Anda di halaman 1dari 54

1

HERBISIDA FORMULASI UNIHAZ

Oleh

RISVAN ANWAR

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PROF. DR.HAZAIRIN, SH
2020

1
2

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Bidang Teknik Invensi

Invensi ini berhubungan dengan formulasi herbisida yang


efektif mengendalikan gulma dan ramah lingkungan dengan bahan
baku utama air kelapa fermentasi, gula dan Isopropylamin N-
(phosphonomethyl) glycine serta metode pembuatannya. Lebih
khusus, penggunaan inokulan jamur Saccharomycodes,
Saccharomyces cereviceae dan Hansenula, dan bakteri
Nitrobacter sp. Streptomyces sp, Azotobacter sp dan Bacillus
sp pada air kelapa tua untuk memperoleh air kelapa fermentasi
dan memformulasikannya dengan bahan Isopropylamin N-
(phosphonomethyl) glycine.
1.2. Latar Belakang Invensi
Gulma merupakan salah satu organisme pengganggu tanaman
yang sering membuat masalah dalam budidaya tanaman. Gulma
dapat mengganggu tanaman budidaya karena bersaing dalam
memperebutkan unsur hara dan air di dalam tanah sehingga
kebutuhan untuk tanaman menjadi berkurang. Gulma juga
bersaingan dalam memperoleh sinar matahari sehingga proses
fotosintesis tanaman menjadi terganggu. Selain itu gulma
dapat mengeluarkan eksudat yang dapat menjadi racun bagi
tanaman budidaya (Uluputty, 2018). Gulma selalu dikendalikan
karena mengganggu kepentingan petani atau pekebun. Sebagai
akibat dari gangguan tersebut produksi tanaman menjadi tidak
optimal atau kehilangan hasil dari potensi hasil yang
dimiliki tanaman (Purba, 2009).
Kehilangan hasil oleh gulma sangat bervariasi tergantung
pada sejumlah faktor, antara lain kemampuan tanaman
berkompetisi, jenis-jenis gulma, umur tanaman dan umur gulma,
teknik budidaya dan lama mereka berkompetisi (Purba, 2009).
Dijelaskan lebih lanjut, pengaruh gulma terhadap tanaman
dapat bersifat langsung dan tidak langsung. Gulma berpengaruh
langsung terhadap tanaman dengan adanya kompetisi terhadap
2
3

unsur hara, air, cahaya, CO2 dan ruang tumbuh. Pengaruh tidak
langsung adalah terhambatnya aksessabilitas sehingga
berakibat buruk terhadap efisiensi dan efektifitas pemupukan,
sulitnya pengendalian hama dan penyakit,panen dan pekerjaan-
pekerjaan lainnya.
Gray dan Hew (1968) dalam Purba, (2009) menyebutkan
bahwa gulma Mikania micrantha HBK dapat menyebabkan
kehilangan hasil kelapa sawit 20% selama 5 tahun.
Pengendalian Ischaemum muticum L., mampu meningkatkan berat
tandan buah segar kelapa sawit sekitar 10 ton/ha dalam waktu
tiga tahun (Teo et al. 1990. Produksi tanaman jagung menurun
sekitar 31% bila gulma tidak dikendalikan (Purba &
Desmarwansyah, 2008).
Diantara banyak metode pengendalian gulma, pengendalian
secara kimiawi (herbisida) cenderung mengalami peningkatan
dari tahun ke tahun. Negara maju menggunakan herbisida 70%
lebih banyak dibandingkan dengan negara berkembang dalam
mengendalikan gulma (Valverde, 2003). Banyak faktor yang
menyebabkan orang beralih menggunakan herbisida antara lain
kurangnya ketersediaan tenaga kerja, waktu pelaksanaan yang
relatif singkat, biaya pengendalian yang murah dan efektif
mengendalikan gulma.
Penggunaan herbisida sintetis secara terus menerus
dapat berakibat negatif bagi lingkungan seperti pencemaran
lingkungan, polusi sumber-sumber air dan kerusakan tanah,
(Kurniawan, & Kurniawati, 2014). Selain itu herbisida
sintetis juga mengakibatkan tertinggalnya residu sehingga
mengakibatkan keracunan pada organisma non target dan
mempengaruhi aktifitas biota tanah serta tertinggalnya residu
herbisida pada produk pertanian (Sari, Niswati, Arif, &
Yusnaini, 2015; Faqihhudin, Haryadi, & Purnamawati, 2014).
Harga herbisida juga semakin meningkat setiap tahunnya dengan
semakin cenderungnya masyarakat menggunakan herbisida.

3
4

Penggunaan herbisida dalam mendukung produktivitas pertanian


di Indonesia mencapai 49.6% (Supriadi, Sudiman, Jauhariya, &
Rahayuningsih, 2012).
Serangkaian penelitian telah dilakukan dalam upaya
mencari herbisida organik/bioherbisida, efektif mengendalikan
gulma, dan ramah lingkungan atau setidaknya dapat menghemat
penggunaan herbisida sintetik. Hasil penelitian Anwar,
Suzanna, & Yarmadi (2013) menemukan air kelapa fementasi
mampu menekan perkecambahan gulma Echynochloa cruss-galli.
Penelitian Anwar, Suzanna, & Triyono (2014) menunjukkan
bahwa air kelapa fermentasi dapat menekan pertumbuhan alang-
alang. Aplikasi air kelapa fermentasi dosis 400 mL per
polibag dapat membunuh alang-alang sampai 100%. Hasil
penelitian (Anwar, Aryani, & Saputra, 2015) menyimpulkan
bahwa penggunaan kombinasi herbisida glifosat 1 mL dicampur
dengan 100 mL air kelapa fermentasi (1%) dan 4 mL glifosat
dicampur dengan 100 mL air kelapa fermentasi (4%) efektif
dalam mengendalikan gulma alang-alang di polibag. Hasil
penelitian Anwar & Suzana (2016) menyimpulkan bahwa perlakuan
konsentrasi glifosat 1 mL dicampur dengan 100 mL air kelapa
fermentasi (1%)mampu membunuh gulma di perkebunan kelapa
sawit belum menghasilkan sebesar 93.8%, sedangkan pada
konsentrasi glifosat 4 mL dicampur 100 mL air kelapa
fermentasi(4%) mampu membunuh 99.2%.
Berdasarkan beberapa penelitian di atas lalu disusun
formulasi herbisida dengan air kelapa fermentasi sebagai
bahan utama kemudian ditambahkan dengan Isopropylamin N-
(phosphonomethyl) glycine dengan konsentrasi 0,18 % sampai
dengan 1,44%. Selanjutnya dilakukan pengujian terhadap gulma
air (rawa tadah hujan, rawa payau dan saluran
drainase)(Anwar, Suzanna, Djatmiko, Dwi Andika, & Gartiwo,
2019), gulma darat (tanaman perkebunan: kelapa sawit, karet
dan kopi) pada berbagai ketinggian tempat (Anwar, Suzanna, &

4
5

Djatmiko, 2019). Hasil penelitian menyimpulkan herbisida


formulasi air kelapa fermentasi ditambah dengan Isopropylamin
N-(phosphonomethyl) glycine dengan konsentrasi 1,08 % dan
1,44 % efektif mengendalikan gulma yaitu mampu membunuh gulma
lebih dari 95% baik dari jenis rumput, teki maupun daun lebar
(Anwar et al., 2019; Anwar et al., 2019).
Herbisida formula baru ini juga lebih ramah lingkungan
bila dibandingkan dengan herbisida merek dagang Roundup
(Glifosat dosis 2000 g/ ha). Pengujian dengan ikan uji
menyimpulkan bahwa herbisida ini membunuh 50 % ikan uji
(LC50)pada konsentrasi 1400 ppm sedangkan herbisida glifosate
pada konsentrasi 100 ppm.
Herbisida ini juga mengandung mikroorganisme yang mampu
berperan sebagai pengurai bahan organik tanah. Mikroorganisme
tersebut adalah jamur Saccharomyceides 232 x 105 cfu/mL,
Saccharomyces cereviceae 100 x 105 cfu/mL, Hansenula 12 x 105
cfu/mL, bakteri Nitrobacter sp 18 x 107 cfu/mL. Streptomyces
sp 31 x 107 cfu/mL, Azotobacter sp 2291 x 107 cfu/mL dan
Bacillus sp 2036 x 107 cfu/mL. Berdasarkan kandungan
mikroorganisme tersebut maka herbisida ini dapat disebut
dengan Bio Herbisida, sedangkan berdasarkan bahan baku utama
air kelapa fermentasi maka dapat juga disebut herbisida
nabati.
Herbisida ini berwarna coklat kekuningan dengan pH 3,6,
mengandung asam asetat 17,6 %, asam laktat 0,75%, asam
butirat 0,85, Natrium 1,14%, dan sukrosa 2,11%.

5
6

BAB 2. URAIAN SINGKAT INVENSI

2.1. Uraian Singkat Invensi

Sesuai invensi ini disediakan suatu formula herbisida


jenis baru yang efektif mengendalikan gulma jenis rumput,
teki dan daun lebar pada berbagai lokasi, baik katagori gulma
air maupun gulma darat. Herbisida ini bisa digunakan untuk
mengendalikan gulma dalam kolam/tambak dan rawa tanpa takut
keracunan terhadap organisme non target lainnya sampai
konsentrasi herbisida 1400 ppm. Mikroorganisme yang
terkandung di dalam herbisida dapat mempercepat dekomposisi
bahan organik tanah sehingga tanah menjadi subur.
Herbisida ini dibuat dari fermentasi air kelapa tua
dengan ragi tape yang mengandung inokulan Saccharomyceides
sp, Saccharomyces cereviceae, Hansenula sp, Nitrobacter sp,
Streptomyces sp, Azotobacter sp dan Bacillus sp , kemudian
ditambahkan Isopropylamin N-(phosphonomethyl) glycine dengan
konsentrasi konsentrasi 1.08%, dan konsentrasi 1.44%.
Herbisida ini berwarna coklat kekuningan dengan pH 3,2,
mengandung asam asetat 17,6 %, asam laktat 0,75%, asam
butirat 0,85, Natrium 1,14%, dan sukrosa 2,11%. Herbisida ini
mengandung mikroorganisme jamur Saccharomycodes sp 232 x 105
cfu/mL, Saccharomyces cereviceae 100 x 105 cfu/mL, Hansenula
sp 12 x 105 cfu/mL, bakteri Nitrobacter sp 18 x 107 cfu/mL.
Streptomyces sp 31 x 107 cfu/mL, Azotobacter sp 2291 x 107
cfu/mL dan Bacillus sp 2036 x 107 cfu/mL.

6
7

Herbisida Formulasi Unihaz

2.2. Metode pembuatannya:


1. Air Kelapa Fermentasi
Air kelapa fermentasi dibuat dengan dua cara yaitu
(1)fermentasi aerob kemudian fermentasi anaerob, atau (2)
fermentasi anaerob kemudian fermentasi aerob.
Fermentasi aerob lalu kemudian dilanjutkan dengan
fermentasi anaerob dilakukan dengan cara mengumpulkan air
kelapa tua, lalu membiarkannya dalam keadaan terbuka selama
minimal 3 hari, kemudian menambahkan gula sebanyak 4 g/L
(0,4%) dan ragi tape 2 g/L (0,2%) yang mengandung inokulan
Saccharomycodes 42 x 105 cfu/L, Saccharomyces cereviceae 18 x
105 cfu/L, Hansenula 16 x 105 cfu/L, Nitrobacter sp 30 x 107
cfu/L. Streptomyces sp 12 x 107 cfu/L, Azotobacter sp 40 x
107 cfu/L dan Bacillus sp 38 x 107 cfu/L. Wadah ditutup
rapat paling sedikit 10 hari.
Fermentasi anaerob lalu kemudian dilanjutkan dengan
fermentasi aerob dilakukan dengan cara mengumpulkan air

7
8

kelapa tua lalu ditambahkan gula sebanyak 4 g/L (0,4%) dan


ragi tape 2 g/L (0,2%) yang mengandung inokulan
Saccharomyceides 42 x 105 cfu/L, Saccharomyces cereviceae 18
x 105 cfu/L, Hansenula 16 x 105 cfu/L, Nitrobacter sp 30 x 107
cfu/L. Streptomyces sp 12 x 107 cfu/L, Azotobacter sp 40 x
107 cfu/L dan Bacillus sp 38 x 107 cfu/L. Kemudian wadah
ditutup rapat paling sedikit 10 hari. Setelah itu wadah
dibuka paling sedikit 3 hari.
2. Mencampur air kelapa fermentasi dengan Isopropylamin N-
(phosphonomethyl) glycine dengan konsentrasi 1,08% sampai
dengan 1,44% (10,8 g/L – 14,4 g/L).
3. Mencampur bahan tersebut (air kelapa fermentasi +
Isopropylamin N-(phosphonomethyl) glycine) dengan bahan lain
sebagai adjuvan.
2.3. Gambar-gambar

Saccharomycodes sp

8
9

Saccharomyces cereviceae

Hansenula sp

Nitrobacter sp

9
10

Streptomyces sp

Azotobacter sp

Bacillus sp

10
11

Isopropylamin N-(phosphonomethyl) glycine

Sukrosa (Gula Tebu)

11
12

BAB 3.URAIAN LENGKAP INVENSI

Air kelapa yang digunakan dalam invensi ini adalah air


kelapa tua. Air kelapa tua dari berbagai varietas kelapa
dapat digunakan. Air kelapa tua dari berbagai sumber
dikumpulkan. Air kelapa yang dikumpulkan difermentasikan
dengan dua cara. Pertama fermentasi aerob lalu dilanjutkan
dengan fermentasi anaerob. Pada metode ini air kelapa
dibiarkan dalam keadaan terbuka paling sedikit 3 (tiga) hari,
setelah itu baru dilakukan fermentasi anaerob. Fermentasi
anaerob dilakukan dengan cara: (1) air kelapa ditambahkan
gula sebanyak 0,4% (4 g/l) lalu diaduk sehingga gula menjadi
larut, (2) ragi tape 0,2% (2 g/l) yang mengandung inokulan
Saccharomycodes sp 42 x 105 cfu/l, Saccharomyces cereviceae
18 x 105 cfu/l, Hansenula sp 16 x 105 cfu/[, Nitrobacter sp 30
x 107 cfu/l, Streptomyces sp 12 x 107 cfu/l, Azotobacter sp
7 7
40 x 10 cfu/l dan Bacillus sp 38 x 10 cfu/l dimasukkan
kedalam air kelapa yang sudah terlarut gula didalamnya tadi.
Wadah ditutup rapat paling sedikit 10 hari.
3.1. Pembuatan Ragi
Inokulan khamir dan bakteri yang dimaksud dibuat dengan
cara membiakkan khamir bakteri tersebut pada tepung beras
sebagai media pembiakan. Bahan yang digunakan dalam pembuatan
ragi yaitu: tepung beras 1,5 kg, merica yang sudah ditumbuk
halus 50 g,cabe jamu yang sudah ditumbuk halus 50 g,bawang
putih yang sudah ditumbuk halus 50 g, lengkuas yang sudah
ditumbuk halus 7,5 g, air gula 20% (200 g/l), ragi jadi yang
mengandung khamir dan bakteri seperti tersebut di atas. Cara
membuatnya sebagai berikut: mencampur semua bumbu yang
dihaluskan tadi kedalam tepung beras. Sambil mengaduk aduk
tepung beras dan bumbu, adonan disiran air gula sedikit demi
sedikit sehingga mudah dibentuk (macak-macak/ tidak terlalu
lembek dan tidak terlalu kering). Kemudian membentuk adonan
menjadi bulatan-bulatan berdiameter 3 cm. Setelah itu

12
13

menyusun bulatan adonan pada tampah yang telah dialasi, lalu


menaburkan di atas adonan tersebut serbuk ragi dan menutupnya
dengan daun pisang atau plastik. Kemudian menyimpan adonan
yang sudah ditaburi serbuk ragi di ruangan dengan suhu kamar
selama 24 jam (2 hari) sehingga mikroorganisme yang dimaksud
tumbuh dan berkembang. Setelah itu mengeringkan adonan yang
sudah ditumbuhi mikroorganisme dengan cara menjemur dibawah
terik matahari selama 2-5 hari sehingga adonan menjadi
kering. Kemudian ragi sudah dapat digunakan. Bila belum
digunakan maka ragi disimpan dalam tempat yang kering.
3.2. Pengujian Pada Gulma Darat
Penelitian multi lokasi pada berbagai ketinggian tempat
dan berbagai jenis komoditi pada lahan kering (gulma darat).
Penelitian dilaksanakan pada lahan perkebunan sawit, karet
dan kopi pada dataran rendah (0-200 dpl), sedang (200-700
dpl) dan dataran tinggi (˃ 700 dpl) di Provinsi Bengkulu.
Waktu Pelaksanaan Februari – Oktober 2019.
Fokus kegiatan penelitian adalah pengujian keefektifan
herbisida formula Unihaz pada berbagai ketinggian tempat dan
berbagai jenis komoditi perkebunan pada lahan kering.
Percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) satu
faktor yaitu Herbisida Formula Unihaz (H), terdiri dari 9
perlakuan. Masing-masing perlakuan terdiri dari 3 ulangan.
Perlakuan tersebut yaitu: Formula Unihaz 1; Formula Unihaz 2;
Formula Unihaz 3; Formula Unihaz 4; Formula Unihaz 5; Formula
Unihaz 6; Formula Unihaz 7; Glifosat 2 kg/ha; (kontrol)
(Unihaz 8) dan Fermentasi air kelapa (Kontrol) (Unihaz 9).
Dosis herbisida formula Unihaz dan fermentasi air kelapa yang
digunakan adalah 50 l/ha. Data yang diperoleh diuji dengan
uji Fisher (F). Bila uji F menunjukkan pengaruh nyata dan
sangat nyata maka dilanjutkan dengan uji Duncans Multiple
Range Test (DMRT) dengan taraf uji 0.05. Herbisida dikatakan
efektif bila kematian gulma minimal 90%, populasi maksimal 6

13
14

populasi/ m dan berat kering gulma hidup maksimal 14 g/ m.


Ketiga kreteria tersebut harus terpenuhi pada berbagai
ketinggian tempat dan komoditi yang diujikan.
Analisis Vegetasi
Data hasil analis vegetasi di lahan perkebunan karet
dataran rendah disajikan pada Tabel 3.1, perkebunan sawit
dataran rendah pada Tabel 3.2, perkebunan karet dataran
sedang pada Tabel 3.3, perkebunan kopi dataran sedang pada
Tabel 3.4, perkebunan karet dataran tinggi pada Tabel 3.5 dan
perkebunan kopi dataran tinggi pada Tabel 3.6.
Tabel 3.1. Analisis vegetasi di lahan perkebunan karet
dataran rendah

Jenis Gulma
SDR
Ottochloa nodosa 0,220
Paspalum conjugatum 0,087
Galinsoga parviflora 0,017
Adiantum capillus-veneris 0,239
Diplazium esculentum 0,011
Ischaemum timorense 0,011
Imperata cylindrica 0,048
Cyperus iria 0,056
Dicranopteris linearis 0,048
Asystasia gangetica 0,019
Borreria alata 0,022
Mimosa pudica 0,009
Mikasia micrantha 0,022
Cyperus rotundus 0,007
Lycopodium cernuum 0,002
Barleria cristata 0,089
Acalypha indica 0,011
Melastoma malabatricum 0,031
jumlah 0,950

14
15

Tabel 3.2. Analisis vegetasi di perkebunan kelapa sawit


dataran rendah
Jenis Gulma SDR
Paspalum conjugatum 0,393
Ottochloa nodosa 0,289
Cynodon dactilon 0,035
Cassia tora 0,004
Asystasia gangetica 0,130
Ageratum conyzoides 0,004
Croton hirtus 0,026
Sida acuta 0,002
Polystichum munitum 0,002
Micania micranta 0,002
Ischaemum indicum 0,011
Dicranopteris linearis 0,009
Sida rombifolia 0,013
Cyperus kyllingia 0,030
jumlah 0,948

Tabel 3.3. Analisi vegetasi pada lahan perkebunan karet


dataran sedang
Jenis Gulma SDR
Selaginella kraussiana 0,476
Imperata cylindrica 0,043
Mikania micrantha 0,046
Cynodon dactiyon 0,061
Cyrtococcum oxyphylum 0,004
Lycopodium clavatum 0,017
Asystasia gangetica 0,006
Sida acuta 0,007
Clidemia hirta 0,026
Commelina diffusa 0,004
Melastoma malabathricum 0,031
Stacytarpheta indica 0,004
Asystasia intrusa 0,015
Cyperus rotundus 0,009
Acmella paniculata 0,006
Ottochloa nodosa 0,004
Euphorbia hirta 0,006
Borreria laevis 0,026
Dicranopteris linearis 0,002
jumlah 0,791

15
16

Tabel 3.4. Analisis vegetasi pada lahan perkebunan kopi


dataran sedang
Jenis Gulma SDR
Cynodon dactilon 0,381
Portulaca oleraceae 0,013
Asystasia gangetica 0,193
Ageratum conyzoides 0,100
Mikania micranta 0,002
Stachytarpheta indica 0,019
Borreria latifolia 0,054
Chromolaena odorata 0,007
Sida acuta 0,002
Acmella paniculata 0,033
Sida rhombifolia 0,020
Cassia tora 0,006
Clydemia hirta 0,033
Spermacoce ocymoides 0,004
Galinsoga parviflora
Melastoma malabatricum 0,007
Urena lobota 0,002
jumlah 0,876

