Anda di halaman 1dari 21

EFEKTIVITAS HERBISIDA ORGANIK DALAM MENGANDALIKAN

GULMA DI LAHAN KERING


ABSTRAK

Gulma dapat menurunkan hasil pada tanaman budidaya. Penggunaan herbisida


kimia sangat efektif dalam mengendalikan gulma, akan tetapi penggunaan dalam waktu
yang lama dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan dan tidak sesuai dengan prinsip
pertanian berkelanjutan (suistinable agriculture). Oleh sebab itu perlu adanya alternatif
pengendalian gulma yang ramah lingkungan atau berwawasan lingkungan. Upaya
tersebut dapat dilakukan dengan menggali potensi senyawa kimia yang berasal dari
tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai herbisida organik. Daun bambu, akasia dan
mahoni selama ini hanya digunakan sebagai pembasmi hama. Penerapan daun bambu,
akasia dan mahoni sebagai pengendali gulma selama ini belum pernah diteliti. Tujuan
penelitian ini adalah mengetahui efektivitas ekstrak daun bambu, akasia dan mahoni
dalam mengendalikan gulma di lahan kering.
Penelitian ini dilakukan pada hamparan lahan kering yang ditumbuhi gulma di
Dusun Krajan, Desa Sidoluhur, Kecamatan Godean, Kabupaten Sleman, Provinsi D. I.
Yogyakarta. Penelitian dilakukan bulan Juli 2014. Penelitian ini merupakan percobaan
lapangan yang dirancang dengan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) satu
faktor dengan tiga ulangan. Perlakuan yang dicobakan adalah kontrol (tanpa aplikasi),
ekstrak daun bambu, ekstra daun akasia dan ekstrak daun mahoni. Pembuatan ekstrak
daun bambu, akasia dan mahoni dilakukan dengan cara diblender dengan perbandingan 1
kg daun segar : 10 liter aquades. Aplikasi masing-masing ekstrak herbisida organik di
lahan dilakukan dengan perbandingan 1 ml untuk luasan 1 cm2. Petak pengamatan untuk
setiap perlakuan berukuran 50 cm x 50 cm. Pengamatan dilakukan dengan metode
skoring tingkat kerusakan gulma selama 14 hari dan bobot kering gulma. Data hasil
pengamatan di analisis dengan sidik ragam (ANOVA) taraf 5%, jika terdapat perbedaan
nyata dilanjutkan Duncan Multiple Range Test (Uji DMRT) taraf 5%. Untuk mengetahui
hubungan tingkat kerusakan gulma vs hari pengamatan dilakukan uji regresi linier
sederhana.
Hasil penelitian menunjukkan skor tingkat kerusakan gulma pada perlakuan tanpa
aplikasi herbisida (kontrol), ekstrak daun aksia, bambu dan mahoni berturut-turut adalah
gulma yang tampak hidup hanya setempat-setempat (skor 2), gulma terbunuh sempurna
(skor 1) dan gulma yang tampak hidup hanya setempat-setempat (skor 2). Ekstrak daun
bambu menurunkan bobot kering gulma tertinggi sebesar 55,14% kemudian disusul
ekstrak daun akasia sebesar 35,20% dan ekstrak daun mahoni sebesar 23,52%
dibandingkan dengan tanpa aplikasi herbisida (kontrol).

Kata Kunci: Aksia, Bambu, Gulma, Herbisida Organik, Mahoni

.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Keberadaan gulma dapat mengakibatkan masalah yang cukup berat,


