Anda di halaman 1dari 9

204 Jurnal Prodi Biologi Vol 6 No 4 Tahun 2017

PENGARUH PESTISIDA NABATI TAPAK LIMAN (Elephantopus scaber L.)


TERHADAP PENGENDALIAN HAMA ULAT TRITIP (Plutella xylostella)
TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.)

THE EFFECTS OF “TAPAK LIMAN” (Elephantopus scaber L.) BOTANICAL


PESTICIDE TO THE PEST ON TRITIP CATERPILLAR (Plutella xylostella)
CONTROL IN LETTUCE PLANTS (Brassica juncea L.)

Oleh: Insiwi Purwianshari1, Biologi, FMIPA, UNY


insiwipurwianshari@gmail.com
Dr. Ir. Suhartini, MS2, Prof. Dr. IGP Suryadarma, MS3
1
mahasiswa Biologi UNY
2,3
dosen Pendidikan Biologi UNY

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi dosis penyemprotan ekstrak daun
tapak liman terhadap mortalitas hama ulat tritip, pemendekan fase larva menjadi pupa, tingkat
kerusakan tanaman sawi, berat basah tanaman sawi, dan dosis pestisida nabati yang paling efektif
untuk pengendalian hama ulat tritip. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan desain
Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari kelompok kontrol dan kelompok perlakuan ekstrak
tapak liman. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 5 kali, dengan rincian P0 (kontrol air), P1
(ekstrak tapak liman 2,5%), P2 (ekstrak tapak liman 5%), P3 (ekstrak tapak liman 7,5%), P4 (ekstrak
tapak liman 10%), dan P5 (pestisida sintetik). Analisis data menggunakan uji Anova dan dilanjutkan
dengan uji Duncan. Berdasarkan data pengamatan, aplikasi ekstrak tapak liman berpengaruh terhadap
mortalitas hama ulat tritip, rata-rata mortalitas tertinggi pada dosis 10%. Aplikasi ekstrak tapak liman
berpengaruh nyata terhadap pemendekan fase larva instar IV, dengan rata-rata persentase tertinggi
56% pada dosis 2,5%. Aplikasi ekstrak tapak liman menyebabkan penurunan persentase kerusakan
tanaman sawi, kerusakan terendah pada dosis 10%. Aplikasi ekstrak tapak liman juga berakibat pada
peningkatan berat basah tanaman sawi sebesar 40,24 gram.

Kata Kunci: Ekstrak Tapak Liman (Elephantopus scaber L.), Ulat Tritip (Plutella xylostella),
mortalitas, pupa, kerusakan daun, berat basah.

Abstrac

This research aimed to investigate the effects of “tapak liman” extract dosage variance to the
“tritip” caterpillar pest mortality, the shortness of larvae-to-pupa phase, the spoiling degree of lettuce
plants, the wet weight of lettuce plants, and the most effective dosage of botanical pesticide to control
“tritip” caterpillar pest. This research was an experiment research using Complete Random Design,
which included a control group and a treatment group using “tapak liman”extracts. Each treatment
was repeated 5 times, they were: P0 (water control), P1 (“tapak liman” extract 2,5%), P2 (“tapak
liman” extract 5%), P3 (“tapak liman”extract 7,5%), P4 (“tapak liman” extract 10%), and P5
(shynthetic pesticide). Data analysis was done using Anova Test and continued using Duncan Test.
Based on the observation data, applying “tapak liman” extracts had affected on “tritip” caterpillar pest
mortality, with the highest average at 10% dosage. Applying “tapak liman” extracts had an obvious
effect on the shortness of larvae phase in star IV, with the highest average 56% at the 2,5% dosage.
Besides, applying “tapak liman” extracts reduced the spoiling lettuce plants, with the lowest spoiling
at the 10% dosage. Furthermore, applying “tapak liman” extracts also affected on the increasing of
lettuce wet weight for 40,24 grams.

Keywords: “Tapak Liman” Leaf extracts (Elephantopus scaber L.), “Tritip” Caterpillar (Plutella
xylostella), mortality, pupa, leaf spoiling, wet weight.
PENGARUH PESTISIDA NABATI (Insiwi Purwianshari) 205

