Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU GULMA TANAMAN

ACARA I
ANALISIS VEGETASI GULMA

Disusun Oleh
Hilmi Nazulfi 2020009003
Alfonsus Dimas Djati 2020009010
Arman Gusriansyah 2020009030
Nur Fatimah 2020009041

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA
YOGYAKARTA
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gulma adalah tumbuhan yang tidak diinginkan kehadirannya pada
lahan pertanian karena menurunkan hasil yang bisa dicapai oleh tanaman
produksi Keberadaan gulma pada areal pertanaman secara langsung
maupun tidak langsung merugikan tanaman budidaya. Pengenalan suatu
jenis gulma dapat dilakukan dengan melihat keadaan morfologinya,
habitatnya, dan bentuk pertumbuhanya. Berdasarkan keadaan
morfologinya, dikena lgulma rerumputan (grasses), teki-tekian(sedges) dan
berdaun lebar(boardleaf).
Analisa vegetasi merupakan cara mempelajari susunan (komponen
jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh tumbuhan.
Analisis vegetasi digunakan untuk mengetahui gulma-gulma yang memiliki
kemampuan tinggi dalam penguasaan sarana tumbuh dan ruang hidup.
Dalam hal ini, penguasaan sarana tumbuh pada umumnya menentukan
gulma tersebut penting atau tidak. Namun dalam hal ini jenis tanaman
memiliki peran penting, karena tanaman tertentu tidak akan terlalu
terpengaruh oleh adanya gulma tertentu, meski dalam jumlah yang banyak.
Analisis vegetasi biasa ditujukan untuk mempelajari tingkat suksesi,
evaluasi hasil pengendalian gulma, perubahan flora sebagai akibat metode
pengendalian tertentu dan evaluasi herbisida (trial) untuk menentukan
aktivitas suatu herbisida terhadap jenis gulma dilapangan. Pelaksanaan
analisis vegetasi perlu dilakukan guna mengetahui macam-macam gulma
yang hidup mendominasi dialam bebas, sehingga nantinya dapat dijadikan
acuan untuk dilakukan pengendalian gulma secara efektif.
B. Tujuan
Mengetahui tentang analisis vegetasi gulma pada suatu lahan pertanaman.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Analisis vegetasi adalah suatu cara yang dilakukan untuk memperoleh data
tentang komposisi flora dan dan data kuantitatif mengenai penyebaran, jumlah dan
dominansi masing-masing jenis (Heddy, 2012). Pendapat lain menyatakan bahwa
analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan komposisi vegetasi
secara bentuk (struktur) vegetasi dari tumbuhtumbuhan (Sembel, 2010).
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa analisis vegetasi
adalah cara yang dilakukan untuk mengetahui seberapa besar sebaran berbagai
spesies dalam suatu area melaui pengamatan langsung.
Menurut Heddy (2012), parameter analisis kuantitatif pada analisis vegetasi
gulma di perkebunan meliputi: 1. Kerapatan (K) a. Kerapatan adalah jumlah
individu suatu jenis per satuan luas b. Kerapatan Relatif (KR) adalah persentase
kerapatan jenis terhadap kerapatan dari seluruh jenis.
Adapun pengertian dari struktur vegetasi yaitu suatu organisasi
individuindividu di dalam ruang yang membentuk suatu tegakan (Sebayang, 2012).
Pendapat lain mengatakan bahwa struktur vegetasi struktur vegetasi terdiri atas 3
komponen sebagai berikut: 1. Struktur vegetasi berupa vegetasi secara vertikal yang
merupakan diagram profil yang melukiskan lapisan pohon, tiang, sapihan, semai
dan herba penyusun vegetasi. 2. Sebaran, horisotal jenis-jenis penyusun yang
menggambarkan letak dari suatu individu terhadap individu lain. 3. Kelimpahan
(abudance) setiap jenis dalam suatu komunitas (Mas’ud, 2009).
Gulma merupakan tumbuhan yang berasal dari spesies liar yang telah lama
menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan, atau spesies baru yang telah
berkembang sejak timbulnya pertanian (Novalinda, 2014). Sedangkan menurut
Sembel (2010), gulma adalah tumbuhan yang tidak berguna atau merugikan
tanaman yang lain. Setiap kali manusia berusaha mengubah salah satu atau seluruh
faktor lingkungan alami, seperti pembukaan hutan, pengolahan tanah, pengairan
dan sebagainya, maka selalu akan berhadapan dengan masalah baru karena
tumbuhnya tumbuhan yang tidak diinginkan yang merupakan salah satu akibat dari
perubahan tersebut.
Menurut Sembel (2010), kerugian-kerugian karena adanya gulma yaitu
sebagai berikut: 1. Menghambat pertumbuhan tanaman pertanian melalui kompetisi
unsur hara makanan. 2. Dapat mengeluarkan bahan racun 3. Mengakibatkan
kehilangan hasil 4. Penurunan kualitas 5. Menurunkan nilai harga tanah 6.
Menambah biaya kultivasi 7. Adanya biji-bijian yang bercampur dengan kotoran
gulma 8. Dapat melukai manusia dan hewan 9. Dapat bersifat racun bagi manusia
dan hewan 10. Menjadi inang alternatif bagi hama
Tidak hanya memiliki kerugian gulma juga memiliki beberapa keuntungan.
Menurut Sembel (2010), keunggulan yang dimiliki dengan adanya gulma yaitu
sebagai berikut: 1. Mempertahankan keragaman fauna dan flora 2. Menyediakan
sumber makanan dan tempat berteduh bagi musuh-musuh alami dan nektar untuk
serangga polinator 3. Sumber makanan bagi musuh-musuh alami 4.
Mempertahankan air tanah 5. Dapat menambah bahan organik untuk tanah 6. Bahan
baku untuk obat-obatan 7. Menjaga erosi 8. Sebagai tanaman ornamental.
BAB III
METODOLOGI
A. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Pena
b. Buku
c. Tali Rafia
d. Meteran
e. Pisau
f. Patok
2. Bahan
a. Gulma tanaman

