Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGENDALIAN GULMA

“ANALISIS VEGETASI”

Oleh:

Nama : Rizky Anggara


NIM : 195040201111162
Kelas :B
Asisten : Angela Griya Adinda Rosa

FAKULTAS PERTANIAN
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara
organisme dan lingkungannya. Interaksi antara setiap organisme dan lingkungannya
merupakan suatu proses yang kompleks (Mulyoutami, et al. 2004). Lingkungan
merupakan hal yang paling penting untuk dilindungi dan dilestarikan karena
merupakan rumah bagi semua makhluk hidup, termasuk manusia, hewan dan
tumbuhan, serta faktor biotik dan abiotik sebagai pendukungnya. Ekologi
mempelajari segala sesuatu yang berhubungan dengan lingkungan, termasuk vegetasi.
Vegetasi adalah kumpulan berbagai jenis tumbuhan yang hidup di suatu tempat.
Vegetasi selalu dinamis dan selalu berkembang sesuai dengan keadaan habitatnya,
sehingga perlu dilakukan kegiatan analisis vegetasi.
Analisis vegetasi adalah metode yang digunakan untuk mengetahui sebaran
spesies yang berbeda di suatu daerah dengan pengamatan langsung (Martiningsih, et
al. 2015). Terdapat beberapa metode analisis vegetasi antara lain metode kuadrat,
metode titik, dan metode garis. Pada praktikum analisa vegetasi dilakukan dengan
menggunakan metode kuadrat yaitu pengambilan sampel gulma dengan bantuan alat
berupa petak contoh yang terbuat dari pasak kayu dan tali berbentuk persegi empat.
Dengan alat ini setiap jenis gulma yang terdapat dalam petak contoh dicabut dan
dicatat jumlah individu serta berat keringnya, untuk mendapatkan parameter
kerapatan, frekuensi, dan dominansi.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum analisis vegetasi ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui spesies gulma yang menyusun dan mendominasi dalam
vegetasi.
2. Untuk menentukan metode yang tepat dalam pengendalian gulma.
1.3 Manfaat
Manfaat yang didapatkan dari praktikum ini yaitu mahasiswa mengetahui
spesies gulma yang menyusun dan mendominasi dalam vegetasi serta mahasiswa
mengetahui metode yang akan digunakan dalam pengendalian gulma.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Gulma
Gulma merupakan tumbuhan yang mengganggu pertumbuhan tanaman
budidaya atau merugikan kepentingan manusia sehingga manusia berusaha untuk
mengendalikannya (Kilkoda, 2015). Jenis gulma meliputi gulma rumput (grasses),
gulma golongan teki-tekian (seedges) dan gulma golongan berdaun lebar (broad
leaves). Gulma merupakan salah satu faktor yang menghambat pertumbuhan tanaman
selain faktor alam, genetik dan budidaya tanaman. Gangguan gulma dapat
menyebabkan tanaman kerdil, daun-daun menguning dan produksi renda. Beberapa
kerugian yang disebabkan serangan gulma antara lain
1. Menghambat pertumbuhan dan menurunnya hasil tanaman akibat persaingan
dalam mendapatkan unsur hara, air, cahaya dan ruang tumbuh
2. Menurunkan kualitas hasil tanaman
3. Sebagai tanaman inang bagi hama dan penyakit; dapat menimbulkan keracunan
bagi tanaman pokok yang dikenal sebagai alelopati dan mempersulit pekerjaan di
lapangan.
2.2 Analisis Vegetasi
Vegetasi adalah kumpulan dari beberapa jenis tumbuhan yang tumbuh
bersama pada suatu tempat dimana terdapat hubungan interaksi yang erat antar
tumbuhan dan hewan yang hidup di dalam vegetasi tersebut dengan lingkungannya
(Setiawan, 2015). Dengan kata lain, vegetasi bukan sekedar kumpulan individu
spesies tumbuhan tetapi membentuk suatu kesatuan dimana individu-individu
tersebut saling bergantung satu sama lain, yang disebut komunitas tumbuhan.
Menurut Andini, et al (2018) Kehadiran vegetasi dalam suatu lanskap akan
berdampak positif terhadap keseimbangan ekosistem dalam skala yang lebih besar.
Secara umum, peran vegetasi dalam suatu ekosistem melibatkan pengaturan
keseimbangan karbon dioksida dan oksigen di udara, memperbaiki sifat fisik, kimia
dan biologi tanah, mengatur air bawah tanah dan sistem lainnya. Walaupun pada
umumnya keberadaan vegetasi di suatu daerah memiliki pengaruh positif, namun
pengaruhnya berbeda-beda tergantung pada struktur dan komposisi vegetasi yang
tumbuh di daerah tersebut (Sitanggang, 2017). Sebagai contoh, vegetasi umumnya
akan mengurangi laju erosi tanah, tetapi besarnya tergantung pada struktur dan
komposisi vegetasi yang membentuk vegetasi di kawasan tersebut.
Analisis vegetasi dapat digunakan untuk mempelajari susunan dan bentuk
vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan yaitu mempelajari tegakan hutan yaitu
pohon dan permudaan nya, dan mempelajari tegakan tumbuhan bawah yang
dimaksud tumbuhan bawah adalah suatu jenis vegetasi dasar yang terdapat di bawah
tegakan hutan kecuali permudaan pohon hutan, padang rumput, atau ilalang dan
vegetasi semak belukar (Haryanto, et al. 2015). Kelimpahan spesies individu atau
jenis struktur biasanya dinyatakan sebagai persentase dari jumlah total spesies yang
ada dalam suatu komunitas dan dengan demikian merupakan ukuran relatif, dengan
kelimpahan dan frekuensi menjadi sangat penting dalam menentukan struktur
komunitas. Sedangkan jika pada suatu daerah yang hanya didominasi oleh jenis-jenis
tertentu, maka daerah tersebut dikatakan memiliki keanekaragaman jenis yang
rendah. Menurut Putrika, et al, (2020) keanekaragaman spesies terdiri dari dua
komponen, yaitu jumlah spesies dalam komunitas yang biasa disebut kekayaan
