Anda di halaman 1dari 8

PENGARUH KONSENTRASI EKSTRAK DAUN SALAM (Syzygium

polyanthum Wigh) TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR


Trichophyton rubrum METODE DIFUSI

Khaidir Ali1), Slamet1), Suwono1)


1)
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Pontianak
Email : khaidir.ali.119@gmail.com

ABSTRAK
Ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum Wigh) memiliki potensi sebagai antijamur,
dengan senyawa aktif yaitu flavonoid, polifenol, tanin dan alkaloid. Trichophyton rubrum
merupakan jamur dermatofita yang menyebabkan infeksi dermatofitosis dan bersifat patogen
terhadap manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui diameter zona hambat pertumbuhan
jamur Trichophyton rubrum, konsentrasi ekstrak daun salam yang efektif, serta menganalisis
pengaruh konsentrasi ekstrak daun salam terhadap pertumbuhan jamur Trichophyton rubrum.
Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimental semu dengan teknik pengambilan sampel
Purposive Sampling. Populasi penelitian ini daun salam yang diambil di daerah Parit H. Husein
1, Pontianak Tenggara. Sampel yang digunakan adalah ekstrak etanol daun salam dengan
konsentrasi 10%, 20%, 30%, 40%, 50%, 60% 70%, 80%, 90% dan 100%. Berdasarkan hasil uji
laboratorium didapatkan nilai rata-rata zona hambat pertumbuhan jamur Trichophyton rubrum
yaitu sebesar 10,9833 mm dengan jumlah sampel 30 sampel, zona hambat maksimum yaitu 18,50
mm, zona hambat minimum yaitu 5,00 mm. Rata-rata diameter yang didapat pada konsentrasi
10% yaitu sebesar 5,83 mm, diikuti oleh konsentrasi 20% sebesar 6,17 mm, 30% sebesar 7,33
mm, 40% sebesar 8,50 mm, 50% sebesar 9,00 mm, 60% sebesar 11,33 mm, 70% sebesar 13,33
mm, 80% sebesar 14,33 mm, 90% sebesar 16,33 mm dan 100% sebesar 17,67 mm. Konsentrasi
Efektif terdapat pada konsentrasi 100%. Berdasarkan uji regresi linear didapatkan nilai R Square
sebesar 0,953 yang menunjukkan bahwa kontribusi pengaruh yang dihasilkan oleh ekstrak daun
salam sebesar 95,3%, nilai ANOVA dengan p value = 0,000 < α (0,05) sehingga dinyatakan
terdapat pengaruh konsentrasi ekstrak daun salam terhadap pertumbuhan jamur Trichophyton
rubrum metode difusi.

Kata Kunci : Daun Salam, Trichophyton rubrum, Metode Difusi.

Bay leaf extract (Syzygium polyanthum Wigh) had antifungal activity that contained of
flavonoids, polyphenols, tannins and alkaloids. Trichophyton rubrum is dermatophyte fungus that
caused dermatophytosis infection and is pathogenic to humans. This study aims to determine the
inhibitory zone diameter of Trichophyton rubrum growth, effective bay leaf extract concentration,
and analyze the effect of bay leaf extract concentration on the growth of Trichophyton rubrum
fungus. The research method used was quasi-experimental with Purposive Sampling technique.
The study population was bay leaves taken from the Parit H. Husein 1 area, Southeast Pontianak.
The sample was ethanolic bay leaves extract with a concentration of 10%, 20%, 30%, 40%, 50%,
60% 70%, 80%, 90% and 100%. Based on the results of laboratory tests, the average value of the
inhibition zone of Trichophyton rubrum fungus is 10.9833 mm with a sample of 30 samples, the
maximum inhibition zone is 18.50 mm, the minimum inhibition zone is 5.00 mm. The average
diameter obtained at a concentration of 10% is equal to 5.83 mm, followed by a concentration of
20% of 6.17 mm, 30% of 7.33 mm, 40% of 8.50 mm, 50% of 9.00 mm, 60% of 11.33 mm, 70%
of 13.33 mm, 80% of 14.33 mm, 90% of 16.33 mm and 100% of 17.67 mm. Effective
concentration is at 100%. Based on the linear regression test, the R Square value of 0.953 showed
the effect produced by bay leaf extract was 95.3%, the ANOVA value was p value = 0,000 < α
(0.05) so that showed the inhibitory effect of the concentration of bay leaf extract on Trichophyton
rubrum fungus growth by diffusion method.