B. Cara Kerja
1. Sediakan Tali Rafia, Meteran, Pisau, Dan Patok untuk mengukur tanah
yang ada tanaman gulma atau tanaman pengangu.
2. Pertama ambil Meteran, Tali Rafia, Patok, dan Pisau yang sudah sedia
tanah yang sudah ada tanaman gulma mengukur tanah Panjang 10-20
cm dan lebar 5 cm.
3. Langkah kedua tanah sudah dalam ukuran tanah yang sudah di tentukan
lalu tanah itu dibagi menjadi 8 bagian dalam ukuran 5 cm
4. Sekarang menghitung berapa tanaman gulma yang sudah di bagi
menjadi 8 bagian
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
No Nama tanaman Jumlah
1 Meniran 12
2 Eragrostis Amabilis 7
3 Mecardonia Procumbens 8
4 Bayam Duri 3

B. Pembahasan
Dari hasil pengamatan vegetasi ini terdapat data bahwa populasi
gulma meniran Phyllanthus urinaria menjadi gulma dengan populasi
terbanyak dengan jumlah 12, sedangkan gulma mecardonia procumbens
menjadi populasi terbanyak setelahnya yakni dengan jumlah 8 adapun
Eragrostis Amabais yang memiliki jumlah 7 dan gulma yang paling rendah
ialah bayam duri yang berjumla 3. Pada bekas lahan tanaman jagung
memilki erat hubungan dengan beberapa jenis gulma tersebut
Pada praktikum analisis gulma hanya melihat jenis spesies dan
jumlah gulma pada lahan gulma Phyllanthus arenaria termasuk parrenial
karena bagian dalam tanah terdiri dari akar dan umbi dengan sifat
penyebaran yang luas, system perakaran yang Panjang dan berkembangbiak
menggunakan biji.
Dengan melakukan kegiatan Analisa vegetasi kita dapat mengetahui
serta mempelajari susnan komponen jenis dan bentuk struktur tumbuh
tumbuhan. Analisis vegetasi dapat juga digunakan untuk mengetahui gulma
gulma yang memiliki kemampuan tinggi dalam penguasaan sarana tumbuh
hidup dan berkembangnya gulma tersebut, akan tetapi jenis tanaman juga
memiliki peran penting karena terkadang jenis tanaman tertentu bisa tidak
terpengarus oleh adanya gulma disekitar areanya.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada lahan bekas tanaman jagung terdapat populasi gulma yaitu,
gulma meniran Phyllanthus urinaria menjadi gulma dengan populasi
terbanyak dengan jumlah 12, sedangkan gulma mecardonia procumbens
menjadi populasi terbanyak setelahnya yakni dengan jumlah 8 adapun
Eragrostis Amabais yang memiliki jumlah 7 dan gulma yang paling rendah
ialah bayam duri yang berjumlah 3.
Jenis spesies dan jumlah gulma pada lahan, gulma Phyllanthus
arenaria termasuk parrenial karena bagian dalam tanah terdiri dari akar dan
umbi dengan sifat penyebaran yang luas, system perakaran yang Panjang
dan berkembangbiak menggunakan biji.
DAFTAR PUSTAKA
Heddy S. 2012. Metode Analisis Vegetasi dan Komunitas. Jakarta:Rajawali Press.
Sembel, D.T. 2010. Pengendalian Hayati Hama-hama Serangga Tropis dan
Gulma. Yogyakarta: C.V Andi Offset.
Sebayang, H, Thamrin. (2012). Pengendalian Gulma Pada Tanaman. Malang:
Program Pascasarjana Universitas Brawijaya.
Mas’ud, hidayati. 2009. Komposisi dan efisiensi pengendalian gulma
pada pertanaman kedelai dengan penggunaan bokashi. Jurnal Agroland 16
(2): 118 – 123.

Novalinda, Rista. Dkk. 2014. Analisis Vegetasi Gulma Pada Perkebunan Karet
(Hevea brasiliensis Mull. Arg.) di Kecamatan Batang Kapas, Kabupaten
Pesisir Selatan. Jurnal Biologi Universitas Andalas. 3(2):129-134 (ISSN :
2303-2162).
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai