Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS KEKERABATAN FENETIK ENAM POPULASI TUMBUHAN

JAMBLANG (Eugenia jambolana Lamk.) DI PULAU TERNATE, TIDORE DAN


MAITARA BERDASARKAN ORGAN VEGETATIF

1
Suparman
2
Nurmaya Papuangan
1. Prodi Pendidikan Biologi Unkhair-Ternate. suparman_bio@yahoo.com
2. Prodi Pendidikan Biologi Unkhair-Ternate.

ABSTRAK
Jamblang (Eugenia jambolana Lamk) adalah tumbuhan asli Asia Tenggara dan India yang
merupakan anggota family myrtaceae. Dikenal dengan beberapa nama ilmiah : Myrtus cumini L.,
Syzygium jambolanum (Lamk) DC., Eugenia cumini (L) Druse dan Syzygium cumini (L) Skeels.
Penelitian ini bertujuan menganalisis kekerabatan intraspesies pada tumbuhan jambulang yang berasal
dari tiga Pulau yakni Ternate-Tidore-Maitara dengan pendekatan fenetik. Karakter morfologi dari
enam populasi Jamblang diinput dalam data biner 1 dan 0, dan selanjutnya dihitung nilai similarity
index antar OTUs. Konstruksi pohon kekerabatan dendogram dilakukan dengan metode UPGMA
secara manual. Hasil penelitian menunjukan nilai indek kemiripan antar OTU’s tergolong rendah
(rata-rata 38,81%). Hal ini menggambarkan variasi intra spesies Jamblang di tiga pulau tersebut
sangat tinggi. Analsiis kekerabatan jamblang pada ketiga pulau tersebut menunjukan bahwa asal
nenek moyang jamblang pada ketiga pulau tersebut bersifat nonmonofiletik.

key words : Eugenia Jambulana Lamk, fenetik, Ternate-Tidore-Maitara.

PENDAHULUAN
Jamblang (Eugenia jambolana Lamk) adalah jenis tumbuhan dari family myrtaceae
yang memiliki banyak manfaat namun blum dieksplorasi secara maksimal. Jamblang
merupakan tumbuhan asli Asia Tenggara khususnya Malesiana yang meliputi wilayah
Tanjung Malaysia, Kepulauan Nusantara sampai kepulauan Maluku. Jamblang memiliki
nama yang beraneka ragam di nusantara mulai dari jamlang (betawi;sunda), jiwet, juwet
(jawa tengah;jawatimur), dhuwak atau dhalas (madura), sementara di kepulauan Maluku
dikenal dengan nama Jambula (Ternate), di pulau Sulawesi dikenal dengan nama Jambulan,
Jambula, Jumbling (Sulawesi Utara). Di pulau Sumatera dikenal dengan nama Jambee kleng
(Aceh), Jambu kling (Gayo), Jambu kalang (Minangkabau). Masyarakat Asia Tengara dan
India mengenal dengan nama Jambool/jambul atau Jamun tetapi dalam bahasa inggris lebih
dikenal dengan nama java plum. Hal ini mengindikasikan bahwa tumbuhan ini dikenal
berasal dari Indonesia (Jawa) walaupun belum ada studi intensif yang menelusuri asal
penyebaran Jambalng.
Dikenal dengan nama ilmiah lain yakni Myrtus cumini L., Syzygium jambolanum
(Lamk) DC., Eugenia cumini (L) Druse (Steenis, 2005) dan Syzygium cumini (L) Skeels
(Kumar dkk, 2010). Nama ilmiah terkahir merupakan nama yang lebih dikenal dari nama
ilmiah lainnya. Penamaan Eugenia jambula erat hubungannya dengan pulau ternate, hal ini
terkait dengan salah satu desa di wilayah di pulau tersebut yakni “jambula” memiliki nama
yang sama dengan spesicum epitheton jenis tanaman ini yakni “ jambolana”. Pada dasarnya,
banyaknya nama lain/sinonim bagi tumbuhan ini menunjukan perlunya analisis lanjut
mengeni tanaman ini baik secara taksonomi dan filogenetik.
Asal penyebaran tanaman Jamblang di kepulauan Maluku dan Maluku utara terutama
Ternate, Tidore, dan Maitara secara rinci masih belum diketahui. Ternate dan tidore yang
terletak di sebelah timur dari garis webber merupakan pulau kecil memeiliki banyak vegetasi
tumbuhan tropis termasuk kelompok tumbuhan dari family myrtaceae terutama dari genus
Eugenia.
Referensi dan penelitian mengenai kekerabatan tumbuhan Jamblang yang terdapat di
kepulauan Maluku Utara sangat kurang. Hal ini menyulitkan mencari asal penyebaran
tumbuhan dari berbagai genus termasuk genus Eugenia khususnya Jamblang. Oleh karena itu
analisis kekerabatan tumbuhan Jamblang antar beberapa pulau (Ternate, Tidore, dan Maitara)
perlu dilakukan terutama dengan meggunakan karakter sederhana yakni karakter morfologi
organ non reprodukti yang meliputi batang dan daun.

