Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PRAKTIKUM

EKOLOGI TANAMAN
AGROEKOSISTEM DAN JARING PANGAN WILAYAH SEKITAR
PANTAI PANGANDARAN









Oleh :
Putri Holaw Hening Pratiwi
NIM A1L111012
Rombongan 5
Kelompok 2






KEMENTERIANPENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2014
I. PENDAHULUAN
A. Tujuan Praktikum
1. Menganalisis distribusi dan jenis tanaman yang dibudidayakan
berdasarkan tingkat ketinggian tempat yang berbeda serta pengamatan
terhadap faktor-faktor lingkugannya.
2. Mengetahui keragaman dan distribusi agroekositem pada wilayah pantai
dengan berbagai keunikan sistem budidaya pertanian.
3. Mengetahui keragaman spesies yang ada di suatu ekosistem dan
menghubungkan antar spesies dalam bentuk hubungan rantai pangan.

B. Landasan Teori
Ekologi merupakan ilmu yang menggunakan pengamatan dan eksperimen
untuk menguji penjelasan hipotesis dari fenomena-fenomena ekologis (Campbell,
2000).
Vegetasi atau komunitas tumbuhan merupakan salah satu komponen biotik
yang menempati habitat tertentu seperti hutan, padang ilalang, semak belukar dan
lain-lain. Struktur dan komposisi vegetasi pada suatu wilayah dipengaruhi oleh
komponen ekosistem lainnya yang saling berinteraksi, sehingga vegetasi yang
tumbuh secara alami pada wilayah tersebut sesungguhnya merupakan
pencerminan hasil interaksi berbagai faktor lingkungan dan dapat mengalami
perubahan drastik karena pengaruh anthropogenik (Setiadi, 1984).
Kehadiran vegetasi pada suatu landscape akan memberikan dampak positif
bagi keseimbangan ekosistem dalam skala yang lebih luas. Secara umum peranan
vegetasi dalam suatu ekosistem terkait dengan pengaturan keseimbangan karbon
dioksida dan oksigen dalam udara, perbaikan sifat fisik, kimia dan biologis tanah,
pengaturan tata air tanah dan lain-lain. Meskipun secara umum kehadiran vegetasi
pada suatu area memberikan dampak positif, tetapi pengaruhnya bervariasi
tergantung pada struktur dan komposisi vegetasi yang tumbuh pada daerah itu.
Sebagai contoh vegetasi secara umum akan mengurangi laju erosi tanah, tetapi
besarnya tergantung struktur dan komposisi tumbuhan yang menyusun formasi
vegetasi daerah tersebut (Setiadi, 1984).
Tjitrosoepomo (2002),menyatakan bahwa Analisis komunitas tumbuhan
merupakan suatu cara mempelajari susunan atau komposisi jenis dan bentuk atau
struktur vegetasi. Dalam ekologi hutan, satuan vegetasi yang dipelajari atau
diselidiki berupa komunitas tumbuhan yang merupakan asosiasi konkret dari
semua spesies tetumbuhan yang menempati suatu habitat. Oleh karena itu, tujuan
yang ingin dicapai dalam analisis komunitas adalah untuk mengetahui komposisi
spesies dan struktur komunitas pada suatu wilayah yang dipelajari.
Kimbal (1965),menyatakan bahwa Analisa vegetasi adalah cara mempelajari
susunan (komposisi jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-
tumbuhan. Untuk suatu kondisi hutan yang luas, maka kegiatan analisa vegetasi
erat kaitannya dengan sampling, artinya kita cukup menempatkan beberapa petak
contoh untuk mewakili habitat tersebut. Dalam sampling ini ada tiga hal yang
perlu diperhatikan, yaitu jumlah petak contoh, cara peletakan petak contoh dan
teknik analisa vegetasi yang digunakan.
Pada kenyataannya, makhluk hidup tidak dapat lepas dari lingkungannya,
baik itu makhluk hidup lainnya (biotik) maupun makhluk tak hidup
(abiotik). Dengan interaksi antara kedua komponen tersebut, ekosistem akan
selalu tumbuh berkembang sehingga menimbulkan perubahan ekosistem
(Sulistyorini, 2009 ).
Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal
balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya dan antara komponen
komponen tersebut terjadi pengambilan dan perpindahan energi, daur materi, dan
produktivitas (Sativani, 2010).
Antara populasi yang satu dengan populasi lain selalu terjadi interaksi baik
secara langsung maupun tidak langsung dalam komunitasnya (Riza, 2009).
Contoh interaksi antarpopulasi adalah sebagai berikut (Sativani, 2010):
1. Alelopati
Merupakan interaksi antar populasi, bila populasi yang satu menghasilkan
zat yang dapat menghalangi tumbuhnya populasi lain. Contohnya, di sekitar
pohon walnut (juglans) jarang ditumbuhi tumbuhan lain karena tumbuhan ini
menghasilkan zat yang bersifat toksik. Pada mikroorganisme istilah alelopati
dikenal sebagai anabiosa.Contoh, jamurPenicillium sp. dapat menghasilkan
antibiotika yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri tertentu.
2. Kompetisi
Merupakan interaksi antarpopulasi, bila antar populasi terdapat kepentingan
yang sama sehingga terjadi persaingan untuk mendapatkan apa yang diperlukan.
Contoh, persaingan antara populasi kambing dengan populasi sapi di padang
rumput.