spesies dan kesamaan spesies. Kesamaan menunjukkan bagaimana kekayaan spesies,
yaitu jumlah individu, biomassa, tutupan tanah, dan sebagainya, yang tersebar antara
banyak spesies itu.
2.3 Metode Kuadrat
Metode kuadrat merupakan salah satu metode analisis vegetasi berdasarkan
luas petak. Kuadrat yang dimaksud dalam metode ini adalah satuan ukuran luas yang
diukur dalam satuan persegi seperti m², cm² dan lain-lain (Ufiza, et al. 2019). Bentuk
petak contoh dalam metode kuadrat pada dasarnya ada tiga jenis yaitu bulat, persegi
dan persegi panjang. Dari ketiga bentuk plot sampel tersebut, masing-masing
memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
Pengambilan teknik sampel kuadrat (Quadrat Sampling Technique) adalah
teknik studi vegetasi dan umum digunakan di semua jenis komunitas tumbuhan
(Oktaviani, et al. 2018). Petak sampling yang dilakukan dalam teknik sampling ini
dapat berupa petak tunggal atau petak ganda. Petak individu dapat memberikan
informasi yang baik jika komunitas tumbuhan yang diteliti homogen. Plot-plot yang
akan digambar dapat ditempatkan secara acak atau dengan jarak yang sama menurut
prinsip-prinsip teknik pengambilan contoh yang dibuat dapat diletakkan secara
random atau beraturan sesuai dengan prinsip-prinsip teknik sampling yang telah
dikemukakan.
Menurut Agustina, et al. (2021), kerapatan adalah jumlah individu suatu jenis
tumbuhan pada suatu daerah tertentu. Frekuensi suatu jenis tumbuhan adalah
banyaknya petak yang ditemukan spesies tersebut dari jumlah petak yang diambil.
Zona basal adalah daerah dekat permukaan tanah yang dikendalikan oleh vegetasi.
Untuk pohon, area latar belakang diperkirakan dengan mengukur diameter batang.
Kerimbunan ditentukan berdasarkan area yang dicakup oleh populasi spesies
tanaman. Sementara frekuensi ditentukan berdasarkan berapa kali suatu spesies
tumbuhan ditemukan di beberapa area sampel (n) dibandingkan dengan relatif
terhadap total area sampel yang diambil (N), biasanya dalam persentase (%).
Keanekaragaman spesies dapat dianggap sebagai jumlah spesies di daerah tertentu
atau jumlah spesies dari total populasi semua spesies yang ada. Hubungan ini dapat
dinyatakan secara numerik sebagai indeks keanekaragaman atau sebagai indeks
signifikansi. Jumlah spesies dalam suatu bioma secara ekologis penting karena
keanekaragaman spesies tampaknya meningkat seiring dengan semakin stabilnya
bioma. Nilai penting merupakan suatu harga yang didapatkan dari penjumlahan nilai
relatif dari sejumlah variabel yang telah diukur (kerapatan relatif, kerimbunan relatif,
dan frekuensi relatif).
2.4 Pengelolaan Gulma
Program pengendalian gulma yang tepat untuk mencapai hasil yang
memuaskan pertama-tama harus dipertimbangkan terlebih dahulu. Pengetahuan
tentang biologi gulma (siklus hidup), faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
gulma, bagaimana gulma berkembang biak, menyebar dan merespon perubahan
lingkungan dan bagaimana gulma tumbuh dalam berbagai kondisi penting untuk
diketahui dalam menentukan arah program pengendalian (Ismilaili, et al. 2015).
Keberhasilan dalam pengendalian gulma harus didasari dengan pengetahuan yang
cukup dan benar dari sifat biologi gulma tersebut, seperti melakukan identifikasi,
mencari pustaka tentang referensi gulma, dan bertanya pada para pakar atau ahli
gulma. Cara tersebut merupakan langkah pertama untuk menjajaki kemungkinan cara
pengendalian yang tepat.
Pengelolaan gulma terpadu merupakan suatu konsep yang mengutamakan
pengendalian secara alami dengan menciptakan kondisi lingkungan yang tidak
menguntungkan bagi pertumbuhan gulma dan meningkatkan kemampuan tanaman
untuk bersaing dengan gulma. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pengendalian terpadu, yaitu pengendalian gulma secara langsung dengan cara fisik,
kimia, dan biologi dan secara tidak langsung dengan meningkatkan daya saing
tanaman melalui perbaikan teknik budidaya (Oksari, 2017). Selain itu, integrasikan
metode pengendalian ini dan menganalisis ekonomi pada kegiatan pengendalian
gulma. Pengelolaan gulma terpadu menggabungkan efisiensi dan efisiensi ekonomi.
Jika penggunaan herbisida berkurang, maka perlu dilakukan penggemburan tanah
setelah tanam. Pengolahan tanah dapat mencegah perkembangan resistensi herbisida
pada populasi gulma, mengurangi ketergantungan herbisida, dan menunda atau
mencegah perkembangbiakan tahunan spesies gulma yang umumnya berasosiasi.
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum analisis vegetasi dilaksanakan pada hari Rabu, 15 Maret 2023.
Berlokasi di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Jatimulyo,
Lowokwaru, Kota Malang.
3.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut.
a. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut.
No. Alat Fungsi
1. Frame petak Untuk membatasi area pengamatan
2. Meteran Untuk mengukur panjang
tali/membuat frame petak
3. Timbangan Untuk mengukur berat spesimen
4. Kamera Untuk mendokumentasikan kegiatan
5. Alat tulis Untuk mencatat hasil kegiatan
6. Oven Untuk mengeringkan spesimen
b. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut.
No. Bahan Fungsi
Spesies gulma dalam Sebagai spesimen yang
1.
frame diamati
3.3 Cara Kerja
a. Menentukan ukuran petak contoh minimum
Tentukan sebuah titik di lapang yang mempunyai spesies terbanyak, yg kemudian
ditandai dengan titik O

Dari titik O, kemudian buatlah sumbu X dan Y. Dari titik O, buatlah sebuah plot
bujur sangkar berukuran 1 m x 1 m dan catat semua spesies di dalam plot

Plot selanjutnya merupakan 2x luas plot pertama, catat spesies baru yang belum
ditemukan di plot sebelumnya

Lakukan secara terus menerus hingga tidak didapatkan spesies baru, atau
pertambahannya relatif sedikit

Susun kurva spesies area untuk menentukan area minimum untuk petak contoh.
Sumbu X menyatakan luas plot dan sumbu Y menyatakan jumlah spesies gulma

Misal pada plot 1 ditemukan 11 jenis, plot 2 ditemukan 15 jenis, plot 3 ditemukan
17 jenis, plot 4 ditemukan 19 jenis, dan plot 5 ditemukan 20 jenis

Kemudian dibuat sebuah kurva yang menyatakan luas petak contoh minimumnya.
Garis m ditarik dari titik 0 ke koordinat 10% (A) dari jumlah jenis dan 10% dari
luas petak contoh. Garis m merupakan tempat kedudukan dari 10% luas petak
contoh dan 10% dari jumlah jenis. Tarik garis n yang sejajar dengan garis m yang
kemudian menyinggung kurva K. proyeksi K pada sumbu C (titik B) adalah luas
minimal petak contoh (± 3 m2)
b. Metode Kuadrat
Menggunakan metode kuadrat dengan bentuk bujur sangkar berukuran 0,5 m x 0,5
m

Letakkan kuadran pada 4 tempat yang berbeda (4 ulangan). Kemudian melakukan


pengamatan visual untuk menduga penutupan masing-masing spesies gulma yang
terdapat pada kuadran.

Potong gulma yang ada masing-masing kuadran tepat diatas permukaan tanah,
kemudian pilah berdasar spesies yang ada dan lakukan identifikasi gulma untuk
masing-masing spesies.

Menimbang bobot basah dan kering masing-masing spesies yang ditemukan pada
tiap ulangan

Jika diperlukan dapat pula dihitung jumlah populasi masing-masing spesies gulma
tersebut (data kerapatan)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara
organisme dan lingkungannya. Analisis vegetasi adalah metode yang digunakan
untuk mengetahui sebaran spesies yang berbeda di suatu daerah dengan pengamatan
langsung. ada beberapa metode analisis vegetasi antara lain metode kuadrat (quadrat
method), metode titik (point intercept), dan metode garis (line intercept). Kerapatan
suatu spesies mewakili jumlah individu spesies dengan satuan luas tertentu. Pada
praktikum Analisa vegetasi dapat disimpulkan bahwa gulma Digitaria Sanguinalis
memiliki nilai SDR terbesar yaitu 16.68 sedangkan yang terkecil yaitu Ludwigja
octovalvis sebesar 0.39.
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, S., Maulana, Y., & Zahara, N. (2021). Analisis Vegetasi Jenis Pohon
Dikawasan Pegunungan Desa Iboih Kecamatan Sukakarya Kota Sabang.
Prosiding Biotik, 9(1).
Andini, S. W., Prasetyo, Y., & Sukmono, A. (2018). Analisis Sebaran Vegetasi dengan
Citra Satelit Sentinel Menggunakan Metode NDVI dan Segmentasi. Jurnal
Geodesi UNDIP, 7(1), 14-24.
Haryanto, D. A., Astiani, D., & Manurung, T. F. (2015). Analisa vegetasi tegakan
hutan di areal hutan kota Gunung Sari Kota Singkawang. Jurnal Hutan
Lestari, 3(2), 217-226.
Ismilaili, I., Purnaningsih, N., & Asngari, P. S. (2015). Tingkat Adopsi Inovasi
Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah di Kecamatan Leuwiliang,
Kabupaten Bogor. Jurnal Penyuluhan, 11(1), 49-57.
Kilkoda, A.K., T. Nurmala, dan D. Widayat. 2015. Pengaruh Keberadaan Gulma
(Ageratum Conyzoides Dan Boreria Alata) Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil
Tiga Ukuran Varietas Kedelai (Glycine Max L. Merr) Pada Percobaan Pot
Bertingkat. Jurnal Kultivasi, Vol. 14(2) : 1-9

Oksari, A. A. (2017). Analisis vegetasi gulma pada pertanaman jagung dan


hubungannya dengan pengendalian gulma di Lambung Bukit, Padang,
Sumatera Barat. Jurnal Sains Natural, 4(2), 135-142.
Putrika, A., Wijaya, S. K., Dwiranti, A., & Atria, M. (2020). Keanekaragaman Spesies
Lumut Hati Epifit dan Rekaman Baru Untuk Jawa. Floribunda, 6(4), 133-140.
Setiawan, H. (2015). Akumulasi Dan Distribusi Logam Berat Pada Vegetasi
Mangrove Di Pesisir Sulawesi Selatan. Jurnal Ilmu Kehutanan, 7(1), 12-24.
Sitanggang, E. P. (2017). Peranan Vegetasi Batata Pantai (Ipomoea Pes-Caprae)
Dalam Mereduksi Erosi Gisik Di Sepanjang Pantai Teluk Amurang, Sulawesi
Utara. Ilmu Kelautan: Indonesian Journal Of Marine Sciences, 12(2), 104-
110.

Ufiza, S., Salmiati, S., & Ramadhan, H. (2019). Analisis Vegetasi Tumbuhan dengan
Metode Kuadrat pada Habitus Herba di Kawasan Pegunungan Deudap Pulo
Nasi Aceh Besar. Prosiding Biotik, 6(1).
LAMPIRAN

a. Jumlah Gulma

No Nama Gulma Jumlah Gulma (plot) Total


1 2 3 4
1 Mimosa pudica/putri malu 16 12 7 10 45

2 Centella asiatica/Daun
Pegagan 3 3
3 Digitaria
sanguinalis/Rumput Jarji 2 42 21 6 71
4 Mecardonia
procumbens/Baby jump up 1 1 3 5
5 Emilia sonchifolia/Jonge 3 19 4 26

6 Ludwigia
octovalvis/La
kum air 2 2
7 Alternanthera
philoxeroides/Kremah 41 43 84
8 Amaranthus spinosus/
Bayam duri 2 2
9 Portulaca oleracea 23 17 40