PENDAHULUAN hama kedua, dan keracunan pada manusia


(Sheiton, dkk, 1995; Mulyaningsih, 2010: 92)
Tanaman sawi (Brasicca juncea L.) Pengendalian Hama Terpadu (PHT)
merupakan salah satu sumber makanan nabati merupakan upaya untuk mengurangi
yang biasa dikonsumi oleh masyarakat penggunaan pestisida sintetik sehingga
Indonesia (Nurshanti, 2010: 89). Sawi menghasilkan produk pertanian yang bebas
mengandung gizi yang cukup lengkap, sangat bahan kimia. (Permadi, 1993; Mulyaningsih,
baik untuk kesehatan tubuh (Cahyono, 2003; 2010: 92). Salah satu cara pengendalian OPT
Nurshanti, 2010: 87). Tanaman sawi tidak dengan menggunakan pestisida nabati (Petrus
lepas dari Organisme Penganggu Tanaman dan Ismaya, 2014: 163). Pestisida nabati
(OPT). Hama ulat tritip (Plutella xylostella) adalah pestisida yang berasal dari tumbuhan,
merupakan salah satu hama paling banyak yang tidak mencemari lingkungan, murah, dan
menyerang tanaman sayur-sayuran dan Bio-degredable, sehingga residu pada tanaman
menyebabkan kerusakan sekitar 12,5% dan lingkungan tidak signifikan (Haryono,
(Sriniastuti, 2005; Nurshanti, 2010: 87). Hama 2012: 1).
ini menempati kedudukan sebagai hama Daun tapak liman banyak
utama. Kehilangan hasil akibat serangan hama mengandung senyawa kimia yaitu saponin dan
ulat tritip cukup tinggi dapat mencapai 100% flavanoida (Asmaliyah, dkk, 2010: 50).
(Pracaya, 1991; Luhukay, dkk, 2013: 164- Menurut Harborne (1987), juga terkandung
165). minyak atsiri (Monalisa, 2010: 12). Saponin
Pada banyak komoditas pertanian merupakan racun kontak dan racun perut.
penting, hama tanaman merupakan faktor Saponin dapat mengurangi daya makan dan
pembatas bagi peningkatan produksi. menyebabkan lisis sel. Flavonoid berfungsi
Pengendalian secara konvensional sering menghambat pertumbuhan larva (Karimah,
dilakukan oleh petani Indonesia menekankan 2006; Kurniawan, dkk, 2013: 206). Menurut
penggunaan pestisida sintetik dengan frekuensi Sastrodihardjo, dkk (1992), flavanoid
penyemprotan yang tinggi (Setiawati, 1996; berfungsi sebagai antifeedan, sehingga
Mulyaningsih, 2010: 92). Penggunaan berpengaruh terhadap aktivitas makan hama
pestisida sintetik dapat menimbulkan dampak (Siahaya dan Rumthe, 2014: 115). Minyak
negatif pada kesehatan dan lingkungan, tidak atsiri berfungsi sebagai anti hormon juvenil.
hanya membunuh hama sasaran, dapat Pestisida nabati ekstrak tapak liman
membunuh parasitoid, predator, dan hama juga telah diteliti oleh Asikin (2013: 1), yaitu
bukan sasaran yang dapat mengganggu Ekstrak Tapak Liman (Elephantopus scaber
keseimbangan alami (Untung, 1996; L.) sebagai Biopestida terhadap Hama Ulat
Mulyaningsih, 2010: 92). Selain itu, dapat Grayak.
menimbulkan resistensi, resurjensi, peledakan
206 Jurnal Prodi Biologi Vol 6 No 4 Tahun 2017

METODE untuk penelitian. Satu pot terdiri satu tanaman


sawi. Tanaman sawi disiram setiap hari, pada
Jenis penelitian yang digunakan adalah pagi dan sore hari. Tanaman sawi
eksperimen. Penelitian dilakukan pada bulan ditumbuhkan hingga 21 hari setelah tanam
Oktober sampai November. Tempat penelitian (HST).
di green house FMIPA UNY. Larva ulat tritip diperoleh dari lahan
Alat yang digunakan antara lain pot, pertanian organik CV. Tani Organik Merapi
ember, timbangan, blender, sprayer, kelambu, (TOM) Balangan, Wukirsari, Cangkringan,
tongkat penyangga, rafia, label, gunting, Sleman, Yogyakarta. Larva yang digunakan
saringan, tray, ayakan, erlenmeyer, dan gelas untuk penelitian adalah larva instar III. Pada
ukur. Bahan yang digunakan yaitu daun tapak instar ini, larva dinilai paling rakus memakan
liman yang tidak terlalu muda dan tidak terlalu daun sawi.
tua, larva ulat tritip instar III, benih sawi, Pembuatan ekstrak tapak liman bagian
tanah, pestisida Dursban 200 EC, air, kompos, daun dengan konsentrasi 100gram/liter sebagai
dan pecahan genting. starter (Mujib, Abdul, 2014: 69). Daun dicuci,
Variabel bebas meliputi variasi dosis kemudian ditambahkan 1 L air dan diblender.
pestisida nabati (2,5%, 5%, 7,5%, dan 10%), Starter didiamkan 24 jam setelah itu disaring.
kontrol positif (air), dan kontrol negatif Mengambil sebanyak 2,5%, 5%, 7,5%, dan
(pestisida Dursban 200EC. Variabel terikat 10%dari volume starter, masing-masing
meliputi mortalitas hama ulat tritip, diencerkan menggunakan air hingga
pemendekan fase larva menjadi pupa, tingkat volumenya 1000ml. Pembuatan kontrol positif
kerusakan tanaman sawi, dan berat basah dengan melarutkan 2ml pestisida Dursban
tanaman sawi. Variabel kontrol meliputi jenis 200EC ke dalam 1000ml air sesuai dengan
tanaman sawi, varietas tanaman sawi, umur petunjuk pada kemasan. Kontrol negatif terdiri
tanaman sawi, jenis hama, jenis petisida dari air.
sintetik, kondisi media tanam, dan bagian Ulat tritip yang diaplikasikan pada
tanaman tapak liman. masing-masing tanaman sawi berjumlah lima
ekor. Aplikasi dilakukan pada sore hari. Larva
A. Cara Kerja dibiarkan selama satu hari tanpa pemberian
Media semai yang digunakan adalah pestisida. Setelah masuk hari kedua, aplikasi
tanah. Tanah yang akan digunakan diayak penyemprotan pestisida nabati dilakukan.
terlebih dahulu. Tanah dimasukan ke dalam Penyemprotan dilakukan pada sore hari jam
tray dengan volume tanah mencapai ¾ volume 15.00-17.00 WIB.
tray. Tanaman sawi dipanen saat berusia 30
Benih sawi dibeli di Toko Tani Maju. hari. Ciri-ciri daun tanaman sawi memanjang
Benih disemai di atas media. Setiap lubang agak membulat dan daun lebar). Tanaman
tray diisi dengan biji sawi sebanyak 2-3 biji. sawi dibersihkan dan ditimbang berat
Benih yang digunakan direndan di dalam air, basahnya.
dipilih benih yang tenggelam. Persemaian
disiram menggunakan sprayer secara teratur B. Teknik Analisis Data
pada pagi dan sore hari. Proses penyemaian Persentase mortalitas hama dihitung
berlangsung kurang lebih 2 minggu. dari jumlah ulat yang mati pada setiap
Media yang digunakan adalah tanah perlakuan. Dapat dihitung dengan
dan kompos (2:1) yang telah dihomogenkan menggunakan rumus :
kemudian dimasukkan ke dalam pot. Bagian
( )
bawah pot diisi pecahan genting (secukupnya) Persentase hama mati = x100%
( )
agar memudahkan sirkulasi air di dalam pot.
Media dimasukan ke dalam pot dengan
Pengamatan dilakukan setiap hari
volume sebesar ¾ volume pot (diameter pot 30
dengan mengamati larva yang mati kurang
cm).
lebih sepuluh hari setelah aplikasi ulat dalam
Setelah 20 hari penyemaian, tanaman
dan penyemprotan pestisida nabati.
sawi dipilih sejumlah 30 (jumlah daun sama,
Pengamatan pemendekan fase larva
tidak terinfeksi hama dan penyakit, daun
menjadi pupa dilakukan sehari setelah aplikasi
berwarna hijau, tidak layu, tidak melipat, dan
pestisida nabati yaitu pada tanggal 27, 29,
tinggi sama), kemudian ditanam dalam pot
PENGARUH PESTISIDA NABATI (Insiwi Purwianshari) 207

dan 31 Oktober 2016 dengan menghitung Tabel 1. Data hasil pengamatan mortalitas
jumlah pupa yang terbentuk. Persentase larva larva ulat tritip instar III
yang menjadi pupa dihitung dengan rumus: Jumlah Jumlah Persentase
Total Dosis Total Mortalitas
Hama Mortalitas (%)
Persentase pupa = x100%
( ) 25 0% 10 40
25 2,5% 11 44
Tingkat kerusakan daun sawi diukur 25 5% 12 48
menggunakan kertas milimeter blok pada saat 25 7,5% 13 52
panen. Pengukuran berat basah sawi dilakukan 25 10% 14 56
sesaat setelah pemanenan dengan menimbang 25 Sintetik 25 100
seluruh bagian tanaman pada masing-masing Keterangan: jumlah mortalitas diambil dari
perlakuan. akumulasi dua kali pengamatan.