BAHAN DAN METODE


Bahan
Sampel tumbuhan terdiri dari enam puluh pohon jamblang dari enam populasi, di
mana tiap populasi diwakili oleh sepuluh pohon. Tiga populasi dari Pulau Ternate, dua dari
Pulau Tidore dan satu populasi dari pulau Maitara diamati secara morfologi pada organ non
reproduktif meliputi batang dan daun sebagai dasar data fenetik pembuatan dendogram.
Adapun populasi jamblang yang digunakan dan kode penamaan populasi sebagai berikut :

Tabel 1. Tabel Populasi jambang, Kode dan asal pulau


No. Populasi Kode Pulau
1. Kelurahan Rum- Tidore RU Tidore
2. Kelurahan Takome- Ternate TA Ternate
3. Kelurahan Sasa- Ternate SA Ternate
4. Kelurahan Kalumata- Ternate KA Ternate
5. Kelurahan Ake bayi- Maitara AK Maitara
6. Kelurhan Cobo- Tidore CO Tidore
Metode
Data karakter morfologi yang ada dimasukan dalam data biner 1 dan 0. Nilai 1 untuk
karakter yang dimiliki oleh sampel dan bila karakter tidak terdapat dalam sampel maka diberi
nilai 0. Selanjutnya data dioleh dengan menghitung nilai similarity index antar dua sampel
menggunakan rumus Sorenson :

Dimana SI : similarity index atau indeks kemiripan, C adalah karakter yang dimiliki
oleh kedua sampel, A merupakan karakter yang dimiliki oleh sampel A dan B : karakter yang
dimiliki oleh sampel B.
Kode populasi selanjutnya digunakan sebagai Operasional taxonomic unit (OTU’s)
dalam konstruksi dendogram untuk menganalisis kekerabatan. Konstruksi dendogram
dilakukan berdasarkan analisis fenetik menggunakan metode UPGMA (Xiong, 2001) yang
dikonstruksi secara manual. Analisis fenetik merupakan suatu pendekatan berdasarkan
kemiripan untuk menunjukan kekerabatan makhkuk hidup. Makhkuk hidup yang memiliki
nilai kemiripan yang tinggi diasumsikan merupakan makhuk hidup yang berkerabat atau
berasal dari nenek moyang yang sama (Heywood dan Mcneil,1964).

HASIL DAN PEMBAHASAN


Data biner karekter morfologi
Data hasil pengamatan kerakter morfologi jamblang pada enam populasi berupa data
biner dalam tabel 2. Karakter pembanding antar OTU’s adalah data morfologi dan
morfometrik yang didapatkan dari hasil pengamatan dan pengukuran.