10 Cyperus rotundus 3 10 13

11 Follopia Convolvus 4 9 13

12 Atriplex panula 1 1

13 Galinsoga parviflora 12 12

14 Acalypha indica 3 3

15 Ageratum conyzoides L. 4 4

16 Elusine indica 14 1 15

17 Leptochloa chinensis 2 2

18 Gratiola officinalis 2 2
19 Digitaria ciliaris 31 31

20 Panicum hemitomon 1 1

21 Ipomea lacunosa 6 6

22 Ballota pseudodictamnus L. 3 3

23 Mentha longifolia (L.) L. 1 1

24 Viola alba 3 3

25 Cissampelos pareira 1 1

Total 389

b. Berat Kering Gulma

Berat Kering (Plot) Total


NO
Gulma
1 2 3 4
1 Mimosa pudica/putri malu 30 42,7 29,3 20,1 122,1

2 Centella asiatica/ 0,3 0,3


Daun Pegagan
3 Digitaria 1,8 71,9 17,6 22,8 114,1
sanguinalis/ Rumput Jarji
4 Mecardonia 0,9 0,4 22,2 23,5
procumbens/ Baby jump
up
5 Emilia sonchifolia/ Jonge 5,9 1,4 0,35 25,6 33,25
6 Ludwigia octovalvis/ 0,8 0,8
Lakum air
7 Alternanthera philoxeroides/ 25 25
Kremah
8 Amaranthus spinosus/ 2,2 2,2
Bayam duri
9 Portulaca oleracea 9,24 7,7 16,94
10 Cyperus rotundus 4 2,9 6,9
11 Follopia Convolvus 3,5 13,9 17,4
12 Atriplex panula 1,9 1,9
13 Galinsoga parviflora 0,6 0,6
14 Acalypha indica 1,1 1,1
15 Ageratum conyzoides L. 1,6 1,6
16 Elusine indica 3,8 3,8
17 Leptochloa chinensis 1,6 1,6
18 Gratiola officinalis 2,3 7,9 10,2
19 Digitaria ciliaris 25,3 25,3
20 Panicum hemitomon 21,5 21,5
21 Ipomea lacunosa 28,9 28,9
22 Ballota pseudodictamnus 21,5 21,5
L.
23 Mentha longifolia (L.) L. 20,5 20,5
24 Viola alba 21,9 21,9
25 Cissampelos pareira 0,1 0,1
Total 522,99
Lampiran 3. Tabel SDR
Spesies KM KN (%) DM DN (%) FM FN (%) NV SDR
Mimosa pudica/putri 11,25 11,5681 30,53 23,3465 1 10 44,915 14,972
malu
Centella asiatica/Daun 0,75 0,7712 0,08 0,0574 0,25 2,5 3,329 1,110
Pegagan
Digitaria 17,75 18,2519 28,53 21,8169 1 10 50,069 16,690
sanguinalis/Rumput
Jarji
Mecardonia 1,25 1,2853 5,88 4,4934 0,75 7,5 13,279 4,426
procumbens/Baby
jump up
Emilia 6,5 6,6838 8,31 6,3577 0,75 7,5 20,541 6,847
sonchifolia/Jonge
Ludwigia 0,5 0,5141 0,20 0,1530 0,25 2,5 3,167 1,056
octovalvis/Lakum air
Alternanthera 21 21,5938 6,25 4,7802 0,5 5 31,374 10,458
philoxeroides/Kremah
Amaranthus spinosus/ 0,5 0,5141 0,55 0,4207 0,25 2,5 3,435 1,145
Bayam duri
Portulaca oleracea 10 10,2828 4,24 3,2391 0,5 5 18,522 6,174
Cyperus rotundus 3,25 3,3419 1,73 1,3193 0,5 5 9,661 3,220
Follopia Convolvus 3,25 3,3419 4,35 3,3270 0,5 5 11,669 3,890
Atriplex panula 0,25 0,2571 0,48 0,3633 0,25 2,5 3,120 1,040
Galinsoga parviflora 3 3,0848 0,15 0,1147 0,25 2,5 5,700 1,900
Acalypha indica 0,75 0,7712 0,28 0,2103 0,25 2,5 3,482 1,161
Ageratum conyzoides 1 1,0283 0,40 0,3059 0,25 2,5 3,834 1,278
L.
Elusine indica 3,75 3,8560 0,95 0,7266 0,5 5 9,583 3,194
Leptochloa chinensis 0,5 0,5141 0,40 0,3059 0,25 2,5 3,320 1,107
Gratiola officinalis 0,5 0,5141 2,55 1,9503 0,25 2,5 4,964 1,655
Digitaria ciliaris 7,75 7,9692 6,33 4,8376 0,25 2,5 15,307 5,102
Panicum hemitomon 0,25 0,2571 5,38 4,1110 0,25 2,5 6,868 2,289
Ipomea lacunosa 1,5 1,5424 7,23 5,5259 0,25 2,5 9,568 3,189
Ballota 0,75 0,7712 5,38 4,1110 0,25 2,5 7,382 2,461
pseudodictamnus L.
Mentha longifolia (L.) 0,25 0,2571 5,13 3,9198 0,25 2,5 6,677 2,226
L.
Viola alba 0,75 0,7712 5,48 4,1875 0,25 2,5 7,459 2,486
Cissampelos pareira 0,25 0,2571 0,03 0,0191 0,25 2,5 2,776 0,925
Total 97,25 130,7475 10
Perhitungan KM
 Mimosa pudica = (16 + 12 + 7 + 10)/4 = 11.25
 Centella asiatica = (3)/4 = 0.75
 Digitaria sanguinalis = (2+42+21+6)/4 = 17.75
 Mecardonia procumbens = (2)/4 = 0.5
 Emilia sonchifolia = (3+19+1+4)/4 = 6.75
 Ludwigja octovalvis = (2)/4 = 0.5
 Althernanthera philoxeroides = (41+43)/4 = 21
 Amaranthus spinosus = (2)/4 = 0.5
 Portulaca oleracea = (23+17)/4 = 10
 Cyperus rotundus = (3+10)/4 = 3.25
 Follopia convolvus = (4+9)/4 = 3.25
 Atriplex panula = (1)/4 = 0.25
 Galinsoga parviflora = (12)/4 = 3
 Acalypha indica = (3)/4 = 0.75
 Ageratum conyzoides = (4)/4 = 1
 Ballota pseudodictamnus = (3)/4 = 0.75
 Mentha longifolia = (1)/4 = 0.25
 Elusine indica = (14+1)/4= 3.75
 Leptochloa chinensis = (2)/4 = 0.5
 Gratiola officinalis = (2)/4 = 0.5
 Digitaria ciliaris = 31/4 = 7.75
 Panicum hemitomon = ¼ = 0,25
 Ipomea lacunose = 6/4 = 1.5
 Viola alba = ¾ = 0.75
 Cissampelos pareira = ¼ = 0.25
Total KM = 96.75

Perhitungan KN
 Mimosa pudica = (11.25/96.75) x 100% = 11.62
 Centella asiatica = (0.75/96.75) x 100% = 0.77
 Digitaria sanguinalis = (17.75/96.75) x 100% = 18.34
 Mecardonia procumbens = (0.5/96.75) x 100% = 0.51
 Emilia sonchifolia = (6.75/96.75) x 100% = 6.97
 Ludwigja octovalvis = (0.5/96.75) x 100% = 0.51
 Althernanthera philoxeroides = (21/96.75) x 100% = 21.70
 Amaranthus spinosus = (0.5/96.75) x 100% = 0.51
 Portulaca oleracea = (10/96.75) x 100% = 10.33
 Cyperus rotundus = (3.25/96.75) x 100% = 3.35
 Follopia convolvus = (3.25/96.75) x 100% = 3.35
 Atriplex panula = (0.25/96.75) x 100% = 0.25
 Galinsoga parviflora = (3/96,75) x 100% = 3.10
 Acalypha indica = (0.75/96.75) x 100% = 0.77
 Ageratum conyzoides = (1/96.75) x 100% = 1.03
 Ballota pseudodictamnus = (0.75/96.75) x 100% = 0.77
 Mentha longifolia = (0.25/96.75) x 100% = 0.25
 Elusine indica = (3.75/96.75) x 100% = 3.87
 Leptochloa chinensis = (0.5/96.75) x 100% = 0.51
 Gratiola officinalis = (0.5/96.75) x 100% = 0.51
 Digitaria ciliaris = (7.75/96.75) x 100% = 8.01
 Panicum hemitomon = (0,25/96.75) x 100% = 0.25
 Ipomea lacunose = (1.5/96.75) x 100% = 1.55
 Viola alba = (0.75/96.75) x 100% = 0.77
 Cissampelos pareira = (0.25/96.75) x 100% = 0.25
Total KN = 99.85