karena gulma berkompetisi secara fisik maupun kimiawi dengan tanaman
budidaya. Kompetisi secara fisik merupakan kompetisi untuk mendapatkan
cahaya matahari, unsur hara, air dan ruang tumbuh, sedangkan kompetisi secara
kimia berupa aspek alelopati (Mercado, 1979). Kompetisi akan terjadi bila unsur
hara dan unsur penunjang tersebut tidak tersedia dalam jumlah yang cukup bagi
keduanya (Rahayu, 2002). Kompetisi merupakan salah satu corak hubungan yang
terjadi antara spesies lainnya, kedua belah pihak tumbuhan akan dipengaruhi
secara negatif karena hubungan tersebut. Gulma dapat menyaingi tanaman
budidaya dengan cara mengeluarkan zat penghambat, menjadi inang hama
penyakit, memboroskan persedian air dalam tanah serta unsur hara, oleh karena
itu kehadiran gulma pada pertanaman perlu ditekan sehingga tidak terjadi
gangguan pertumbuhan tanaman dan kompetisi yang berlebihan antara tanaman
dan gulma.
Penggunaan herbisida kimia merupakan solusi yang selalu dilakukan oleh
petani dalam mengendalikan gulma. Akan setelah dilakukan penelitian,
penggunaan herbisida sintetik mempunyai dampak negatif seperti pencemaran
lingkungan, meninggalkan residu pada produk pertanian, matinya beberapa musuh
alami dan sebagainya. Penggunaan herbisida kimia juga bertentangan dengan
konsep “Back to Nature” yang selama ini dicanangkan pemerintah.
Sejak tahun 2000 pemerintah telah mencanangkan program “Go Organic
2010” sebagai kebijakan nasional dalam mendukung pengembangan pertanian
organik di Indonesia. Target yang ingin dicapai adalah “menjadikan Indonesia
sebagai salah satu produsen organik terbesar dunia”. Program tersebut disambut
baik oleh masyarakat Indonesia khususnya para pelaku agribisnis pelaku pertanian
organik. Hampir semua komoditas pangan organik dari berbagai daerah di
Indonesia telah dipasarkan dan telah mendapatkan sertifikat organik dengan harga
yang lebih tinggi dibandingkan dengan harga pangan konvensional.
Oleh sebab itu perlu adanya alternatif pengendalian gulma yang ramah
lingkungan atau berwawasan lingkungan. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan
menggali potensi senyawa kimia yang berasal dari tumbuhan yang dapat
dimanfaatkan sebagai herbisida organik. Beberapa tumbuhan yang diduga dapat
menjadi bahan herbisida alami adalah daun bambu, akasia dan mahoni.
Penggunaan ketiga bahan tersebut selama ini telah digunakan dalam
mengendalikan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) yang sering dikenal
dengan pestisida organik. dasar perkiraan bahan tersebut bisa dijadikan herbisida
organik karena disekeliling tanaman bambu, akasia dan mahoni hanya sedikit
ditemukan gulma,sehingga diduga tanaman tersebut mempunyai senyawa sejenis
alelopat yang dapat menekan pertumbuhan gulma. Penelitian ini sebagai langkah
awal dalam menggali sumber-sumber bahan alami yang dapat digunakan sebagai
herbisida yang berasal dari bahan alami.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana efektivitas herbisida organik ekstrak daun bambu, akasia dan
mahoni terhadap tingkat kerusakan gulma di lahan kering?
2. Bagaimana tingkat penurunan bobot kering gulma setelah mendapatkan
perlakuan dari herbisida organik?

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui efektivitas ekstrak daun bambu, akasia dan mahoni dalam
mengendalikan gulma di lahan kering.
2. Mengetahui bagaimana tingkat penurunan bobot kering gulma setelah
mendapatkan perlakuan dari herbisida organik.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi penulis:
a. Sebagai informasi awal (penelitian pendahuluan) mengenai pembuatan
yang herbisida yang bersumber bahan alami.
b. Mendapat data ilmiah tentang efektivitas herbisida organik dalam
mengendalikan gulma di lahan kering.
2. Bagi masyarakat:
a. Menambah pemahaman dan kesadaran tentang pentingnya penggunaan
herbisida organik.
b. Sebagai alternatif pengendali gulma yang mudah didapatkan dan tidak
mencemari lingkungan.
3. Bagi pemerintah:
a. Turut serta mendukung program “Go Organik 2010” dan dapat
mengurangi pencemaran lingkungan.
b. Dapat menjadi masukan kepada pemerintah dalam menjalankan program
“Go Organik 2010” .
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka
1. Gulma
Gulma adalah suatu tumbuhan lain yang tumbuh pada lahan tanaman
budidaya, tumbuhan yang tumbuh disekitar tanaman pokok (tanaman yang
sengaja ditanam) atau semua tumbuhan yang tumbuh pada tempat (area) yang
tidak diinginkan oleh sipenanam sehingga kehadirannya dapat merugikan
tanaman lain yang ada di dekat  atau disekitar tanaman pokok tersebut. 
Pendapat para ahli gulma yang lain  ada yang mengatakan  bahwa gulma
disebut juga sebagai tumbuhan pengganggu  atau tumbuhan yang belum
diketahui manfaatnya, tidak diinginkan dan menimbulkan kerugian
(Herianto.2013).