Keywords : Bay leaves, Trichophyton rubrum, Diffusion Method.


PENDAHULUAN masyarakat untuk mengobati penyakit
Indonesia merupakan salah satu negara seperti diare, maag, kencing manis, mabuk
penghasil tanaman obat yang potensial akibat alkohol, kudis dan gatal-gatal. Daun
dengan keanekaragaman hayati yang salam dikenal memiliki kemampuan
dimilikinya. Tanaman obat sangat membantu antiinflamasi, antioksidan, sifat antibakteri
masyarakat dalam memperbaiki masalah dan antijamur (Elshabrina, 2013).
kesehatan, karena efek samping dari ramuan Penelitian yang telah dilakukan
herbal yang dibuat tidak akan dirasakan, sebelumnya menyatakan bahwa daun salam
berbeda jika masyarakat bergantung dengan mengandung beberapa senyawa kimia yaitu
obat-obatan sintetik selain harganya mahal minyak atsiri, flavonoid, tanin dan methyl
dan resiko efek samping untuk kesehatan chavicol (Harismah dan Chusniatun, 2016).
jangka panjang juga sangat Senyawa yang memiliki aktivitas sebagai
mengkhawatirkan (Lestaridewi dan Jamhari, antijamur adalah flavonoid, tanin, alkaloid
2017). dan fenol (Angraini, Nazip dan Meilinda,
Obat-obat antifungi/antijamur yang 2014). Flavonoid merupakan golongan
tersedia di pasaran semakin banyak. terbesar dari senyawa polifenol. Flavonoid
Penggunaan beberapa obat antifungi ada bekerja dengan cara denaturasi protein
yang kurang efektif serta adanya kejadian sehingga meningkatkan permeabilitas
toksisitas terhadap beberapa produk obat membran sel. Denaturasi protein
antifungi yang tersedia di pasaran. Karena menyebabkan gangguan dalam pembentukan
hal tersebut menyebabkan para peneliti untuk sel sehingga menyebabkan lisisnya dinding
mencari senyawa antifungi yang terdapat di sel jamur. Selain itu, senyawa fenol melalui
berbagai ekstrak tanaman. Penggunaan obat gugus hidroksi yang akan berikatan dengan
yang berasal dari bahan alam ini diyakini gugus sulfihidril dan protein jamur sehingga
akan memberikan suatu efek samping yang mampu mengubah konformasi protein
minimal dan hasil yang didapat maksimal. membran sel target yang mengakibatkan
Masyarakat cenderung memilih untuk pertumbuhan sel jamur terganggu bahkan
kembali ke alam daripada memanfaatkan dapat mengalami kematian (Yanti, Samingan
obat-obatan kimia yang dilihat dari segi dan Mudatsir, 2016)
finansial maupun fungsinya justru Kondisi Indonesia yang beriklim tropis
merugikan penggunanya sendiri. mempunyai daya dukung yang sangat baik
Kembalinya masyarakat memilih tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangan
obat daripada obat-obatan kimia sering mikroorganisme, baik yang menguntungkan
disebut dengan istilah back to nature maupun merugikan. Mikroorganisme yang
(Gendrowati, 2018). Salah satu tanaman obat merugikan adalah jamur yang tumbuh
yang sering digunakan di masyarakat yaitu dengan baik pada keadaan lembab. Jamur
tanaman salam (Syzygium polyanthum akan tumbuh di bagian-bagian tubuh tertentu
Wigh). Bagian tanaman yang sering pada manusia dan akan menimbulkan
digunakan untuk bumbu masakan maupun penyakit contohnya Tinea pedis. Penyakit ini
untuk kesehatan yaitu daunnya. disebabkan jamur Dermatophyta terutama
Daun salam merupakan salah satu jenis Trichophyton rubrum yang menyerang
rempah-rempah yang mempunyai banyak bagian kulit, kuku maupun rambut. Penyakit
manfaat, baik sebagai pelengkap masakan ini merupakan penyakit infeksi
maupun untuk kesehatan (Astawan, 2016). Dermatophyta yang sering terjadi (Khusnul,
Daun salam yang selama ini dikenal sebagai Kurniawati dan Hidana, 2018).
daun bumbu pengharum dalam masakan Berdasarkan uraian diatas peneliti
ternyata memiliki manfaat sebagai penurun tertarik untuk melakukan penelitian dengan
penyakit asam urat. Selain ampuh mengatasi judul Pengaruh Konsentrasi Ekstrak
asam urat, ternyata daun salam juga Daun Salam (Syzygium polyanthum Wigh)
memberikan penyembuhan terhadap Terhadap Pertumbuhan Jamur
berbagai penyakit lainnya (Elshabrina, Trichophyton rubrum Metode Difusi.
2013). Daun salam sering digunakan oleh
METODE PENELITIAN diujikan pada jamur Trichophyton rubrum
Penelitian yang dilakukan berbentuk dengan metode difusi.
eksperimen semu (Eksperimen Quasi) adalah Pemeriksaan dilakukan dengan
eksperimen yang mempunyai kelompok menggunakan sampel ekstrak daun salam
kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi yang dibuat konsentrasi 10%, 20%, 30%,
sepenuhnya untuk mengontrol variabel- 40%, 50%, 60%, 70%, 80%, 90% dan 100%
variabel luar yang mempengaruhi dengan replikasi 3 kali sehingga jumlah total
eksperimen (Siswanto, Susila dan Suyanto, sampel yang diuji adalah sebanyak 30
2017). Populasi pada penelitian ini adalah sampel. Ekstrak daun salam pada masing-
Daun Salam (Syzygium polyanthum Wigh) masing konsentrasi dibuat disk antijamur
yang dibuat ekstrak terdapat di daerah Parit dengan cara meletakkan blank disk ke dalam
H. Husein 1, Kecamatan Pontianak ekstrak daun salam selama 15 menit,
Tenggara, Kalimantan Barat. Sampel yang kemudian ditiriskan sampai blank disk
digunakan adalah Ekstrak Daun Salam tersebut kering. Media yang digunakan
(Syzygium polyanthum Wigh) dengan adalah media Potato Dextrose Agar (PDA).
konsentrasi 10%, 20%, 30%, 40%, 50%, Media PDA dibuat sebanyak 15 ml tiap
60%, 70%, 80%, 90%, dan 100% konsentrasi, kemudian ditanami jamur dan
menggunakan pengencer Dimetyl Sulfoksida blank disk diletakkan di atas media yang
15%. Teknik pengambilan sampel yang sudah ditanami jamur dengan posisi tengah.
digunakan adalah purposive sampling, yaitu Kemudian diinkubasi pada suhu 37oC selama
teknik pengambilan sampel sumber data 96 jam. Setelah diinkubasi selama 96 jam,
dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, dilakukan pembacaan hasil dengan
2017a). Penelitian ini dilakukan pada bulan mengukur diameter zona hambatan jamur