Tabel 3.5. Analisis vegetasi pada lahan perkebunan karet


dataran tinggi
Jenis Gulma SDR
Digitaria Ischaemum 0,05
Ottochloa nodosa 0,0926
Pilantus neruri 0,0037
Digitaria cyliaris 0,0722
Clidemia hirta 0,063
Crasssocepalum crepidoides 0,0389
Brachiaria ramosa 0,1037
Dryopteris filixmas 0,0593
Ageratum conyzoides 0,1574
Brachiaria setigera 0,0056
Emilia sonchifolia 0,0019
Synedrella nodiflora 0,0796
Clibadium surinamense 0,0111
Brachiaria reptans 0,0167
Scleria sumatrensis 0,0019
Cyperus rotundus 0,0019

16
17

Biden pilosa 0,0019


Imperata cylindrica 0,0037
Cyperus iria 0,0037
Borreria alata 0,0389
Mikania micrantha 0,0111
jumlah 0,8185

Tabel 3.6. Analisis vegetasi pada perkebunan kopi dataran


tinggi
Jenis Gulma SDR
Paspalum conjugatum
Ottochloa nodosa 0,057
Digitaria cyliaris 0,087
Clidemia hirta 0,035
Brachiaria ramosa 0,178
Dryopteris filixmas 0,078
Ageratum conyzoides 0,002
Brachiaria setigera 0,085
Synedrella nodiflora 0,104
Brachiaria reptans 0,039
Scleria sumatrensis 0,013
Axonopus compressus 0,017
Commelina difusa 0,004
Stachytarphetaindica 0,006
Borreria laevis 0,019
Elettaria cardamomum 0,006
Mikania micrantha 0,087
Toxicodendron radicans 0,004
Hyptis rhomboidea 0,043
Cyperus killingia 0,002
jumlah 0,863

Hasil analisis memperlihatkan bahwa di lahan perkebunan


karet dataran rendah ditemukan 18 jenis gulma. Gulma yang
dominan di lahan ini adalah Adiantum capillus-veneris 23,9%,
Ottochloa nodosa 22,0%, Barleria cristata 8,9%, Paspalum
conjugatum 8,7%. Cyperus iria 5,6%, Dicranopteris linearis
4,8%, Imperata cylindrica 4,8% . Tujuh jenis gulma ini
menguasailahan 78,7%.

17
18

Gulma yang ditemukan pada perkebunan sawit dataran


rendah sebanyak 14 jenis. Gulma yang dominan adalah Paspalum
conjugatum 39,3%, Ottochloa nodosa 28,9%, Asystasia gangetica
13%, Cynodon dactilon 3,5% dan Cyperus kyllingia 3,0%. Lima
jenis gulmaini menguasai lahan 87,7%.
Gulma yang ditemukan dilahan karet dataran sedang
sebanyak 19 jenis. Gulma yang dominan adalah Selaginella
kraussiana 47,6%, Cynodon dactiyon 6,1%, Mikania micrantha
4,6%, Imperata cylindrica 4,3%,Clidemia hirta 2,6%, Borreria
laevis 2,6%. Enam jenis gulma ini menguasai lahan 67,8%.
Gulma yang ditemukan di lahan kopi dataran sedang adalah
17 jenis. Gulma yang dominan adalah Cynodon dactilon 38,1%,
Asystasia gangetica 19,3%, Ageratum conyzoides 10%, Borreria
latifolia 5,4%, Acmella paniculata 3,3%, dan Clydemia hirta
3,3. Enam jenis gulma ini menguasai lahan 79,4%.
Gulma yang ditemukan dilahan karet dataran tinggi
sebanyak 21 jenis. Gulma yang dominan adalah Ageratum
conyzoides 15,7%, Brachiaria ramosa 10,4%, Ottochloa nodosa
9,3%,Synedrella nodiflora 8,0%, Digitaria cyliaris 7,2%,
Clidemia hirta 6,3%, Dryopteris filixmas 5,9%, Crasssocepalum
crepidoides 3,9%.. Delapan jenis gulma ini menguasai lahan
66,7%.
Gulma yang ditemukan di lahan perkebunan kopi dataran
tinggi sebanyak 20 jenis. Gulma yang dominan adalah
Brachiaria ramosa 17,8%, Synedrella nodiflora 10,4%,
Digitaria cyliaris 8,7%, Mikania micrantha, 8,7%,, Brachiaria
setigera 8,5%, Dryopteris filixmas 7,8%, Ottochloa nodosa
5,7%, Hyptis rhomboidea 4,3%, Brachiaria reptans 3,9%, dan
Clidemia hirta 3,5%. Sepuluh jenis gulma ini menguasai lahan
79,3%.

18
19

Efektifitas Herbisida
Jenis gulma yang hidup dan mati setelah setelah aplikasi
Pengamatan di lahan karet dataran rendah,sawit dataran
rendah, karet dataran sedang, kopi dataran sedang, karet
dataran tinggi dan kopi dataran tinggi memperlihatkan bahwa
Perlakuan herbisida formulasi Unihaz berpengaruh nyata
terhadap peubah yang diamati.
Hasil pengukuran pengaruh herbisida formulasi Unihaz
terhadap peubah populasi gulma hidup setelah aplikasi dari
berbagai ketinggian tempat lahan perkebunan menunjukkan bahwa
perlakuan formulasi Unihaz 5 dan 7 memberikan populasi gulma
terendah (Tabel 3.7). Pola yang sama juga diperlihatkan dari
pengukuran luasan gulma yang mati dan berat kering gulma
hidup. Perlakuan Unihaz 5 dan 7 memberikan luasan gulma
tertinggi dan berat kering gulma yang rendah serta berbeda
tidak nyata dengan penggunaan glifosat 2 kg/ha dari semua
lahan perkebunan pada berbagai ketinggian tempat (Tabel 3.8,
3.9). Hal ini menunjukkan bahwa herbisida formula Unihaz 5
dan 7 efektif mengendalikan gulma pada berbagai ketinggian
tempat dan berbagai lahan perkebunan. Tingginya tingkat
kematian dari perlakuan Unihaz 5 dan 7 selain disebabkan
fermentasi air kelapa bersifat herbisida, juga dikarenakan
bahan aktif glifosat yang terkandung didalamnya lebih tinggi
dari perlakuan formulasi herbisida lainnya.
Tanggapan gulma terhadap herbisida terlihat bahwa gulma
dataran tinggi lebih peka terhadap herbisida formulasi Unihaz
dibandingkan dengan gulama dataran rendah dan dataran sedang,
tetapi tidak ada pola semakin tinggi ketinggian tempat
semakin sensitif terhadap herbisida. Sensitifnya gulma
dataran tinggi terhadap herbisida formulasi diduga karena
gulma lebih subur dan sukulen. Gulma yang pertumbuhan aktif,
subur dan sukulen lebih peka terhadap herbisida.

19
20

Tabel 3.7. Pengaruh herbisida formulasi Unihaz terhadap


populasi gulma di berbagai ketinggian tempat
lahan perkebunan
Dataran Dataran Dataran
Perlakuan Rendah Sedang Tinggi
Karet Sawit Karet Kopi Karet Kopi
Unihaz 1 29,3b 21,3b 12,7b 13,3b 5,0b 5,7c
Unihaz 2 19,0bc 35,3a 8,7bc 18,3ab 6,3b 10,3b
Unihaz 3 18,3bc 11,3c 9,7bc 1,3c 0,0c 1,3de
Unihaz 4 11cd 13,3bc 7,7c 6,0c 1,0c 3,3cd
Unihaz 5 4,3cd 1,0d 1,0d 1,3c 0,0c 0,0e
Unihaz 6 3,7cd 9,3c 1,7d 2,3c 0,0c 2,0de
Unihaz 7 0,3d 0,7d 0,3d 2,7c 0,0c 0,0e
Unihaz 8 0,0d 0,0d 0,3d 0,0c 0,0c 0,0e
Unihaz 9 52,3a 38,0a 18,0a 25,0a 31,3a 15,0a
Keterangan: angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu
kolom berbeda tidak nyata pada uji DMRT 0,05

Tabel 3.8. Pengaruh herbisida formulasi Unihaz terhadap


luasan gulma mati di berbagai ketinggian tempat
lahan perkebunan
Dataran Dataran
Perlakuan Dataran Rendah Sedang Tinggi
Karet Sawit Karet Kopi Karet Kopi
Unihaz 1 63,7ab 71,7b 67,7bc 78,0b 97,0b 92,2b
Unihaz 2 83,3bc 70,0b 46,7b 69,3b 95,7b 90,0b
Unihaz 3 91,3c 79,0bc 66,0bc 97,0c 100,0c 99,7c
Unihaz 4 73,7abc 86,3c 86,0c 96,7c 99,3c 99,0c
Unihaz 5 95,0c 99,3de 99,3d 99,7c 100,0c 100,0c
Unihaz 6 97,0c 89,0cd 97,7d 97,3c 100,0c 99,7c
Unihaz 7 99,9c 99,7e 99,7d 98,3c 100,0c 100,0c
Unihaz 8 100c 100,0e 99,7d 100,0c 100,0c 100,0c
Unihaz 9 52,3a 8,3a 39,3a 48,3a 31,3a 46,7a
Keterangan: angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu
kolom berbeda tidak nyata pada uji DMRT 0,05

20
21

Tabel 3.9. Pengaruh herbisida formulasi Unihaz terhadap berat


kering gulma di berbagai ketinggian tempat lahan
perkebunan
Dataran Dataran
Perlakuan Dataran Rendah Sedang Tinggi
Karet Sawit Karet Kopi Karet Kopi
Unihaz 1 6,2b 2,02b 2,91cd 1,77bc 0,83b 2,10b
Unihaz 2 2,67bc 3,11b 6,17b 3,30b 2,79a 2,67b
Unihaz 3 3,54bc 1,66b 3,13c 0,73cd 0,0c 0,07c
Unihaz 4 2,23bcd 1,71b 1,20e 0,57cd 0,11c 0,13c
Unihaz 5 1,01cd 0,01b 0,57e 0,27cd 0,0c 0,00,c
Unihaz 6 0,33cd 0,67b 1,67de 1,33cd 0,0c 0,07c
Unihaz 7 0,07d 0,01b 0,13e 0,87cd 0,0c 0,00c
Unihaz 8 0,0d 0,00b 0,00e 0,00d 0,0c 0,00c
Unihaz 9 19,97a 21,62a 18,0a 7,77a 2,3a 6,27a
Keterangan: angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu
kolom berbeda tidak nyata pada uji DMRT 0,05

3.3. Pengujian Pada Gulma Air

Pengujian pada lahan sawah berbagai ketinggian tempat

Penelitian pengujian multilokasi pada gulma air, yaitu


gulma yang hidup di rawa, sawah dan saluran irigasi/drainae
pada berbagai ketinggian tempat yaitu dataran rendah (0-200
dpl), dataran sedang (200-700 dpl) dan dataran tinggi (˃ 700
dpl).
Percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) satu
faktor yaitu Herbisida Formula Unihaz (Unihaz), terdiri dari
9 perlakuan. Masing-masing perlakuan terdiri dari 3 ulangan.
Perlakuan tersebut yaitu: Unihaz1 = Formula Unihaz 1; Unihaz
2 = Formula Unihaz 2; Unihaz 3 = Formula Unihaz 3; Unihaz 4 =
Formula Unihaz 4; Unihaz 5 = Formula Unihaz 5; Unihaz 6 =
Formula Unihaz 6; Unihaz 7 = Formula Unihaz 7; Unihaz 8 =
Glifosat 2 kg/ha; (kontrol) dan Unihaz 9 = Fermentasi air
kelapa (Kontrol). Dosis herbisida formula Unihaz dan
fermentasi air kelapa yang digunakan adalah 50 l/ha. Data
yang diperoleh diuji dengan uji Fisher (F). Bila uji F
menunjukkan pengaruh nyata dan sangat nyata maka dilanjutkan