2. Akasia

Akasia juga dikenal sebagai pohon duri, dalam bahasa Inggris disebut


whistling thorns (duri bersiul) atau Wattles atau yellow-fever acacia (akasia
demam kuning) dan umbrella acacias (akasia payung). Sampai dengan tahun
2005 ada diperkirakan sekitar 1.300 spesies akasia di seluruh dunia, sekitar
960 dari mereka adalah flora asli Australia dengan sisanya tersebar di daerah
tropis ke daerah hangat dan beriklim sedang dari kedua belahan bumi,
termasuk Eropa, Afrika, Asia selatan, dan Amerika. Namun, genus ini
kemudian dibagi menjadi lima, dengan nama Acacia hanya digunakan untuk
spesies Australia, dan sebagian besar spesies di luar Australia dibagi
menjadi Vachellia dan Senegalia.

3. Bambu

a. Bambu
Bambu adalah tanaman jenis rumput-rumputan dengan rongga dan
ruas di batangnya. Bambu memiliki banyak tipe. Nama lain dari bambu adalah
buluh, aur, dan eru. Di dunia ini bambu merupakan salah satu tanaman dengan
pertumbuhan paling cepat. Karena memiliki sistem rhizoma-dependen unik,
dalam sehari bambu dapat tumbuh sepanjang 60 cm (24 Inchi) bahkan lebih,
tergantung pada kondisi tanah dan klimatologi tempat ia ditanam.

b.Jenis-Jenis Bambu

Di Indonesia terdapat lebih kurang 125 jenis bambu. Ada yang masih
tumbuh liar dan belum jelas kegunaannya. Beberapa jenis bambu tertentu
mempunyai manfaat atau nilai ekonomis tinggi seperti : bambu apus, bambu
ater, bambu andong, bambu betung, bambu kuning, bambu hitam, bambu
talang, bambu tutul, bambu cendani, bambu cangkoreh, bambu perling,
bambu tamiang, bambu loleba, bambu batu, bambu belangke, bambu sian,
jepang, bambu gendang, bambu tali dan bambu pagar (Berlian dan Rahayu,
1995).

4. Mahoni
Mahoni termasuk pohon besar dengan tinggi pohon mencapai 35 40 m
dan diameter mencapai 125 cm. Batang lurus berbentuk silindris dan tidak
berbanir. Kulit luar berwarna cokelat kehitaman, beralur dangkal seperti sisik,
sedangkan kulit batang berwarna abu-abu dan halus ketika masih muda,
berubah menjadi cokelat tua, beralur dan mengelupas setelah tua. Mahoni baru
berbunga setelah berumur 7 tahun, mahkota bunganya silindris, kuning
kecoklatan, benang sari melekat pada mahkota, kepala
sari putih, kuning kecoklatan. Buahnya buah kotak, bulat telur, berlekuk lima,
warnanya cokelat. Biji pipih warnanya hitam atau cokelat.Mahoni dapat
ditemukan tumbuh liar di hutan jati dan tempat-ternpat lain yang dekat dengan
pantai, atau ditanam di tepi jalan sebagai pohon pelindung. Tanaman yang
asalnya dari Hindia Barat ini, dapat tumbuh subur bila tumbuh di pasir payau
dekat dengan pantai.
B. Hipotesis
Pelakuan ekstrak daun aksia, bambu dan mahoni dapat menimbulkan
kerusakan dan menurunkan bobot kering gulma di lahan kering.
C. Kerangka Pikir
STAR

