Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI TUMBUHAN

“Analisis vegetasi area padang rumput Kelapa Satu, kelurahan Namosain,


kecamatan Alak, Kota Kupang, NTT”.

Oleh :

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2023
I. Judul
Analisis vegetasi area padang rumput di area padang rumput kelapa satu,
kelurahan Namosain, kecamatan Alak, Kota Kupang NTT.
II. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk memahami bagaimana cara
analisis vegetasi dengan menggunakan metode kuadrat.
III. Waktu dan Tempat
● Waktu : 14 Maret 2023
● Tempat : Area padang rumput kelapa satu, kelurahan Namosain,
kecamatan Alak, Kota Kupang NTT.
IV. Alat Praktikum
● Meteran
● Tali Rafia
● Patok kayu
● Pulpen
● Kertas
● Kamera hp
V. Latar Belakang
Lingkungan merupakan hal yang paling penting untuk dilindungi dan dijaga
kelestariannya karena merupakan tempat dimana seluruh makhluk hidup
tinggal.Baik manusia, hewan maupun tumbuhan serta faktor biotik dan abiotik
sebagai pendukungnya.Terdapat berbagai ilmu yang mempelajari tentang
lingkungan dan salah satunya adalah ekologi.
Ekologi telah dikenal oleh manusia sejak lama sesuai dengan sejarah
peradaban manusia. Dalam hal ini bukan hanya manusia yang bisa berinteraksi
dengan lingkungan sekitarnya, akan tetapi juga makhluk-makhluk hidup lainnya.
Interaksi antara setiap organisme dengan lingkungannya merupakan proses yang
tidak sederhana, melainkan suatu proses yang kompleks. Ekologi sendiri
merupakan suatu hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan
lingkungannya.
Tujuan ekologi adalah untuk memahami mekanisme yang mengatur struktur
dan fungsi suatu
ekosistem. Untuk mengetahui sistem ekologi pada suatu waktu tertentu, perlu
diketahui organisme apa saja yang hidup ditempat tertentu, bagaimana
kepadatannya dan bagaimana hubungannya dengan banyak faktor fisik dan kimia
di lingkungan abiotik di sekelilingnya.
Ilmu ekologi mempelajari segala hal yang berkaitan dengan lingkungan, salah
satunya adalah vegetasi.Vegetasi merupakan sekumpulan tumbuh-tumbuhan yang
terdiri dari beberapa jenis yang berbeda hidup bersama di suatu tempat.Dalam
mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat baik diantara
sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya
sehingga membentuk suatu sistem yang dinamis dan hidup.
Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komponen jenis) dan
bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Pengamatan
parameter vegetasi berdasarkan bentuk hidup pohon, perdu, serta herba.Suatu
ekosistem alamiah maupun binaan selalu terdiri dari dua komponen utama yaitu
komponen biotik dan abiotik. Vegetasi atau komunitas tumbuhan merupakan salah
satu komponen biotik yang menempati habitat tertentu seperti hutan, padang
ilalang, semak belukar dan lain-lain. Struktur dan komposisi vegetasi pada suatu
wilayah dipengaruhi oleh komponen ekosistem lainnya yang saling berinteraksi,
sehingga vegetasi yang tumbuh secara alami pada wilayah tersebut sesungguhnya
merupakan pencerminan hasil interaksi berbagai faktor lingkungan dan dapat
mengalami perubahan drastis karena pengaruh antropogenik.
Istilah ekologi juga berkaitan dengan komunitas dan populasi. Populasi
merupakan kumpulan individu dari jenis yang sama dalam suatu daerah, maka
komunitas merupakan kumpulan populasi dari berbagai jenis dalam suatu daerah.
Setiap dari satu jenis komunitas bisa saja terdapat berbagai macam spesies. Dan
tentunya jumlah spesies yang satu dengan yang lainnya dalam suatu komunitas
tidaklah sama. Bisa saja terdapat spesies yang lebih mendominasi, bahkan
terdapat pula jumlah spesies yang terlalu sedikit pada komunitas tersebut.
Kurva spesies area dalam ekologi adalah grafik yang menggambarkan
hubungan antara jumlah jenis dengan ukuran kuadrat.Grafik itu biasanya
menunjukkan pola pertambahan jumlah jenis yang relative tajam pada ukuran
kuadrat kecil sampai pada suatu titik tertentu dan sesudah itu semakin mendatar
seiring dengan peningkatan ukuran kuadrat.Kurva spesies area ini dapat
digunakan untuk menentukan luas kuadrat tunggal minimum yang mewakili suatu
komunitas tumbuhan dari segi jenis penyusun. Dalam sampling ini ada tiga hal
yang perlu diperhatikan, yaitu jumlah petak contoh, cara peletakan petak contoh
dan teknik analisa vegetasi yang digunakan.
Prinsip penentuan ukuran plot adalah plot dibuat dari ukuran terkecil hingga
pada ukuran terbesar dengan spesies yang bervariasi dari satu plot ke plot yang
lain sampai pada tidak ada lagi keanekaragaman spesies.
Ekologi diarea praktikum kami yaitu pada Area padang rumput kelapa satu,
kelurahan Namosain, kecamatan Alak, Kota Kupang NTT, pada area ini kondisi
cuacanya sangat panas karena tidak ada pohon besar yang berlindung, dan juga
jika dilihat dari kondisi tanahnya tidak memngkinkan masyrakat untuk bisa
bercocok tanam, dikarenakan banyak unsur batu karang yang memenuhi wilayah
tersebut.
A. Analisis Vegetasi
Analisis vegetasi merupakan cara yang dilakukan untuk mengetahui
seberapa besar sebaran berbagai spesies dalam suatu area melalui