21
22

dengan uji Duncans Multiple Range Test (DMRT) dengan taraf


uji 0.05.
Analisis Vegetasi
Sebelum pengujian efektifitas 7 herbisida formulasi
Unihaz dengan 2 herbisida kontrol yaitu Glifosat 2000 g/ha
(Unihaz8) dan Air kelapa fermentasi (Unihaz 9) dilahan sawah
terlebih dulu dilakukan analisis vegetasi pada lahan-lahan
tersebut untuk mengetahui jenis-jenis gulma apa saja yang
dominan dan berapa persen dominansinya. Pengujian pada lahan
sawah dataran rendah dilaksanakan di Jalan Merapi Ujung,
kelurahan Panorama, Kecamatan Singaran Pati Kota Bengkulu.
Ketinggian tempat 18 m di atas permukaan laut (dpl). Analisis
vegetasi di lahan sawah dataran rendah menemukan 8 jenis
gulma. Jenis gulma yang dominan adalah Pennisetum purperium
(33,5%), Phyllanthus urinaria, (25,4), Cordia curassavica
(20,4) dan Borreria latifolia (11,7). Keempat jenis gulma ini
mendominansi lahan sebesar 91% (Tabel 3.10).
Pengujian herbisida formulasi Unihaz pada lahan sawah
dataran sedang dilakukan di desa Surau Kecamatan Taba
Penanjung Bengkulu Tengah. Ketinggian tempat 223 m dpl.
Analisis vegetasi di lahan sawah dataran sedang ditemukan 26
jenis gulma. Jenis gulma yang dominan adalah Panicum
brevifolium (18,9%), Ottochloa nodosa (15,9%), Rhynchospora
crymbosa (10,6%), Axonopus compressus (9,4), Cyperus
kyllingia (8,7) dan Limnocharis flava (5,2). Enam jenis gulma
ini mendominansi lahan sawah sebesar 68,7% (Tabel 3.10).
Pengujian herbisida formulasi Unihaz di lahan sawah
dataran tinggi dilaksanakan di desa Ujung Tanjung II
kecamatan Lebong Sakti, Kabupaten Lebong. Ketinggian tempat
724 m dpl. Analisis vegetasi di lahan sawah dataran tinggi
ditemukan 10 jenis gulma. Jenis gulma yang dominan adalah
Trisetum flavescens (35,7%), Cyperus rotundus (24,6%),
Sinedrela nudiflora(19,8) dan Portulaca oleracea (5,0%).

22
23

Empat jenis gulma ini mendominansi lahan seluas 85,1% (Tabel


8.9).
Tabel 3.10. Analisis vegetasi di lahan sawah dataran rendah,
dataran sedang dan dataran tinggi
Jenis gulma di Jenis gulma di Jenis gulma di
No lahan sawah SDR No lahan sawah dataran SDR No lahan sawah SDR
dataran rendah (%) sedang (%) dataran tinggi (%)
Pennisetum Rhynchospora 10, Trisetum
1 33,5 1 1 35,7
purferium corymbosa 6 flavescens
Sinedrela
2 Physallis minima 1, 7 2 Limnocharis flava 5,2 2 19,8
nudiflora
Cordia
3 20,4 3 Ottochloa nodosa 15,9 3 Borreria alata 1,1
curassavica
Emilia 18, Portulaca
4 0,9 4 Panicum brevifolium 4 5,0
sonchifolia 9 oleracea
Phyllanthus
5 25,4 5 Axonopus compressus 9,4 5 Cyperus rotundus 24,6
urinaria
Lycopodium
6 Hyptis capitata 6, 7 6 Physalis minima 2,4 6 3,0
cermuum
Borreria
7 11, 7 7 Cyperus kyllingia 8,7 7 Cyperus diformis 1,7
latifolia
Fimbristylis Cyperus
8 Cyperus rotundus 0,2 8 2,0 8 1,1
milliaceae killingia
Tyha
9 Scleria sumatrensis 0,7 9 2,4
angustpholia
10 Melatshama affine 0,7 10 Leersia hexandra 0,7

11 Dieltaris cilliaris 1,1

12 Fasciflora foetida 0,9


Oldefliandia
13 1,4
dichotoma
14 Digitaria ciliaris 3,1

15 Brachiaria mutica 1,3


Paspalum
16 1,1
scrobiculatum
Sinedrella
17 2,4
nodiflora
18 Cyperus pillosus 4,6

19 Cyperus digitatus 1,5

20 Mikania micrantha 1,7

21 Paspalum conjugatum 1,3

22 Cyperus brevifolius 0,7

23 Cyperus rotundus 1,1

24 Eragrotis tenessa 0,4

25 Cyperus dialtatus 0,7


Elephantopus
26 0,2
tomentosus
Jumlah 100 Jumlah 90,7 Jumlah 95,2

23
24

Efektifitas Herbisida
Hasil sidik ragam memperlihatkan bahwa herbisida
formulasi Unihaz berpengaruh nyata terhadap peubah populasi
gulma hidup. Uji DMRT memperlihatkan bahwa perlakuan
herbisida formulasi Unihaz 7 memberikan populasi gulma
terendah baik di lahan sawah dataran rendah, sedang maupun
tinggi. Pada lahan sawah dataran rendah herbisida formulasi
Unihaz 7 berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Pada lahan
sawah dataran sedang formulasi Unihaz 7 berbeda tidak nyata
dengan perlakuan Unihaz 3, Unihaz 4, Unihaz 5 dan Unihaz 8.
Sedangkan di lahan sawah dataran tinggi Unihaz 7 berbeda
tidak nyata dengan Unihaz 5 (Tabel 3.11).
Tabel 3.11. Populasi gulma hidup di lahan sawah berbagai
ketinggian tempat setelah aplikasi berbagai
herbisida formulasi Unihaz
Dataran Dataran Dataran
Perlakuan Rendah Sedang Tinggi
Populasi/ m2 Populasi/ m2 Populasi/ m2
Unihaz 1 42,5b 5,4bc 10,8b
Unihaz 2 59,9a 6,6b 8,8bc
Unihaz 3 42,5b 2,8de 7,2c
Unihaz 4 26,2c 2,8de 7,9bc
Unihaz 5 19,1cd 0,9e 3,5d
Unihaz 6 16,2d 3,8cd 6,3c
Unihaz 7 7,1e 0,6e 2,0d
Unihaz 8 (Glifosat
2000 g/ ha) 24,7c 3,1cde 6,6c
Unihaz 9 (air kelapa
fermentasi) 67,3a 27,1a 14,3a
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu
kolom berbeda tidak nyata pada taraf uji DMRT 0,05

Uji DMRT memperlihatkan bahwa luasan gulma mati


tertinggi setelah aplikasi berbagai herbisida formulasi
adalah formulasi Unihaz 7 baik di lahan sawah dataran rendah,
dataran sedang maupun dataran tinggi. Pada lahan sawah
dataran rendah Unihaz 7 berbeda tidak nyata dengan formulasi
Unihaz 6. Percobaan pada lahan sawah dataran tinggi formulasi
Unihaz 7 berbeda tidak nyata dengan formulasi Unihaz 5 dan

24
25

Unihaz 6, sedamgkan pada lahan sawah dataran tinggi berbeda


nyata dengan perlakuan formulasi Unihaz lainnya (Tabel 3.12).
Tabel 3.12. Luasan gulma mati di lahan sawah berbagai
ketinggian tempat setelah aplikasi berbagai
herbisida formulasi Unihaz

Dataran Dataran Dataran


Perlakuan Rendaah Sedang Tinggi
% % %
Unihaz 1 48,9cd 64,3b 77,3b
Unihaz 2 45,1d 66b 74,7b
Unihaz 3 56,2c 94cd 86,3d
Unihaz 4 74,0b 89,9c 82,7c
Unihaz 5 80,9b 99,0e 90e
Unihaz 6 83,7ab 98,5e 87,7d
Unihaz 7 92,6a 99,8e 95,8f
Unihaz 8 (Glifosat
2000 g/ha) 75,2b 93,9d 88,7d
Unihaz 9 (air kelapa
fermentasi) 34,2e 59,2a 63,3a
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu
kolom berbeda tidak nyata pada taraf uji DMRT 0,05

Uji DMRT terhadap peubah berat kering gulma yang hidup


setelah aplikasi berbagai herbisida formulasi Unihaz
menunjukkan bahwa perlakuan herbisida formulasi Unihaz 7
memberikan berat kering gulma terendah baik di lahan sawah
dataran rendah, sedang maupun tinggi. Percobaan di lahan
sawah dataran rendah perlakuan formulasi Unihaz 7 berbeda
tidak nyata dengan formulasi Unihaz 5 dan 6. Percobaan pada
lahan sawah dataran sedang perlakuan formulasi Unihaz 7
berbeda tidak nyata dengan formuasi Unihaz 5 dan 3. Percobaan
di lahan sawah dataran tinggi perlakuan formulasi Unihaz 7
berbeda tidak nyata dengan formulasi Unihaz 5 dan 8 (glifosat
2000 g/ ha) (Tabel 3.13). Data tersebut juga menunjukkan
bahwa herbisida formulasi Unihaz 7 lebih efektif
mengendalikan gulma di lahan sawah bila dibandingkan dengan
penggunaan herbisida sintetik glifosat dosis 2000 g/ ha (merk
dagang RoundUp).

