Oleh
RISVAN ANWAR
1
2
BAB 1. PENDAHULUAN
unsur hara, air, cahaya, CO2 dan ruang tumbuh. Pengaruh tidak
langsung adalah terhambatnya aksessabilitas sehingga
berakibat buruk terhadap efisiensi dan efektifitas pemupukan,
sulitnya pengendalian hama dan penyakit,panen dan pekerjaan-
pekerjaan lainnya.
Gray dan Hew (1968) dalam Purba, (2009) menyebutkan
bahwa gulma Mikania micrantha HBK dapat menyebabkan
kehilangan hasil kelapa sawit 20% selama 5 tahun.
Pengendalian Ischaemum muticum L., mampu meningkatkan berat
tandan buah segar kelapa sawit sekitar 10 ton/ha dalam waktu
tiga tahun (Teo et al. 1990. Produksi tanaman jagung menurun
sekitar 31% bila gulma tidak dikendalikan (Purba &
Desmarwansyah, 2008).
Diantara banyak metode pengendalian gulma, pengendalian
secara kimiawi (herbisida) cenderung mengalami peningkatan
dari tahun ke tahun. Negara maju menggunakan herbisida 70%
lebih banyak dibandingkan dengan negara berkembang dalam
mengendalikan gulma (Valverde, 2003). Banyak faktor yang
menyebabkan orang beralih menggunakan herbisida antara lain
kurangnya ketersediaan tenaga kerja, waktu pelaksanaan yang
relatif singkat, biaya pengendalian yang murah dan efektif
mengendalikan gulma.
Penggunaan herbisida sintetis secara terus menerus
dapat berakibat negatif bagi lingkungan seperti pencemaran
lingkungan, polusi sumber-sumber air dan kerusakan tanah,
(Kurniawan, & Kurniawati, 2014). Selain itu herbisida
sintetis juga mengakibatkan tertinggalnya residu sehingga
mengakibatkan keracunan pada organisma non target dan
mempengaruhi aktifitas biota tanah serta tertinggalnya residu
herbisida pada produk pertanian (Sari, Niswati, Arif, &
Yusnaini, 2015; Faqihhudin, Haryadi, & Purnamawati, 2014).
Harga herbisida juga semakin meningkat setiap tahunnya dengan
semakin cenderungnya masyarakat menggunakan herbisida.
3
4
4
5
5
6
6
7
7
8
Saccharomycodes sp
8
9
Saccharomyces cereviceae
Hansenula sp
Nitrobacter sp
9
10
Streptomyces sp
Azotobacter sp
Bacillus sp
10
11
11
12
12
13
13
14
Jenis Gulma
SDR
Ottochloa nodosa 0,220
Paspalum conjugatum 0,087
Galinsoga parviflora 0,017
Adiantum capillus-veneris 0,239
Diplazium esculentum 0,011
Ischaemum timorense 0,011
Imperata cylindrica 0,048
Cyperus iria 0,056
Dicranopteris linearis 0,048
Asystasia gangetica 0,019
Borreria alata 0,022
Mimosa pudica 0,009
Mikasia micrantha 0,022
Cyperus rotundus 0,007
Lycopodium cernuum 0,002
Barleria cristata 0,089
Acalypha indica 0,011
Melastoma malabatricum 0,031
jumlah 0,950
14
15
15
16
16
17
17
18
18
19
Efektifitas Herbisida
Jenis gulma yang hidup dan mati setelah setelah aplikasi
Pengamatan di lahan karet dataran rendah,sawit dataran
rendah, karet dataran sedang, kopi dataran sedang, karet
dataran tinggi dan kopi dataran tinggi memperlihatkan bahwa
Perlakuan herbisida formulasi Unihaz berpengaruh nyata
terhadap peubah yang diamati.
