Anda di halaman 1dari 34

PRAKTIKUM EKOLOGI TUMBUHAN

DESKRIPSI DAN ANALISIS VEGETASI

AREA PADANG RUMPUT PULAU TIMOR

DENGAN MENGGUNAKAN METODE KWADRAT

OLEH \

NAMA: GODELIVA N. SONBAY

NIM: 1906050050

PROGRAM STUDY BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2021
A. TUJUAN

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk memahami bagaimana cara analisis vegetasi
dengan menggunakan metode kwadrat

B. LATAR BELAKANG

Ekosistem padang rumput terdiri dari peternak dan hewan ternak dan ada juga
padang pengembalaan yang biasa disebut dengan ekosistem Pastoral. Sistem padang
pengembalaan ternak adalah kombinasi antara pelepasan ternak itu untuk
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan disekitarnya. Jadi pengembalaan
ternak itu sendiri merupakan suatu daerah padang rumput dimana tumbuh tanaman
makanan ternak yang tersedia bagi ternak.
Padang rumput di MAOELAFA merupakan padang rumput yang cukup luas,
sehingga para pengembala mengembalakan ternaknya di lokasi tersebut. Contonya pada
ternak sapi dan kambing dengan cara ternak digembalakan di suatu padang yang banyak
rumput.
Kondisi padang rumput di MAOELAFA, terlihat subur dikarenakan saat ini
sedang musim hujan. Dan juga terdapat hewan ternak yaitu kambing dan sapi, yang
sedang memakan rerumput disana. Kondisi rerumputan dipadang tersebut sangat subur
dikarenakan curah hujan yang baik saat ini. Ada rumput bekas makan dari hewan ternak
yang sedang tumbuh tunas baru, ada juga beberapa tanaman herba dan terna yang juga
bisa dimakan oleh hewan ternak. Selain kondisi rerumputan kondisi tanah didaerah
tersebut tekstur tanahnya sangat baik sehingga banyak rumput, herba dan terna tumbuh
subur diderah padang rumput tersebut. Tekstur tanahnya sedikit lembab dikarenakan
banyaknya air hujan. Tanahnya tidak terlalu halus/mulus, tanah tidak berpasir (hanya
sedikit berpasir) CLAY LOAM. Dan kondisi warna tanah panda padang rumput
tersebut berwarna merah gelap.

Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari


beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme
kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama individu
penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan
suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis (Marsono, 1977).
Vegetasi, tanah dan iklim berhubungan erat dan pada tiap-tiap tempat
mempunyai keseimbangan yang spesifik. Vegetasi di suatu tempat akan berbeda dengan
vegetasi di tempat lain karena berbeda pula faktor lingkungannya. Dari segi floristis
ekologis pengambilan sampling dengan cara random sampling hanya mungkin
digunakan apabila lapangan dan vegetasinya homogen, misalnya padang rumput dan
hutan tanaman (Marsono, 1977).
Hal yang perlu diperhatikan dalam analisis vegetasi adalah penarikan unit
contoh atau sampel. Dalam pengukuruan dikenal dua jenis pengukuran untuk
mendapatkan informasi atau data yang diinginkan. Kedua jenis pengukuran tersebut
adalah pengukuran yang bersifat merusak (destructive measures) dan pengukuran yang
bersifat tidak merusak (non-destructive measures) (Anonim1, 2010).
Teknik sampling kuadrat ini merupakan suatu teknik survey vegetasi yang
sering digunakan dalam semua tipe komunitas tumbuhan. Petak contoh yang dibuat
dalam teknik sampling ini bisa berupa petak tunggal atau beberapa petak. Petak tunggal
mungkin akan memberikan infornasi yang baik bila komunitas vegetasi yang diteliti
bersifat homogen. Adapun petak-¬petak contoh yang dibuat dapat diletakkan secara
random atau beraturan sesuai dengan prinsip-prinsip teknik sampling (Kusmana, C,
1997).
Bentuk petak contoh yang dibuat tergantung pada bentuk morfologis vegetasi
dan efisiensi sampling pola penyebarannya. Misalnya untuk vegetasi rendah, petak
contoh berbentuk lingkaran lebih menguntungkan karena pembuatan petaknya dapat
dilakukan secara mudah dengan mengaitkan seutas tali pada titik pusat petak. Selain itu,
petak contoh berbentuk lingkaran akan mcmberikan kesalahan sampling yang lebih
kecil daripada bentuk petak lainnya karena perbandingan panjang tepi dengan luasnya
lebih kecil. Tetapi dari segi pola distribusi vegetasi, petak berbentuk lingkaran ini
kurang efisien dibanding bentuk segiempat. Sehubungan dengan efisiensi sampling
banyak studi yang dilakukan menunjukkan bahwa petak bentuk segiempat memberikan
data komposisi vegetasi yang lebih akurat dibanding petak berbentuk bujur sangkar
yang berukuran sama, terutama bila sumbu panjang dari petak tersebut sejajar dengan
arah perubahan keadaan lingkungan atau habitat. Pada umumnya dilakukan jika hanya
vegetasi tingkat tanaman saja yang menjadi bahan penelitian, metode kuadrat lebih
digunakan karena dengan metode tersebut lebih mudah dan lebih cepat digunakan untuk
mengetahui komposisi, dominansi vegetasi dan menaksir volumenya (Kusmana, C,
1997).
Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari
beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Vegetasi di tempat tersebut
mempunyai variasi yang berbeda antara vegetasi satu dengan vegetasi yang lain.
Dengan adanya variasi yang dimiliki oleh suatu vegetasi akan menudukung suatu
kehidupan organisme tertentu. Oleh karena itu, untuk menganalisis suatu vegetasi
dalam area tertentu dengan menggunakan variabel kerimbunan, kerapatan, dan
frekuensi, maka dilakukan analisis vegetasi menggunakan metode kuadrat.
A. Analisis Vegetasi
Analisis vegetasi merupakan cara yang dilakukan untuk mengetahui
seberapa besar sebaran berbagai spesies dalam suatu area melaui pengamatan langsung.
Analisis vegetasi dilakukan dengan membuat plot dan mengamati morfologi serta
identifikasi vegetasi yang ada. Kehadiran vegetasi pada suatu landscape akan
memberikan dampak positif bagi keseimbangan ekosistem dalam skala yang lebih luas.
Secara umum peranan vegetasi dalam suatu ekosistem terkait dengan pengaturan
keseimbangan karbon dioksida dan oksigen dalam udara, perbaikan sifat fisik, kimia
dan biologis tanah, pengaturan tata air tanah dan lain-lain. Meskipun secara umum
kehadiran vegetasi pada suatu area memberikan dampak positif, tetapi pengaruhnya
bervariasi tergantung pada struktur dan komposisi vegetasi yang tumbuh pada daerah
itu. Pada umumnya analisis vegetasi dibedakan atas analisis vegetasi kualitatif dan
kuantitatif (Syafei, 1990).
B. Analisis Vegetasi Kualitatif
Komposisi dan struktur komunitas tumbuhan secara kualitatif dan dapat di
deskripsikan dengan observasi visual tanpa sampling khusus serta pengukuran. Studi
analisi vegetasi kualitatif meliputi perhitungan secara stratifikasi, aspeksi, sosiabilitas,
floristik, dan bentuk hidup (Anonim2, 2009)
C. Analisis Vegetasi Kuantitatif
Dalam analisis ini diperlukan suatu perkiraan atau estimasi. Hal tersebut
dapat dibuat dengan observasi spesies tumbuhan pada tempat berbeda dalam habitat.
Beberapa metode yang sering digunakan adalah metode kuadrat, metode lop, metode
titik, dan metode transek. Dengan informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi
suatu komunitas tumbuhan, komunitas vegetasi dikelompokkan menjadi vegetasi iklim
dan vegetasi tanah yang berhubungan erat dan pada tiap-tiap tempat mempunyai
keseimbangan yang spesifik (Anonim2, 2009).