25
26

Tabel 3.13. Berat kering gulma hidup di lahan sawah berbagai


ketinggian tempat setelah aplikasi berbagai
herbisida formulasi Unihaz
Dataran Dataran Dataran
Perlakuan Rendaah Sedang Tinggi
g/ m2 g/ m2 g/ m2
Unihaz 1 59,14b 8,3b 6,74b
Unihaz 2 74,5a 6,41bc 5,8b
Unihaz 3 54,75b 1,97de 6,19b
Unihaz 4 28,92cd 5,57bc 5,64b
Unihaz 5 17,12de 1,23e 1,6c
Unihaz 6 17,06de 4,40cd 5,02b
Unihaz 7 7,45e 1,13e 0,8c
Unihaz 8 (Glifosat 2000
g/ha) 40,54c 4,97bc 1,03c
Unihaz 9 (air kelapa
fermentasi) 87,34a 28,93a 12,9a
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu
kolom berbeda tidak nyata pada taraf uji DMRT 0,05

Untuk lebih meyakinkan bahwa herbisida formulasi Unihaz


7 efektif mengendalikan gulma maka dilakukan percobaan pada
30 jenis gulma yang dominan ditemukan di lahan basah yaitu 10
jenis dari gulma rumput, 10 dari jenis teki dan 10 dari jenis
daun lebar. Jenis-jenis gulma yang dicobakan disajikan pada
Tabel 3,14. Percobaan menunjukkan bahwa herbisida formulasi
Unihaz membunuh semua jenis gulma rumput (Tabel 3.15),
membunuh semua jenis teki (Tabel 3.16) dan membunuh 8 jenis
gulma daun lebar dan tidak mampu membunuh gulma Clidemia
hirta dan Melastoma malabathricum pada dosis 50 l/ ha
(Tabel 3.17).
Tabel 3.14. Daftar gulma perkebunan dan gulma tanaman pangan
yang menjadi target pengujian
No Jenis Rumput Jenis Teki Jenis Daun Lebar
1 Paspalum cunjugatum Cyperus brevifolius Clidemia hirta
2 Ischaemum timorence Cyperus trachysanthos Urena lobota
3 Chrysopogon aciculatus Fimrbistylis globulosa Melastoma malabatricum
4 Brachiaria paspaloides Scleria sumatrensis Helyotis verticilata
5 Echinochloa cruss- Crassocephalum
galli Cyperus aromaticus crapidiodes
6 Imperata cylindrica Cyperus diformis Emilia sonchifolia
7 Axonopus compressus Scirpus mucronatus Asystasia intrusa
8 Iaschne globosa Rhynchospora corymbosa Mikania cordata
9 Cyrtococum oxyphyllum Cyperus digitarius Hyptis suaveolens
10 Brachiaria decumbens Fimbrystilis malaceae Borreria alata

26
27

Tabel 3.15. Pengaruh herbisida formulasi Unihaz terhadap


gulma jenis rumput
Pop. Gulma Luasan Berat
No Jenis Gulma Hidup Gulma mati Kering
(pop/m2) (%) (g/m2)
1 Paspalum cunjugatum 0 100 0
2 Ischaemum timorence 0 100 0
3 Chrysopogon aciculatus 0 100 0
4 Brachiaria paspaloides 0 100 0
5 Echinochloa cruss-galli 0 100 0
6 Imperata cylindrica 0 100 0
7 Axonopus compressus 0 100 0
8 Iaschne globosa 0 100 0
9 Cyrtococum oxyphyllum 0 100 0
10 Brachiaria decumbens 0 100 0

Tabel 3.16. Pengaruh herbisida formulasi Unihaz terhadap


gulma jenis teki
Pop. Gulma Luasan
Hidup Gulma mati Berat Kering
No Jenis Gulma (pop/m2) (%) (g/m2)
1 Cyperus brevifolius 0 100 0
2 Cyperus trachysanthos 0 100 0
3 Fimrbistylis globulosa 0 100 0
4 Scleria sumatrensis 3,3 98 22,83
5 Cyperus aromaticus 0 100 0
6 Cyperus diformis 0 100 0
7 Scirpus mucronatus 0 100 0
8 Rhynchospora corymbosa 0 100 0
9 Cyperus digitarius 0 100 0
10 Fimbrystilis malaceae 0 100 0

Tabel 3.17. Pengaruh herbisida formulasi Unihaz terhadap


gulma jenis daun lebar
Pop. Gulma Luasan Berat
No Jenis Gulma Hidup Gulma mati Kering
(pop/m2) (%) (g/m2)

1 Clidemia hirta 8,7 0 116,73


2 Urena lobota 0 100 0
3 Melastoma malabatricum 5 0 138,82
4 Helyotis verticilata 0 100 0
5 Crassocephalum crapidiodes 0 100 0
6 Emilia sonchifolia 0 100 0

27
28

7 Asystasia intrusa 0 100 0


8 Mikania cordata 0 100 0
9 Hyptis suaveolens 1,6 98,7 27,73
10 Borreria alata 0,6 99,7 0,79

Pengujian pada lahan rawa tadah hujan, rawa payau dan saluran
drainase
Percobaan di rawa tadah hujan dilaksanakan di desa Surau
Kecamatan Taba Penanjung Kabupaten Bengkulu Tengan. Percobaan
di rawa payau dilaksanakan di Lingkar Barat, Kecamatan Gading
Cempaka, Kota Bengkulu (areal milik Lapangan Golf Rafflesia
Bengkulu). Percobaan di saluran drainase dilaksanakan di desa
Kungkai Baru, Kecamatan Air Periukan Kabupaten Seluma. Waktu
Pelaksanaan pada bulan Februari sampai dengan November 2018.
Percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) satu
faktor yaitu Herbisida Formula Unihaz (H), terdiri dari 7
perlakuan. Masing-masing perlakuan terdiri dari 3 ulangan.
Perlakuan tersebut yaitu: Formula Unihaz 1; Formula Unihaz
2; Formula Unihaz 3; Formula Unihaz 4; Formula Unihaz 5;
Formula Unihaz 6; Glifosat 2 kg/ha (kontrol). Masing-masing
perlakuan ini dicobakan pada gulma air di rawa tadah hujan,
rawa payau dan saluran drainase. Setiap satuan percobaan
berukuran 2 x 4 m.
Data yang diperoleh diuji dengan uji Fisher (F). Bila
uji F menunjukkan pengaruh nyata dan sangat nyata maka
dilanjutkan dengan uji Duncans Multiple Range Test (DMRT)
dengan taraf uji 0.05.
Pengujian di Lahan Rawa Tadah Hujan
Hasil analisis vegetasi pada lahan rawa tadah hujan
terdapat 21 jenis gulma (Tabel 3.18). Gulma-gulma dominan ada
7 jenis yaitu Ischaemum timorense (23,3%), Brachiaria
paspaloides (17,1), Paspalum conjugatum Berg (12,6%),
Cyperus compactus L. (7,4%), Fimbrystylis aphylla (6,7%),
Cyperrus brevolius (6,7%), dan Echinochloa colonum (4,8%).
Ketujuh gulma ini menguasai lahan seluas 78,57%.
28
29

Tabel 3.18 Analisis vegetasi pada lahan rawa tadah hujan

No Jenis Gulma
SDR
1 Ageratum houstonianum 0,002
2 Cyperus rotundus 0,021
3 Cyperrus brevolius 0,067
4 Cyperus compactus 0,074
5 Cyperrus imbricatus 0,045
6 Cyperus kyllingia 0,005
7 Braciaria mufica 0,026
8 Brachiaria pospa loides 0,171
9 Echinochloa colonum 0,048
10 Ischaemum timorense 0,233
11 Paspolum conjugatum 0,126
12 Fimbristylis miliacea 0,029
13 Fimbrystylis aphylla 0,067
14 Fimbrystylis abovrulis 0,007
15 Limnocharis flava 0,012
16 Eragrostis uniolida 0,010
17 Scirpus juncoides 0,036
18 Boreria alata 0,010
19 Eleocharis dulcis 0,002
20 Cyperus pumilus L 0,002
21 Fuirenna umbelata 0,007
Jumlah 21

Tabel 3.19. Spesies Gulma yang Mati dan yang Masih Ditemukan
Hidup Setelah Penyemprotan di Rawa Tadah Hujan

Jenis Gulma yang Masih


Perlakuan Jenis Gulma yang Mati Ditemukan Hidup
Echinochloa colonum Ischaemum timorense
Fimbrystylis milicea Cyperrus compactus
Cyperrus brevifolius
Paspolum conjugatum
Brachiaria pospaloides
Formula Unihaz 1 Scirpus juncoides
Fimbrystylis aphylla
Cyperrus imbricatus
Ischaemum timorense
Cyperrus compactus
Cyperus rotondus Cyperus rotondus
Ischaemum timorense Ischaemum timorense
Fimbrystylis aphylla Fimbrystylis aphylla
Cyperrus compactus Cyperrus compactus
Ageratum conyzoides

29
30

Cyperus kyllingia
Eragrostis anioloida
Formula Unihaz 2 Fimbrystylis albovorulis
Boreria alata
Eleocharis dulcis
Paspolum conjugatum
Cyperus imbricatus
Braciaria mufica
Cyperrus pumilus L
Cleome rutidospermae
Fimbrystylis miliacea
Ischaemum timorense
Formula Unihaz 3 Paspolum conjugatum Ischaemum timorense
Cyperus compastus Fimbrystylis aphylla
Scripus juncoides
Cyperus brevifolius
Scirpus juncoides
Braciaria mufica
Brachiaria paspaloides
Ischaemum timorense
Fimbrystylis aphylla

Paspolum conjugatum Cyperus compactus


Echinocida colonum Ischaemum timorense
Eragrostis uniolida Cyperus rotondus
Cyperus brevolius
Braciaria paspalides
Formula Unihaz 4 Braciaria mufica
Ischaemum timorense
Fuirenna umbellata
Limnocharis flava
Cyperus compactus
Cyperus rotondus
Cyperus compactus
Fimbrystylis abovrulis
Brachiaria paspaloides
Limnocharis flava
Formula Unihaz 5 Cyperrus brevolius
Scirpus juncoides
Cyperrus imbricatus
Ischaemum timorense
Fimbrystylis aphylla

Echinocida colonum
Paspolum conjugatum
Scirpus juncoides
Cyperrus brevolius
Ischaemum timorense
Formula Unihaz 6 Fimbrystylis aphylla
Braciaria paspaloides
Cyperrus imbricatus
Fimbristylis miliacea

30
31

Brachiaria mufica

Paspolum conjugatum
Echinocida colonum
Cyperus compactus
Kontrol (Glifosat
Brachiaria paspaloides
2 kg/ha)
Cyperus breviforius
Fimbrystylis aphylla
Ischaemum timorense
Cyperrus imbricatus
Fimbristylis miliacea

Populasi gulma yang hidup setelah aplikasi disajikan


pada Gambar 3.1. Pada gambar tersebut terlihat bahwa
perlakuan herbisida formula Unihaz 5, 6, dan kontrol tidak
ada populasi gulma hidup yang ditemukan. Perlakuan ini
berbeda tidak nyata dengan perlakuan formula Unihaz 3 dan
Unihaz 4. Namun berbeda nyata dengan perlakuan formula Unihaz
1 dan Unihaz 2. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan herbisida
formula Unihaz 3, 4, 5 dan 6 efektif dalam mengendalikan
gulma di rawa tadah hujan.