C. Rancangan Analisis Tabel 1, menunjukkan bahwa aplikasi


Data mortalitas, pembentukan pupa, pestisida nabati tapak liman menyebabkan
dan berat basah tanaman sawi dianalisis mortalitas larva ulat tritip instar III lebih tinggi
menggunakan uji Anova (Analysis of dari pada kontrol negatif dan lebih rendah dari
Variance). Hasil uji Anova yang berpengaruh kontrol positif. Kematian larva pada kontrol
dilanjutkan dengan uji DMRT (Duncan negatif disebabkan oleh kontaminasi pestisida
Multiple Range Test) dengan taraf nyata nabati daun sirih. Adanya kandungan senyawa
5%. aromatik yang menempel pada daun tanaman
sawi kontrol negatif, menyebabkan aktivitas
HASIL DAN PEMBAHASAN makan pada larva berkurang. Hal ini
menghambat larva dalam memperoleh energi
Berdasarkan hasil penelitian, untuk pertumbuhan dan perkembangannya,
pengendalian hama ulat tritip pada tanaman sehingga larva mengalami kematian. Pada
sawi menggunakan ekstrak tapak liman kontrol positif terdapat akumulasi pestisida
meliputi mortalitas hama, pemendekan fase sintetik Dursban 200 EC yang memiliki zat
larva menjadi pupa, tingkat kerusakan daun aktif klorpirifos, mengakibatkan kematian
sawi, dan berat basah sawi adalah sebagai pada larva ulat tritip instar III (Budigunawan,
berikut. 2004; Hidayat, dkk, 2012: 4). Menurut
Siburian (2013: 887), klorpirifos berfungsi
1. Mortalitas Hama Ulat Tritip sebagai racun kontak dan racun perut
(lambung) yang menyebabkan tingginya
Pada pengamatan yang telah dilakukan mortalitas larva pada kontrol positif.
selama penelitian, menunjukkan bahwa Klorpirifos termasuk golongan organofosfat
aplikasi pestisida nabati tapak liman dengan yang mempengaruhi sistem syaraf,
variasi dosis berpengaruh terhadap kelumpuhan sistem pernafasan, dan
peningkatan mortalitas larva ulat tritip instar menyebabkan kematian larva pada kelompok
III. Pada aplikasi ekstrak tapak liman yang ke perlakuan kontrol positif, sesuai dengan
dua persentase mortalitas larva yaitu, dosis pendapat Moekasan dan Murtiningsih (2010:
2,5% sebesar 44%, dosis 5% sebesar 48%, 74).
dosis 7,5% sebesar 52%, dan dosis 10% Rata-rata mortalitas larva ulat tritip
sebesar 56% dan aplikasi ekstrak yang ketiga instar III menurut dosis ekstrak tapak liman
mencapai 100% tiap-tiap dosis perlakuan. yang sedah diaplikasikan (Tabel 2 dan 3),
Dibandingkan dengan penyemprotan pestisida menunjukkan bahwa kenaikan dosis secara
nabati yang pertama, pada aplikasi ekstrak ke statistik antar perlakuan tidak terdapat
dua dan ke tiga terjadi peningkatan mortalitas perbedaan yang signifikan. Meskipun
larva. Peningkatan mortalitas disebabkan oleh demikian, berdasar hasil pengukuran dosis
akumulasi dampak saponin dan flavonoid di pestisida nabati ekstrak tapak liman
dalam tubuh larva instar III (Asmaliyah, dkk, berpengaruh terhadap mortalitas larva ulat
2010: 50). tritip instar III.
208 Jurnal Prodi Biologi Vol 6 No 4 Tahun 2017

Tabel 2. Uji Anova Satu Arah Pengaruh Dosis racun perut (lambung) yang menyebabkan
Pestisida Nabati Tapak Liman terhadap tingginya mortalitas larva ulat tritip instar III
Mortalitas Larva Ulat Tritip Instar III sehingga tidak ditemukannya pupa pada
Pengamatan I kontrol positif, sedangkan pada kontrol negatif
ANOVA belum ada yang berubah menjadi pupa pada
Mortalitas pengamatan ke tiga. Hal ini karena kontrol
Sum of Mean negatif hanya disemprot menggunakan air
Df F Sig.
Squares Square yang tidak memiliki zat aktif, sehingga tidak
Between berpengaruh pada siklus hidup larva.
5.200 4 1.300 2.407 .083
Group
Within
10.800 20 .540 Tabel 4. Data Hasil Pengamatan Jumlah Pupa
Group
Total 16.000 24
Ulat Tritip
Jumlah Persentase
Keterangan: α = 0,05 (taraf kepercayaan 95%) Total Dosis
Jumlah
rata-rata
Total Pupa
Hama pupa (%)
Tabel 3. Uji Anova Satu Arah Pengaruh Dosis 25 0% 0 0
Pestisida Nabati Tapak Liman terhadap 25 2,5% 14 56
Mortalitas Larva Ulat Tritip Instar III 25 5% 13 52
Pengamatan II 25 7,5% 12 48
ANOVA 25 10% 11 44
Mortalitas 25 Sintetik 0 0
Sum of Mean
Df F Sig.
Squares Square Siklus hidup ulat tritip dimulai dari
Between telur kemudian berubah menjadi larva (instar I,
Group
2.000 4 .500 .312 .866
instar II, instar III, dan instar IV), pupa, dan
Within
32.000 20 1.600 imago. Rukmana (1994), menyebutkan bahwa
Group
Total siklus hidup larva ulat tritip instar III untuk
34.000 24
berubah menjadi pupa membutuhkan waktu 6
Keterangan: α = 0,05 (taraf kepercayaan 95%)
hari. Sesuai dengan Herlinda, dkk (2004),
sebelum menjadi pupa, larva instar III yang
2. Pemendekan Fase Larva Ulat Tritip
berlangsung selama 2-3 hari harus melewati
Instar III menjadi Pupa
instar IV terlebih dahulu yang berlangsung
selama 3-4 hari baru setelah itu menjadi pupa.
Berdasarkan penelitian yang telah
Namun, dalam penelitian, sebelum genap 6
dilakukan, pembentukan pupa tertinggi pada
hari larva ulat tritip instar III sudah berubah
dosis 2,5% sebesar 56% dan terendah pada
menjadi pupa. Hal tersebut menunjukkan
dosis 10% sebesar 44%. Peningkatan dosis
bahwa terjadi pemendekan fase larva ulat tritip
ekstrak tapak liman pada penyemprotan
instar III menjadi pupa karena tekanan, yang
pertama, ke dua, dan ke tiga menyebabkan
disebabkan oleh penyemprotan ekstrak tapak
pemendekan fase larva menjadi pupa dan
liman. Untuk mengurangi tekanan terhadap
jumlah pupa semakin menurun. Pembentukan
saponin dan flavanoid, larva memaksimalkan
pupa berbanding terbalik dengan jumlah
pertumbuhannya dengan melakukan
mortalitas larva, karena larva yang masih
metamorfosi dini.
bertahan hidup akan memaksimalkan
Metamorfosis dini pada larva ulat
pertumbuhan metamorfosisnya. Hal ini
tritip instar III dipengaruhi oleh kandungan
disebabkan adanya tekanan saponin dan
minyak atsiri yaitu Precocene I dan precocene
flavanoid yang merupakan senyawa metabolit
II yang berfungsi sebagai anti hormon juvenil.
sekunder dari tanaman tapak liman.
Namun metamorfosis tidak menghasilkan
Pada kontrol positif larva ulat tritip
bentuk imago, karena Precocene I dan
instar III telah mengalami kematian, sehingga
precocene II menyebabkan tergganggunya
tidak bermetamorfosis menjadi pupa. Hal
proses pergantian kulit serangga. Keadaan
tersebut karena akumulasi zat aktif klorpirifos
tersebut mengakibatkan pupa mengalami
pada pestisida sintetik Dursban 200 EC
kecacatan sehingga terjadi kematian pada pupa
(Budigunawan, 2004; Hidayat, dkk, 2012: 4).
(Prijono, 1999). Berdasarkan penelitian yang
Menurut Siburian (2013: 887), cara kerja
sudah dilakukan, aplikasi pestisida nabati
klorpirifos yaitu sebagai racun kontak dan
PENGARUH PESTISIDA NABATI (Insiwi Purwianshari) 209