Perhitungan DM
30+42,7+29,3+20,1
 Mimosa pudica = = 30,53
4
 Centella asiatica = 0,3/4= 0,08
 Digitaria sanguinalis = (1,1+71,9+17,6+22,8)/4= 28,35
 Mecardonia procumbens = (0,9+0,4+22,2)/4= 5,88
 Emilia sonchifolia = (5,1+1,1+0,35+25,6)/4= 8,31
 Ludwigja octovalvis = (0,8)/4 = 0,20
 Althernanthera philoxeroides = (25)/4= 6,25
 Amaranthus spinosus = 2,2/4= 0,55
 Portulaca oleracea = (9,24+7,7)/4 = 4,24
 Cyperus rotundus = (4+2,9)/4 = 1,73
 Follopia convolvus = (3,1+13,9)/4 = 4,35
 Atriplex panula = (1,9)/4 = 0,48
 Galinsoga parviflora = (0,6)/4 = 0,15
 Acalypha indica = 1,1/4 = 0,28
 Ageratum conyzoides = 1,6/4 = 0,4
 Ballota pseudodictamnus = 3,8/4 = 0,95
 Mentha longifolia = 1,6/4= 0,4
 Elusine indica = (2,3+7,9)/4 = 2,55
 Leptochloa chinensis = 25,3/4 =6,33
 Gratiola officinalis = 21,5/4 = 5,38
 Digitaria ciliaris = 28,9/4 = 7,23
 Panicum hemitomon = 21,5/4 = 5,38
 Ipomea lacunose = 20,5/4 = 5,13
 Viola alba = 21,9/4 = 5,48
 Cissampelos pareira = 0,1/4 = 0,03
Total DM = 130,57
Perhitungan DN
 Mimosa pudica = (30,53/130.57) x 100% = 23.38
 Centella asiatica = (0,08/130.57) x 100% = 0.06
 Digitaria sanguinalis = (28,35/130.57) x 100% = 21.71
 Mecardonia procumbens = (5,88/130.57) x 100% = 4.50
 Emilia sonchifolia = (8,31/130.57) x 100% = 6.37
 Ludwigja octovalvis = (0,20/130.57) x 100% = 0.15
 Althernanthera philoxeroides = (6,25/130.57) x 100% = 4.79
 Amaranthus spinosus = (0,55/130.57) x 100% = 0.42
 Portulaca oleracea = (4,24/130.57) x 100% = 3.24
 Cyperus rotundus = (1,73/130.57) x 100% = 1.32
 Follopia convolvus = (4,35/130.57) x 100% = 3.33
 Atriplex panula = (0,48/130.57) x 100% = 0.36
 Galinsoga parviflora = (0,15/130.57) x 100% = 0.11
 Acalypha indica = (0,28/130.57) x 100% = 0.21
 Ageratum conyzoides = (0,4/130.57) x 100% = 0.31
 Ballota pseudodictamnus = (0,95/130.57) x 100% = 0.73
 Mentha longifolia = (0,4/130.57) x 100% = 0.31
 Elusine indica = (2,55/130.57) x 100% = 1.95
 Leptochloa chinensis = (6,33/130.57) x 100% = 4.84
 Gratiola officinalis = (5,38/130.57) x 100% = 4.12
 Digitaria ciliaris = (7,23/130.57) x 100% = 5.53
 Panicum hemitomon = (5,38/130.57) x 100% = 4.12
 Ipomea lacunose = (5,13/130.57) x 100% = 3.93
 Viola alba = (5,48/130.57) x 100% = 4.19
 Cissampelos pareira = (0,03/130.57) x 100% = 0.02
TOTAL DN = 100

Perhitungan FM
 Mimosa pudica = 1
 Centella asiatica = 0.25
 Digitaria sanguinalis = 1
 Mecardonia procumbens = 0.5
 Emilia sonchifolia = 1
 Ludwigja octovalvis = 0.25
 Althernanthera philoxeroides = 0.5
 Amaranthus spinosus = 0.25
 Portulaca oleracea = 0.5
 Cyperus rotundus = 0.5
 Follopia convolvus = 0.5
 Atriplex panula = 0.25
 Galinsoga parviflora = 0.25
 Acalypha indica = 0.25
 Ageratum conyzoides = 0.25
 Ballota pseudodictamnus = 0.25
 Mentha longifolia = 0.25
 Elusine indica = 0.5
 Leptochloa chinensis = 0.25
 Gratiola officinalis = 0.25
 Digitaria ciliaris = 0.25
 Panicum hemitomon = 0,25
 Ipomea lacunose = 0.25
 Viola alba = 0.25
 Cissampelos pareira = 0.25
TOTAL FM = 10