D. Metode Kuadrat
Metode kuadrat adalah salah satu metode analisis vegetasi berdasarkan suatu
luasan petak contoh. Kuadrat yang dimaksud dalam metode ini adalah suatu ukuran luas
yang diukur dengan satuan kuadrat seperti m², cm² dan lain-lain. Bentuk petak contoh
pada metode kuadrat pada dasarnya ada tiga macam yaitu bentuk lingkaran, bentuk
bujur sangkar dan bentuk empat persegi panjang. Dari ketiga bentuk petak contoh ini
masing-masing bentuk memiliki kelebihan dan kekurangannya (Kusmana, C, 1997).
Bentuk lingkaran akan lebih menguntungkan jika dapat dipakai untuk analisis
vegetasi herba yang bergerombol, karena ukuran dapat cepat diperluas dan teliti dengan
menggunakan seutas tali yang dikaitkan pada titik pusat lingkaran. Untuk vegetasi
herba rendah bentuk empat persegi panjang akan lebih efisien dibandingkan dengan
bentuk bujur sangkar pada ukuran yang sama. Hal ini disebabkan karena kelompok
tumbuhan cenderung akan tumbuh membentuk lingkaran, sehingga bentuk petak contoh
berbentuk empat persegi panjang akan lebih banyak kemungkinannya untuk memotong
kelompok tumbuhan dibandingkan dengan bentuk bujur sangkar pada luasan yang
sama, dengan demikian jumlah jenis yang teramati akan lebih banyak (Kusmana, C,
1997).
Namun demikian, bentuk petak contoh empat persegi panjang mempunyai
kekurangan terhadap bentuk bujur sangkar, karena perbandingan panjang tepi terhadap
luasnya lebih besar daripada perbandingan panjang tepi bujur sangkar terhadap luasnya.
Kesalahan tersebut terus meningkat apabila perbandingan panjang tepi terhadap luasnya
semakin meningkat.
Metode kuadrat juga ada beberapa jenis:
a. Liat quadrat: Spesies di luar petak sampel dicatat.
b. Count atau list count quadrat: Metode ini dikerjakan dengan menghitung
jumlah spesies yang ada beberapa batang dari masing-masing spesies di dalam petak.
Jadi merupakan suatu daftar spesies yang ada di daerah yang diselidiki.
c. Cover quadrat (basal area kuadrat): Penutupan relatif dicatat, jadi persentase
tanah yang tertutup vegetasi. Metode ini digunakan untuk memperkirakan berapa area
(penutupan relatif) yang diperlukan tiap-tiap spesies dan berapa total basal dari vegetasi
di suatu daerah. Total basal dari vegetasi merupakan penjumlahan basal area dari
beberapa jenis tanaman.
d. Chart quadrat: Penggambaran letak atau bentuk tumbuhan disebut Pantograf.
Metode ini terutama berguna dalam mereproduksi secara tepat tepi-tepi vegetasi dan
menentukan letak tiap-tiap spesies yang vegetasinya tidak begitu rapat. Alat yang
digunakan pantograf dan planimeter. Pantograf dilengkapi dengan lengan pantograf.
Planimeter merupakan alat yang dipakai dalam pantograf yaitu alat otomatis mencatat
ukuran suatu luas bila batas-batasnya diikuti dengan jarumnya (Weaver dan Clements,
1938).
Dengan metode kuadrat, bentuk percontoh atau sampel dapat berupa segi empat
atau lingkaran yang menggambarkan luas area tertentu. Luasnya bisa bervariasi sesuai
dengan bentuk vegetasi atau ditentukan dahulu luas minimumnya. Untuk analisis yang
menggunakan metode ini dilakukan perhitungan terhadap variabel-variabel kerapatan,
kerimbunan, dan frekuensi (Syafei, 1990).

E. Luas Minimum
Luas area tempat pengambilan contoh komunitas tumbuhan atau vegetasi
sangat bervariasi, tergantung pada bentuk atau struktur vegetasi tersebut. Yang perlu
diperhatikan dalam menentukan luas minimum yang dipakai adalah seluas papaun
percontohan diambil harus dapat menggambarkan bentuk vegetasi secara keseluruhan.
Percontohan yang diambil dianggap memadai apabila seluruh atau sebagian besar jenis
tumbuhan pembentuk vegetasi itu berada dalam vegetasi akan didapatkan suatu luas
terkecil yang dapat mewakili vegetasi, kecuali untuk hutan tropika yang sangat sulit
ditentukan luas terkecilnya. Luas terkecil yang dapat mewakili karakteristik komunitas
tumbuhan atau komunitas tumbuhan atau vegetasi secara keseluruhan disebut luas
minimum (Sucipto, 2008).
Dari luas minimum, kita dapat menentukan berapa ukuran transek yang
digunakan. Ukuran luas minimum yang biasa digunakan ialah 25 cm x 25 cm, 25 cm x
50 cm, 50 cm x 50 cm, 50 cm x 100 cm, dan 100 cm x 100 cm. Dari masing-masing
ukuran yang dibuat, dicatat semua jenis tumbuhan yang ditemukan. Kemudian
dimasukkan ke dalam tabel. Untuk mendapatkan luas minimum, disusun sebuah grafik
dari data yang diperoleh. Perlu dipahami bahwa luas minimum berada saat garis mulai
mendatar, atau kalau ada penambahan jumlah jenis tidak melebihi 10% (Sucipto, 2008).