tapak liman berpengaruh terhadap percepatan pengendali hama ulat tritip pada tanaman sawi.
pembentukan pupa ulat tritip. Hal tersebut dikarenakan dosis ekstrak tapak
Tabel 5 dan 6, menunjukkan bahwa liman yang digunakan memiliki jarak yang
aplikasi pestisida nabati ekstrak tapak liman terlalu dekat sehingga pada uji statistik belum
penyemprotan pertama dan ke dua terdapat terlihat pengaruh yang nyata.
perbedaan yang signifikan pada rata-rata
pembentukan pupa ulat tritip menurut dosis Tabel 7. Uji Duncan Pengaruh Dosis Pestisida
yang telah diaplikasikan. Hal tersebut dilihat Nabati Tapak Liman terhadap Pemendekan
dari taraf kepercayaan kedua uji yang nilainya Fase Larva Ulat Tritip Instar III menjadi Pupa
kurang dari α = 0,05. Hasil analis statistik Pengamatan I
menunjukkan bahwa perbedaan dosis pestisida Pupa
nabati ekstrak tapak liman berpengaruh Duncan
terhadap pemendekan fase larva ulat tritip Subset for alpha = 0.05
Dosis N
instar III menjadi pupa, dengan penurunan 1 2
jumlah pupa. 0 5 .0000
7.5 5 1.2000
10 5 1.2000
Tabel 5. Uji Anova Satu Arah Pengaruh Dosis
2.5 5 1.4000
Pestisida Nabati Tapak Liman terhadap
5 5 1.4000
Pemendekan Fase Larva Ulat Tritip Instar III Sig. 1.000 .525
menjadi Pupa Pengamatan I
ANOVA
Tabel 8. Uji Duncan Pengaruh Dosis Pestisida
Pupa
Sum of Mean
Nabati Tapak Liman terhadap Pemendekan
Df F Sig. Fase Larva Ulat Tritip Instar III menjadi Pupa
Squares Square
Between Pengamatan II
6.960 4 1.740 8.700 .000 Pupa
Group
Within Duncan
4.000 20 .200 Subset for alpha = 0.05
Group Dosis N
Total 10.960 24 1 2
Keterangan: α = 0,05 (taraf kepercayaan 95%) 0 5 .0000
10 5 2.2000
Tabel 6. Uji Anova Satu Arah Pengaruh Dosis 7.5 5 2.4000
5 5 2.6000
Pestisida Nabati Tapak Liman terhadap
2.5 5 2.8000
Pemendekan Fase Larva Ulat Tritip Instar III
Sig. 1.000 .396
menjadi Pupa Pengamatan II
ANOVA
Pupa 3. Tingkat Kerusakan Daun Sawi
Sum of Mean
Df F Sig. Pada penelitian ini, salah satu
Squares Square
Between parameter yang diamati adalah tingkat
26.000 4 6.500 6.500 .002
Group kerusakan daun akibat aktivitas makan larva
Within
20.000 20 1.000
ulat tritip instar III. Tingkat kerusakan daun
Group diukur menggunakan kertas milimeter block.
Total 46.000 24 Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Keterangan: α = 0,05 (taraf kepercayaan 95%) persentase kerusakan tanaman sawi yang
paling rendah pada dosis 10%. Hal ini
Adanya signifikasi hasil uji Anova disebabkan oleh zat antifeedan yang
satu arah pada pembentukkan pupa, berpengaruh pada penghambatan daya makan
dilanjutkan dengan uji Duncan untuk larva. Saponin yang menempel pada daun
menentukan perbedaan antar perlakuan. Hasil memberikan rasa pahit, sehingga mengurangi
uji Duncan di atas (Tabel 7 dan 8), daya makan kemudian larva akan mati karena
menunjukkan bahwa kontrol negatif (0%) kelaparan (Hartono, 2011). Selain itu, senyawa
memiliki pengaruh yang berbeda terhadap flavanoid yang menempel di daun sawi juga
dosis 2,5%, 5%, 7,5%, dan 10%, tetapi antar mempengaruhi aktivitas makan, karena
perlakuan pestisida nabati ekstrak tapak liman flavanoid berfungsi sebagai antifeedan (Utami,
memiliki pengaruh yang sama sebagai 2009: 99).
210 Jurnal Prodi Biologi Vol 6 No 4 Tahun 2017