November 2018 sampai dengan bulan Maret Trichophyton rubrum yang tumbuh pada
2019. Penelitian dilakukan di Laboratorium media PDA.
Mikrobiologi Politeknik Kesehatan Berdasarkan pemeriksaan yang telah
Kementerian Kesehatan Pontianak. dilakukan diperoleh hasil pengukuran
diameter zona hambat pertumbuhan jamur
HASIL DAN PEMBAHASAN Trichophyton rubrum sebagai berikut :
Penelitian ini dilakukan mulai dari Tabel 1. Tabel Hasil Pengukuran Zona Hambat
tanggal 22 November 2018 – 15 Maret 2019 Pertumbuhan Jamur Trichophyton
rubrum Metode Difusi
dimana penelitian ini meliputi determinasi
tumbuhan yang dilaksanakan di Zona Hambat Setelah Inkubasi
Laboratorium Biologi Fakultas MIPA Kons. Rata-Rata
DSa DSb DSc
Universitas Tanjungpura. Pembuatan ekstrak 10% 5,00 6,00 6,50 5,83
daun salam dilakukan di Laboratorium 20% 5,00 6,50 7,00 6,17
Farmasi YARSI Pontianak. Pemeriksaan 30% 7,00 7,50 7,50 7,33
daya hambat ekstrak daun salam terhadap 40% 8,00 8,50 9,00 8,50
bahan uji jamur Trichophyton rubrum 50% 8,50 9,00 9,50 9,00
dilaksanakan di Laboratorium Terpadu
60% 11,00 10,50 12,50 11,33
Poltekkes Kemenkes Pontianak. Bahan
70% 14,00 13,50 12,50 13,33
penelitian didapat di daerah Parit H. Husein
80% 14,50 13,50 15,00 14,33
1, Gg. Al Qadar Dalam, Kecamatan
90% 17,00 16,50 15,50 16,33
Pontianak Tenggara, Provinsi Kalimantan
100% 16,50 18,00 18,50 17,67
Barat yaitu pohon salam sebanyak 1 pohon,
kemudian bagian yang diambil yaitu Berdasarkan hasil pengukuran pada
daunnya. Hasil ekstrak maserasi yang masing-masing konsentrasi ekstrak daun
diperoleh dari 2,5 kilogram daun salam basah salam didapatkan berbagai diameter zona
dengan menggunakan pelarut etanol 70% hambat. Konsentrasi ekstrak daun salam
adalah 142,76 gram ekstrak kental. dapat mempengaruhi pertumbuhan jamur
Kemudian ekstrak diencerkan dengan Trichophyton rubrum. Rata-rata diameter
Dimethyl sulfoksida (DMSO) 15% dan yang didapat pada konsentrasi 10% yaitu
sebesar 5,83 mm, diikuti oleh konsentrasi Tabel 4. Hasil ANOVA Uji Regresi Pengaruh
20% sebesar 6,17 mm, 30% sebesar 7,33 Konsentrasi Ekstrak Daun Salam
(Syzygium polyanthum Wigh) Terhadap
mm, 40% sebesar 8,50 mm, 50% sebesar Pertumbuhan Jamur Trichophyton
9,00 mm, 60% sebesar 11,33 mm, 70% rubrum Metode Difusi.
sebesar 13,33 mm, 80% sebesar 14,33 mm,
90% sebesar 16,33 mm dan 100% sebesar ANOVAb
17,67 mm. Sum of Mean
Tabel 2. Deskriptif Statistik Pengaruh Model Squares df Square F Sig.
Konsentrasi Ekstrak Daun Salam
(Syzygium polyanthum Wigh) Terhadap 1 Regression 478.820 1 478.820 572.429 .000a
Pertumbuhan Jamur Trichophyton Residual 23.421 28 .836
rubrum Metode Difusi.
Total 502.242 29
Descriptive Statistics
N Min Max Mean
Std. Berdasarkan Tabel 4, menunjukkan
Deviation bahwa hasil Anova uji Regresi Pengaruh
Zona Hambat
Trichophyton 30 5.00 18.50 10.9833 4.16157
Konsentrasi Ekstrak Daun Salam (Syzygium
rubrum polyanthum Wigh) Terhadap Pertumbuhan
Valid N Jamur Trichophyton rubrum Metode Difusi
30
(listwise)
yaitu dengan nilai Fhitung sebesar 572,429
Berdasarkan Tabel 2, deskriptif dengan tingkat signifikansi p = 0,000 < 𝛼
statistik pengaruh konsentrasi ekstrak daun (0,05) dan dinyatakan bahwa Ha diterima,
salam (Syzygium polyanthum Wigh) artinya terdapat pengaruh yang nyata
terhadap pertumbuhan jamur Trichophyton (signifikan) antara variabel bebas (ekstrak
rubrum metode difusi didapatkan nilai rata- daun salam) terhadap variabel terikat (zona
rata zona hambat yaitu sebesar 10,9833 mm hambat jamur Trichophyton rubrum).
dengan jumlah sampel 30 sampel, zona Untuk mengetahui pengaruh
hambat maksimum yaitu 18,50 mm, zona pemberian ekstrak daun salam terhadap
hambat minimum yaitu 5,00 mm dan dengan pertumbuhan jamur Trichophyton rubrum
nilai standar deviasi sebesar 4,16157. maka dilakukan penelitian di Laboratorium
Tabel 3. Hasil R Square Uji Regresi Linear Terpadu Poltekkes Kemenkes Pontianak.
Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Daun Subjek penelitian adalah jamur Trichophyton
Salam (Syzygium polyanthum Wigh)
Terhadap Pertumbuhan Jamur
rubrum merupakan jamur yang paling umum
Trichophyton rubrum Metode Difusi. menjadi penyebab infeksi jamur kronis pada
kulit dan kuku manusia. Pertumbuhan
Model Summary koloninya dari lambat hingga bisa menjadi
Adjusted Std. Error of cepat (Irianto, 2014).
Model R R Square R Square the Estimate Berdasarkan hasil uji deskriptif
didapatkan nilai minimum yaitu sebesar 5,0
1 .976a .953 .952 .91459
dan nilai maksimum yaitu sebesar 18,50.
Berdasarkan Tabel 3, menunjukkan Besarnya zona hambat yang dihasilkan
bahwa nilai R Square (R2) hasil uji regresi berbeda-beda pada setiap konsentrasi.
Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Daun Salam Perbedaan ini dikarenakan kandungan
(Syzygium polyanthum Wigh) Terhadap senyawa antijamur yang terdapat di dalam
Pertumbuhan Jamur Trichophyton rubrum daun salam berbeda. Semakin tinggi
Metode Difusi adalah 0,953 atau kontribusi konsentrasi ekstrak, semakin tinggi pula
pengaruh yang dihasilkan oleh ekstrak daun senyawa antimikroba yang terkandung
salam sebesar 95,3%. dalam ekstrak sehingga daya hambat ekstrak
terhadap pertumbuhan jamur semakin
meningkat. Hasil uji R Square Regresi Linear
didapatkan hasil yaitu 0,953, artinya
kontribusi pengaruh yang dihasilkan oleh
ekstrak daun salam sebesar 95,3%.
Senyawa aktif yang berperan sebagai sebesar 0,000 < 𝛼 (0,05) dan dinyatakan
antijamur terhadap pertumbuhan jamur bahwa Ha diterima, artinya terdapat
Trichophyton rubrum di dalam ekstrak daun pengaruh yang nyata (signifikan) antara
salam yaitu flavonoid, polifenol, tanin dan variabel bebas (ekstrak daun salam) terhadap
alkaloid. Hal ini sesuai dengan hasil uji variabel terikat (zona hambat jamur
skrining fitokimia yang telah dilakukan. Trichophyton rubrum).
Flavonoid adalah senyawa polifenol Penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang sesuai dengan struktur kimianya. yang telah dilakukan oleh Fachriyah, Dewi
Flavonoid bekerja dengan cara denaturasi dan Prastiyanto (2017) yang menunjukkan
protein sehingga meningkatkan hasil bahwa pertumbuhan candida albicans
permeabilitas membran sel. Denaturasi dapat dihambat dengan ekstrak daun salam
protein menyebabkan gangguan dalam konsentrasi 100% dengan diameter zona
pembentukan sel sehingga menyebabkan hambat sebesar 9,1 mm tetapi lebih kecil dari
lisisnya dinding sel jamur. Selain itu, daya hambat ketokenazole dan metode yang
senyawa fenol melalui gugus hidroksi yang digunakan berbeda yaitu metode difusi
akan berikatan dengan gugus sulfihidril dan sumuran. Berdasarkan penelitian yang
protein jamur sehingga mampu mengubah dilakukan oleh Angraini, Nazip dan Meilinda
konformasi protein membran sel target yang (2014) bahwa konsentrasi 1% merupakan
mengakibatkan pertumbuhan sel jamur konsentrasi hambat minimum terhadap
terganggu bahkan dapat mengalami pertumbuhan jamur Candida albicans
kematian (Yanti, Samingan dan Mudatsir, dimana zona hambat yang dihasilkan sebesar
2016). 69,85 mm2. Berdasarkan data tersebut maka
Tanin memiliki aktivitas antioksidan ekstrak metanol daun salam mampu
dan sebagai antiseptik. Tanin bersifat menghambat pertumbuhan jamur Candida
plasmolitik yang dapat mengkerutkan albicans secara in vitro dan berpotensi
dinding sel atau membran sel sehingga sebagai alternatif bahan antijamur terhadap
mengganggu permeabilitas sel itu sendiri. jamur Candida albicans.