pengamatan langsung. Analisis vegetasi dilakukan dengan membuat plot
dan mengamati morfologi serta identifikasi vegetasi yang ada. Kehadiran
vegetasi pada suatu landscape akan memberikan dampak positif bagi
keseimbangan ekosistem dalam skala yang lebih luas. Secara umum
peranan vegetasi dalam suatu ekosistem terkait dengan pengaturan
keseimbangan karbon dioksida dan oksigen dalam udara, perbaikan sifat
fisik, kimia dan biologis tanah, pengaturan tata air tanah dan lain-lain.
Meskipun secara umum kehadiran vegetasi pada suatu area memberikan
dampak positif, tetapi pengaruhnya bervariasi tergantung pada struktur dan
komposisi vegetasi yang tumbuh pada daerah itu. Pada umumnya analisis
vegetasi dibedakan atas analisis vegetasi kualitatif dan kuantitatif (Syafei,
1990).
B. Analisis Vegetasi Kualitatif
Komposisi dan struktur komunitas tumbuhan secara kualitatif dan dapat di
deskripsikan dengan observasi visual tanpa sampling khusus serta
pengukuran. Studi analisis vegetasi kualitatif meliputi perhitungan secara
stratifikasi, aspek, sosiabilitas, floristik, dan bentuk hidup (Anonim, 2009).
C. Analisis Vegetasi Kuantitatif
Dalam analisis ini diperlukan suatu perkiraan atau estimasi. Hal tersebut
dapat dibuat dengan observasi spesies tumbuhan pada tempat berbeda
dalam habitat. Beberapa metode yang sering digunakan adalah metode
kuadrat, metode lop, metode titik, dan metode transek. Dengan informasi
kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan,
komunitas vegetasi dikelompokkan menjadi vegetasi iklim dan vegetasi
tanah yang berhubungan erat dan pada tiap-tiap tempat mempunyai
keseimbangan yang spesifik (Anonim, 2009).
D. Metode Kuadrat
Metode kuadrat adalah salah satu metode analisis vegetasi berdasarkan
suatu luasan petak contoh. Kuadrat yang dimaksud dalam metode ini
adalah suatu ukuran luas yang diukur dengan satuan kuadrat seperti m²,
cm² dan lain-lain. Bentuk petak contoh pada metode kuadrat pada
dasarnya ada tiga macam yaitu bentuk lingkaran, bentuk bujur sangkar dan
bentuk empat persegi panjang. Dari ketiga bentuk petak contoh ini
masing-masing bentuk memiliki kelebihan dan kekurangannya (Kusmana,
C, 1997).
Bentuk lingkaran akan lebih menguntungkan jika dapat dipakai untuk
analisis vegetasi herba yang bergerombol, karena ukuran dapat cepat
diperluas dan teliti dengan menggunakan seutas tali yang dikaitkan pada
titik pusat lingkaran. Untuk vegetasi herba rendah bentuk empat persegi
panjang akan lebih efisien dibandingkan dengan bentuk bujur sangkar
pada ukuran yang sama. Hal ini disebabkan karena kelompok tumbuhan
cenderung akan tumbuh membentuk lingkaran, sehingga bentuk petak
contoh berbentuk empat persegi panjang akan lebih banyak
kemungkinannya untuk memotong kelompok tumbuhan dibandingkan
dengan bentuk bujur sangkar pada luasan yang sama, dengan demikian
jumlah jenis yang teramati akan lebih banyak (Kusmana, C, 1997).
Namun demikian, bentuk petak contoh empat persegi panjang mempunyai
kekurangan terhadap bentuk bujur sangkar, karena perbandingan panjang
tepi terhadap luasnya lebih besar daripada perbandingan panjang tepi bujur
sangkar terhadap luasnya. Kesalahan tersebut terus meningkat apabila
perbandingan panjang tepi terhadap luasnya semakin meningkat.
E. Luas Minimum
Luas area tempat pengambilan contoh komunitas tumbuhan atau vegetasi
sangat bervariasi, tergantung pada bentuk atau struktur vegetasi tersebut.
Yang perlu diperhatikan dalam menentukan luas minimum yang dipakai
adalah seluas apapun percontohan diambil harus dapat menggambarkan
bentuk vegetasi secara keseluruhan. Percontohan yang diambil dianggap
memadai apabila seluruh atau sebagian besar jenis tumbuhan pembentuk
vegetasi itu berada dalam vegetasi akan didapatkan suatu luas terkecil
yang dapat mewakili vegetasi, kecuali untuk hutan tropika yang sangat
sulit ditentukan luas terkecilnya. Luas terkecil yang dapat mewakili
karakteristik komunitas tumbuhan atau komunitas tumbuhan atau vegetasi
secara keseluruhan disebut luas minimum (Sucipto, 2008).
Dari luas minimum, kita dapat menentukan berapa ukuran transek yang
digunakan. Ukuran luas minimum yang biasa digunakan adalah 25 cm x
25 cm, 25 cm x 50 cm, 50 cm x 50 cm, 50 cm x 100 cm, dan 100 cm x 100
cm. Dari masing-masing ukuran yang dibuat, dicatat semua jenis
tumbuhan yang ditemukan. Kemudian dimasukkan ke dalam tabel. Untuk
mendapatkan luas minimum, disusun sebuah grafik dari data yang
diperoleh. Perlu dipahami bahwa luas minimum berada saat garis mulai
mendatar, atau kalau ada penambahan jumlah jenis tidak melebihi 10%
(Sucipto, 2008).
F. Transek
Transek adalah penampang melintang atau pandangan samping dari suatu
wilayah. Transek merupakan salah satu teknik untuk memberikan
gambaran informasi kondisi biofisik suatu wilayah kajian. Arti harfiah dari
transek itu sendiri adalah gambar irisan muka bumi. Pada awalnya, transek
dipergunakan oleh para ahli lingkungan untuk mengenali dan mengamati
wilayah-wilayah ekologi, yaitu pembagian wilayah lingkungan alam
berdasarkan sifat khusus keadaannya (Odum, E. P., 1971).

VI. Prosedur kerja dan Analisis data


1. Langkah Kerja :
● Dipilih lokasi praktikum pada stand/area padang rumput.
● Dicatat kondisi umum/area yang dipilih.
● Ditempatkan 2 stand (stasiun) pengamatan, berukuran 100 x 100 m secara
subyektif dengan menggunakan pertimbahan represantasi area tersebut dan
dianggap dapat menggambarkan atau mewakili komunitas padang rumput
pada area yang kamu pilih
● Pada masing-masing stand tersebut, ditempatkan 15 buah kuadrat/plot
ukuran 1m x 1m secara acak.
● Catatlah jenis gulma/tumbuhan di dalam plot tersebut lalu hitunglah indek
keragamannya.
2. Analisis Data

Plot 1
No Jenis Densitas Penutupan
1 Cyperus squarrosus 7 10%
2 Japanese stiltgrass 15 45%
3 Rumput gelagah 2 5%
4 Sisik betok 7 10%

Plot 2

No Jenis Densitas Penutupan


1 Rottboellia 10 30%
2 Japanese stiltgrass 9 20%
3 Rumput gelagah 9 20%
4 Sisik betok 2 5%

Plot 3

No Jenis Densitas Penutupan


1 Cyperus squarrosus 2 5%
2 Japanese stiltgrass 8 15%
3 Rumput gelagah 9 20%
4 Sisik betok 8 15%
5 Kunu buti 2 5%
6 Meniran 9 20%
Plot 4