kerusakan daun yang ditimbulkan tidak terlalu


Tabel 9. Pengaruh Pemberian Pestisida Nabati tinggi. Tinggi rendahnya presentase kerusakan
Tapak Liman terhadap Tingkat Kerusakan pada tanaman sawi dipengaruhi oleh jumlah
Daun Sawi hama yang menyerang tanaman sawi,
Rata-Rata Kerus akumulasi dampak senyawa kimia di dalam
Jumah Daun Rata- akan tubuh larva ulat tritip instar III, dan letak
Rata
Warna
setela serangan hama.
Dosis Kerusak h Daun sawi pada kontrol positif yang
Daun
Awal Akhir an Daun penye
terpapar pestisida sintetik terdapat kerutan
(%) mprot
an pada permukaannya. Hal ini disebabkan oleh
0% 9 9 32,22 Hijau - kandungan kimia pada pestisida sintetik yang
2,5% 10 5 34,81 Hijau - memiliki fitotoksisitas tinggi, sedangkan pada
5% 11 9 33,81 Hijau - perlakuan pestisida nabati dan kontrol negatif
7,5% 10 6 30,03 Hijau - tidak terdapat kerusakan daun. Senyawa kimia
10% 9 8 21,47 Hijau -
Sintetik 9 9 11 Hijau v
yang terkandung pada ekstrak tapak liman
Keterangan : memiliki fitotoksisitas yang rendah, sehingga
- = Tidak terdapat kerutan pada permukaan daun tanaman sawi tidak terdapat kerutan pada
daun permukaannya (Kurniadi, 1992; Nurshanti,
v = Terdapat kerutan pada permukaan daun 2010: 90). Pada kontrol air tidak terdapat
kerutan daun, karena air tidak memiliki zat
Semakin tinggi dosis ekstrak yang aktif yang berpengaruh pada kerusakan daun
diberikan pada tanaman, maka akan semakin tanaman sawi.
tinggi senyawa kimia dari ekstrak tapak liman
yang ditinggalkan (Widayat, 1994; Julaily, 4. Berat Basah Tanaman Sawi
dkk, 2013: 174). Hal tersebut berdampak pada
pengurangan daya makan larva ulat tritip instar Tanaman sawi yang berumur 30 hari
III. Kurangnya asupan makan menyebabkan kemudian dipanen dan ditimbang untuk
energi yang terbentuk sedikit. Energi berfungsi mengetahui berat basah. Pengukuran yang
untuk pertumbuhan dan perkembangan larva diperoleh menunjukkan bahwa, semakin
ulat tritip instar III. Apabila energi yang tinggi dosis pestisida nabati tapak liman
dihasilkan tidak mencukupi, menyebabkan menyebabkan peningkatan berat basah
pertumbuhan dan perkembangan larva ulat tanaman sawi, tetapi pada dosis 5% berat
tritip instar III terhambat dan larva mengalami basah tanaman sawi justru naik besar yaitu
kematian. Tingginya kematian larva 40,24 gram.
menyebabkan persentase kerusakan daun sawi
semakin sedikit, sehingga berpengaruh pada Tabel 10. Data Hasil Rata-Rata Berat Basah
pengurangan jumlah daun tanaman sawi Tanaman
(Tabel 9). Dosis
Persentase kerusakan daun setelah 0 2,5 5 7,5 10 sintetik
(%)
aplikasi pestisida nabati lebih rendah dari Berat
kontrol positif. Pada kontrol positif kerusakan Basah 54,7 32,0 40,2 33,4 33,6
70,64
daun yang diakibatkan oleh hama ulat tritip Sawi 2 6 4 4 0
(gr)
hanya sedikit. Hal tersebut dikarenakan
kandungan klorpirifos dalam pestisida sintetik
Dursban 200 EC menyebabkan kematian pada Tinggi rendahnya berat segar
larva ulat tritip instar III (Budigunawan, 2004; tanaman dipengaruhi oleh ada tidaknya
Hidayat, dkk, 2012: 4). Pada kontrol negatif, serangan hama (Sumarmi dan Sartono
terdapat kontaminasi pestisida nabati daun 2007; Julaily, dkk, 2013: 175). Serangan
sirih yang menghambat aktivitas makan larva, ulat tritip tidak hanya terjadi pada daun
karena senyawa aromatik yang menempel di dan batang, tetapi juga pada titik tumbuh
daun sawi tidak disukai oleh serangga tanaman sawi (Mulyaningsih, 2010: 96).
(Boonde. E, 2003). Hal tersebut menyebabkan Serangan pada titik tumbuh menyebabkan
terganggunya aktivitas makan ulat tritip pada tanaman mengalami kelayuan dan
perlakuan kontrol negatif, sehingga persentase
kematian.
PENGARUH PESTISIDA NABATI (Insiwi Purwianshari) 211