Hasil pengukuran pengaruh herbisida formulasi Unihaz
terhadap peubah populasi gulma hidup setelah aplikasi dari
berbagai ketinggian tempat lahan perkebunan menunjukkan bahwa
perlakuan formulasi Unihaz 5 dan 7 memberikan populasi gulma
terendah (Tabel 3.7). Pola yang sama juga diperlihatkan dari
pengukuran luasan gulma yang mati dan berat kering gulma
hidup. Perlakuan Unihaz 5 dan 7 memberikan luasan gulma
tertinggi dan berat kering gulma yang rendah serta berbeda
tidak nyata dengan penggunaan glifosat 2 kg/ha dari semua
lahan perkebunan pada berbagai ketinggian tempat (Tabel 3.8,
3.9). Hal ini menunjukkan bahwa herbisida formula Unihaz 5
dan 7 efektif mengendalikan gulma pada berbagai ketinggian
tempat dan berbagai lahan perkebunan. Tingginya tingkat
kematian dari perlakuan Unihaz 5 dan 7 selain disebabkan
fermentasi air kelapa bersifat herbisida, juga dikarenakan
bahan aktif glifosat yang terkandung didalamnya lebih tinggi
dari perlakuan formulasi herbisida lainnya.
Tanggapan gulma terhadap herbisida terlihat bahwa gulma
dataran tinggi lebih peka terhadap herbisida formulasi Unihaz
dibandingkan dengan gulama dataran rendah dan dataran sedang,
tetapi tidak ada pola semakin tinggi ketinggian tempat
semakin sensitif terhadap herbisida. Sensitifnya gulma
dataran tinggi terhadap herbisida formulasi diduga karena
gulma lebih subur dan sukulen. Gulma yang pertumbuhan aktif,
subur dan sukulen lebih peka terhadap herbisida.
19
20
20
21
21
22
22
23
23
24
Efektifitas Herbisida
Hasil sidik ragam memperlihatkan bahwa herbisida
formulasi Unihaz berpengaruh nyata terhadap peubah populasi
gulma hidup. Uji DMRT memperlihatkan bahwa perlakuan
herbisida formulasi Unihaz 7 memberikan populasi gulma
terendah baik di lahan sawah dataran rendah, sedang maupun
tinggi. Pada lahan sawah dataran rendah herbisida formulasi
Unihaz 7 berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Pada lahan
sawah dataran sedang formulasi Unihaz 7 berbeda tidak nyata
dengan perlakuan Unihaz 3, Unihaz 4, Unihaz 5 dan Unihaz 8.
Sedangkan di lahan sawah dataran tinggi Unihaz 7 berbeda
tidak nyata dengan Unihaz 5 (Tabel 3.11).
Tabel 3.11. Populasi gulma hidup di lahan sawah berbagai
ketinggian tempat setelah aplikasi berbagai
herbisida formulasi Unihaz
Dataran Dataran Dataran
Perlakuan Rendah Sedang Tinggi
Populasi/ m2 Populasi/ m2 Populasi/ m2
Unihaz 1 42,5b 5,4bc 10,8b
Unihaz 2 59,9a 6,6b 8,8bc
Unihaz 3 42,5b 2,8de 7,2c
Unihaz 4 26,2c 2,8de 7,9bc
Unihaz 5 19,1cd 0,9e 3,5d
Unihaz 6 16,2d 3,8cd 6,3c
Unihaz 7 7,1e 0,6e 2,0d
Unihaz 8 (Glifosat
2000 g/ ha) 24,7c 3,1cde 6,6c
Unihaz 9 (air kelapa
fermentasi) 67,3a 27,1a 14,3a
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu
kolom berbeda tidak nyata pada taraf uji DMRT 0,05
24
25
25
26
26
27
27
28
Pengujian pada lahan rawa tadah hujan, rawa payau dan saluran
drainase
Percobaan di rawa tadah hujan dilaksanakan di desa Surau
Kecamatan Taba Penanjung Kabupaten Bengkulu Tengan. Percobaan
di rawa payau dilaksanakan di Lingkar Barat, Kecamatan Gading
Cempaka, Kota Bengkulu (areal milik Lapangan Golf Rafflesia
Bengkulu). Percobaan di saluran drainase dilaksanakan di desa
Kungkai Baru, Kecamatan Air Periukan Kabupaten Seluma. Waktu
Pelaksanaan pada bulan Februari sampai dengan November 2018.
Percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) satu
faktor yaitu Herbisida Formula Unihaz (H), terdiri dari 7
perlakuan. Masing-masing perlakuan terdiri dari 3 ulangan.
Perlakuan tersebut yaitu: Formula Unihaz 1; Formula Unihaz
2; Formula Unihaz 3; Formula Unihaz 4; Formula Unihaz 5;
Formula Unihaz 6; Glifosat 2 kg/ha (kontrol). Masing-masing
perlakuan ini dicobakan pada gulma air di rawa tadah hujan,
rawa payau dan saluran drainase. Setiap satuan percobaan
berukuran 2 x 4 m.
Data yang diperoleh diuji dengan uji Fisher (F). Bila
uji F menunjukkan pengaruh nyata dan sangat nyata maka
dilanjutkan dengan uji Duncans Multiple Range Test (DMRT)
dengan taraf uji 0.05.
Pengujian di Lahan Rawa Tadah Hujan
Hasil analisis vegetasi pada lahan rawa tadah hujan
terdapat 21 jenis gulma (Tabel 3.18). Gulma-gulma dominan ada
7 jenis yaitu Ischaemum timorense (23,3%), Brachiaria
paspaloides (17,1), Paspalum conjugatum Berg (12,6%),
Cyperus compactus L. (7,4%), Fimbrystylis aphylla (6,7%),
Cyperrus brevolius (6,7%), dan Echinochloa colonum (4,8%).
Ketujuh gulma ini menguasai lahan seluas 78,57%.
28
29
No Jenis Gulma
SDR
1 Ageratum houstonianum 0,002
2 Cyperus rotundus 0,021
3 Cyperrus brevolius 0,067
4 Cyperus compactus 0,074
5 Cyperrus imbricatus 0,045
6 Cyperus kyllingia 0,005
7 Braciaria mufica 0,026
8 Brachiaria pospa loides 0,171
9 Echinochloa colonum 0,048
10 Ischaemum timorense 0,233
11 Paspolum conjugatum 0,126
12 Fimbristylis miliacea 0,029
13 Fimbrystylis aphylla 0,067
14 Fimbrystylis abovrulis 0,007
15 Limnocharis flava 0,012
16 Eragrostis uniolida 0,010
17 Scirpus juncoides 0,036
18 Boreria alata 0,010
19 Eleocharis dulcis 0,002
20 Cyperus pumilus L 0,002
21 Fuirenna umbelata 0,007
Jumlah 21
Tabel 3.19. Spesies Gulma yang Mati dan yang Masih Ditemukan
Hidup Setelah Penyemprotan di Rawa Tadah Hujan
29
30
Cyperus kyllingia
Eragrostis anioloida
Formula Unihaz 2 Fimbrystylis albovorulis
Boreria alata
Eleocharis dulcis
Paspolum conjugatum
Cyperus imbricatus
Braciaria mufica
Cyperrus pumilus L
Cleome rutidospermae
Fimbrystylis miliacea
Ischaemum timorense
Formula Unihaz 3 Paspolum conjugatum Ischaemum timorense
Cyperus compastus Fimbrystylis aphylla
Scripus juncoides
Cyperus brevifolius
Scirpus juncoides
Braciaria mufica
Brachiaria paspaloides
Ischaemum timorense
Fimbrystylis aphylla
Echinocida colonum
Paspolum conjugatum
Scirpus juncoides
Cyperrus brevolius
Ischaemum timorense
Formula Unihaz 6 Fimbrystylis aphylla
Braciaria paspaloides
Cyperrus imbricatus
Fimbristylis miliacea
30
31
Brachiaria mufica
Paspolum conjugatum
Echinocida colonum
Cyperus compactus
Kontrol (Glifosat
Brachiaria paspaloides
2 kg/ha)
Cyperus breviforius
Fimbrystylis aphylla
Ischaemum timorense
Cyperrus imbricatus
Fimbristylis miliacea
16,17a
14,58a
3,25b
2,5b
0b 0b 0b
Keterangan: Angka-angka yang hurufnya sama berbeda tidak nyata pada taraf
uji DMRT 0,05
Gambar 3.1. Grafik populasi gulma yang hidup setelah