Tabel 2. Data biner berdasarkan karakter pembanding antar OTU’s


NO KARAKTER KODE POPULASI / OTU’s
RU TA SA KA AK CO
1 Tinggi pohon terendah :
<5 0 0 1 0 1 0
5-10 1 1 0 1 0 1
2 Keliling batang utama dalam cm
10-64 1 0 1 0 1 1
65-99 0 1 0 0 0 0
>99 0 0 0 1 0 0
3 Permukaan daun
Dominan licin 1 1 1 1 0 0
Dominan Kasar 0 0 0 0 0 0
Licin dan kasar 0 0 0 0 1 1
4 Panjang daun terkecil (cm)
<5 0 0 1 0 0 0
5-10 1 1 0 1 1 0
>10 0 0 0 0 0 1
5 Lebar daun terkecil (cm)
<5 0 0 1 0 1 0
5-6 0 1 0 1 0 0
>6 1 0 0 0 0 1
6 Jarak antar daun terdekat (cm)
<3 0 0 1 0 0 1
3-4 1 1 0 1 1 0
7 Warna permukaan daun
Dominan hijau 1 0 0 1 1 0
Hijau dan hijau kuning 0 0 0 0 0 1
Hijau, hijau kuning, 0 1 1 0 0 0
dan hijau kecoklatan
8 Warna bawah daun
Hijau dominan 1 0 1 1 1 0
Hijau dan hijau kuning 0 1 0 0 0 1
9 Jumlah cekungan daun
Tidak ada 0 0 0 0 0 1
Kadang ada 1 1 1 1 1 0
10 Tekstur batang
Kasar saja 1 0 1 1 0 0
Licin saja 0 0 0 0 0 0
Ada kasar dan ada licin 0 1 0 0 1 1
11 Warna batang
Coklat saja 0 0 0 1 0 1
Coklat putih 0 0 0 0 1 0
Coklat, coklat putih, dan coklat kehitaman 1 1 1 0 0 0

Data nilai kemiripan


Indeks kemiripan Sorenson antar OTU’s didapatkan dari hasil kalkulasi berdasarkan
data biner karakter morfologi dan morfometrik antar populasi. Indeks kemiripan tersebut
ditampilkan pada tabel 3. Dua OTUs yang memiliki indeks kemiripan tertinggi ialah RU
(Rum-Tidore) dengan KA (Kalumata-Ternate) dengan nilai IK 73%, dua populasi tersebut
dapat dikatakan memiliki kekerabatan yang dekat dibandingkan dengan anggota OTU’s dari
populasi yang lain.

Tabel 3. Matriks indeks kemiripan Sorenson antar OTU’s dari populasi


Jamblang di Pulau Ternate, Tidore dan Maitara
TA SA KA AK CO
RU 54,5 45,4 73 54.5 27.3
TA * 36,4 54.5 36,4 27,3
SA * * 36,4 45.4 9.1
KA * * * 45,5 9,1
AK * * * * 27,3
Indeks kemiripan (similarity index) antar populasi yang diwakili antar OTU’s
tergolong rendah dengan nilai rata-rata IK ialah 38,81 %. Nilai ini jauh dibawah 50%
kemiripan. Hal ini menunjukan variasi antar karakter morfologi dan morfometrik dari enam
populasi yang diamati sangat tinggi. IK antara CO (Cobo-Tidore) dengan anggota OTU’s
yang lain memiliki nilai paling kecil, sehingga menempatkan poisis CO di luar dari anggota
OTU’s lainnya. Hal ini diperkuat dengan dendogram yang disusun berdasarkan IK antar
OTU’s dengan metode UPGMA.