Akibat terganggunya permeabilitas, sel tidak Hasil yang diperoleh pada penelitian
dapat melakukan aktivitas hidup sehingga ini sesuai dengan hasil pengukuran, bahwa
pertumbuhannya terhambat atau bahkan mati semakin tinggi konsentrasi ekstrak, semakin
(Angraini, Nazip dan Meilinda, 2014). tinggi pula senyawa antimikroba yang
Daun salam mengandung senyawa terkandung dalam ekstrak sehingga zona
kimia lain yang diduga berpotensi sebagai hambat ekstrak terhadap pertumbuhan jamur
daya antijamur seperti alkaloid (Fachriyah, yang dihasilkan akan semakin meningkat.
Dewi dan Prastiyanto, 2017). Alkaloid Berdasarkan penelitian yang telah
memiliki aktivitas sebagai antimikroba dilakukan, ekstrak daun salam memiliki
dengan cara merusak dinding sel mikroba pengaruh terhadap pertumbuhan jamur
(Ningsih, Zusfahair dan Mantari, 2017). Trichophyton rubrum. Jadi daun salam dapat
Struktur kimia dinding sel jamur sangat digunakan sebagai obat alternatif dalam
berbeda dari sel-sel bakteri karena tidak menghambat pertumbuhan jamur, khususnya
mengandung asam peptidoglikan, gliserol jamur Trichophyton rubrum.
atau ribitol asam teichoic, atau
lipopolisakarida. Sedangkan struktur jamur PENUTUP
adalah mannan polisakarida, glukan, dan Berdasarkan hasil penelitian pengaruh
kitin yang memiliki hubungan erat satu sama konsentrasi ekstrak daun salam (Syzygium
lain dan mirip dengan struktur protein polyanthum Wigh) terhadap pertumbuhan
(Champoux et al., 2007). Oleh karena itu jamur Trichophyton rubrum metode difusi
senyawa aktif daun salam yang bersifat dapat disimpulkan bahwa :
antijamur dapat menembus dinding sel jamur Rata-rata diameter zona hambat yang
sesuai dengan mekanisme kerjanya. dihasilkan oleh ekstrak daun salam pada
Hasil ANOVA uji regresi linear konsentrasi 10% yaitu sebesar 5,83 mm,
menunjukkan bahwa nilai signifikansi konsentrasi 20% sebesar 6,17 mm,
konsentrasi 30% sebesar 7,33 mm, Pembelajaran Biologi : Kajian
konsentrasi 40% sebesar 8,50 mm, Biologi dan Pembelajarannya, 1(2),
konsentrasi 50% sebesar 9,00 mm, pp. 139–145.
konsentrasi 60% sebesar 11,33 mm, Astawan, M. (2016) Sehat dengan Rempah
konsentrasi 70% sebesar 13,33 mm, dan Bumbu Dapur. Edited by M.
konsentrasi 80% sebesar 14,33 mm, Ye. Jakarta: Kompas Media
konsentrasi 90% sebesar 16,33 mm dan Nusantara.
konsentrasi 100% sebesar 17,67 mm. Balouiri, M., Sadiki, M. dan Ibnsouda, S. K.
Konsentrasi efektif ekstrak daun salam (2016) ‘Methods for in vitro
(Syzygium polyanthum Wigh) terhadap evaluating antimicrobial activity: A
pertumbuhan jamur Trichophyton rubrum review’, Journal of Pharmaceutical
yaitu pada konsentrasi 100%. Analysis. Elsevier, 6(2), pp. 71–79.
Hasil uji statistik regresi linear Brooks, G. F. et al. (2014) Mikrobiologi
didapatkan nilai signifikan p = 0,000 < α Kedokteran (Jawetz, Melnick, &
(0,05) dan nilai R Square sebesar 0,953 Adelberg’s Medical Microbiology).
artinya terdapat pengaruh konsentrasi 25th edn. Jakarta: EGC.
ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum Champoux, J. J. et al. (2007) Sherris Medical
Wigh) terhadap pertumbuhan jamur Microbiology (Introduction To
Trichophyton rubrum yaitu sebesar 95,3 % Infectious Disease), Principles of
sehingga dapat disimpulkan bahwa Ha Gender-Specific Medicine. New
diterima. York: McGraw-Hill Medical
Publishing Division.
DAFTAR PUSTAKA Dewi, A. P. et al. (2017) ‘Uji Aktivitas
Ahmad, A. R. et al. (2015) ‘Penetapan Kadar Antibakteri Ekstrak Etanol Biji
Fenolik dan Flavonoid Total Mahoni (Swietenia mahagoni)
Ekstrak Metanol Buah dan Daun Terhadap Shigella dysenteriae’,
Patikala (Etlingera elatior (Jack) Journal Of Pharmacy & Science, 1,
R.M.SM)’, Pharmaceutical pp. 15–21.