No Jenis Densitas Penutupan


1 Rottboellia 26 80%
2 Japanese stiltgrass 9 20%

Plot 5

No Jenis Densitas Penutupan


1 Zlatan suriah hutan 7 10%
2 Rumput bambu 2 5%
3 Blue Grass 2 5%

Plot 6

No Jenis Densitas Penutupan


1 Blue Grass 8 15%
2 Hoya 3 7%
3 Cyperus squarrosus 9 20%
4 Japanese stiltgrass 2 5%

Plot 7

No Jenis Densitas Penutupan


1 Zlatan suriah hutan 2 5%
2 Rumput bambu 9 20%
3 Blue Grass 8 15%
4 Hoya 2 5%
5 Cyperus squarrosus 7 10%
6 Japanese stiltgrass 2 5%
7 Rumput gelagah 1 2%
8 Sisik betok 7 10%
Plot 8

No Jenis Densitas Penutupan


1 Cyperus squarrosus 8 15%
2 Japanese stiltgrass 9 20%
3 Rumput gelagah 8 15%
4 Sisik betok 2 5%

Plot 9

No Jenis Densitas Penutupan


1 Blue Grass 7 10%
2 Hoya 9 20%
3 Cyperus squarrosus 2 5%
4 Japanese stiltgrass 2 5%

Plot 10

No Jenis Densitas Penutupan


1 Cyperus squarrosus 8 15%
2 Japanese stiltgrass 9 20%
3 Rumput gelagah 8 15%
4 Sisik betok 2 5%

Plot 11

No Jenis Densitas Penutupan


1 Zlatan suriah hutan 8 15%
2 Rumput bambu 9 20%
3 Blue Grass 8 15%
4 Hoya 2 5%
Plot 12

No Jenis Densitas Penutupan


1 Hoya 8 15%
2 Cyperus squarrosus 9 20%
3 Japanese stiltgrass 8 15%
4 Rumput gelagah 2 5%

Plot 13

No Jenis Densitas Penutupan


1 Japanese stiltgrass 10 35%
2 Rumput gelagah 7 10%
3 Sisik betok 7 10%
4 Blue Grass 2 5%

Plot 14

No Jenis Densitas Penutupan


1 Rumput bambu 8 15%
2 Blue Grass 7 10%
3 Hoya 8 15%
4 Cyperus squarrosus 2 5%
6 Japanese stiltgrass 4 8%
7 Rumput gelagah 5 12%

Plot 15

No Jenis Densitas Penutupan


1 Japanese stiltgrass 11 25%
2 Rumput gelagah 13 30%
3 Sisik betok 2 5%
VII. Hasil dan Pembahasan

1. Tabel Hasil pengamatan

No Jenis Densitas Frekuensi Penutupan Densitas Frekuensi Dominansi


Relatif Relatif Relatif INP Rank
(%) (%)
1 Zlatan suriah hutan 17 3 30 4,05 4,68 3,11 11,84 9
2 Rumput bambu 30 5 60 7,15 7,81 6,22 21,18 8
3 Blue Grass 42 7 105 10,02 10,93 10,89 31,84 5
4 Hoya 32 6 67 7,63 9,37 6,95 23,95 6
5 Cyperus squarrosus 52 8 100 12,41 12,5 10,37 35,28 4
6 Japanese stiltgrass 96 13 243 22,91 20,31 25,20 68,42 1
7 Rumput gelagah 50 9 134 11,93 14,06 13,90 39,89 2
8 Sisik betok 53 9 90 12,64 14,06 9,33 36,03 3
9 Kunu buti 2 1 5 0,47 1,56 0,51 2,54 11
10 Meniran 9 1 20 2,14 1,56 2,88 6,58 10
11 Rottboellia 36 2 110 8,59 3,12 11,41 23,12 7
Jumlah 419 64 964 99,94 99,96 94,51 296,67

2. Pembahasan
Dalam pengamatan kali ini kami menggunakan 15 plot dengan ukuran 1×1 meter.
Setelah diamati pada setiap plot ditemukan berbagai macam jenis gulma
diantaranya : zlatan suriah hutan, Rumput bambu, Bluegrass, Hoya, Cyperus
squarrosus, Japanese stilt grass, Rumput gelagah, Sisik betok, Kunubuti, Meniran,
dan Rottboellia.
Metode yang digunakan pada praktikum kali ini adalah metode plot (petak
ukur), yang merupakan prosedur yang umum digunakan untuk sampling berbagai
tipe organisme dengan bentuk plot berbentuk persegi, kemudian mencatat
berbagai macam jenis gulma pada masing-masing plot dan melakukan
identifikasi.
Berdasarkan pengamatan analisis vegetasi yang dilakukan 15 plot dengan
ukuran 1×1 meter. diperoleh 11 macam jenis gulma. Hasil dari analisis data
diperoleh: Jumlah individu(densitas) gulma (419), ,jumlah penutupan (964),
jumlah frekuensi (64), jumlah densitas relatif (99,94), jumlah dominasi relatife
(94,51), jumlah frekuensi relatif (99,96) dan jumlah Indeks Nilai Penting
(296,67).
Berdasarkan hasil pengamatan berupa hasil tabel dapat diketahui bahwa
secara umum, luas petak mempunyai kaitan erat dengan keanekaragaman jenis
yang terdapat pada areal,dimana semakin luas areal, maka semakin meningkat
juga keanekaragam jenisnya.Walaupun keanekaragam spesies tidak terlalu
bervariasi. Hal ini sesuai teori bahwa luas minimum digunakan untuk memperoleh
luas plot contoh(sampling area) yang dianggap representatif dengan suatu tipe
vegetasi pada suatu habitat tertentu.