Populasi Gulma Setelah Penyemprotan


(Populasi/0,25 m2)

16,17a
14,58a

3,25b
2,5b

0b 0b 0b

Unihaz 1 Unihaz 2 Unihaz 3 Unihaz 4 Unihaz 5 Unihaz 6 Kontrol

Keterangan: Angka-angka yang hurufnya sama berbeda tidak nyata pada taraf
uji DMRT 0,05
Gambar 3.1. Grafik populasi gulma yang hidup setelah
penyemprotan dengan herbisida formula Unihaz

Hasil sidik ragam memperlihatkan bahwa perlakuan


herbisida formula Unihaz berpengaruh tidak nyata terhadap

31
32

luasan gulma yang mati. Hal ini menunjukkan berbagai


perlakuan herbisida formula unihaz tersebut berbeda tidak
nyata terhadap peubah luasan gulma yang mati di lahan rawa
tadah hujan.
Luasan gulma yang mati setelah perlakuan aplikasi
herbisida disajikan pada Gambar 3.2. Pada gambar tersebut
terlihat bahwa perlakuan formula Unihaz 5, 6 dan kontrol
mampu membunuh gulma di lahan rawa tadah hujan 100%.
Sedangkan luasan gulma yang mati terendah adalah perlakuan
Formula Unihaz 2 yaitu 78,3%.
Hasil sidik ragam memperlihatkan bahwa perlakuan
herbisida formula Unihaz berpengaruh tidak nyata terhadap
berat kering gulma hidup. Hal ini menunjukkan bahwa antar
perlakuan tersebut berbeda tidak nyata pengaruhnya terhadap
berat kering gulma hidup yang diamati.
Berat kering gulma yang hidup setelah aplikasi perlakuan
disajikan pada Gambar 3.3. Pada gambar tersebut terlihat
perlakuan formula Unihaz 3, 4, 5, 6 dan kontrol memberikan
kecenderungan berat kering gulma yang hidup terendah
dibandingkan dengan perlakuan formula Unihaz 1 dan 2.

Luasan Gulma Mati (%)

99,7 97,7 100 100 100

85
78,3

Unihaz 1 Unihaz 2 Unihaz 3 Unihaz 4 Unihaz 5 Unihaz 6 Kontrol

Gambar 3.2. Luasan gulma yang mati setelah penyemprotan


dengan herbisida formula Unihaz

32
33

Berat Kering Gulma (g/0,25 m2)

3,36

2,38

0,1 0,16
0 0 0

Unihaz 1 Unihaz 2 Unihaz 3 Unihaz 4 Unihaz 5 Unihaz 6 Kontrol

Gambar 3.3. Berat kering gulma yang masih hidup setelah


penyemprotan dengan herbisida formula Unihaz

Data dari semua peubah yang diamati menunjukkan bahwa


perlakuan herbisida formula Unihaz 3, 4, 5 dan 6 sangat
potensial sebagai herbisida untuk mengendalikan gulma di
lahan rawa tadah hujan.
Pengujian di lahan rawa payau
Tabel 3.20 memperlihatkan terdapat 10 jenis gulma yang
ditemukan di lahan rawa payau. Dari 10 jenis gulma tersebut
terdapat empat jenis gulma yang besar dominansinya yaitu:
Panicum paludosum roxb (51,2%), Eleocharis acutangula (roxb)
schult (23,8%), Eriochioa polystachya h.b.k (11,9%) dan
Cyperus comperesessus.l (7,4%). Keempat jenis gulma ini
menguasai lahan rawa payau 94,3%.
Tabel 3.20. Analisis vegetasi pada lahan rawa payau

Jenis Gulma
SDR
Panicum paladosum roxb. 0,512
Eriochioa polystachya h.b.k 0,119
Cyperus comperesessus.l 0,074
Melostoma malabraticum 0,005
Mikania micrantha 0,002
Ischaemum muticum salisd 0,033

33
34

Tetracera indica 0,005


Ipomiea triloba L 0,002
Eleocharis acutangula (roxb) schult 0,238
Rhynchospora corymgosa 0,010
jumlah 1,000

Rekapitulasi jenis gulma yang mati dan masih hidup


setelah aplikasi berbagai herbisida formula Unihaz disajikan
pada Tabel 3.21. Pada tabel tersebut terlihat herbisida
formula Unihaz 5 dan kontrol hanya menyisakan satu jenis
gulma yang masih hidup.

Tabel 3.21. Spesies gulma yang mati dan yang masih ditemukan
hidup setelah penyemprotan di rawa payau
Perlakuan Jenis Gulma yang Mati Jenis Gulma yang Masih
Ditemukan Hidup
Panicum paladosum Panicum palodosum
Cyperus comperesessus Eleocharis acutangula
Formula Unihaz 1 Eleocharis acutangula Melostoma malabraticum
Melostoma malabraticum
Eriochioa polystachya
Eriochioa polystachya
Ischaemum muticum
Iponiea triloba

Panicum paladosum Panicum palodosum


Formula Unihaz 2 Eleocharis acutangula Eriochloa polystachya
Eriochloa polystachya Eleocharis acutangula
Cyperus comperesessus
Ischaemum muticum
Formula Unihaz 3 Panicum paladosum Panicum palodosum
Cyperus comperesessus Eleocharis acutangula
Eleocharis acutangula Tetracera indica
Ischaemum muticum
Tetracera indica
Formula Unihaz 4 Panicum paladosum Panicum palodosum
Cyperus comperesessus Eleocharis acutangula
Eleocharis acutangula
Rhynchospora corymgosa
Eriochioa polystachya
Formula Unihaz 5 Panicum palodosum Panicum palodosum
Ischaemum muticum
Eleocharis acutangula
Eriochioa polystachya
Rhynchospora corymgosa
Panicum paladosum Panicum paladosum
Formula Unihaz 6 Cyperus comperesessus Eleocharis acutangula
Eleocharis acutangula
Mikania micrantha

Panicum palodosum Panicum palodosum


Cyperus comperesessus
Eleocharis acutangula

34
35

Kontrol Eriochioa polystachya


(Glifosat 2
kg/ha)

Hasil sidik ragam memperlihatkan bahwa perlakuan


herbisida formula Unihaz berpengaruh tidak nyata terhadap
populasi gulma yang masih hidup. Populasi gulma yang masih
hidup setelah aplikasi perlakuan herbisida disajikan pada
Gambar 3.4. Pada gambar tersebut terlihat bahwa populasi
yang masih hidup terendah dari berbagai perlakuan herbisida
formula Unihaz adalah perlakuan formula Unihaz 5. Perlakuan
ini lebih tinggi bila dibandingkan dengan kontrol. Sedangkan
perlakuan tertinggi adalah formula Unihaz 6.

Populasi Gulma Hidup (Populasi/m2)

10,2
9,7
8,4 8,7
7,5

1,3

Unihaz 1 Unihaz 2 Unihaz 3 Unihaz 4 Unihaz 5 Unihaz 6 Kontrol

Gambar 3.4. Populasi gulma hidup setelah penyemprotan


herbisida formula unihaz pada lahan rawa payau

Hasil sidik ragam memperlihatkan bahwa perlakuan


herbisida formula Unihaz berpengaruh tidak nyata terhadap
luasan gulma yang mati. Luasan gulma yang mati setelah
aplikasi perlakuan herbisida formula Unihaz di sajikan pada
Gambar 4.5. Pada gambar tersebut terlihat bahwa semua
herbisida yang dicobakan memberikan luasan gulma yang mati di
atas 95%. Luasan tertinggi pada perlakuan kontrol (99,66%)
dan terendah pada perlakuan formula Unihaz 6 (96,89%).

35
36

Luasan Gulma Mati (%)


99,66
99,04 98,95
98,73 98,62

97,3
96,89

Unihaz 1 Unihaz 2 Unihaz 3 Unihaz 4 Unihaz 5 Unihaz 6 Kontrol

Gambar 3.5. Luasan Gulma Mati Setelah Penyemprotan Herbisida


Formula Unihaz pada Lahan Rawa Payau
Hasil sidik ragam memperlihatkan perlakuan herbisida
formula Unihaz berpengaruh tidak nyata terhadap berat kering
gulma yang masih hidup. Berat kering gulma yang hidup setelah
aplikasi perlakuan herbisida disajikan pada Gambar 3.6.
Gambar tersebut memperlihatkan bahwa berat kering gulma yang
hidup terendah adalah perlakuan kontrol diikuti oleh
perlakuan formula Unihaz 3 dan Unihaz 5, sedangkan tertinggi
adalah perlakuan formula Unihaz 4.

Berat Kering Gulma Hidup (g/m2)


16,86
15,82
14,34
12,22 12,22
11,63

2,53

Unihaz 1 Unihaz 2 Unihaz 3 Unihaz 4 Unihaz 5 Unihaz 6 Kontrol

Gambar 3.6. Berat kering gulma yang masih hidup setelah


penyemprotan herbisida formula unihaz pada lahan
rawa payau

36
37

Pengujian di Saluran Drainase (Gulma Mengapung)

Hasil analisis vegetasi sebelum aplikasi herbisida


percobaan memperlihatkan bahwa 100 % lahan ditutupi oleh
Enceng Gondok (Eichhornia crassipes (Mart) Solms). Setelah
dilakukan penyemprotan dengan berbagai formula Unihaz
ternyata jenis gulma ini mati semua. Hal ini menunjukkan
bahwa gulma enceng gondok sensitif terhadap herbisida formula
Unihaz. Perlakuan kontrol juga menyebabkan kematian gulma
ini. Hasil pengamatan secara seksama, terlihat bahwa kematian
akibat herbisida formula Unihaz lebih berangsur-angsur
dibandingkan dengan kontrol. Herbisida Roundup (kontrol)
telah membuat kematian total pada minggu kedua penyemprotan
sedangkan herbisida formula Unihaz pada minggu ke-3.

Gambar 3.7. Kondisi gulma sebelum aplikasi herbisida

37
38

Gambar 3.8. Kondisi gulma pada minggu ke 3 setelah aplikasi


herbisida formula unihaz

Gambar 3.9. Kondisi Gulma pada Minggu ke- 4 Setelah Aplikasi


Herbisida Formula Unihaz

Pengujian herbisida formulasi Unihaz juga dilakukan pada


berbagai tempat dalam skala yang luas dan kesimpulannya bahwa
herbisida ini efektif mengendalikan gulma baik gulma air
maupun gulma darat. Beberapa hasil pengujian produk disajikan
dalam link Youtube sebagai berikut:

38
39

https://www.youtube.com/watch?v=3uDcD5LrNkA
https://www.youtube.com/watch?v=ugLE-V45HJk&t=6s
https://www.youtube.com/watch?v=qk-1vkhYBFg
https://www.youtube.com/watch?v=DJlIgJnXCD8&t=126s
https://www.youtube.com/watch?v=AGzfHMSnNwU&t=78s
https://www.youtube.com/watch?v=gHvTdTNzJko&t=69s
https://www.youtube.com/watch?v=Bc21PImOvyk&t=13s