Perhitungan FN
 Mimosa pudica = (1/10) x 100% = 10
 Centella asiatica = (0.25/10) x 100% = 2.5
 Digitaria sanguinalis = (1/10) x 100% = 10
 Mecardonia procumbens = (0.5/10) x 100% = 5
 Emilia sonchifolia = (1/10) x 100% = 10
 Ludwigja octovalvis = (0.25/10) x 100% = 2.5
 Althernanthera philoxeroides = (0.5/10) x 100% = 5
 Amaranthus spinosus = (0.25/10) x 100% = 2.5
 Portulaca oleracea = (0.5/10) x 100% = 5
 Cyperus rotundus = (0.5/10) x 100% = 5
 Follopia convolvus = (0.5/10) x 100% = 5
 Atriplex panula = (0.25/10) x 100% = 2.5
 Galinsoga parviflora = (0.25/10) x 100% = 2.5
 Acalypha indica = (0.25/10) x 100% = 2.5
 Ageratum conyzoides = (0.25/10) x 100% = 2.5
 Ballota pseudodictamnus = (0.25/10) x 100% = 2.5
 Mentha longifolia = (0.25/10) x 100% = 2.5
 Elusine indica = (0.5/10) x 100% = 5
 Leptochloa chinensis = (0.25/10) x 100% = 2.5
 Gratiola officinalis = (0.25/10) x 100% = 2.5
 Digitaria ciliaris = (0.25/10) x 100% = 2.5
 Panicum hemitomon = (0.25/10) x 100% = 2.5
 Ipomea lacunose = (0.25/10) x 100% = 2.5
 Viola alba = (0.25/10) x 100% = 2.5
 Cissampelos pareira = (0.25/10) x 100% = 2.5
TOTAL FN = 100

Important Value (IV) = KN + FN + DN


 Mimosa pudica = 11,62 + 10 + 23,38 = 45
 Centella asiatica = 0,77 + 2,5 + 0,06 = 3,33
 Digitaria sanguinalis = 18,34+10+21,71 = 50,05
 Mecardonia procumbens = 0,51+4,5+5 = 10,01
 Emilia sonchifolia = 6,97+10+6,37 = 23,34
 Ludwigja octovalvis = 0,51+0,5+0,15 = 1,16
 Althernanthera philoxeroides = 21,7+5+4,79 = 31,49
 Amaranthus spinosus = 0,51+2,5+0,42 = 3,43
 Portulaca oleracea = 10,33+5+3,24 = 18,57
 Cyperus rotundus = 3,35+5+1,32 = 9,67
 Follopia convolvus = 3,35+5+3,33 = 11,68
 Atriplex panula = 0,25+2,5+0,36 = 3,11
 Galinsoga parviflora = 3,1+2,5+0,11 = 5,71
 Acalypha indica = 0,77+2,5+0,21 = 3,48
 Ageratum conyzoides = 1,03+2,5+0,31 = 3,84
 Ballota pseudodictamnus = 0,77+2,5+0,73 = 4
 Mentha longifolia = 0,25+2,5+0,31 = 3,06
 Elusine indica = 3,87+5+1,95 = 10,82
 Leptochloa chinensis = 0,51+2,5+4,84 = 7,85
 Gratiola officinalis = 0,51+2,5+4,12 = 7,13
 Digitaria ciliaris = 8,01+2,5+5,53 = 16,04
 Panicum hemitomon = 0,25+2,5+4,12 = 6,87
 Ipomea lacunose = 1,55+2,5+3,93 = 7,98
 Viola alba = 0,77+2,5+4,19 = 7,46
 Cissampelos pareira = 0,25+2,5+0,02 = 2,77
SDR = IV/3
 Mimosa pudica = 45/3 = 15
 Centella asiatica = 3,33/3 = 1,11
 Digitaria sanguinalis = 50,05/3 = 16,68
 Mecardonia procumbens = 10,01/3 = 3,34
 Emilia sonchifolia = 23,34/3= 7,78
1,16
 Ludwigja octovalvis = = 0,39
3

 Althernanthera philoxeroides = 31,49/3= 10,50


 Amaranthus spinosus = 3,43/3= 1,14
 Portulaca oleracea = 18,57/3= 6,19
 Cyperus rotundus = 9,67/3= 3,22
 Follopia convolvus = 11,68/3= 3,89
 Atriplex panula = 3,11/3= 1,04
 Galinsoga parviflora = 5,71/3= 1,90
 Acalypha indica = 3,48/3= 1,16
 Ageratum conyzoides = 3,84/3= 1,28
 Ballota pseudodictamnus = 4/3= 1,33
 Mentha longifolia = 3,06/3= 1,02
 Elusine indica = 10,82/3= 3,61
 Leptochloa chinensis = 7,85/3= 2,62
 Gratiola officinalis = 7,13/3= 2,38
 Digitaria ciliaris = 16,04/3= 5,35
 Panicum hemitomon = 6,87/3= 2,29
 Ipomea lacunose = 7,98/3= 2,66
 Viola alba = 7,46/3= 2,49
 Cissampelos pareira = 2,77/3= 0,92

Anda mungkin juga menyukai