Penurunan Hasil Tanaman Akibat Gulma

Kajian Teori

SOLUSI:
HERBISIDA
ORGANIK

Ekstrak Daun Ekstrak Daun Ekstrak Daun


Akasia Bambu Mahoni

Bobot Kering Gulma NO


Turun

Yes
YES

Rekomendasi
Penggunaan
Jenis Herbisida
Organik

FINISH

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian Efektifitas Hebisida Organik Dalam


Mengendalikan Gulma di Lahan Kering
III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Krajan, Kelurahan Sidoluhur, Kecamatan
Godean, Kabupaten Sleman, Provinsi Yogyakarta. Penelitian dilaksanakan bulan Juli
2014.
N
o Waktu Tempat Kegiatan
SMA N 1
1 Juni 2014 Yogyakarta, Mencari Ide Penelitian
    Rumah Peneliti  
SMA N 1
2 Jun-14 Yogyakarta, Diskusi dengan pembimbing
    Rumah Peneliti  
SMA N 1
3 Jun-14 Yogyakarta, Mencari referensi dan literatur
    Rumah Peneliti,  
    Perpustakaan kota  
SMA N 1
4 Jun-14 Yogyakarta, Membuat Proposal Penelitian
    Rumah Peneliti  
SMA N 1
5 Jun-14 Yogyakarta, Komunikasi dengan pembimbing
    Rumah Peneliti untuk memperjelas metode
6 Jun-14 Godean,Sleman Survey lokasi penelitian
7 Jul-14 Rumah Peneliti Menyiapkan alat dan bahan
8 Jul-14 Godean,Sleman Melakukan eksperimen penelitian
SMA N 1
9 Jul-14 Yogyakarta, Komunikasi dengan pembimbing
    Rumah Peneliti  
10 Jul-14 Rumah peneliti Pembuatan laporan penelitian

B. Bahan dan Alat Penelitian


Bahan penelitian meliputi ekstrak daun bambu, ekstrak daun akasia dan ekstrak
daun mahoni. Sedangkan alat-alat yang digunakan antara lain blender, alat tulis, meteran,
tali rafia, gunting, pisau cutter, kantong plastik, kantong kertas, ember, timbangan, oven,
dan alat-alat pertanian seperti sabit dan cangkul.
C. Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode percobaan lapangan
yang terdiri atas satu faktor dan dirancang dengan menggunakan Rancangan Acak
Kelompok Lengkap. Perlakuan yang diuji meliputi tanpa aplikasi herbisida organik
(kontrol), aplikasi ekstrak daun bambu, aplikasi ekstrak daun akasia dan aplikasi ekstrak
daun mahoni. Jumlah perlakuan terdiri dari empat perlakuan dan diulang tiga kali. Total
ada dua belas perlakuan.

D. Pelaksanaan Penelitian
1. Persiapan Lahan

Lahan yang digunakan dalam penelitian adalah hamparan lahan kering


terbuka yang ditumbuhi oleh gulma yang selama ini tidak dilakukan pengendalian
seperti penyemprotan herbisida dan pengendalian mekanik seperti pemangkasan
atau pengolahan lahan.

2. Pembuatan Ekstrak Herbisida Organik


Daun bambu, akasia dan mahoni masing-masing dibuat ekstrak dengan
cara diblender dengan aquades. Perbandingan antara daun dengan aquades adalah
1 kg daun di campur dengan 10 liter aquades kemudian di blender. Hasil dari
pembuatan ekstrak tersebut kemudian disaring dan dimasukkan ke dalam botol
sesuai dengan masing-masing jenisnya.
3. Aplikasi Herbisida Organik di Lahan
Hamparan lahan lahan di blok (dibagi) menjadi tiga bagian. Setiap bagian
dibuat empat petak sampel yang masing-masing berukuran 50 cm x 50 cm untuk
aplikasi pelakuan. Setiap petak sampel ditandai dengan tali rafia sesuai dengan
ukuran petak sampel. Layout lahan tersebut adalah:

Blok I Blok II Blok II

Kontrol Mahoni Akasia

Bambu Akasia Mahoni

Akasia Kontrol Bambu

Mahoni Bambu Kontrol

Gambar 2. Layout lahan penelitian

Aplikasi masing-masing ekstrak herbisida organik dilakukan dengan


2
perbandingan 1 ml : 1 cm . Atas dasar perhitungan tersebut maka tiap petak ukuran 50
cm x 50 cm = 2500 cm 2, diaplikasikan sebesar 2500 ml atau 2,5 liter masing-masing
ekstrak herbisida organik. Aplikasi herbisida organik dilakukan sekali pada saat awal
aplikasi.

E. Pengumpulan Data
1. Skoring Tingkat Efektivitas Herbisida Organik
Pengamatan skoring tingkat efektivitas herbisida organic terhadap
tingkat kematian gulma dilakukan selama 14 hari (2 minggu) dengan cara
menilai keadaan gulma secara harian dengan berpedoman pada skoring:
Tabel 1. Krikteria tingkat keracunan gulma.
Sko
Kriteria Kerusakan Gulma
r
1 : Gulma terbunuh sempurna
2 : Gulma yang tampak hidup hanya setempat-setempat
3 : Gulma yang hidup hanya sebagian kecil
4 : Kerusakan sedikit, gulma hidup kembali
5 : Kerusakan tidak berarti
6 : Gulma tidak berpengaruh sama sekali
Sumber: Staff Laboratorium Manajeman dan Produksi Tanaman Fakultas Pertanian
UGM (2013).

2. Bobot Kering Gulma

Pengamatan bobot kering gulma dilakukan pada 14 hari setelah aplikasi


dengan cara gulma pada masing-masing petak dicabut kemudian di oven pada
suhu 110 °C selama 48 jam kemudian ditimbang sesuai dengan perlakuan masing-
masing.

F. Analisis Data

Data hasil skoring divisualkan dengan grafik regresi berdasarkan waktu


pengamatan. Data bobot kering gulma dianalisis dengan analisis varian (ANOVA) taraf
5%. Jika terdapat perbedaan nyata dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple Range Test
(DMRT) taraf 5%.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Skoring Tingkat Efektivitas Herbisida Organik

Tabel 2. Skoring efektivitas herbisida organic terhadap kematian gulma


Hari Pengamatan Ke-
Perlakuan 1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 11 12 13 14
0
1. Kontrol 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
2. Akasia 6 6 5 5 5 5 3 3 3 3 3 3 2 2
3. Bambu 6 6 5 5 5 3 3 3 2 2 2 1 1 1
4. Mahoni 6 6 6 5 5 5 5 5 5 3 3 3 2 2
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan (2014)