Herbisida formulasi Unihaz termasuk herbisida purna


tumbuh yang berspektrum luas, bersifat tidak selektif, dan
sangat efektif untuk mengendalikan gulma jenis rumput, teki
dan sebagian gulma berdaun lebar (Anwar, Suzanna, & Djatmiko,
2019). Tipe formulasi herbisida ini adalah larut dalam air,
dan berwarna kuning kecoklatan. Herbisida Formula Unihaz ini
mengandung Isopropylamina N-(phosphonomethyl) glycine 14,4 g/
l (1,44 %). Herbisida berbahan aktif Isoprophilamina glifosat
cara kerjanya bersifat sistemik, sehingga dapat mematikan
seluruh bagian gulma termasuk akar dan bagian vegetatif di
dalam tanah. Partikel herbisida yang bersifat racun
ditranslokasikan dari daun sampai ke bagian akar di dalam
tanah. Herbisida ini bekerja melalui penetrasi lewat daun,
pelepah yang masih muda dan sebagian melalui batang.
Herbisida bekerja lewat kutikula melalui sistem symplast, dan
lebih mudah masuk ke dalam sel yang hidup dalam keadaan jenuh
air (Ashton, et.al ., 1980). Mangoensoekarjo & Soejono,
(2019) menyatakan bahwa racun herbisida sistemik akan masuk
ke dalam jaringan tanaman melalui daun dan ditranslokasikan
sampai pada akar. Karenanya, herbisida sistemik sangat
efektif untuk mengendalikan gulma yang memiliki rhizoma dan
stolon. Selanjutnya dijelaskan bahwa waktu yang dibutuhkan
herbisida sistemik untuk mematikan gulma biasanya lebih lama.
Herbisida sistemik bekerja dari dalam jaringan tumbuhan
setelah molekulnya terdifusikan ke dalam kutikula daun, masuk

39
40

ke dalam xylem dan floem yang akhirnya masuk ke sel


(Sumintapura dan Iskandar, 1980). Proses transportasi
molekul herbisida mengikuti aliran massa sel, sehingga daya
meracunnya akan terlihat setelah beberapa hari setelah
aplikasi.
Herbisida ini juga mengandung air kelapa fermentasi. Air
kelapa fermentasi bersifat herbisidal. Air kelapa fementasi
mampu menekan pertumbuhan alang-alang (Anwar et al., 2014).
Penyemprotan air kelapa fermentasi dosis 300 ml per polybag
(1256 cm2) dapat membunuh alang-alang 80.8 %, sementara
penyemprotan dengan dosis 400 ml per polybag dapat membunuh
sampai 100 %. Kemampuan air kelapa fermentasi mengendalikan
gulma diduga karena mengandung asam asetat, etanol,
fitohormon dan mineral. Senyawa-senyawa lain, termasuk
mikroorganisme yang terkandung dalam air kelapa fermentasi,
sejauh ini belum diketahui peranannya dalam membunuh gulma.
Asam asetat bersifat herbisidal karena memiliki
mekanisme kerja mirip paraquat yaitu menyebabkan perusakan
secara cepat keutuhan membran sel yang mengakibatkan
pengeringan jaringan daun, dan akhirnya kematian
gulma(Suryadi, Pujisiswanto, & Sriyani, 2017). Asam asetat
adalah pelarut protik hidrofilik (polar), mirip seperti air
dan etanol. Asam asetat bercampur dengan mudah dengan pelarut
polar atau nonpolar lainnya seperti air, kloroform dan
heksana. Hasil penelitian Abouziena, Omar, Sharma, & Singh
(2009) menyebutkan bahwa herbisida asam asetat (30 %)
mengendalikan semua jenis gulma ketika diaplikasikan diawal
pertumbuhan. Asam asetat (30 %) meracuni semua gulma berdaun
lebar dan sebagian besar gulma berdaun sempit ketika
diaplikasikan awal pertumbuhan gulma. Disebutkan juga,
aplikasi yang tertunda sampai tahap empat hingga enam daun
secara signifikan mengurangi kemanjuran. Asam asetat kurang

40
41

sensitif terhadap tahap pertumbuhan dibandingkan herbisida


lainnya.
Etanol diduga dapat membuat lapisan lilin yang melapisi
permukaan daun menjadi luntur sehingga bahan aktif mudah
masuk ke dalam sistem jaringan gulma. Selanjutnya menuju
side of action herbisida dan mengganggu sistem pembentukan
asam amino. Cabral, Abud, Silva, & Almeida (2016)
enyebutkan bahwa gula yang terkandung dalam air kelapa
dikonversi ke etanol sebesar 59.6 %.
Fitohormon dan mineral yang terkandung dalam air kelapa
diduga memacu metabolisme gulma dan memudahkan bahan aktif
baik yang berasal dari fermentasi air kelapa maupun glifosat
membunuh gulma. Menurut Kristina & Syahid (2012) air kelapa
-1
mengandung kinetin (sitokinin) 273.62 mg L dan zeatin
-1 -1
290.47 mg L , dan IAA (auksin) 198.55 mg L . Selain itu
disebutkan juga, air kelapa mengandung kadar mineral N, P, K,
Mg, Na dan Zn yang tinggi. Hasil analisis laboratorium air
kelapa fermentasi mengandung asam asetat 17.6 %, asam laktat
0.75 %, asam butirat 0.85%, ethanol 0,48%, sukrosa 2.11 %
dengan pH 3,2 %.
3.4. Pengujian Pada Organisme Non Target

Herbisida formulasi Unihaz ramah lingkungan. Untuk


mengetahui keramahan lingkungan herbisida ini dilakukan
percobaan Lethal Concentretion (LC50) dengan menggunakan ikan
uji. Penelitian dilakukan di Laboratorium Perikanan Fakultas
Pertanian Universitas Prof. Dr. Hazairin, SH. Ikan uji yang
digunakan adalah ikan Lele. Ikan lele yang digunakan
berukuran 6 – 8 cm dengan berat 36 - 49 g.
Perlakuan yang dicobakan adalah konsentrasi herbisida
formula Unihaz dengan 16 perlakuan dan 3 perlakuan untuk uji
herbisida pembanding yaitu Roundup. Perlakuan tersebut
adalah: I = konsentrasi 200 ppm (1 ml/5 l air), II = 400 ppm
(2 ml/5 l air), III = 600 ppm, IV = 800 ppm, V = 1000 ppm, VI

41
42

= 1200 ppm, VII = 1400 ppm, VIII = 1600 ppm, IX = 1800 ppm, X
= 2000 ppm, XI = 2200 ppm, XII = 2400 ppm, XIII = 2600 ppm,
XIV = 2800 ppm, XV = 3000 ppm, dan XVI = 3200 ppm. Sebagai
pembanding digunakan herbisida Roundup dengan konsentrasi: I
= 200 ppm, II = 400 ppm dan III = 600 ppm. Ikan dimasukkan
kedalam akuarium yang berukuran 25 x 20 x 21 cm yang berisi
air 5 liter sebanyak 6 ekor.
Pengamatan dilakukan tiga hari setelah aplikasi
herbisida di akuarium. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
anak ikan lele sebagai ikan uji mati 50% setelah pemberian
herbisida formulasi Unihaz pada konsentrasi 1400 ppm. Ketika
konsentrasi dinaikkan menjadi 1600 ppm ikan uji mati semua.
Perlakuan yang sama dicobakan dengan menggunakan RoundUp,
dimana percobaan sebelumnya herbisida ini dijadikan kontrol.
Pada percobaan ini, konsentrasi 200 ppm ikan uji mati semua.
Hal ini menunjukkan bahwa herbisida formula Unihaz jauh lebih
ramah lingkungan delapan kali bila dibandingkan dengan
herbisida berbahan aktif glifosat(RoundUp).

42
43

BAB 4. ANALISIS EKONOMI PENGGUNAAN HERBISIDA


FORMULASI UNIHAZ

Herbisida ini diperkirakan akan mampu bersaing dengan


herbisida sintetik berbagai merek dagang, karena dapat
diproduksi dengan biaya yang lebih murah dan biaya aplikasi
per hektar juga lebih murah. Hasil analisis memdapatkan bahwa
harga satuan herbisida yang sudah dalam kemasan 1 liter
adalah Rp. 7092,278 (Tabel 4.1). Dengan demikian herbisida
dapat dijual dengan harga Rp. 7500/ L.
Analisis biaya penyemprotan pada lahan karet belum
menghasilkan seluas masing masing 1 ha memperlihatkan bahwa
total biaya yang dikeluarkan bila menggunakan herbisida
formulasi Unihaz adalah Rp. 427.000, sedangkan bila
menggunakan herbisida glifosat (merk dagang RoundUp) adalah
Rp. 594.000. Dengan demikian penggunaan herbisida formulasi
Unihaz lebih murah Rp. 166.500 /ha bila dibandingkan dengan
menggunakan herbisida sintetik (Tabel 8.22).
Analisis biaya penyemprotan pada lahan sawah di desa Ujung
Tanjung 2 Kabupaten Lebong seluas 1 ha memperlihatkan bahwa
total biaya yang dikeluarkan bila menggunakan herbisida
formulasi Unihaz adalah Rp. 450.000, sedangkan bila
menggunakan herbisida glifosat (merk dagang RoundUp) adalah
Rp. 594.000. Dengan demikian penggunaan herbisida formulasi
Unihaz lebih murah Rp. 144.000 /ha bila dibandingkan dengan
menggunakan herbisida sintetik (Tabel 4.2)
Persaingan produk sejenis hampir tidak ada karena
herbisida ini sejenis bioherbisida yang ramah lingkungan.
Pesaing utamanya adalah pemegang pendaftaran dari perusahaan
besar herbisida sintetis seperti Bayer, Syngenta, BASF, Dow
Agrosciences, Monsanto, Dupont, Nufarm, Sumitomo Chemical,
Arysta Lifescience dan lain-lain. Apabila dilakukan
penyuluhan dan promosi yang gencar maka herbisida ini akan
lebih diminati petani karena tidak merusak tanah, mudah

43
44

terurai dan dapat meningkatkan proses dekomposisi bahan


organik tanah.
Tabel 4.1. Biaya produksi herbisida formulasi Unihaz dalam
skala 100 L

Harga
Nilai
No Uraian Satuan Volume Satuan
(Rp)
(Rp)

1 Biaya Tetap

Derijen buah 6 40000 240000

Baskom (mencampur
herbisida) buah 2 40000 80000

Takaran volume buah 1 15000 15000

Saringan buah 2 7500 15000

Corong buah 2 3000 6000

Jumlah 356000

2 Biaya variable

Air kelapa L 100 200 20000

Ragi g 200 50 10000

Gula g 400 15 6000

Glifosat L 3 82000 246000

Kemasan buah 100 1000 100000

Upah (HOK) HOK 3 75000 225000

Gaji penyelia HOK 1 100000 100000

Jumlah 707000

3 penyusutan peralatan kali 180 1977,778

4 Overhead variable 250

Jumlah 2 + 3 + 4 709227,8

5 Harga per liter 7092,278

44
45

Tabel 4.2. Analisis biaya penyemprotan pada lahan karet belum


menghasilkan skala 1 hektar

Herbisida Formula
Unihaz Herbisida Glifosat
Uraian Satuan
Harga Nilai Harga Nilai
Volume satuan (Rp) Volume satuan (Rp)

Biaya-biaya variabel

Herbisida Liter 45 7500 337500 6 84000 504000

Tenaga kerja JOK 6 15000 90000 6 15000 90000

Total Biaya 427500 594000

Tabel 4.3. Analisis biaya penyemprotan pada lahan sawah tadah


hujan skala 1 hektar

Herbisida Formula
Unihaz Herbisida Glifosat
Uraian Satuan
Harga Nilai Harga Nilai
Volume satuan (Rp) Volume satuan (Rp)