penyemprotan dengan herbisida formula Unihaz
31
32
85
78,3
32
33
3,36
2,38
0,1 0,16
0 0 0
Jenis Gulma
SDR
Panicum paladosum roxb. 0,512
Eriochioa polystachya h.b.k 0,119
Cyperus comperesessus.l 0,074
Melostoma malabraticum 0,005
Mikania micrantha 0,002
Ischaemum muticum salisd 0,033
33
34
Tabel 3.21. Spesies gulma yang mati dan yang masih ditemukan
hidup setelah penyemprotan di rawa payau
Perlakuan Jenis Gulma yang Mati Jenis Gulma yang Masih
Ditemukan Hidup
Panicum paladosum Panicum palodosum
Cyperus comperesessus Eleocharis acutangula
Formula Unihaz 1 Eleocharis acutangula Melostoma malabraticum
Melostoma malabraticum
Eriochioa polystachya
Eriochioa polystachya
Ischaemum muticum
Iponiea triloba
34
35
10,2
9,7
8,4 8,7
7,5
1,3
35
36
97,3
96,89
2,53
36
37
37
38
38
39
https://www.youtube.com/watch?v=3uDcD5LrNkA
https://www.youtube.com/watch?v=ugLE-V45HJk&t=6s
https://www.youtube.com/watch?v=qk-1vkhYBFg
https://www.youtube.com/watch?v=DJlIgJnXCD8&t=126s
https://www.youtube.com/watch?v=AGzfHMSnNwU&t=78s
https://www.youtube.com/watch?v=gHvTdTNzJko&t=69s
https://www.youtube.com/watch?v=Bc21PImOvyk&t=13s
39
40
40
41
41
42
= 1200 ppm, VII = 1400 ppm, VIII = 1600 ppm, IX = 1800 ppm, X
= 2000 ppm, XI = 2200 ppm, XII = 2400 ppm, XIII = 2600 ppm,
XIV = 2800 ppm, XV = 3000 ppm, dan XVI = 3200 ppm. Sebagai
pembanding digunakan herbisida Roundup dengan konsentrasi: I
= 200 ppm, II = 400 ppm dan III = 600 ppm. Ikan dimasukkan
kedalam akuarium yang berukuran 25 x 20 x 21 cm yang berisi
air 5 liter sebanyak 6 ekor.
Pengamatan dilakukan tiga hari setelah aplikasi
herbisida di akuarium. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
anak ikan lele sebagai ikan uji mati 50% setelah pemberian
herbisida formulasi Unihaz pada konsentrasi 1400 ppm. Ketika
konsentrasi dinaikkan menjadi 1600 ppm ikan uji mati semua.
Perlakuan yang sama dicobakan dengan menggunakan RoundUp,
dimana percobaan sebelumnya herbisida ini dijadikan kontrol.
Pada percobaan ini, konsentrasi 200 ppm ikan uji mati semua.
Hal ini menunjukkan bahwa herbisida formula Unihaz jauh lebih
ramah lingkungan delapan kali bila dibandingkan dengan
herbisida berbahan aktif glifosat(RoundUp).
42
43
43
44
Harga
Nilai
No Uraian Satuan Volume Satuan
(Rp)
(Rp)
1 Biaya Tetap
Baskom (mencampur
herbisida) buah 2 40000 80000
Jumlah 356000
2 Biaya variable
Jumlah 707000
Jumlah 2 + 3 + 4 709227,8
44
45
Herbisida Formula
Unihaz Herbisida Glifosat
Uraian Satuan
Harga Nilai Harga Nilai
Volume satuan (Rp) Volume satuan (Rp)
Biaya-biaya variabel
Herbisida Formula
Unihaz Herbisida Glifosat
Uraian Satuan
Harga Nilai Harga Nilai
Volume satuan (Rp) Volume satuan (Rp)
Biaya-biaya variabel
45
46
BAB 5. KLAIM
1. Suatu khamir Saccharomycodes sp (koloni berbentuk bulat
putih segitiga) yang digunakan untuk memfermentasikan
air kelapa.
2. Suatu khamis Saccharomycetes cereviceae (koloni
berbentuk bulat putih kusam) yang digunakan untuk
memfermentasikan air kelapa.