Berdasarkan hasil penilaian terhadap skoring tingkat efektivitas herbisida


organik terhadap kematian gulma (Tabel 2) menunjukkan bahwa kontrol (tanpa
aplikasi herbisida) menunjukkan keadaan yang sama selama 14 hari pengamatan
dengan kata lain gulma tidak terpengaruh/gulma masih tetap hidup normal.
Perlakuan herbisida organik dengan ekstrak akasia menunjukkan bahwa
pada hari pertama sampai dengan hari kedua masih terlihat gulma belum
terpengaruh, mulai hari ketiga sampai hari keenam menunjukkan gulma terdapat
kerusakan, akan tetapi kerusakan tersebut tidak berarti. Pada hari ketujuh sampai
hari kedua belas menunjukkan aplikasi ekstrak akasia menunjukkan efek bahwa
gulma yang hidup hanya sebagian kecil, selanjutnya pada hari ketiga belas dan
empat belas menunjukkan bahwa efek dari estrak aksia menyebabkan gulma
hanya hidup hanya setempat-setempat.
Perlakuan ekstrak daun bambu menunjukkan bahwa pada hari pertama
sampai hari kedua setelah aplikasi menunjukkan belum terdapat efek yang berarti
terhadap gulma, baru mulai hari ketiga sampai dengan kelima menunjukkan
bahwa gulma mengalami kerusakan walaupun kerusakan itu tidak berarti (tidak
signifikan). Pada hari keenam sampai dengan hari kedelapan menunjukkan bahwa
gulma yang hidup hanya sebagian kecil saja. Pada hari kesembilan sampai dengan
hari kesebelas menunjukkan bahwa efek tersebut kian kelihatan yang ditunjukkan
dengan gulma yang hidup hanya setempat-setempat. Pada hari keduabelas sampai
hari keempat belas menunjukkan bahwa gulma terbunuh sempurna.
Perlakuan ekstrak daun mahoni menunjukkan bahwa pada hari pertama
sampai dengan hari ketiga menunjukkan bahwa gulma belum berpengaruh sama
sekali. Pada hari keempat sampai hari kesembilan menunjukkan kerusakan gulma
dilahan belum berarti sama sekali. Mulai dari hari kesepuluh sampai kedua belas
menunjukkan ekstrak daun mahoni berefek pada gulma yang hidup hanya
sebagian kecil saja dan pada hari hari ketiga belas sampai hari keempat belas
gulma yang hidup hanya setempat-setempat.

6 f(x) = − 0.32 x + 6.78


Skoring Tingkat Kerusakan Gulma


f(x)= 0.87
f(x) == 6
−− 0.32
0.43 xx ++ 6.23
6.43

R² == 0
0.94
0.89
5
Kontrol
4 Linear (Kontrol)
Akasia
3 Linear (Akasia)
Bambu
2 Linear (Bambu)
Mahoni
1 Linear (Mahoni)

0
0 2 4 6 8 10 12 14 16
Hari ke-

Gambar 3. Hasil regresi hbungan antara skoring tingkat efektivitas herbisida terhadap
kematian gulma vs hari pengamatan

Berdasarkan hasil regresi (Gambar 3) menunjukkan bahwa model regresi


yang dilakukan pada masing-masing perlakuan menunjukkan nilai R2 > 0,80. Hal
tersebut mengindikasikan bahwa model ini dapat menjelaskan > 80% pengaruh
herbisida organik terhadap tingkat keracunan atau kerusakan gulma. Dengan kata
lain pengaruh herbisida tarhadap gulma mempunyai tingkat efektivitas melebihi
dari 80%.
B. Bobot Kering Gulma
Berdasarkan hasil perhitungan dengan analisis varian menunjukkan
terdapat perbedaan yang nyata terhadap bobot kering gulma pada semua
perlakuan.
Tabel 3. Bobot kering gulma pada berbagai aplikasi herbisida organik
Bobot Kering Gulma
Perlakuan
(gram)
Kontrol (Tanpa Aplikasi) 214,00 a
Ekstrak Daun Akasia 138,67 c
Ekstrak Daun Bambu 96,00 d
Ekstrak Daun Mahoni 163,67 b
Rerata 153,08
Keterangan: Angka diikuti huruf sama pada kolom sama tidak berbeda nyata menurut
DMRT 5%.