Biaya-biaya variabel

Herbisida Liter 48 7500 360000 6 84000 504000

Tenaga kerja JOK 6 15000 90000 6 15000 90000

Total Biaya 450000 594000

45
46

BAB 5. KLAIM
1. Suatu khamir Saccharomycodes sp (koloni berbentuk bulat
putih segitiga) yang digunakan untuk memfermentasikan
air kelapa.
2. Suatu khamis Saccharomycetes cereviceae (koloni
berbentuk bulat putih kusam) yang digunakan untuk
memfermentasikan air kelapa.
3. Suatu khamir Hansenula sp (koloni berbentuk bulat putih
bermiseliur) yang digunakan untuk memfermentasikan air
kelapa.
4. Suatu bakteri Nitrobacter sp (koloni berbentuk bulat
kuning) yang digunakan untuk memfermentasikan air
kelapa.
5. Suatu bakteri Streptomyces sp (koloni berbentuk bulat
putih besar, konsentrik elevasi bergelombang) yang
digunakan untuk memfermentasikan air kelapa.
6. Suatu bakteri Azotobacter sp (koloni berbentuk bulat
putih keruh, sub mergel) yang digunakan untuk
memfermentasikan air kelapa.
7. Suatu bakteri Baccillus sp (koloni berbentuk segitiga
putih) yang digunakan untuk memfermentasikan air kelapa.
8. Suatu metode fermentasi air kelapa dengan klaim 1 sampai
dengan 7 dimana prosesnya sebagai berikut:
a. Air kelapa tua ditambahi gula sebanyak 0,4% (4 g/L).
b. Air kelapa tua yang sudah ditambahi gula di
difermentasi dengan rapi tape 0,2% (2 g/L) yang
mengandung inokulan Saccharomyceides sp 42 x 105
cfu/g, Saccharomyces cereviceae 18 x 105 cfu/g,
Hansenula sp 16 x 105 cfu/g, Nitrobacter sp 30 x 107
cfu/g. Streptomyces sp 12 x 107 cfu/g, Azotobacter sp
40 x 107 cfu/g dan Bacillus sp 38 x 107 cfu/g.
c. Memfermentasi secara anaerob terlebih dahulu seperti
poin a dan b paling sedikit 10 hari, kemudian secara

46
47

aerob(terbuka) paling sedikit 3 hari dengan cara


membuka hasil fermentasi anaerob.
d. Memfermentasikan air kelapa secara aerob terlebih
dahulu yaitu air kelapa tua dibiarkan terbuka selama
3 hari, kemudian dilakukan fermentasi anaerob seperti
poin a dan b paling sedikit 10 hari.
9. Suatu metode pembuatan herbisida dengan cara
menambahkan Isopropylamin N-(phosphonomethyl) glycine
dengan konsentrasi konsentrasi dari 1,08% sampai dengan
1,44% ke dalam air kelapa fermentasi dengan klaim 1
sampai dengan 7 di atas.

47
48

BAB 6. KESIMPULAN

1. Herbisida formulasi Unihaz 7 efektif mengendalikan gulma di lahan


kering (gulma darat) maupun lahan basah (gulma air) di berbagai
ketinggian tempat dan dapat mengendalikan gulma di atas 90%.
2. Herbisida formulasi Unihaz ramah lingkungan.
3. Biaya pembuatan herbisida formulasi Unihaz adalah Rp. 7092,278 / l.
4. Penggunaan herbisida formulasi Unihaz lebih menguntungkan dalam
mengendalikan gulma dibandingkan dengan herbisida glifosat sintetik
(RoundUp).
5. Herbisida formulasi Unihaz mengandung jamur Saccaromyceides sp 232
x 105 cfu/ml, Saccharomyces cereviceae 100 x 105 cfu/ ml, Hansenula
sp 12 x 105 cfu/ ml, bakteri Nitrobacter sp 18 x 107 cfu/ ml,
Streptomyces sp 31 x 107 cfu/ ml, Azotobacter sp 2291 x 107 cfu/
ml, Baccilus sp 2036 x 107 cfu/ ml.
6. Herbisida formulasi Unihaz mengandung Acetic Acid 17,6%, Lactic
Acid 0,75%, Buteric Acid 0,85%, Sukrosa 2,11%, garam Natrium 1,14%,
dan pH 3,2.

UCAPAN TERIMA KASIH


Ucapan terima kasih disampaikan kepada:
1. Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM)
Kementerian Riset dan Teknologi/ Badan Riset Nasional
(Kemenristek/Brin) yang telah membiayai penelitian ini.
2. Universitas Prof Dr. Hazairin, SH yang telah mendukung
penuh terealisasinya penelitian ini.

48
49

DAFTAR PUSTAKA

Abouziena, H. F. H., Omar, A. A. M., Sharma, S. D., & Singh,


M. (2009). Efficacy comparison of some New natural-
product herbicides for weed control at two growth stages.
Weed Technology, 23(3), 431–437. Retrieved from
https://bioone.org/journals/weed-technology/volume-
23/issue-3/WT-08-185.1/Efficacy-Comparison-of-Some-New-
Natural-Product-Herbicides-for-Weed/10.1614/WT-08-
185.1.short
Anwar, R., Aryani, F., & Saputra, S. (2015). Pengaruh
penambahan fermentasi air kelapa terhadap efektifitas
glifosat dalam membunuh alang-alang (Imperata cylindrica
L). Jurnal Agroqua, 13(1), 17–21.
Anwar, R., & Suzana, E. (2016). Peranan herbisida glifosate
dan air kelapa fermentasi dalam mengendalikan gulma di
perkebunan kelapa sawit yang belum menghasilkan. Jurnal
Agroqua, 14(2), 11–18.
Anwar, R., Suzanna, E., & Djatmiko, D. (2019). Pengujian
Efektifitas Herbisida Formulasi Unihaz yang Ramah
Lingkungan dan Murah Dalam Mengendalikan Gulma Di Multi
Lokasi (II). Bengkulu: Universitas Prof. Dr. Hazairin SH.
Anwar, R., Suzanna, E., Djatmiko, D., Dwi Andika, W. S., &
Gartiwo, D. M. T. (2019). Efektifitas herbisida formulasi
pada gulma air di lahan rawa tadah hujan, rawa payau dan
saluran drainase. Jurnal Agronomi Indonesia (Indonesian
Journal of Agronomy), 47(2), 210–216.
https://doi.org/10.24831/jai.v47i2.24136
Anwar, R., Suzanna, E., & Triyono, L. (2014). Pengaruh dosis
air kelapa fermentasi terhadap pertumbuhan alang-alang
(Imperata cylindrica L). Jurnal Agriculture, X, 1076–
1082.
Anwar, R., Suzanna, E., & Yarmadi. (2013). Uji Vigor Gulma
Echinochloa cruss-gally terhadap Berbagai Alelopati

49
50

Tumbuhan. Jurnal Agroqua, 11(1), 1–4.


Ashton, F. M. and Crats, A. S. (1980). Mode of Action of
Herbicides. John Willey & Son Inc. New York.
Cabral, M. M. S., Abud, A. K. de S., Silva, C. E. de F., &
Almeida, R. M. R. G. (2016). Bioethanol production from
coconut husk fiber. Ciência Rural, 46(10), 1872–1877.
https://doi.org/10.1590/0103-8478cr20151331
Faqihhudin, M. D., Haryadi, & Purnamawati, H. (2014).
Penggunaan Herbisida IPA-Glifosat terhadap Pertumbuhan,
Hasil dan Residu pada Jagung. Ilmu Pertanian, 17(1), 1–
12.
Kristina, N. N., & Syahid, S. F. (2012). The Effect of
Coconut Water on In Vitro Shoots MultiplIcation , Rhyzome
Yield , and Xanthorrhizol Content of Java Turmeric in the
Field. Jurnal Litrri, 18(3), 125–134.
Kurniawan, S., Kurniawati, Y., Sandri, D., & Fatimah. (2014).
Efektifitas Air Kelapa Fermentasi Sebagai Larutan
Penghemat Herbisida Komersil. Jurnal Teknologi Agro-
Industri, 1(1), 19–23.
Mangoensoekarjo, S., & Soejono, A. T. (2019). Ilmu gulma dan
pengelolaan pada budi daya perkebunan. Gajah Mada
University Press.
Purba, E, & Desmarwansyah, N. (2008). Growth and Yield of
Glyphosate-Resistant Corn under Different Timing of
Glyphosate Application. Asian Journal of Plant Sciences,
7(7), 692695. Retrieved from
http://www.docsdrive.com/pdfs/ansinet/ajps/2008/692-
695.pdf
Purba, Edison. (2009). Keanekaragaman Herbisida Dalam
Pengendalian Gulma Mengatasi Populasi Gulma Resisten Dan
Toleran Herbisida. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar
Tetap Dalam Bidang Ilmu Gulma Pada Fakultas Pertanian,
Diucapkan Di Hadapan Rapat Terbuka Universitas Sumatera

50
51

Utara, 1–21.
Sari, Y. K., Niswati, A., Arif, M. A. S., & Yusnaini, S.
(2015). Pengaruh Sistem Olah Tanah dan Aplihasi Herbisida
terhadap Populasi dan Biomassa Cacing Tanah pada
Pertanaman Ubi Kayu (Manihot utilissima). Jurnal Agrotek
Tropika, 3(3). https://doi.org/10.23960/JAT.V3I3.1980
Sumintapura, H. A. dan Iskandar. (1980). Pengantar Herbisida.
Karya Nusantara, Jakarta
Supriadi, Sudiman, A., Jauhariya, E., & Rahayuningsih, S.
(2012). Pengembangan Formulasi Herbisida Berbasis Asam
Asetat Untuk Mengendalikan Gulma pada Tanaman Kelapa
Sawit. Kementerian Pertanian, Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian.
Suryadi, M. A., Pujisiswanto, H., & Sriyani, N. (2017).
Pengaruh Campuran Asam Asetat Dan Ekstrak Buah Lerak
Sebagai Herbisida Terhadap Gulma Paspalum Conjugatum ,
Cyperus Kyllingia , dan Asystasia. Prosiding Seminar
Nasional Pengembangan Teknologi Pertanian VI, Politeknik
Negeri Lampung. Lampung 07 September 2017, (September),
64–72.
Teo, L., Ong, K. P. and Maclean, R. J. (1990). Response of
oil palm to eradication of Ischaemum muticum. P 301-307.
In: Proc. of 1989 Int. Palm Oil Dev. Conf. - Agriculture.
(eds: Jalani Sukaimi et al.) p ii-vii, 1-588.
Uluputty, M. R. (2018). Gulma Utama Pada Tanaman Terung Di
Desa Wanakarta Kecamatan Waeapo Kabupaten Buru.
Agrologia, 3(1). https://doi.org/10.30598/a.v3i1.258
Valverde, B. E. (2003). Herbicide-resistance management in
developing countries. In Weed Management for Developing
Countries. FAO Plant Production and Protection paper 120
Add. 1

51
52

Lampiran

Sebelum aplikasi

Sesudah aplikasi

52
53

Sebelum aplikasi

53
54

Setelah aplikasi

54

Anda mungkin juga menyukai