F. Transek
Transek adalah penampang melintang atau pandangan samping dari suatu
wilayah. Transek merupakan salah satu teknik untuk memberikan gambaran informasi
kondisi biofisik suatu wilayah kajian. Arti harfiah dari transek itu sendiri adalah gambar
irisan muka bumi. Pada awalnya, transek dipergunakan oleh para ahli lingkungan untuk
mengenali dan mengamati wilayah-wilayah ekologi, yaitu pembagian wilayah
lingkungan alam berdasarkan sifat khusus keadaannya (Odum, E. P., 1971).
Tujuan dari pembuatan transek, yaitu untuk mengetahui hubungan
perubahan vegetasi dan perubahan lingkungan. Ada dua macam transek:
1. Belt transect (transek sabuk)
Belt transek merupakan jalur vegetasi yang lebarnya sama dan sangat
panjang. Lebar jalur ditentukan oleh sifat-sifat vegetasinya untuk menunjukkan bagan
yang sebenarnya. Lebar jalur untuk hutan antara 1-10 m. Transek 1 m digunakan jika
semak dan tunas di bawah diikutkan, tetapi bila hanya pohon-pohonnya yang dewasa
yang dipetakan, transek 10 m yang baik. Panjang transek tergantung tujuan penelitian.
Setiap segment dipelajari vegetasinya (Kershaw, 1979).
2. Line transect (transek garis)
Dalam metode ini garis-garis merupakan petak contoh (plot). Tanaman yang
berada tepat pada garis dicatat jenisnya dan berapa kali terdapat atrau dijumpai. Pada
metode garis ini, sistem analisis melalui variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan
frekuensi yang selanjutnya menentukan INP (indeks nilai penting) yang akan digunakan
untuk memberi nama sebuah vegetasi. Kerapatan dinyatakan sebagai jumlah individu
sejenis yang terlewati oleh garis. Kerimbunan ditentukan berdasar panjang garis yang
tertutup oleh individu tumbuhan, dan dapat merupakan prosentase perbandingan
panjang penutupan garis yang terlewat oleh individu tumbuhan terhadap garis yang
dibuat (Syafei, 1990). Frekuensi diperoleh berdasarkan kekerapan suatu spesies yang
ditemukan pada setiap garis yang disebar (Rohman, 2001).

G. Sistem Analisis dengan Metode Kuadrat


Kerapatan adalah jumlah individu suatu jenis tumbuhan dalam suatu luasan
tertentu, misalnya 100 individu/ha. Frekuensi suatu jenis tumbuhan adalah jumlah petak
contoh dimana ditemukannya jenis tersebut dari sejumlah petak contoh yang dibuat.
Biasanya frekuensi dinyatakan dalam besaran persentase. Basal area merupakan suatu
luasan areal dekat permukaan tanah yang dikuasai oleh tumbuhan. Untuk pohon, basal
areal diduga dengan mengukur diameter batang (Kusmana, 1997).
Suatu daerah yang didominasi oleh hanya jenis-jenis tertentu saja, maka daerah
tersebut dikatakan memiliki keanekaragaman jenis yang rendah. Keanekaragaman jenis
terdiri dari 2 komponen, yaitu jumlah jenis dalam komunitas yang sering disebut
kekayaan jenis dan kesamaan jenis. Kesamaan menunjukkan bagaimana kelimpahan
spesies itu, yaitu jumlah individu, biomassa, penutup tanah, dan sebagainya, yang
tersebar antara banyak spesies itu (Ludwiq and Reynolds, 1988).
Kerimbunan ditentukan berdasarkan penutupan daerah cuplikan oleh populasi
jenis tumbuhan. Sedangkan frekuensi ditentukan berdasarkan kekerapan dari jenis
tumbuhan dijumpai dalam sejumlah area sampel (n) dibandingkan dengan seluruh total
area sampel yang dibuat (N), biasanya dalam persen (%). Keragaman spesies dapat
diambil untuk menandai jumlah spesies dalam suatu daerah tertentu atau sebagai jumlah
spesies diantara jumlah total individu dari seluruh spesies yang ada. Hubungan ini dapat
dinyatakan secara numerik sebagai indeks keragaman atau indeks nilai penting. Jumlah
spesies dalam suatu komunitas adalah penting dari segi ekologi karena keragaman
spesies tampaknya bertambah bila komunitas menjadi makin stabil (Michael, 1994).
Nilai penting merupakan suatu harga yang didapatkan dari penjumlahan nilai
relatif dari sejumlah variabel yang telah diukur (kerapatan relatif, kerimbunan relatif,
dan frekuensi relatif). Jika disusun dalam bentuk rumus maka akan diperoleh:
Nilai Penting = Kr + Dr + Fr