Hasil konstruksi dendogram antar populasi Jamblang


Hasil konstruksi dendogram antar OTU’s dengan metode UPGMA ditunjukan pada
gambar 1. Topologi grafik pohon kekerabatan (dendogram) antar OTU’s pada penelitian ini
secara garis besar dapat dikelompokan menjadi dua klada (klompok dalam kekerabatan).
Klada pertama ialah klada yang terdiri dari RU, KA, TA. Klada kedua ialah klada yang terdiri
dari SA dan AK, sementara CO berada di luar dari kedua klada tersebut.
Klada pertama terdiri dari kelompok populasi yang berasal dari Rum-Tidore (RU),
Kalumata-Ternate (KA), dan Takome-Ternate (TE). Hasil ini memperlihatkan bahwa
kekerabatan berdasarkan kemiripan antar populasi yang berasal dari RUM-tidore dengan
Kalumata-ternate sangat dekat. Pada dasarnya analisis kekerabatan/filogenetik makhkuk
hidup dapat menggunakan dua pendekatan yakni pendekatan kemiripan atau fenetik dan
pendekatan cladistik atau sejarah evolusi yang dibawa oleh karakter homology (Heywood
dan Mcneil, 1964; Lipscomb, 1998).

Gambar 1. Dendogram hasil rekonstruksi pohon filogenetik antar OTU’s tumbuhan


Jamblang dari Ternate, Maitara dan Tidore dengan metode UPGMA.
Pada pendekatan fenetik, kemiripan antar OTUs merupakan dasar pengambilan
kesimpulan, sehingga makhuk hidup yang memiliki kemiripan tertinggi diasumsikan
memeiliki kekerabatan yang dekat. Kemiripan tersebut dapat disebabkan oleh akumulasi
adaptasi terhadap yang factor lingkungan yang sama atau karena berasal dari nenek moyang
yang sama. Pada klada satu dapat disimpulkan bahwa berdasarkan filetik jmblang di tiga
pulau tersebut tidak monofiletik. Hal ini karena pada klada satu memliki anggota OTUs’ yang
bervariasi berdasarkan asal populasi yakni RU (Rum-Pulau Tidore) dan dari pulaua Ternate,
KA (Kalumata) dan TA (Takome).
Pada klada ke dua terdiri dari dua OTU’s yang berasal dari dua daerah yang berbeda
yakni SA (Sasa-Pulau Ternate) dan AK (Ake bayi-Pulau Maitara). Populasi jamblang Pulau
maitara secara geografis lebih dekat ke pulau Tidore, tetapi berdasarkan filogenetik penelitian
ini, populasi jamblang Pulau maitara berkerabat dekat dengan Pulau Ternate (Sasa).

Gambar 2. Posisi pulau Ternate, Maitara, dan Tidore. a. Peta Indonesia Timur, b. Peta
Pulau Halmahera dan pulau sekitarnya. C.Peta pulau Ternate, Maitara dan
Tidore (Map data @2013 Tele atlas).
Gambar 3.Perbandingan posisi tiga pulau asal sampel dengan pengelompokan populasi
Jamblang dalam filogenetik berdasarkan asal populasi OTU’s.

Asal nenek moyang Jamblang pada Pulau Ternate, Maitara dan Tidore
memperlihatkan perbedaan nenek moyang. Sifat polyfiletik ini sangat terlihat terutama pada
masing-masing OTU yang berasal dari Pulau Tidore antara Rum dan Cobo. Cobo berada
pada clada pertama sedangkan Cobo berada jauh di luar Calada satu maupun dua. OTU’s
yang berasal dari ternate juga memperlihatkan hal yang sama. Sifat polyfiletik pada OTUs
ternate ditunjukan oleh Populasi (KA) Kalumata dan TA (Takome) yang berada di klada
pertama sedangkan (SA) Sasa berada di klada dua berkelompok dengan OTU’s dari Maitara
(AK).
Sifat polyfiletik pada populasi jamblang di tiga pulau ini menggambarkan bahwa asal
penyebaran Jamblang tidak berasal dari satu daerah. Analisis filogenetik memperlihatkan
kemungkinan rute penyebaran Jamblang berasal dari Pulau Tidore menyebar ke Pulau
Ternate dan Maitara. Lalu populasi yang berada di Pulau Ternate menyebar kembali ke Pulau
Tidore pada daerah yang berbeda.
Analisis maternal secara molekuler dapat dilakukan pada tumbuhan Jambalang untuk
menelusuri Tetua dan Rute penyebaran (colonisation route). Beberapa tumbuhan, seperti
Eucalyptus urophylla dari family yang sama dengan jamblang yakni Myrtaceae telah
dilakukan analsis rute penyebaran di kepulauan nusantara (Payn dkk, 2007). Pendekatan
filogeografi pada suatu spesies tumbuhan dapat dilakukan untuk menganalisis pada
penelusuran penyebaran dan colonisation route level intraspesies. Filogeografi merupakan
suatu bidang ilmu yang focus pada distribusi goegrafi suatu makhkuk hidup khususnya pada
level spesies (Avise, 1998; 2009). Filogeografi menganalisis bagaimana suatu spesies
menyebar dan proses hilangnya suatu spesies pada evolusi konvergen atau pembentukan
spesies baru (spesiesi)