Aplikasi ekstrak tapak liman lebih menjadi pupa dan semakin menurun
rendah jika dibandingan dengan kontrol positif jumlah pupa.
dan negatif. Hal tersebut karena daun pada 3. Semakin tinggi dosis pestisida nabati
kontrol negatif telah terkontaminasi senyawa ekstrak tapak liman, maka semakin
kimia pestisida nabati daun sirih yang rendah persentase kerusakan tanaman
berpengaruh pada pengurangan aktivitas sawi.
makan hama ulat tritip. Sesuai dengan teori 4. Perbedaan variasi dosis pestisida nabati
Boonde (2003), yaitu senyawa aromatik yang ekstrak tapak liman tidak berbeda nyata.
terdapat pada daun sirih tidak disukai oleh Mesikpun demikian berdasarkan hasil
serangga. Oleh sebab itu, karena aktivitas pengukuran, semakin tinggi dosis
makan ulat tritip berkurang, menyebabkan pestisida nabati ekstrak tapak liman
berat basah pada kontrol negatif lebih tinggi menyebabkan semakin tinggi berat
dibandingkan dengan berat basah pada aplikasi basah tanaman sawi, kecuali pada dosis
ekstrak tapak liman. Pada kontrol positif hanya 5%.
sedikit kerusakan daun yang terjadi. Hal 5. Dosis 10% efektif terhadap
tersebut disebabkan oleh kandungan pengendalian hama ulat tritip dengan
klorpirifos dalam pestisida sintetik yang meningkatkan mortalitas hama,
berfungsi sebagai racun kontak dan racun memperpendek fase larva menjadi pupa,
perut (lambung) (Siburian, 2013: 887). menurunkan persentase kerusakan
Adanya klorpirifos menyebabkan tingginya tanaman sawi, dan meningkatkan berat
mortalitas larva ulat tritip instar III pada basah sawi dibandingkan dengan dosis
kontrol positif (Budigunawan, 2004; Hidayat, yang lain.
dkk, 2012: 4).
Uji Anova Satu Arah (Tabel 11) SARAN
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang
signifikan pada aplikasi dosis pestisida nabati 1. Bagi Petani dan Masyarakat
tapak liman terhadap berat basah tanaman a. Diperlukan sosialisasi keuntungan
sawi, ditunjukkan oleh harga signifikasi penggunaan pestisida nabati khususnya
sebesar 0,664 (p>0,05). tanaman tapak liman kepada petani dan
masyarakat.
Tabel 11. Uji Anova Satu Arah Pengaruh b. Diperlukan sosialisasi pembuatan dan
Dosis Pestisida Nabati Tapak Liman terhadap penggunaan pestisida nabati khususnya
Berat Basah Tanaman Sawi tanaman tapak liman kepada petani dan
ANOVA masyarakat.
Berat Basah
Sum of Mean 2. Bagi Peneliti
Df F Sig.
Squares Square a. Diperlukan uji pendahuluan sebelum
Between melakukan penelitian.
1783.582 4 445.896 .604 .664
Group b. Pemberian jarak pada peletakan
Within
14760.124 20 738.006 kelompok kontrol positif, negatif, dan
Group
Total 16543.706 24
perlakuan ekstrak pestisida nabati.
c. Diperlukan pengujian lebih lanjut untuk
Keterangan: α = 0,05 (taraf kepercayaan 95%).
skala besar di lapangan untuk
mengetahui efektivitas ekstrak tapak
KESIMPULAN
liman.
1. Perbedaan variasi dosis pestisida nabati d. Diperlukan penelitian lebih lanjut
ekstrak tapak liman tidak berbeda nyata. terhadap pengaruh dosis dan frekuensi
Meskipun demikian, berdasarkan hasil penyemprotan pestisida nabati yang
pengukuran dosis 10% menyebabkan terbuat dari ekstrak tapak liman pada
mortalitas hama ulat tritip paling tinggi. tanaman sawi di lapangan.
2. Semakin tinggi dosis pestisida nabati
ekstrak tapak liman, maka semakin
pendek fase larva ulat tritip instar III
212 Jurnal Prodi Biologi Vol 6 No 4 Tahun 2017