Sciences and Research, 2(1), pp. 1– Elshabrina (2013) 33 Dahsyatnya Daun Obat
10. Sepanjang Masa. Yogyakarta:
Amanah, Sutisna, A. dan Alibasjah, R. W. Cemerlang Publishing.
(2015) ‘Isolasi dan Identifikasi Fachriyah, D. A., Dewi, S. S. dan
Mikrofungi Dermatofita Pada Prastiyanto, M. E. (2017) Daya
Penderita Tinea Pedis’, Kedokteran Hambat Ekstrak Daun Salam
& Kesehatan, 2(1). (Syzygium polyanthum [Wight]
Anggita, D., Abdi, D. A. dan Desiani, V. Walp.) Terhadap Pertumbuhan
(2018) ‘Efektifitas Ekstrak Daun Candida albicans. Universitas
dan Getah Tanaman Jarak Cina Muhammadiyah Semarang.
(Jatropha Multifida L.) Sebagai Farmakope (2014) ‘Farmakope Indonesia
Antibakteri terhadap Pertumbuhan Edisi V’.
Bakteri Staphylococcus Aureus Gendrowati, F. (2018) Tanaman Ajaib.
Secara In Vitro 29 | Penerbit : Pusat Edited by Geulis. Jakarta: Pustaka
Kajian dan Pengelola Jurnal Makmur.
Fakultas Kesehatan Masyarakat Hanani, E. (2017) Analisis Fitokimia. Edited
Universi’, 1(1), pp. 29–33. by T. V. D. Hadinata dan A. Hanif.
Angraini, M., Nazip, K. dan Meilinda (2014) Jakarta: EGC.
‘Efektivitas Daya Anti Jamur Daun Harismah, K. dan Chusniatun (2016)
Salam (Syzygum Polyanthum W) ‘Pemanfaatan Daun Salam
Terhadap Pertumbuhan Jamur (Eugenia polyantha) Sebagai Obat
Candida albicans dan Herbal dan Rempah Penyedap
Sumbangannya Pada Pelajaran Makanan’, Warta LPM, 19(2), pp.
Biologi di SMA’, Jurnal 110–118.
Harti, A. S. (2015) Mikrobiologi Kesehatan. Murtie, A. (2013) Kupas Tuntas Pengobatan
Yogyakarta: Penerbit Andi. Tradisional: Pemahaman, Manfaat,
Herliana, E. (2013) Penyakit Asam Urat Teknik, & Praktik. 1st edn. Edited
Kandas Berkat Herbal. Jakarta: by Chrisna. Yogyakarta: Trans Idea
FMedia. Publishing.
Illing, I., Safitri, W. dan Erfiana (2017) ‘Uji Ningsih, D. R., Zusfahair dan Mantari, D.
Fitokimia Ekstrak Buah Dengen’, (2017) ‘Ekstrak Daun Mangga
Dinamika, 08(1), pp. 66–84. (Mangifera indica l.) Sebagai
Irianto, K. (2014) Bakteriologi Medis, Antijamur Terhadap Jamur Candida
Mikologi Medis, dan Virologi Medis albicans dan Identifikasi Golongan
(Medical Bacteriology, Medical Senyawanya’, Jurnal Kimia Riset,
Micology, dan Medical Virology). 2(1), pp. 61–68.
Bandung: Alfabeta. Novira, P. P. dan Febrina, E. (2018)
Kamienski, M. dan Keogh, J. (2015) ‘Tinjauan Aktivitas Farmakologi
Farmakologi Demystified. 1st edn. Ekstrak Daun Salam (Syzygium
Edited by A. Sahala. Yogyakarta: polyanthum (Wight.) Walp)’,
Rapha Publishing. Farmaka, 16(2), pp. 288–297.
KEMENKES (2014) Prosedur Pemeriksaan Nuraini, D. N. (2014) Aneka Daun
Bakteriologi Klinik. Jakarta: Berkhasiat Untuk Obat.
KEMENKES. Yogyakarta: Penerbit Gava Media.