Harga relatif ini dapat dicari dengan perbandingan antara harga suatu variabel
yang didapat dari suatu jenis terhadap nilai total dari variabel itu untuk seluruh jenis
yang didapat, dikalikan 100% dalam tabel. Jenis-jenis tumbuhan disusun berdasarkan
urutan harga nilai penting, dari yang terbesar sampai yang terkecil. Dan dua jenis
tumbuhan yang memiliki harga nilai penting terbesar dapat digunakan untuk
menentukan penamaan untuk vegetasi tersebut (Odum, E. P., 1971).
C. PROSEDUR PRAKTIKUM DAN ANALISIS DATA

 Prosedur kerja

1. Memilih lokasi area padang rumput tempat pengembalaan ternak (panda


lokasi tersebut sering ada ternak yang merumput)
2. Catat kondisi umum / keadaan area yang dipilih dan sampaikan dalam
laporan praktikum dibagian pendahuluan atau pengantar. Peta
lokasi/area yang dipilih juga disertakan dalam praktikum (peta lokasi
dapat diambil dari google maps atau dengan cara lainnya).
3. Pada area yang dipilih tersebut, tempatkan 2 stand (stasiun) pengamatan,
berukuran 100m x 100m secara Subyektif dengan menggunakan
pertimbahan representasi area tersebut dan dianggap dapat
mengambarkan atau mewakili komunitas padang rumput tempat
pengembalaan ternak.
4. Panda masing-masing stand tersebut diatas kemudian ditempatkan 15
buah kwadrat / plot ukuran 1m x 1m secara acak, sehingga jumlah total
kwadrat
/ plot yang dihitung / ukur adalah 2 x 15 = 30 plot.
5. Pada setiap plot/kwadrat ukuran 1 m x 1 m tersebut, semua tumbuhan
yang termasuk kelompok rumput, herba dan terna yang hadir dicatat
jenisnya dan dihitung jumlahnya dan persen penutupannya pada skala
0 sampai 100%.
6. Nama jenis tumbuhan, jumlahnya (densitas) dan persen
penutupannya kamu catat di Lembaran Pengamatan terlampir.
7. Setiap spesies tanaman diidentifikasi dan diambil fotonya.
 ANALISIS DATA

Jumlah plot dimana suatu spesies hadir

- Frekuensi = x 100

Jumlah total plot

Frekuensi suatu spesies


- Frekuensi Relatif = x 100

Total frekuensi semua spesies

Jumlah tumbuhan spesies tertentu

- Densitas (kerapatan) = x 100

Total area sampel

Densitas suatu spesies

- Densitas relatif = x 100

Densitas seluruh spesies

Penutupan (cover) suatu jenis

- Dominansi = x 100

Total area sampel

Dominansi suatu jenis

- Dominansi relatif = x 100

Jumlah nilai dominansi seluruh jenis

- Indek Nilai Penting (INP) = Kerapatan Relatif (KR) + Frekwensi Relatif (FR)
+ Dominansi Relatif (DR).
D. HASIL PENGAMATAN