II. METODE PRAKTIKUM
A. Analisis Vegetasi
1. Alat dan Bahan
Pada praktikum kali ini alat yang digunakan adalah altimeter,
termohigrometer, pH meter, lux meter, spidol, pensil warna, spidol warna, pulpen
dan buku catatan. Sedangkan bahan yang digunakan adalah kertas karton, kertas
A4 dan ekosistem pantai pangandaran.
2. Prosrdur Kerja
Batasan-batasan lokasi yang akan dianalisis ditentukan untuk
masing-masing kelompok.
Titik awal perjalanan ditentukan dan lokasi pengamatan dibagi
menjadi tiga bagian (depan, tengah dan belakang)
Wilayah yang telah ditentukan batasnya ditelusuri dan diamati
keragaman vegetasinya, teknik budidaya, jumlah dan faktor
lingkungan lainya.
Hasil pengamatan disketsanya pada kertas A4
Lalu sketsa yang telah dibuat ulang gambarnya pada kertas karton
dan diberi warna agar menarik, serta diberi keterangan dan informasi
tambahan mengenai vegetasi tersebut.
Hasil pengamatan dipresentasikan di hadapan dosen dan seluruh
rombongan praktikan.
B. Jaring Pangan
1. Alat dan Bahan
Pada praktikum kali ini alat yang digunakan adalah spidol, pensil warna,
spidol warna, pulpen dan buku catatan. Sedangkan bahan yang digunakan adalah
kertas karton, kertas A4 dan keragaman spesies ekosistem pantai pangandaran.
2. Prosedur Kerja
Batasan-batasan lokasi yang akan dianalisis ditentukan untuk
masing-masing kelompok.
Titik awal perjalanan ditentukan dan lokasi pengamatan dibagi
menjadi tiga bagian (depan, tengah dan belakang)
Wilayah yang telah ditentukan batasnya ditelusuri dan diamati
keragaman serta interaksi antar spesies yang ada.
Dibuat sketsa jaringan pangan berdasarkan hasil pengamatan pada
kertas A4.
Lalu sketsa yang telah dibuat ulang gambarnya pada kertas karton
dan diberi warna agar menarik
Hasil pengamatan dipresentasikan di hadapan dosen dan seluruh
rombongan praktikan.




C. Wawancara Dengan Petani
1. Alat dan Bahan
Pada praktikum kali ini alat dan bahan yang dibutuhkan adalah kamera,
recorder, pulpen dan buku catatan.
2. Peosedur Kerja
Batasan-batasan lokasi yang akan dianalisis ditentukan untuk
masing-masing kelompok.
Titik awal perjalanan ditentukan dan lokasi pengamatan dibagi
menjadi tiga bagian (depan, tengah dan belakang)
Pada wilayah yang telah ditentukan petani yang ditemui
diwawancarai guna mendapat informasi lebih rinci dan jelas
mengenai keragaman vegetasi dan keragaman spesies berserta
interaksinya.
Hasil wawancara dijadikan bahan acuan untuk informasi yang akan
dipresentasikan di hadapan dosen dan seluruh rombongan praktikan.





III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Gambar hasil analisis vegetasi dan jaringan pangan terlampir.
Hasil wawancara
Dari hasil wawancara dengan petani pada lahan atau kawasan yang kami
amati transknya didapatkan informasi-informasi bahwa pada lahan ini tanaman
utama yang ditanam adalah tanaman kelapa, dan tanaman pisang untuk tanamqan
pisang. Jadi dapat dikatakan bahwa sistem pertanaman didaerah ini menggunakan
sistem tanam tumpang sari. Menurut petani yang diwawancarai tanaman pisang
yang ditanam hanya untuk mengisi lahan kosong.
Tanaman kelapa yang dibudidayakan dikawasan ini bukan merupakan milik
warga disekitar lahan, melainkan milik warga yang tinggal jauh dari lahan.
Tanaman kelapa ini dimanfaatkan untuk diambil niranya. Petani penyadap nira
berasal dari daerah di luar desa. Sedangkan hasil panen tanaman pisang biasanya
hanya dijual oleh warga sekitar. Mayoritas luasan lahan dimiliki oleh warga diluar
desa, warga desa hanya memanfaatkan lahan yang belum didirikan bangunan
untuk ditanami tanaman budidaya.
Hama yang terdapat disekitar lahan biasanya adalah bajing, hama tersebut
dikendalikan dengan cara diburu, kemudian dijadikan obat untuk penyakit
kencing manis oleh warga. Selain bajing, terdapat pula hama ulat yang menyerang
tanaman budidaya lainnya.