3. Suatu khamir Hansenula sp (koloni berbentuk bulat putih
bermiseliur) yang digunakan untuk memfermentasikan air
kelapa.
4. Suatu bakteri Nitrobacter sp (koloni berbentuk bulat
kuning) yang digunakan untuk memfermentasikan air
kelapa.
5. Suatu bakteri Streptomyces sp (koloni berbentuk bulat
putih besar, konsentrik elevasi bergelombang) yang
digunakan untuk memfermentasikan air kelapa.
6. Suatu bakteri Azotobacter sp (koloni berbentuk bulat
putih keruh, sub mergel) yang digunakan untuk
memfermentasikan air kelapa.
7. Suatu bakteri Baccillus sp (koloni berbentuk segitiga
putih) yang digunakan untuk memfermentasikan air kelapa.
8. Suatu metode fermentasi air kelapa dengan klaim 1 sampai
dengan 7 dimana prosesnya sebagai berikut:
a. Air kelapa tua ditambahi gula sebanyak 0,4% (4 g/L).
b. Air kelapa tua yang sudah ditambahi gula di
difermentasi dengan rapi tape 0,2% (2 g/L) yang
mengandung inokulan Saccharomyceides sp 42 x 105
cfu/g, Saccharomyces cereviceae 18 x 105 cfu/g,
Hansenula sp 16 x 105 cfu/g, Nitrobacter sp 30 x 107
cfu/g. Streptomyces sp 12 x 107 cfu/g, Azotobacter sp
40 x 107 cfu/g dan Bacillus sp 38 x 107 cfu/g.
c. Memfermentasi secara anaerob terlebih dahulu seperti
poin a dan b paling sedikit 10 hari, kemudian secara
46
47
47
48
BAB 6. KESIMPULAN
48
49
DAFTAR PUSTAKA
49
50
50
51
Utara, 1–21.
Sari, Y. K., Niswati, A., Arif, M. A. S., & Yusnaini, S.
(2015). Pengaruh Sistem Olah Tanah dan Aplihasi Herbisida
terhadap Populasi dan Biomassa Cacing Tanah pada
Pertanaman Ubi Kayu (Manihot utilissima). Jurnal Agrotek
Tropika, 3(3). https://doi.org/10.23960/JAT.V3I3.1980
Sumintapura, H. A. dan Iskandar. (1980). Pengantar Herbisida.
Karya Nusantara, Jakarta
Supriadi, Sudiman, A., Jauhariya, E., & Rahayuningsih, S.
(2012). Pengembangan Formulasi Herbisida Berbasis Asam
Asetat Untuk Mengendalikan Gulma pada Tanaman Kelapa
Sawit. Kementerian Pertanian, Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian.
Suryadi, M. A., Pujisiswanto, H., & Sriyani, N. (2017).
Pengaruh Campuran Asam Asetat Dan Ekstrak Buah Lerak
Sebagai Herbisida Terhadap Gulma Paspalum Conjugatum ,
Cyperus Kyllingia , dan Asystasia. Prosiding Seminar
Nasional Pengembangan Teknologi Pertanian VI, Politeknik
Negeri Lampung. Lampung 07 September 2017, (September),
64–72.
Teo, L., Ong, K. P. and Maclean, R. J. (1990). Response of
oil palm to eradication of Ischaemum muticum. P 301-307.
In: Proc. of 1989 Int. Palm Oil Dev. Conf. - Agriculture.
(eds: Jalani Sukaimi et al.) p ii-vii, 1-588.
Uluputty, M. R. (2018). Gulma Utama Pada Tanaman Terung Di
Desa Wanakarta Kecamatan Waeapo Kabupaten Buru.
Agrologia, 3(1). https://doi.org/10.30598/a.v3i1.258
Valverde, B. E. (2003). Herbicide-resistance management in
developing countries. In Weed Management for Developing
Countries. FAO Plant Production and Protection paper 120
Add. 1
51
52
Lampiran
Sebelum aplikasi
Sesudah aplikasi
52
53
Sebelum aplikasi
53
54
Setelah aplikasi
54