 STAND I

No Nama Jumlah Penut Freku Densitas Domina Frekue Indeks


jenis individu upan ensi relative nsi nsi nilai
tumbuhan (densitas) (domi (KR) relative relative penting
nansi) (DR) (FR) (INP)
1 Rambusa 0,16 0,04 20 14,5 7 10,4 31,9
(Passiflor
a feotida)
2 Meniran 0,24 0,05 20 21,8 8,7 10,4 40,9
(Phyllanth
us
urinaria)
3 Milkweed 0,01 0,01 6,6 0,9 1,7 3,4 6
s
(Asclepias
)
4 Kancing 0,08 0,03 20 7,2 5,2 10,4 22,8
palsu
(Mitracar
pus
hirtus
)
5 Patikan 0,05 0,05 20 4,5 8,7 10,4 23,6
kebo
(Eliphorbi
a hirta L)
6 Rumput 0,08 0,04 13,3 7,2 7 6,9 21,1
mutiara
(Oldenlan
dia)
7 Gletang 0,01 0,01 6,6 0,9 1,7 3,4 6
(Tridax
procumbe
ns)
8 Legume 0,04 0,04 6,6 3,6 7 3,4 14
siratro
(Macroptil
iumatropu
rpureum)
9 Akebia 0,01 0,01 6,6 0,9 1,7 3,4 6
berdaun
lima
(Akebia
quinata)
10 Rumput 0,01 0,01 6,6 0,9 1,7 3,4 6
minjangan
(chromola
ena
odorata)
11 Bayam 0,01 0,01 6,6 0,9 1,7 3,4 6
tikar
(Amaranth
us
blitodes)

12 Senna cina 0,02 0,02 6,6 1,8 3,5 3,4 8,7


(Senna
obtusifolia
)
13 Jotang 0,04 0,04 6,6 3,6 7 3,4 14
kuda
(Synedrel
la
nodiflora
(L) J.
Gaertner)
14 Babanjara 0,01 0,01 6,6 0,9 1,7 3,4 6
n
(Euphatori
umodorat
u
m)
15 Barneby 0,01 0,01 6,6 0,9 1,7 3,4 6
(Mimosa
tarda
barneby)
16 Tikus 0,02 0,02 6,6 1,8 3,5 3,4 8,7
telinga
(Pilosell
a
officinaru
m)
17 Kencana 0,07 0,07 6,6 6,3 12,2 3,4 21,9
ungu
(Ruellia
tuberosa
(L))
18 Kolonjono 0,02 0,02 6,6 1,8 3,5 3,4 8,7
(Brachiarr
a mutica)
19 Perdu 0,01 0,01 6,6 0,9 1,7 3,4 6
pendek
(Pudica
algo)
20 Jarum 0,03 0,03 6,6 2,7 5,2 3,4 11.3
spayol
(Bidens
alba)
21 Peanut 0,04 0,04 6,6 3,6 7 3,4 14
(Amphicar
paea
bracteata)
22 Semanggi 0,04 0,04 6,6 3,6 7 3,4 14
(Medicago
lapulina)

 STAND II

No Nama jenis Jumlah Penutu Freku Densita Domi Frekue Indeks


tumbuhan individu pan ensi s nansi nsi nilai
(densitas (domin relative relativ relative penting
) ansi) (KR) e (FR) (INP)
(DR)
1 Rumput teki 0,10 0,09 6,6 8,2 12 2,8 23
(Cyperus
rotundus)
2 Patikan 0,07 0,03 26,6 5,7 4 11,4 21,1
kebo
(Eliphorbia
hirta L)
3 Punarnafa 0,07 0,05 66 7,7 6,6 2,8 17,1
(Boerhaavia
diffusa)
4 Gelang 0,01 0,01 6,6 0,8 1,3 2,8 4,9
biasa
(Portulaca
oleracea)
5 Bayam 0,03 0,03 6,6 2,4 4 2,8 9,2
kotok
(Amaranthu
s blitum L
6 Tikus 0,04 0,04 6,6 3,3 5,3 2,8 11,4
telinga
(Pilosella
officinarum)
7 Patikan cina 0,02 0,02 6,6 1,6 2,6 2,8 7
(Euphorbia
prostrata)
8 Daun 0,02 0,02 6,6 1,6 2,6 2,8 7
cakaran
(Boeharvia
erecta L)

9 Jelatang 0,05 0,05 6,6 4,1 6,6 2,8 13,5


(Boehmeria
cylindrica)