B. Pembahasan
Praktikum ekologi tanaman dilakukan pada tanggal 3 Mei 2014. Ekosistem
yang diamati adalah ekosistem disekitar Pantai Pangandaran, Desa Babakan, Jawa
Barat. Pengamatan dilakukan dengan cara berjalan menulusuri lokasi yang telah
ditetapkan dan menganalisis serta mengamati vegetasi serta komponen lingkungan
lainya. Diketahui beberapa informasi menganai faktor abiotiknya diantaranya
ketinggia temapat 0-5 mdpl, temperatur 29C, kelembaban 73 %, intensitas
dahaya matahari 523-530 lux dan pH 6. Dan dari penelusuran tersebut diketahui
bahwa tanaman yang dominan pada daerah sekitar pantai Pangandaran adalah
kelapa dan pisang.
Kelapa
Tanaman kelapa tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti aluvial, laterit,
vulkanis, berpasir, tanah liat, atau pun tanah berbatu, tetapi paling baik pada
endapan aluvial. Kelapa dapat tumbuh subur paa pH 5-8, optimum pada pH 5,5-
6,5. Pada tanah dengan pHdiatas 7,5 dan tidak terdapat keseimbangan unsur hara,
sering menunjukan gejala-gejala difisiensi besi dan mangan. Kelapa
membutuhkan air tanah dalam kondisi tersedia. Tanaman kelapa membutuhkan
lahan yang datar (0-3%) (Suhardiono, 1993).
Pisang
Tanaman pisang paling cocok tumbuh di daerah tropis. Curah hujan yang
optimal berkisar 2000-4000 mm/tahun dengan 1 bulan kering, dengan suhu rata-
rata tahunan antara 25-27C. Dan masih agak sesuai tumbuh pada daerah dengan
curah hujan 1500-2000 mm/tahun atau 4000-5000 mm/tahun dengan suhu rata-
rata tahunan 22-25C atau 27-30C. Curah hujan yang merata sepanjang tahun
paling baik bagi pertumbuhan tanaman pisanga, tetapi pisang dapat tumbuh pada
daerah yang mempunyai bulan kering yang nyata. Kekeringan dapat mengurangi
kualitas buah yang dihasilkan. Temperatur yang optimal untuk pertumbuhan
tanaman oisang adalah 25-28C. Pertumbuhan akan terganggu apabila temperatur
22C, sedangkan untuk temperatur rata-rata tahunan terendah untuk pertumbuhsn
tsnsmsn pisang adalah 14C. Temperatur yang terlalu dingin, 10C juga tidak baik
untuk pertumbuhan pisang, sedangkan jika terlalu panas akan berdampak terhadap
kekeringan pada daun dan buah. (cybex.deptan.go.id, 2008)
Secara garis besar, berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa
tanaman kelapa dan pisang memang cocok hidup di sekitar pantai.
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan dilapang dan wawancara
petani, ditemukan bahwa hama yang mengganggu tanman kelapa adalah bajing.
Hal ini sesuai dengan yang dipaparkan Suhardiono (1993), bahwa bajing
merupakan slah satu hama pada tanaman kelapa. Gejala serngan yang
ditinggalkan bajing adalah buah yang sudah agak tua tergerek di bagian ujung
buah, isi buah habis dimakan 2-3 hari. Pengendalia dapat dilakukan dengan cara
memburu bajing atau sanitasi mahkota kelapa.
Selain kedua tanaman yang dominan diatas terdapat tanaman-tanaman lain
di lokasi yang kami amati. Berikut tanaman-tanaman yang kami temui di lokasi
pengamatan berserta syarat tumbuhnya:
Ubi Jalar
Tanaman ubi jalar membutuhkan hawa panas dan udara yang lembab.
Daerah yang paling ideal untuk budidaya ubi jalar adalah daerah yang bersuhu 21-
27 C. Daerah yang mendapat sinar matahari 11-12 jam/hari merupakan daerah
yang disukai. Pertumbuhan dan produksi yang optimal untuk usaha tani ubi jalar
tercapai pada musim kering (kemarau). Di tanah yang kering (tegalan) waktu
tanam yang baik untuk tanaman ubi jalar yaitu pada waktu musim hujan, sedang
pada tanah sawah waktu tanam yang baik yaitu sesudah tanaman padi dipanen.
Tanaman ubi jalar dapat ditanam di daerah dengan curah hujan 500-5000
mm/tahun, optimalnya antara 750-1500 mm/tahu. Hampir setiap jenis tanah
pertanian cocok untuk membudidayakan ubi jalar. Jenis tanah yang paling baik
adalah pasir berlempung, gembur, banyak mengandung bahan organik, aerasi
serta drainasenya baik. Penanaman ubi jalar pada tanah kering dan pecah-pecah
sering menyebabkan ubi jalar mudah terserang hama penggerek (Cylas sp.).
Sebaliknya, bila ditanam pada tanah yang mudah becek atau berdrainase yang
jelek, dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman ubi jalar kerdil, ubi mudah
busuk, kadar serat tinggi, dan bentuk ubi benjol. Derajat keasaman tanah adalah
pH=5,5-7,5. Tanaman ubi jalar dapat dikatakan cukup cocok hidup di daerah
pantai.
Duku
Tanaman duku tidak dapat tumbuh optimal di daerah yg kecepatan anginnya
tinggi.Tanaman duku umumnya dapat tumbuh di daerah yg curah hujannya tinggi
& merata sepanjang tahun. Tanaman duku tumbuh secara optimal di daerah dgn
iklim basah sampai agak basah yg bercurah hujan antara 1500-2500
mm/tahun.Tanaman duku tumbuh optimal pada intensitas cahaya matahari tinggi.
Tanaman duku dapat tumbuh subur jika terletak di suatu daerah dgn suhu rata-rata
19 C.Kelembaban udara yg tinggi juga dapat mempercepat pertumbuhan
tanaman duku, sebaliknya jika kelembaban udara rendah dapat menghambat
pertumbuhan tanaman duku. Tanaman duku dapat tumbuh baik sekali pada tanah
yg banyak mengandung bahan organik, subur & mempunyai aerasi tanah yg baik.