DAFTAR PUSTAKA Linn dan Crocidolomia binotalis Zell


untuk Peningkatan Produksi Kubis
Asikin, S. 2013. Ekstrak Tapak Liman (Brassica oleracea L.). Universitas
(Elephantopus scaber L.) sebagai Soerjo Ngawi. Vol. 7. No. 2. Hlm: 91-
Biopestida terhadap Hama Ulat 111.
Grayak. Banjar Baru: Balai Penelitan
Pertanian Lahan Rawa (Balittra). Luhukay, J. N., M.R. Uluputty dan R.Y.
Diakses 3 Januari 2017 pada jam 22.32 Rumthe. 2013. Respons Lima Varietas
WIB.http://balittra.litbang.pertanian.go.i Kubis (Brassica oleracea L.) terhadap
d/index.php?option=com_content&view Serangan Hama Pemakan Daun
=articel&id=1326&ltemid=66. Plutella xylostella ( Lepidoptera ;
Plutellidae). Universitas Pattimura. Vol.
Asmaliyah, Etik Erna Wati H, Sri Utami, dkk. 2. No. 2. Hlm : 86-169.
2010. Pengenalan Tumbuhan Penghasil
Pestisida Nabati dan Pemanfaatannya Petrus & Ismaya NR Parawansa. 2014.
Secara Tradisional. Palembang: Badan Efektivitas Ekstrak Daun Kembang
Penelitian dan Pengembangan Bulan (Tithonia diversifolia) Terhadap
Kehutanan. Pengendalian Hama Ulat Plutella
xylostella pada Tanaman Sawi. Sekolah
Dita Monalisa. 2010. Uji Daya Antibakteri Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP)
Ekstrak Daun Tapak Liman Gowa. Vol. 10. No.2. Hlm : 162-169.
(Elephantopus scaber L.) terhadap
Staphylococcus aureus dan Salmonella Priyo Sambodo. 2010. Aktivitas Larvasidal
typhi. Jakarta: UNJ. Ekstrak Rumput Kebar (Biophytum
Petersianum Klotzsch) terhadap Aedes
Dora Fatma Nurshanti. 2010. Pertumbuhan aegypt. Tesis (Tidak dipublikasikan).
dan Produksi Tanaman Sawi (Brasicca Yogyakarta :UGM.
juncea L) dengan Tiga Varietas
Berbeda. Vol. 2. No. 4. Hlm : 7-10. Rukmana, R. 1994. Bertanam Petsai dan
Sawi. Yogyakarta: Penerbit Kanisius..
Hidayat, A, 2001. Metode Pen\gendalian
Hama. Proyek Pengembangan Sistem Rukmana, R, 1994. Budidaya Kubis, Bunga
dan Standar Pengelolaan SMK dan Brokoli. Yogyakarta: Kanisius.
Direktorat Pendidikan Menengah
Kejuruan, Jakarta. Siahaya, V. G & R.Y. Rumthe. 2014. Uji
Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya)
Julaily, N., Mukarlina, Setyawati TR, 2013. terhadap Larva Plutella xylostella
Pengendalian Hama pada Tanaman (Lepidoptera: Plutellidae). Ambon:
Sawi (Brassica juncea L) Fakultas Pertanian Universitas
menggunakan Ekstrak Daun Pepaya Pattimura. Vol. 3. No. 2. Hlm : 112-116.
(Carica papaya L). Protobiat 2013.
vol 2(3). Hlm : 171-175. Sri Utami, Lailan Syaufina, & Noor Farikhah
Haneda. 2009. Daya Racun Ekstrak
Karimah, LN. 2006. Uji Aktivitas Larvasida Kasar Daun Bintaro (Cerbera odollam
Ekstrak Etanol 96% Biji Mahoni Gaertn.) terhadap Larva Spodoptera
(Swietenia mahagoni jacq) terhadap litura Fabricius. Bogor: IPB. Vol. 15.
Larva Nyamuk Anopheles aconitus No. 2. Hlm: 96-100.
Instar III serta Profil Kromatografi
Lapis Tipis. Universitas Teguh Hartono. 2011. Apa Itu Saponin ?.
Muhammadiyah Surakarta: Fakultas Diakses pada tanggal 2 Desember 2016
Farmasi. pukul 06:21 WIB. di
http://www.farmasi.asia/saponin/.
Liliek Mulyaningsih. 2010. Aplikasi Agensia
Hayati atau Insektisida dalam
Pengendalian Hama Plutella xylostella

Anda mungkin juga menyukai