VIII. Penutup
1. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah kami lakukan dapat disimpulkan bahwa
keanekaragaman gulma dari plot-plot yang sudah kami temukan lumayan
bervariasi, dimana ada 11 jenis gulma dan yang paling banyak ditemukan
adalah gulma berjenis Japanese Stilt Grass dengan INP 68,42 % atau
sekitar 243 dari keseluruhan plot.
2. Saran
Pada praktikan selanjutnya diharapkan lebih teliti serta lebih banyak
mencari sumber-sumber dari buku, jurnal maupun artikel terkait analisis
vegetasi gulma agar lebih membantu dalam mengerjakan laporan.
DAFTAR PUSTAKA

Ade Adriadi, Chairul, & Solfiyeni. (2023). Analisis Vegetasi Gulma pada
Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis jacq.) di Kilangan,
Muara Bulian, Batang Hari. Jurnal Biologi UNAND, 1(2).
https://doi.org/10.25077/jbioua.1.2.%p.2012
MUNANDAR, RENDY ARIS. (2019). ANALISIS VEGETASI GULMA
PADA PERKEBUNAN KARET (Hevea brasiliensis Mull.Arg.) PT
PERNAS KECAMATAN CIPATUJAH - Repository Universitas
Siliwangi. Unsil.ac.id.
http://repositori.unsil.ac.id/1492/1/1.%20COVER.pdf
Tantra, A. W., & Santosa, E. (2016). Manajemen gulma di Kebun Kelapa
Sawit Bangun Bandar: Analisis Vegetasi dan Seed Bank Gulma.
Buletin Agrohorti, 4(2), 138–143.
https://doi.org/10.29244/agrob.v4i2.15012
Paiman, Prodi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, UPY. (2022).
PETUNJUK PRAKTIKUM ILMU GULMA - Repository Universitas
PGRI Yogyakarta. Upy.ac.id.
http://repository.upy.ac.id/3854/1/Buku-Petunjuk-Praktikum.pdf
Tanaman, B., Politeknik, P., Negeri, P., Pangkajene, P., & Kepulauan, D.
(2015). TUGAS AKHIR ANALISIS VEGETASI GULMA PADA
PERTANAMAN KOPI ARABIKA (Coffea Arabica L.) DI DESA
TALLU BAMBA KABUPATEN ENREKANG OLEH SRI KARTINI
NIM 12 22 246.
https://repository.polipangkep.ac.id/uploaded_files/dokumen_isi/Mon
ograf/SRI%20KARTINI.pdf
YELDA, E. (2013). ANALISIS VEGETASI GULMA PADA
PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis jacq) DI PT.
INCASI RAYA KABUPATEN SOLOK SELATAN - eSkripsi
Universitas Andalas. Unand.ac.id.
http://scholar.unand.ac.id/2575/1/275.pdf
Purnama Sari, W., Ardi, A., & Efendi, S. (2020). ANALISIS VEGETASI
GULMA PADA BEBERAPA KELAS UMUR ACACIA MANGIUM
WILLD. DI HUTAN TANAMAN INDUSTRI (HTI). Jurnal Hutan
Tropis, 8(2), 185. https://doi.org/10.20527/jht.v8i2.9048
Filter Karenga, Killa, Y. M., & Suryani Kurniawi K. L Kapoe. (2022).
Analisis Vegetasi Gulma di Lahan Jagung Di Desa Umbu Pabal
Selatan Kabupaten Sumba Tengah. Agriland : Jurnal Ilmu Pertanian,
10(1), 12–15. https://doi.org/10.30743/agr.v10i1.5161

Anda mungkin juga menyukai