Khusnul, Kurniawati, I. dan Hidana, R.
(2018) ‘Isolasi dan Identifikasi Priyono (2016) Metode Penelitian
Jamur Dermatophyta Pada Sela- Kuantitatif. Edited by T. Chandra.
sela Jari Kaki Petugas Kebersihan di Sidoarjo: Zifatama Publishing.
Tasikmalaya’, Kesehatan Bakti Priyoto dan Widyastuti, T. (2014)
Tunas Husada, 18(1), pp. 45–50. Pengobatan Herbal untuk Penyakit
Kumoro, A. C. (2015) Teknologi Ekstraksi Ringan. 1st edn. Yogyakarta: Graha
Senyawa Bahan Aktif dari Tanaman Ilmu.
Obat. Yogyakarta: Plantaxia. Putra, W. S. (2015) Kitab Herbal Nusantara:
Lestaridewi, N. K. dan Jamhari, M. (2017) Aneka Resep & Ramuan Tanaman
‘Kajian Pemanfaatan Tanaman Obat untuk Berbagai Gangguan
Sebagai Obat Tradisional Di Desa Kesehatan. Edited by Andien.
Tolai Kecamatan Torue Kabupaten Yogyakarta: Katahati.
Parigi Moutong’, e-Jip Biol, 5(2), Ritiasa, K. et al. (2015) Info Obat Indonesia.
pp. 92–108. Edited by M. A. Karniani et al.
Maharani, A. (2015) Penyakit Kulit : Jakarta: Parama Abhipraya.
Perawatan, Pencegahan & Rohman, A. (2018) Analisis Obat Dalam
Pengobatan. 1st edn. Edited by Sediaan Farmasi. Yogyakarta:
Mona. Yogyakarta: Pustaka Baru Gajah Mada University Press.
Press. Roosheroe, I. G., Sjamsuridzal, W. dan
Misnadiarly dan Djajaningrat, H. (2014) Ariyanti, O. (2014) Mikologi:
Mikrobiologi Untuk Klinik dan Dasar dan Terapan. 2nd edn.
Laboratorium. Jakarta: Rineka Jakarta: Yayasan Pustaka Obor
Cipta. Indonesia.
Murdijati-Gardjito (2013) Bumbu, Salim, F. S. (2010) Efek Antifungi Ekstrak
Penyedap, dan Penyerta Masakan Etanol Daun Lidah Buaya (Aloe
Indonesia. Jakarta: PT Gramedia vera L) Terhadap Pertumbuhan
Pustaka Utama. Trichophyton rubrum Secara In
Vitro. Skripsi. Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
Siregar, S. (2014) Metode Penelitian Syahdrajat, T. (2015) Panduan Menulis
Kuantitatif: Dilengkapi Tugas Akhir Kedokteran &
Perbandingan Perhitungan Manual Kesehatan. Jakarta: Prenadamedia
& SPSS. 1st edn. Jakarta: Kencana. Group.
Siswanto, Susila dan Suyanto (2017) Toy, T. S. S. et al. (2015) ‘Uji Daya Hambat
Metodologi Penelitian Kombinasi Ekstrak Rumput Laut Gracilaria sp
Kualitatif Kuantitatif Kedokteran & Terhadap Pertumbuhan Bakteri
Kesehatan. Klaten: Penerbit Staphylococcus aureus’.
Bossscript. Waluyo, E. dan Kusuma, B. (2017)
Sugiyono (2017a) Metode Penelitian ‘Keamanan Pangan Produk
Kualitatif: Untuk Penelitian yang Perikanan’. Malang: UB Press, p.
Bersifat Eksploratif, Enterpretif, 91.
Interaktif dan Konstruktif. 3rd edn. Yanti, N., Samingan dan Mudatsir (2016)
Bandung: Alfabeta. ‘Uji Aktivitas Antifungi Ekstrak
Sugiyono (2017b) Metode Penelitian Etanol Gal Manjakani (Quercus
Kuntitatif, Kulitatif, dan R & D. infectoria) Terhadap Candida
Bandung: Alfabeta. albicans’, Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Sujarweni, W. (2014) Metodologi Penelitian Pendidikan Biologi, 1(1), pp. 1–9.
Keperawatan. Yogyakarta: Penerbit
Gava Media.

Anda mungkin juga menyukai