Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi dosis penyemprotan ekstrak daun
tapak liman terhadap mortalitas hama ulat tritip, pemendekan fase larva menjadi pupa, tingkat
kerusakan tanaman sawi, berat basah tanaman sawi, dan dosis pestisida nabati yang paling efektif
untuk pengendalian hama ulat tritip. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan desain
Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari kelompok kontrol dan kelompok perlakuan ekstrak
tapak liman. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 5 kali, dengan rincian P0 (kontrol air), P1
(ekstrak tapak liman 2,5%), P2 (ekstrak tapak liman 5%), P3 (ekstrak tapak liman 7,5%), P4 (ekstrak
tapak liman 10%), dan P5 (pestisida sintetik). Analisis data menggunakan uji Anova dan dilanjutkan
dengan uji Duncan. Berdasarkan data pengamatan, aplikasi ekstrak tapak liman berpengaruh terhadap
mortalitas hama ulat tritip, rata-rata mortalitas tertinggi pada dosis 10%. Aplikasi ekstrak tapak liman
berpengaruh nyata terhadap pemendekan fase larva instar IV, dengan rata-rata persentase tertinggi
56% pada dosis 2,5%. Aplikasi ekstrak tapak liman menyebabkan penurunan persentase kerusakan
tanaman sawi, kerusakan terendah pada dosis 10%. Aplikasi ekstrak tapak liman juga berakibat pada
peningkatan berat basah tanaman sawi sebesar 40,24 gram.
Kata Kunci: Ekstrak Tapak Liman (Elephantopus scaber L.), Ulat Tritip (Plutella xylostella),
mortalitas, pupa, kerusakan daun, berat basah.
Abstrac
This research aimed to investigate the effects of “tapak liman” extract dosage variance to the
“tritip” caterpillar pest mortality, the shortness of larvae-to-pupa phase, the spoiling degree of lettuce
plants, the wet weight of lettuce plants, and the most effective dosage of botanical pesticide to control
“tritip” caterpillar pest. This research was an experiment research using Complete Random Design,
which included a control group and a treatment group using “tapak liman”extracts. Each treatment
was repeated 5 times, they were: P0 (water control), P1 (“tapak liman” extract 2,5%), P2 (“tapak
liman” extract 5%), P3 (“tapak liman”extract 7,5%), P4 (“tapak liman” extract 10%), and P5
(shynthetic pesticide). Data analysis was done using Anova Test and continued using Duncan Test.
Based on the observation data, applying “tapak liman” extracts had affected on “tritip” caterpillar pest
mortality, with the highest average at 10% dosage. Applying “tapak liman” extracts had an obvious
effect on the shortness of larvae phase in star IV, with the highest average 56% at the 2,5% dosage.
Besides, applying “tapak liman” extracts reduced the spoiling lettuce plants, with the lowest spoiling
at the 10% dosage. Furthermore, applying “tapak liman” extracts also affected on the increasing of
lettuce wet weight for 40,24 grams.
Keywords: “Tapak Liman” Leaf extracts (Elephantopus scaber L.), “Tritip” Caterpillar (Plutella
xylostella), mortality, pupa, leaf spoiling, wet weight.
PENGARUH PESTISIDA NABATI (Insiwi Purwianshari) 205
dan 31 Oktober 2016 dengan menghitung Tabel 1. Data hasil pengamatan mortalitas
jumlah pupa yang terbentuk. Persentase larva larva ulat tritip instar III
yang menjadi pupa dihitung dengan rumus: Jumlah Jumlah Persentase
Total Dosis Total Mortalitas
Hama Mortalitas (%)
Persentase pupa = x100%
( ) 25 0% 10 40
25 2,5% 11 44
Tingkat kerusakan daun sawi diukur 25 5% 12 48
menggunakan kertas milimeter blok pada saat 25 7,5% 13 52
panen. Pengukuran berat basah sawi dilakukan 25 10% 14 56
sesaat setelah pemanenan dengan menimbang 25 Sintetik 25 100
seluruh bagian tanaman pada masing-masing Keterangan: jumlah mortalitas diambil dari
perlakuan. akumulasi dua kali pengamatan.
