secara in vitro.
DAFTAR PUSTAKA

Dash, B. K., Sen, K., Alam, K., Hossain, R., Islam, N. A., Banu, S., Rahman
A.H.M., dan Jamal. 2013. Antibacterial Activity of Nymphaea nouchali
(Burm. f) Flower. Annals of Clinical Microbiology and Antimicrobials.
12:1-4.
Fitrial, Y., Astawan, M., Soekarto, S. T., Wiryawan, K.G., Wresdiyati, T., dan
Khairina, R. 2008. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Biji Teratai (Nymphaea
pubescens Willd) terhadap Bakteri Patogen Penyebab Diare. Jurnal
Teknologi dan Industri Pangan. 19(2), 158-164.
Khairunnisa, A., Wathan, N., Fitriana, M., Fadlilaturrahmah, dan Fiddina, N.
2020. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Metanol Bunga Teratai (Nymphaea
pubescens Willd). Jurnal Pharmascience, 07(02),75-88.
Rarasari, A. M., Dwinanti, S. H., dan Yonarta, D. 2020. Penapisan Fitokimia
melalui Metode Ekstraksi berbeda pada Tanaman Air sebagai Potensi
Obat Penyakit Ikan. Laporan Akhir Sains Teknologi dan Seni Universitas
Sriwijaya.
Saban, A., Rumahlatu, D., dan Watuguly, T. 2017. Potensi Ekstrak Daun Teratai
(Nymphaea Pubescens L.) dalam menghambat Staphylococcus
Aureus. Biopendix, 3(2), 129-141.
Wahjuningrum, D., Solikhah, E.H., Budiardi, T dan Setiawati, M. 2010.
Pengendalian infeksi Aeromonas hydrophila pada ikan lele dumbo
(Clarias sp.) dengan campuran meniran (phyllanthy niruri) dan bawang
putih (Allium sativum) dalam pakan. Jurnal Akuakultur Indonesia.
9(2),93-103.
Waidee, K., Chankhamhaengdecha, S., dan Damrongphol, P. 2015. Antibacterial
Activity of Nymphaea Pubescens Willd. Leaves. 7th International
Conference on Medical, Biological and Pharmaceutical Sciences
(ICMBPS'2015) : 62-65.
Widya, D. R., Suryanto, D., dan Desrita. 2014. Aktivitas antimikroba biji teratai
(Nymphaea pubescens L.) terhadap bakteri Aeromonas hydrophilla,
Streptococus agalactiae, dan jamur Saprolegnia, sp. Jurnal Mikrobiologi.
2(1):7-17

Anda mungkin juga menyukai