KESIMPULAN
Nilai indek kemiripan antar OTU’s pada populasi Jamblang di tiga pulau (Ternate,
Maitara, dan Tidore) berdasarkan karakter morfologi vegetative tergolong rendah (rata-rata
38,81%). Hal ini menggambarkan bahwa variasi intra spesies pada populasi jamblang di tiga
pulau tersebut sangat tinggi.
Hal ini dapat disebabkan oleh akumulasi adaptasi antar OTU’s dan sifat nenek
moyang yang berbeda atau tidak monofiltietik tetapi Polyfiletik. Nenek moyang tumbuhan
Jamblang di tiga pulau tersebut bersifat tidak dari satu nenek moyang. Untuk memperkuat
analisis kekerabatan dan menentukan rute penyebaran tumbuhan jamblang dapat dilakukan
dengan analsis morfologi organ reproduktif dan analisis molekuler. Analisis molekuler pada
intra spesies dapat dilakukan dengan marker molekuler ITS (internal transcribes spacear).
DAFTAR PUSTAKA

Avise, J.C. 1998. The hysory and perview of phylogeografi. : a personal reflection.
Molecular ecology, 7, 371-379.

_________. 2009. Phylogeography: retrospect and prospect. Journal of Biogeography (J.


Biogeogr), 36, 3–15.

Ayyanar, M., Subash-Babu P. 2012. Syzygium cumini (L.) Skeels: A review of its
phytochemical constituents and traditional uses. Asian Pacific Journal of Tropical
Biomedicine. 240-246. www.elsevier.com/locate/apjtb.

Chaturvedi, A., Kumar . M., Bhawani, G., Chaturvedi, Harish., Kumar, Mohan dan Goel, K.,
2007. Effect of ethanolic extract of eugenia jambolana seeds on gastric ulceration and
secretion in rats. Indian J Physiol Pharmacol, 51 (2) : 131–140.

Heywood, V., H., dan Mcneil, J., 1964. Phenetic and Phylogenetic classification. Nature,
203. Nature Publishing Group.

Kumar Sah, Abhishek dan Verma, Vinod K.. 2011. Syzygium cumini : An overview. Chem.
Pharm. Res, 3(3), 108-113.

Kumar, P. K., Dharani P. P., Narayana R. A, Dayakar R. P., Abhinay. 2010. Anti
inflammatory activity of Eugenia jambolana in albino rats. International journal of
pharma and bio sciences 1, (4). www.ijpbs.net

Lipscomb, Diana. 1998. Basic of Cladistic Analysis. Washington, George Washington


University.

Mudiana, Deden. 2007. Perkecambahan syzygium cumini (L.) Skeel. Biodiversitas 8, (1).

Payn, K..G., Dvorak, W.S., dan Myburg, A. A. 2007. Chloroplast DNA phylogeography
reveals the island colonisation route of Eucalyptus urophylla (Myrtaceae). Australian
Journal of Botany.55: 673–683. www.publish.csiro.au/journals/ajb.

Steenis, J., Van. 2005. Flora (diterjemahkan oleh : Soerjowinoto Moeso dkk). Jakarta.
Pradnya Paramita.

Anda mungkin juga menyukai