Tabel 2. Uji Anova Satu Arah Pengaruh Dosis racun perut (lambung) yang menyebabkan
Pestisida Nabati Tapak Liman terhadap tingginya mortalitas larva ulat tritip instar III
Mortalitas Larva Ulat Tritip Instar III sehingga tidak ditemukannya pupa pada
Pengamatan I kontrol positif, sedangkan pada kontrol negatif
ANOVA belum ada yang berubah menjadi pupa pada
Mortalitas pengamatan ke tiga. Hal ini karena kontrol
Sum of Mean negatif hanya disemprot menggunakan air
Df F Sig.
Squares Square yang tidak memiliki zat aktif, sehingga tidak
Between berpengaruh pada siklus hidup larva.
5.200 4 1.300 2.407 .083
Group
Within
10.800 20 .540 Tabel 4. Data Hasil Pengamatan Jumlah Pupa
Group
Total 16.000 24
Ulat Tritip
Jumlah Persentase
Keterangan: α = 0,05 (taraf kepercayaan 95%) Total Dosis
Jumlah
rata-rata
Total Pupa
Hama pupa (%)
Tabel 3. Uji Anova Satu Arah Pengaruh Dosis 25 0% 0 0
Pestisida Nabati Tapak Liman terhadap 25 2,5% 14 56
Mortalitas Larva Ulat Tritip Instar III 25 5% 13 52
Pengamatan II 25 7,5% 12 48
ANOVA 25 10% 11 44
Mortalitas 25 Sintetik 0 0
Sum of Mean
Df F Sig.
Squares Square Siklus hidup ulat tritip dimulai dari
Between telur kemudian berubah menjadi larva (instar I,
Group
2.000 4 .500 .312 .866
instar II, instar III, dan instar IV), pupa, dan
Within
32.000 20 1.600 imago. Rukmana (1994), menyebutkan bahwa
Group
Total siklus hidup larva ulat tritip instar III untuk
34.000 24
berubah menjadi pupa membutuhkan waktu 6
Keterangan: α = 0,05 (taraf kepercayaan 95%)
hari. Sesuai dengan Herlinda, dkk (2004),
sebelum menjadi pupa, larva instar III yang
2. Pemendekan Fase Larva Ulat Tritip
berlangsung selama 2-3 hari harus melewati
Instar III menjadi Pupa
instar IV terlebih dahulu yang berlangsung
selama 3-4 hari baru setelah itu menjadi pupa.
Berdasarkan penelitian yang telah
Namun, dalam penelitian, sebelum genap 6
dilakukan, pembentukan pupa tertinggi pada
hari larva ulat tritip instar III sudah berubah
dosis 2,5% sebesar 56% dan terendah pada
menjadi pupa. Hal tersebut menunjukkan
dosis 10% sebesar 44%. Peningkatan dosis
bahwa terjadi pemendekan fase larva ulat tritip
ekstrak tapak liman pada penyemprotan
instar III menjadi pupa karena tekanan, yang
pertama, ke dua, dan ke tiga menyebabkan
disebabkan oleh penyemprotan ekstrak tapak
pemendekan fase larva menjadi pupa dan
liman. Untuk mengurangi tekanan terhadap
jumlah pupa semakin menurun. Pembentukan
saponin dan flavanoid, larva memaksimalkan
pupa berbanding terbalik dengan jumlah
pertumbuhannya dengan melakukan
mortalitas larva, karena larva yang masih
metamorfosi dini.
bertahan hidup akan memaksimalkan
Metamorfosis dini pada larva ulat
pertumbuhan metamorfosisnya. Hal ini
tritip instar III dipengaruhi oleh kandungan
disebabkan adanya tekanan saponin dan
minyak atsiri yaitu Precocene I dan precocene
flavanoid yang merupakan senyawa metabolit
II yang berfungsi sebagai anti hormon juvenil.
sekunder dari tanaman tapak liman.
Namun metamorfosis tidak menghasilkan
Pada kontrol positif larva ulat tritip
bentuk imago, karena Precocene I dan
instar III telah mengalami kematian, sehingga
precocene II menyebabkan tergganggunya
tidak bermetamorfosis menjadi pupa. Hal
proses pergantian kulit serangga. Keadaan
tersebut karena akumulasi zat aktif klorpirifos
tersebut mengakibatkan pupa mengalami
pada pestisida sintetik Dursban 200 EC
kecacatan sehingga terjadi kematian pada pupa
(Budigunawan, 2004; Hidayat, dkk, 2012: 4).