Sebaliknya pada tanah yg agak sarang/tanah yg banyak mengandung pasir,
tanaman duku tdk akan berproduksi dgn baik apabila tdk disertai dgn pengairan
yg cukup. Derajat keasaman tanah (pH) yg baik utk tanaman duku adalah 67,
walaupun tanaman duku relatif lebih toleran terhadap keadaan tanah masam. Di
daerah yg agak basah, tanaman duku akan tumbuh & berproduksi dgn baik
asalkan keadaan keadaan air tanahnya kurang dari 150 m di bawah permukaan
tanah (air tanah tipe a & tipe b). Tetapi tanaman duku tdk menghendaki air tanah
yg menggenang karena dapat menghambat pertumbuhan & produksi tanaman.
Tanaman duku lebih menyukai tempat yg agak lereng karena tanaman duku tdk
dapat tumbuh optimal pada kondisi air yg tergenang. Sehingga jika tempatnya
agak lereng, air hujan akan terus mengalir & tdk membentuk suatu genangan air.
Umumnya tanaman duku menghendaki lahan yg memiliki ketinggian tdk lebih
dari 650 m dpl. Tanaman duku dapat dikatakan kurang cocok hidup di daerah
pantai.
Jagung
Iklim yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman jagung adalah daerah
daerah beriklim sedang hingga daerah beriklim sub-tropis/tropis yang basah.
Jagung dapat tumbuh di daerah yang terletak antara 0-50 derajat LU hingga 0-40
derajat LS. Pada lahan yang tidak beririgasi, pertumbuhan tanaman ini
memerlukan curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada
fase pembungaan dan pengisian biji tanaman jagung perlu mendapatkan cukup
air. Sebaiknya jagung ditanam diawal musim hujan, dan menjelang musim
kemarau. Pertumbuhan tanaman jagung sangat membutuhkan sinar matahari.
Tanaman jagung yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat/ merana, dan
memberikan hasil biji yang kurang baik bahkan tidak dapat membentuk buah.
Suhu yang dikehendaki tanaman jagung antara 21-34C, akan tetapi bagi
pertumbuhan tanaman yang ideal memerlukan suhu optimum antara 23-27C.
Pada proses perkecambahan benih jagung memerlukan suhu yang cocok sekitar
30C. Saat panen jagung yang jatuh pada musim kemarau akan lebih baik
daripada musim hujan, karena berpengaruh terhadap waktu pemasakan biji dan
pengeringan hasil. Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah yang khusus.
Agar supaya dapat tumbuh optimal tanah harus gembur, subur dan kaya humus.
Jenis tanah yang dapat ditanami jagung antara lain: andosol (berasal dari gunung
berapi), latosol, grumosol, tanah berpasir. Pada tanah-tanah dengan tekstur berat
(grumosol) masih dapat ditanami jagung dengan hasil yang baik dengan
pengolahan tanah secara baik. Sedangkan untuk tanah dengan tekstur lempung/liat
(latosol) berdebu adalah yang terbaik untuk pertumbuhannya. Keasaman tanah
erat hubungannya dengan ketersediaan unsur-unsur hara tanaman. Keasaman
tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman jagung adalah pH antara 5,6 - 7,5.
Tanaman jagung membutuhkan tanah dengan aerasi dan ketersediaan air dalam
kondisi baik. Tanah dengan kemiringan kurang dari 8 % dapat ditanami jagung,
karena disana kemungkinan terjadinya erosi tanah sangat kecil. Sedangkan daerah
dengan tingkat kemiringan lebih dari 8 %, sebaiknya dilakukan pembentukan
teras dahulu. Ketinggian Tempat Jagung dapat ditanam di Indonesia mulai dari
dataran rendah sampai di daerah pegunungan yang memiliki ketinggian antara
1000-1800 m dpl. Daerah dengan ketinggian optimum antara 0-600 m dpl
merupakan ketinggian yang baik bagi pertumbuhan tanaman jagung. Tanaman
jagung dapat dikatakan cukup cocok hidup di daerah pantai.
Kapuk
Curah hujan yang diperlukan selama setahun antara 1500 3.500 mm
dengan kebutuhan curah hujan selama musim kemarau tidak boleh kurang dari
150 mm dan tidak boleh lebih dari 350 mm, serta hari hujan pada musim kemarau
antara 10 25 hari hujan. Untuk jumlah bulan basah adalah 4 dan jumlah bulan
kering 3. Dengan tipe iklim D ciri-ciri sedang dan vegetasi adalah hutan musim.
Untuk nilai Q yaitu 75%. Didapatkan dari perbandingan rata-rata bulan kering
dengan rata-rata bulan basah dikali 100%. Kekurangan dan kelebihan curah hujan
pengusahaan tanaman kapuk tidak akan memberikan keuntungan, karena buah
akan berkurang disebabkan sedikitnya air hujan atau membusuk karena terlalu
banyak air hujan. Tanaman kapuk bisa tumbuh subur, namun tidak menghasilkan
buah karena penanaman kapuk di atas ketinggian rata-rata tersebut.Keadaan tanah
yang dikehendaki oleh tanaman kapok adalah:
Tanah yang mengandung humus dan gembur
Tanah endapan dan tanah vulkanik
Tanah kering, tetapi memiliki iklim yang teratur dapat ditanami kapok
dengan kondisi akar yang lebih dalam
Tanah yang memperoleh air dari irigasi juga dapat ditanam kapok.
Kapuk merupakan jenis tanaman yang mudah tumbuh di daerah Tropis
(panas). Tanaman kapok dapat tumbuh baik pada daerah-daerah yang mempunyai
ketinggian antara 100-800 meter di atas permukaan laut (Setiadi, 1983). Tanaman
ubi jalar dapat dikatakan tidak cocok hidup di daerah pantai.
Bambu
Tempat yang disukai tanaman bambu adalah lahan yang terbuka dan terkena
sinar matahari langsung dengan suhu berkisar 8,8 36 C. Tanaman bambu bisa