250.0

200.0
Bobot Kering gulma (gram)

150.0

100.0

50.0

0.0
Kontrol Ekstrak Daun Ekstrak Daun Ekstrak daun
Akasia Bambu Mahoni

Perlakuan kontrol menunjukkan bobot kering yang tertinggi. Hal ini wajar
karena kontrol tidak diaplikasi herbisida sehingga tidak ada pengaruh terhadap
gulma. Bobot kering gulma terendah ditunjukkan oleh aplikasi ekstrak daun
bambu kemudian aksia dan mahoni. Dari hasil uji statistik diatas menunjukkan
bahwa ekstrak daun bambu dapat menurunkan bobot kering gulma yang paling
tinggi dan merupakan perlakuan terbaik bila dibandingkan dengan ekstrak daun
akasia dan ekstrak daun mahoni. Hal tersebut diduga karena ekstrak daun bambu,
akasia dan mahoni memiliki senyawa sejenis alelopati sehingga dapat membunuh
gulma dilahan kering. Senyawa tersebut diduga masuk ke metabolisme gulma
sehingga dapat merusak gulma.
Steinsiek et al. (1982); Shette dan Balke (1983) mengemukakan bahwa
pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan tergantung pada konsentrasi ekstrak,
sumber ekstrak, temperatur ruangan, dan jenis tumbuhan yang dievaluasi serta
saat aplikasi.
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Skor tingkat kerusakan gulma pada perlakuan tanpa aplikasi herbisida
(kontrol), ekstrak daun aksia, bambu dan mahoni berturut-turut adalah 2
(gulma yang tampak hidup hanya setempat-setempat skor), 1 (gulma
terbunuh sempurna) dan 2 (gulma yang tampak hidup hanya setempat-
setempat).
2. Ekstrak daun bambu menunjukkan efektivitas terbaik terhadap penurunan
bobot kering gulma sebesar 55,14% kemudian disusul ekstrak daun aksia
sebesar 35,20% dan ekstrak daun mahoni sebesar 23,52% dibandingkan
dengan tanpa aplikasi herbisida (kontrol).

B. Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang kandungan daun akasia, bambu
dan mahoni sehingga dapat diketahui zat yang terkandung didalamnya
sehingga dapat mengendalikan gulma.
2. Perlu dilakukkan penelitian lanjutan penerapan herbisida organik di lahan
basah.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim.-. Akasia (http://www.artikelbiologi.com/2013/09/macam-macam-


tumbuhan-berduri-sejati-spina-sejati.html, diakses 5 Agustus 2014)

Anonim.-. Bambu (http://www.anyamanbambu.com/tag/bambu/, diakses 5


Agustus 2014)

Anonim.-. Jenis-Jenis Bambu (http://bamboobambu.com/2013/12/bambu-dan-


jenisnya/, diakses 5 Agustus 2014)

Anonim.-. Mahoni (marno.lecture.ub.ac.id/files/2011/12/POHON-ANTI-


POLUSI.doc, diakses 5 Agustus 2014)
Herianto. 2013. Pengendalian Gulma ( http://b4ro3s.blogspot.com/2013/04/
pengendalian-gulma.html, diakses 20-5-2014)
Mercado, B.L. 1979. Weed Science. Searca Collage Laguna, Philipines.

Rahayu, N. 2002. Penentuan Periode Kritis Tanaman terhadap Kompetisi dengan


Gulma. Agrivet . Vol. 6 No. 2.

Shettel, N.L. and N.E. Balke. 1983. Plant growth response to several allelopathic
chemicals. Weed Sci. 31:293-298.

Staf Laboratorium Manajeman dan Produksi Tanaman. 2013. Petunjuk Praktikum


Ilmu Gulma Semester II 2012/2013. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas
Pertanian, Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Steinsiek, J.W., L.R. Oliver, and F.C. Collins. 1982. Allelopathic potential of
wheat (Triticum aesativum) straw on selected weed species. Weed Sci.
30:495-497.
Lampiran 1.
The SAS System 17:27 Thursday, August 19, 2014 5

The GLM Procedure

Dependent Variable: BK

Sum of
Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 5 21892.75000 4378.55000 115.14 <.0001

Error 6 228.16667 38.02778

Corrected Total 11 22120.91667

R-Square Coeff Var Root MSE BK Mean

0.989685 4.028307 6.166667 153.0833

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F

plk 3 21867.58333 7289.19444 191.68 <.0001


blok 2 25.16667 12.58333 0.33 0.7306

Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F

plk 3 21867.58333 7289.19444 191.68 <.0001


blok 2 25.16667 12.58333 0.33 0.7306
The SAS System 17:27 Thursday, August 19, 2014 6

The GLM Procedure

Duncan's Multiple Range Test for BK

NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate.

Alpha 0.05
Error Degrees of Freedom 6
Error Mean Square 38.02778

Number of Means 2 3 4
Critical Range 12.32 12.77 12.99

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N plk

A 214.000 3 K

B 163.667 3 M

C 138.667 3 A

D 96.000 3 B

Anda mungkin juga menyukai