(Prijono, 1999). Berdasarkan penelitian yang
Menurut Siburian (2013: 887), cara kerja
sudah dilakukan, aplikasi pestisida nabati
klorpirifos yaitu sebagai racun kontak dan
PENGARUH PESTISIDA NABATI (Insiwi Purwianshari) 209
tapak liman berpengaruh terhadap percepatan pengendali hama ulat tritip pada tanaman sawi.
pembentukan pupa ulat tritip. Hal tersebut dikarenakan dosis ekstrak tapak
Tabel 5 dan 6, menunjukkan bahwa liman yang digunakan memiliki jarak yang
aplikasi pestisida nabati ekstrak tapak liman terlalu dekat sehingga pada uji statistik belum
penyemprotan pertama dan ke dua terdapat terlihat pengaruh yang nyata.
perbedaan yang signifikan pada rata-rata
pembentukan pupa ulat tritip menurut dosis Tabel 7. Uji Duncan Pengaruh Dosis Pestisida
yang telah diaplikasikan. Hal tersebut dilihat Nabati Tapak Liman terhadap Pemendekan
dari taraf kepercayaan kedua uji yang nilainya Fase Larva Ulat Tritip Instar III menjadi Pupa
kurang dari α = 0,05. Hasil analis statistik Pengamatan I
menunjukkan bahwa perbedaan dosis pestisida Pupa
nabati ekstrak tapak liman berpengaruh Duncan
terhadap pemendekan fase larva ulat tritip Subset for alpha = 0.05
Dosis N
instar III menjadi pupa, dengan penurunan 1 2
jumlah pupa. 0 5 .0000
7.5 5 1.2000
10 5 1.2000
Tabel 5. Uji Anova Satu Arah Pengaruh Dosis
2.5 5 1.4000
Pestisida Nabati Tapak Liman terhadap
5 5 1.4000
Pemendekan Fase Larva Ulat Tritip Instar III Sig. 1.000 .525
menjadi Pupa Pengamatan I
ANOVA
Tabel 8. Uji Duncan Pengaruh Dosis Pestisida
Pupa
Sum of Mean
Nabati Tapak Liman terhadap Pemendekan
Df F Sig. Fase Larva Ulat Tritip Instar III menjadi Pupa
Squares Square
Between Pengamatan II
6.960 4 1.740 8.700 .000 Pupa
Group
Within Duncan
4.000 20 .200 Subset for alpha = 0.05
Group Dosis N
Total 10.960 24 1 2
Keterangan: α = 0,05 (taraf kepercayaan 95%) 0 5 .0000
10 5 2.2000
Tabel 6. Uji Anova Satu Arah Pengaruh Dosis 7.5 5 2.4000
5 5 2.6000
Pestisida Nabati Tapak Liman terhadap
2.5 5 2.8000
Pemendekan Fase Larva Ulat Tritip Instar III
Sig. 1.000 .396
menjadi Pupa Pengamatan II
ANOVA
Pupa 3. Tingkat Kerusakan Daun Sawi
Sum of Mean
Df F Sig. Pada penelitian ini, salah satu
Squares Square
Between parameter yang diamati adalah tingkat
26.000 4 6.500 6.500 .002
Group kerusakan daun akibat aktivitas makan larva
Within
20.000 20 1.000
ulat tritip instar III. Tingkat kerusakan daun
Group diukur menggunakan kertas milimeter block.
Total 46.000 24 Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Keterangan: α = 0,05 (taraf kepercayaan 95%) persentase kerusakan tanaman sawi yang
paling rendah pada dosis 10%. Hal ini
Adanya signifikasi hasil uji Anova disebabkan oleh zat antifeedan yang
satu arah pada pembentukkan pupa, berpengaruh pada penghambatan daya makan
dilanjutkan dengan uji Duncan untuk larva. Saponin yang menempel pada daun
menentukan perbedaan antar perlakuan. Hasil memberikan rasa pahit, sehingga mengurangi
uji Duncan di atas (Tabel 7 dan 8), daya makan kemudian larva akan mati karena
menunjukkan bahwa kontrol negatif (0%) kelaparan (Hartono, 2011). Selain itu, senyawa
memiliki pengaruh yang berbeda terhadap flavanoid yang menempel di daun sawi juga
dosis 2,5%, 5%, 7,5%, dan 10%, tetapi antar mempengaruhi aktivitas makan, karena
perlakuan pestisida nabati ekstrak tapak liman flavanoid berfungsi sebagai antifeedan (Utami,
memiliki pengaruh yang sama sebagai 2009: 99).