dijumpai mulai dari ketinggian 0 sampai 2.000 m dpl. Di Indonesia tanaman
bambu dapat tumbuh pada berbagai tipe iklim, mulai dari tipe curah hujan
A,B,C,D sampai E (Schmidt-Ferguson) atau dari iklim basah sampai kering.
Semakin basah tipe iklimnya, semakin banyak jenis bambu yang dapat tumbuh
dengan baik. Hal ini dikarenakan bambu termasuk jenis tanaman yang
membutuhkan banyak air. Curah hujan yang dibutuhkan tanaman bambu minimal
1.020 mm/thn sedangkan kelembaban yang dikehendaki minimal 80%. Bambu
dapat tumbuh diberbagai jenis tanah, mulai dari tanah berat sampai ringan, tanah
kering sampai becek dan dari subur sampai kurang subur. Juga dari tanah
pegunungan yang berbukit sampai tanah yang landai. Perbedaan jenis tanah dapat
berpengaruh terhadap kemampuan perebungan bambu. Tanaman bambu dapat
tumbuh pada tanah yang bereaksi masam dengan pH 3,5 dan kondisi optimalnya
tanah yang memiliki pH 5,0 sampai 6,5. Tanaman bambu dapat dikatakan cukup
cocok tumbuh di daerah pantai.
Sengon
Curah hujan mempunyai beberapa fungsi untuk tanaman, diantaranya
sebagai pelarut zat nutrisi, pembentuk gula dan pati, sarana transpor hara dalam
tanaman, pertumbuhan sel dan pembentukan enzim, dan menjaga stabilitas suhu.
Tanaman sengon membutuhkan batas curah hujan minimum yang sesuai, yaitu 15
hari hujan dalam 4 bulan terkering, namun juga tidak terlalu basah, dan memiliki
curah hujan tahunan yang berkisar antara 2000 4000 mm. Kelembaban juga
mempengaruhi setiap tanaman. Reaksi setiap tanaman terhadap kelembaban
tergantung pada jenis tanaman itu sendiri. Tanaman sengon membutuhkan
kelembaban sekitar 50%-75%. Tanaman Sengon dapat tumbuh baik pada tanah
regosol, aluvial, dan latosol yang bertekstur lempung berpasir atau lempung
berdebu dengan keasaman tanah sekitar pH 6-7. Ketinggian tempat yang optimal
untuk tanaman sengon antara 0 800 m dpl. Walapun demikian tanaman sengon
ini masih dapat tumbuh sampai ketinggian 1500m di atas permukaan laut. Sengon
termasuk jenis tanaman tropis, sehingga untuk tumbuhnya memerlukan suhu
sekitar 18 27 C. Tanaman sengon dapat dikatakan cukup cocok tumbuh di
daerah pantai.
Nangka
Angin berperan dlm membantu penyerbukan bunga pada tanaman nangka.
Pohon nangka cocok tumbuh di daerah yg memilki curah hujan tahunan rata-rata
1.500-2.500 mm & musim keringnya tidak terlalu keras. Nangka dapat tumbuh di
daerah kering yaitu di daerah-daerah yg mempunyai bulan-bulan kering lebih dari
4 bulan. Sinar matahari sangat diperlukan nangka untuk memacu fotosintesa &
pertumbuhan, karena pohon ini termasuk intoleran. Kekurangan sinar matahari
dapat menyebabkan terganggunya pembentukan bunga & buah serta
pertumbuhannya. Rata-rata suhu udara minimum 16-21 C & suhu udara
maksimum 31- 31,5 C. Kelembaban udara yg tinggi diperlukan untuk
mengurangi penguapan. Pohon nangka dipelihara di berbagai tipe tanah, tetapi
lebih menyenangi aluvial, tanah liat berpasir/liat berlempung yg dlm & beririgasi
baik. Umumnya tanah yg disukai yaitu tanah yg gembur & agak berpasir. Pohon
ini hidup pada tanah tandus sampai subur dengan kondisi reaksi tanah asam
sampai alkalis. Bahkan pada tanah gambutpun pohon ini dapat tumbuh &
menghasilkan buah. Pohon nangka tahan terhadap pH rendah (tanah masam)
dengan pH 6,0-7,5, tetapi yg optimum pH 67. Kedalaman air tanah yg cocok
bagi pertumbuhan nangka adalah 1-2 m atau antara 1-2.5 m. Karena perakarannya
sangat dalam, maka sebaiknya ditanam pada tanah yg cukup teball lapisan atasnya
(kira-kira 1 m). Pohon nangka dapat tumbuh dari mulai dataran rendah sampai
ketinggian tempat 1.300 m dpl. Namun ketinggian tempat yg terbaik untuk
pertumbuhan nangka adalah antara 0-800 m dpl. Tanaman nangka dapat dikatakan
cukup cocok tumbuh di daerah pantai.
Singkong
Curah hujan yang sesuai untuk tanaman ketela pohon / singkong antara
1.000 - 2.500 mm / tahun. Suhu udara minimal bagi tumbuhnya ketela
pohon/singkong sekitar 10 C. Bila suhunya dibawah 10 C menyebabkan
pertumbuhan tanaman sedikit terhambat, menjadi kerdil karena pertumbuhan
bunga yang kurang sempurna. Kelembaban udara optimal untuk tanaman ketela
pohon/singkong antara 60 - 65%. Sinar matahari yang dibutuhkan bagi tanaman
ketela pohon / singkong sekitar 10 jam / hari terutama untuk kesuburan daun dan
perkembangan umbinya. Tanah yang paling sesuai untuk ketela pohon / singkong
adalah tanah yang berstruktur remah, gembur, tidak terlalu liat dan tidak terlalu
poros serta kaya bahan organik. Tanah dengan struktur remah mempunyai tata
udara yang baik, unsur hara lebih mudah tersedia dan mudah diolah. Jenis tanah
yang sesuai untuk tanaman ketela pohon / singkong adalah jenis aluvial latosol,
podsolik merah kuning, mediteran, grumosol dan andosol. Derajat keasaman (pH)
tanah yang sesuai untuk budidaya ketela pohon berkisar antara 4,5 - 8,0 dengan
pH ideal 5,8. pada umumnya tanah di Indonesia ber pH rendah (asam), yaitu
berkisar 4,0 - 5,5, sehingga seringkali dikatakan cukup netral bagi suburnya
tanaman ketela pohon. Tanaman singkong dapat dikatakan cukup cocok tumbuh
di daerah pantai.

Mangga
Tanaman mangga cocok untuk hidup di daerah dengan musim kering selama
3 bulan. Masa kering diperlukan sebelum & sewaktu berbunga. Jika ditanam di
daerah basah, tanaman mengalami banyak serangan hama & penyakit serta gugur
bunga/buah jika bunga muncul pada saat hujan. Tanah yg baik untuk budidaya
mangga adalah gembur mengandung pasir & lempung dalam jumlah yg seimbang.
Derajat keasaman tanah (pH tanah) yg cocok adalah 5.5-7.5. Jika pH di bawah 5,5
sebaiknya dikapur dengan dolomit. Mangga yg ditanam di dataran rendah &
menengah dengan ketinggian 0-500 m dpl menghasilkan buah yg lebih bermutu &
jumlahnya lebih banyak dari pada di dataran tinggi. Tanaman mangga dapat
dikatakan cukup cocok tumbuh di daerah pantai.
Pepaya
Angin diperlukan untukpenyerbukan bunga. Angin yg tidakterlalu kencang
sangat cocok bagi pertumbuhan tanaman. Tanaman pepaya tumbuh subur pada
daerah yg memilki curah hujan 1000-2000 mm/tahun. Suhu udara optimum 22-26
C. Kelembaban udara sekitar 40 %. Tanah yg baik untuk tanaman pepaya adalah
tanah ynag subur & banyak mengandung humus. Tanah itu harus banyak menahan
air & gembur. Derajat keasaman tanah ( pH tanah) yg ideal adalah netral dengan
pH 6-7. Kandungan air dlm tanah merupakan syarat penting dlm kehidupan
tanaman ini. Air menggenang dapat mengundang penyakit jamur perusak akar
hingga tanaman layu (mati). Apabila kekeringan air, nama tamanan akan kurus,
daun, bunga & buah rontok. Tinggi air yg ideal tidak lebih dlm daripada 50150
cm dari permukaan tanah. Pepaya dapat ditanam di dataran rendah sampai
ketinggian 700 m1000 m dpl. Tanaman pepaya dapat dikatakan tidak cocok
tumbuh di daerah pantai.
Talas
Talas tumbuh tersebar di daerah tropis, sub tropis dan di daerah beriklim
sedang. Pembudidayaan talas dapat dilakukan pada daerah beriklim lembab (curah
hujan tinggi) dan daerah beriklim kering (curah hujan rendah), tetapi ada
kecenderungan bahwa produk talas akan lebih baik pada daerah yang beriklim
rendah atau iklim panas. Curah hujan optimum untuk pertumbuhan tanaman talas
adalah 175 cm pertahun. Talas juga dapat tumbuh di dataran tinggi, pada tanah
tadah hujan dan tumbuh sangat baik pada lahan yang bercurah hujan 2000
mm/tahun atau lebih. Selama pertumbuhan tanaman talas menyukai tempat
terbuka dengan penyinaran penuh serta tanaman ini mudah tumbuh pada
lingkungan dengan suhu 25-30 C dan kelembaban tinggi. Tanaman talas
menyukai tanah yang gembur, kaya akan bahan organik atau humus. Tanaman ini
dapat tumbuh pada daerah dengan berbagai jenis tanah, misal tanah lempung yang
subur berwarna, tanah vulkanik, andosol, atau tanah latosol. Untuk mendapatkan
hasil yang tinggi, tanaman talas harus tumbuh di tanah berdrainase baik dan pH
5,5-6,5. Tanah yang bergambut sangat baik untuk talas, tetapi harus diberi kapur
sebanyak 1 ton/ha bila pH-nya di bawah 5,0. Tanaman talas membutuhkan tanah
yang lembab dan cukup air. Apabila tidak tersedia air yang cukup atau mengalami
musim kemarau yang panjang, tanaman talas akan sulit tumbuh. Musim tanam
yang cocok untuk tanaman ini adalah menjelang musim hujan. Tanaman talas
dapat dikatakan cukup cocok tumbuh di daerah pantai.
Jambu Air
Angin sangat berperan dlm pembudidayaan jambu air. Angin berfungsi dlm
membantu penyerbukan pd bunga. Tanaman jambu air akan tumbuh baik di
daerah yg curah hujannya rendah/kering sekitar 5003.000 mm/tahun & musim
kemarau lebih dari 4 bulan. Dengan kondisi tersebut, maka jambu air akan
memberikan kualitas buah yg baik dengan rasa lebih manis. Cahaya matahari
berpengaruh terhadap kualitas buah yg akan dihasilkan. Intensitas cahaya
matahari yg ideal dlm pertumbuhan jambu air adalah 4080 %. Suhu yg cocok utk
pertumbuhan tanaman jambu air adalah 18-28 derajat C. Kelembaban udara antara
50-80 %. Tanah yg cocok bagi tanaman jambu air adalah tanah subur, gembur,
banyak mengandung bahan organik. Derajat keasaman tanah yg cocok sbg media
tanam jambu air adalah 5,57,5. Kedalaman kandungan air yg ideal utk tempat
budidaya jambu air adalah 0- 50 cm; 50-150 cm & 150-200 cm. Tanaman jambu
air sangat cocok tumbuh pd tanah datar. Tanaman jambu air mempunyai daya
adaptasi yg cukup besar di lingkungan tropis dari dataran rendah sampai tinggi yg
mencapai 1.000 m dpl. Tanaman jambu air dapat dikatakan tidak cocok tumbuh
di daerah pantai.
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan dilapang, didapatkan bahwa
terdapat beberapa spesies yang saling berinteraksi dan membentuk jaringan
pangan. Dimana tanaman bertindak sebagai produsen. Sedangkan bajing, ulat,
kupu-kupu, belalang dan tikus merupakan konsumen tingkat satu. Dan ayam,
laba-laba, katak dan kadal merupakan konsumen tingkat dua. Serta musang dan
ular sebagai konsumen tingkat tiga. Hal ini dapat dilihat pada hasil pengamatan.
Semua makhluk hidup selalu bergantung kepada makhluk hidup yang lain.
Tiap individu akan selalu berhubungan dengan individu lain yang sejenis atau lain
jenis, baik individu dalam satu populasinya atau individu-individu dari populasi
lain. Interaksi demikian banyak kita lihat di sekitar kita. Interaksi antar organisme
dalam komunitas ada yang sangat erat dan ada yang kurang erat. Interaksi
antarorganisme dapat dikategorikan sebagai berikut (Sativani, 2010):
1. Netral
Hubungan tidak saling mengganggu antarorganisme dalam habitat yang
sama yang bersifat tidak menguntungkan dan tidak merugikan kedua belah pihak,
disebut netral. Contohnya : antara capung dan sapi.
2. Predasi
Predasi adalah hubungan antara mangsa dan pemangsa (predator).
Hubungan ini sangat erat sebab tanpa mangsa, predator tak dapat hidup.
Sebaliknya, predator juga berfungsi sebagai pengontrol populasi mangsa. Contoh :
Singa dengan mangsanya, yaitu kijang, rusa, dan burung hantu dengan tikus.