210 Jurnal Prodi Biologi Vol 6 No 4 Tahun 2017
Aplikasi ekstrak tapak liman lebih menjadi pupa dan semakin menurun
rendah jika dibandingan dengan kontrol positif jumlah pupa.
dan negatif. Hal tersebut karena daun pada 3. Semakin tinggi dosis pestisida nabati
kontrol negatif telah terkontaminasi senyawa ekstrak tapak liman, maka semakin
kimia pestisida nabati daun sirih yang rendah persentase kerusakan tanaman
berpengaruh pada pengurangan aktivitas sawi.
makan hama ulat tritip. Sesuai dengan teori 4. Perbedaan variasi dosis pestisida nabati
Boonde (2003), yaitu senyawa aromatik yang ekstrak tapak liman tidak berbeda nyata.
terdapat pada daun sirih tidak disukai oleh Mesikpun demikian berdasarkan hasil
serangga. Oleh sebab itu, karena aktivitas pengukuran, semakin tinggi dosis
makan ulat tritip berkurang, menyebabkan pestisida nabati ekstrak tapak liman
berat basah pada kontrol negatif lebih tinggi menyebabkan semakin tinggi berat
dibandingkan dengan berat basah pada aplikasi basah tanaman sawi, kecuali pada dosis
ekstrak tapak liman. Pada kontrol positif hanya 5%.
sedikit kerusakan daun yang terjadi. Hal 5. Dosis 10% efektif terhadap
tersebut disebabkan oleh kandungan pengendalian hama ulat tritip dengan
klorpirifos dalam pestisida sintetik yang meningkatkan mortalitas hama,
berfungsi sebagai racun kontak dan racun memperpendek fase larva menjadi pupa,
perut (lambung) (Siburian, 2013: 887). menurunkan persentase kerusakan
Adanya klorpirifos menyebabkan tingginya tanaman sawi, dan meningkatkan berat
mortalitas larva ulat tritip instar III pada basah sawi dibandingkan dengan dosis
kontrol positif (Budigunawan, 2004; Hidayat, yang lain.
dkk, 2012: 4).
Uji Anova Satu Arah (Tabel 11) SARAN
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang
signifikan pada aplikasi dosis pestisida nabati 1. Bagi Petani dan Masyarakat
tapak liman terhadap berat basah tanaman a. Diperlukan sosialisasi keuntungan
sawi, ditunjukkan oleh harga signifikasi penggunaan pestisida nabati khususnya
sebesar 0,664 (p>0,05). tanaman tapak liman kepada petani dan
masyarakat.
Tabel 11. Uji Anova Satu Arah Pengaruh b. Diperlukan sosialisasi pembuatan dan
Dosis Pestisida Nabati Tapak Liman terhadap penggunaan pestisida nabati khususnya
Berat Basah Tanaman Sawi tanaman tapak liman kepada petani dan
ANOVA masyarakat.
Berat Basah
Sum of Mean 2. Bagi Peneliti
Df F Sig.
Squares Square a. Diperlukan uji pendahuluan sebelum
Between melakukan penelitian.
1783.582 4 445.896 .604 .664
Group b. Pemberian jarak pada peletakan
Within
14760.124 20 738.006 kelompok kontrol positif, negatif, dan
Group
Total 16543.706 24
perlakuan ekstrak pestisida nabati.
c. Diperlukan pengujian lebih lanjut untuk
Keterangan: α = 0,05 (taraf kepercayaan 95%).
skala besar di lapangan untuk
mengetahui efektivitas ekstrak tapak
KESIMPULAN
liman.
1. Perbedaan variasi dosis pestisida nabati d. Diperlukan penelitian lebih lanjut
ekstrak tapak liman tidak berbeda nyata. terhadap pengaruh dosis dan frekuensi
Meskipun demikian, berdasarkan hasil penyemprotan pestisida nabati yang
pengukuran dosis 10% menyebabkan terbuat dari ekstrak tapak liman pada
mortalitas hama ulat tritip paling tinggi. tanaman sawi di lapangan.
2. Semakin tinggi dosis pestisida nabati
ekstrak tapak liman, maka semakin
pendek fase larva ulat tritip instar III
212 Jurnal Prodi Biologi Vol 6 No 4 Tahun 2017