3. Parasitisme
Parasitisme adalah hubungan antarorganisme yang berbeda spesies, bila
salah satu organisme hidup pada organisme lain dan mengambil makanan dari
hospes/inangnya sehingga bersifat merugikan inangnya.
4. Komensalisme
Komensalisme merupakan hubungan antara dua organisme yang berbeda
spesies dalam bentuk kehidupan bersama untuk berbagi sumber makanan; salah
satu spesies diuntungkan dan spesies lainnya tidak dirugikan. Contohnya anggrek
dengan pohon yang ditumpanginya.
5. Mutualisme
Mutualisme adalah hubungan antara dua organisme yang berbeda spesies
yang saling menguntungkan kedua belah pihak. Contoh, bakteri Rhizobium yang
hidup pada bintil akar kacang-kacangan.






IV. KESIMPULAN
Pada ekosistem disekitar Pantai Pangandaran,Desa Babakan, Jawa Barat
diketahui bahwa tanaman yang dominan adalah kelapa dan pisang. Dengan hama
utama bajing dan ulat. Selain kedua tanaman dominan tersebut ditemui juga
tanaman lain diantaranya; ubi jalar, duku, jagung, kapuk, bambu, singkong,
nangka, sengon, mangga, pepaya, talas dan jambu air.
Keragaman spesies disekitar Pantai Pangandaran menciptakan jaringan
pangan. Jaringan pangan yang didapatkan pada pengamatan adalah sebagai
berikut, tanaman bertindak sebagai produsen. Sedangkan bajing, ulat, kupu-kupu,
belalang dan tikus merupakan konsumen tingkat satu. Dan ayam, laba-laba, katak
dan kadal merupakan konsumen tingkat dua. Serta musang dan ular sebagai
konsumen tingkat tiga.










DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Neil A. dkk., 2000. Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Erlangga. Jakarta.
cybex.deptan.go.id. 2008. Syarat Tumbuh Tanaman Pisang. Online.
http://cybex.deptan.go.id/. Diakses pada 5 Juni 2014.
Kimball. 1999. Biologi Edisi kelima Jilid II . Jakarta : Erlangga.
Riza, 2009. Ekosistem. Online. http://oryza-sativa.blogspot.com. Diakses pada
tanggal 5 Juni 2014.
Sativani, Risa. 2010. Ekologi Populasi. Online. http://oryza-sativa135rsh.
Blogspot.com. Diakses pada tanggal 5 Juni 2014.
Setiadi, D. 1984. Inventarisasi Vegetasi Tumbuhan Bawah dalam Hubungannya
dengan Pendugaan Sifat Habitat Bonita Tanah di Daerah Hutan Jati
Cikampek, KPH Purwakarta, Jawa Barat. Bogor: Bagian Ekologi,
Departemen Botani, Fakultas Pertanian IPB.
Suhardiono, L. 1993. Tanaman Kelapa. Penerbit kanisius. Yogyakarta.
Sulistyorini, Ari, 2009. Biologi 1. Balai Pustaka. Jakarta.
Tjitrosoepomo, G. 2002. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.



LAMPIRAN

Gambar Hasil Analisis Vegetasi Kelompok 2 Rombongan 5


Gambar Hasil Analisis Vegetasi Gabungan kelompok 1-3 Rombongan 5


Gambar Hasil Jaring pangan Kelompok 2 Rombongan 5


Gambar Hasil Jaring pangan Gabungan kelompok 1-3 Rombongan 5

BIODATA

Nama : Putri Holaw Hening Pratiwi
TTL : Hulu Sungai Utara, 27 Mei 1993
Alamat : Jl. Ahmad Jaelani no.71, Karang Wangkal
Riwayat Pendidikan : 1997-1998, TK Raudatul Jannah Kalimantan Selatan
1999-2005, SDIT YPI 45 Jawa Barat
2005-2008, SMPN 2 BEKASI Jawa Barat
2008-2011, SMAN 2 BEKASI Jawa Barat
No HP : 081227346927
Minat dan Hobby : -
Bakat : -
E-mail : putri_holaw@yahoo.com

Anda mungkin juga menyukai