10 Gewor 0,01 0,01 6,6 0,8 1,3 2,8 4,9


(Commelina
benghalensi
s)

11 Bawakan 0,02 0,02 6,6 1,6 2,6 2,8 7


benih
(Phyllanthu
s amarus
schumach)
12 Calabean 0,01 0,01 6,6 0,8 1,3 2,8 4,9
(Ludwigia
octovalvis)
13 Bala (Sida 0,13 0,05 26,6 10,7 6,6 11,4 28,4
cordifolia)

14 Kancing 0,09 0,04 20 7,4 5,3 8,6 21,3


palsu
(Mitracarpu
s hirtus)
15 Yakon 0,01 0,01 6,6 0,8 1,3 2,8 4,9
(Smallanth
us
sonbchifoliu
s)

16 Wild lettuce 0,02 0,02 6,6 1,6 2,6 2,8 7


(Lectuca
virosa)
17 Seleguri 0,38 0,12 26,6 31,4 16 11,4 58,8
(Sida
acuta
burm)
18 Bonjenia 0,03 0,03 13,3 2,4 4 5,7 12,1
(Dorycnium
rectum)
19 Bunga liar 0,02 0,02 6,6 1,6 2,6 2,8 7
(Ononis
pusilla L)
20 Pleno 0,03 0,03 6,6 2,4 4 2,8 9,2
(Sibthorpia
peregrinal)
21 Bayam 0,02 0,02 6,6 1,6 2,6 2,8 7
berduri
(Amaranthu
s spinosus)
22 Rumput 0,03 0,03 6,6 2,4 4 2,8 9,2
minjangan
(Chromolae
na odorata)
PEMBAHASAN
KESIMPULAN
LAMPIRAN

 STAND I

HARI / TANGGAL : MINGGU, 7 MARET 2021

NAMA LOKASI : MAOELAFA, KUPANG NUSA TENGGARA TIMUR

Plot I

No Nama jenis Jumlah Persen- Tekstur tanah Warna tanah


tumbuhan individu penutupan
(densitas) (0-100%)
1 Rambusa 4 33.3% Clay laoam (tanah Merah gelap
tidak/sedikit berpasir)
2 Meniran 5 41.6% Clay laoam (tanah Merah gelap
tidak/sedikit berpasir)
3 Milkweeds 1 8.3% Clay laoam (tanah Merah gelap
tidak/sedikit berpasir)
4 Kancing palsu 2 16.6% Clay laoam (tanah Merah gelap
tidak/sedikit berpasir)
Plot II

No Nama jenis Jumlah Persen- Tekstur tanah Warna tanah


tumbuhan individu penutupan
(densitas) (0-100%)
1 Patikan kebo 5 26.3% Clay laoam (tanah Warna gelap
tidak/sedikit berpasir)
2 Meniran 5 26.3% Clay laoam (tanah Warna gelap
tidak/sedikit berpasir)
3 Kancing palsu 2 10.5% Clay laoam (tanah Warna gelap
tidak/sedikit berpasir)
4 Rambusa 3 15.7% Clay laoam (tanah Warna gelap
tidak/sedikit berpasir)
5 Rumput mutiara 4 21% Clay laoam (tanah Warna gelap
tidak/sedikit berpasir)

Plot III

No Nama jenis Jumlah Persen- Tekstur tanah Warna tanah


tumbuhan individu penutupan
(densitas) (0-100%)
1 Gletang 1 14.2% Clay laoam (tanah Warna gelap
tidak/sedikit berpasir)
2 Rambusa 1 14.2% Clay laoam (tanah Warna gelap
tidak/sedikit berpasir)
3 Legume siratro 4 57.1% Clay laoam (tanah Warna gelap
tidak/sedikit berpasir)
4 Akebia berdaun 1 14.2% Clay laoam (tanah Warna gelap
lima tidak/sedikit berpasir)

Plot IV

No Nama jenis Jumlah Persen- Tekstur tanah Warna tanah


tanaman individu penutupan
(densitas) (0-100%)
1 Rumput 1 11.1% Clay laoam (tanah Merah gelap
minjangan tidak/sedikit berpasir)
2 Meniran 4 44.4% Clay laoam (tanah Merah gelap
tidak/sedikit berpasir)
3 Kancing palsu 3 33.3% Clay laoam (tanah Merah gelap
tidak/sedikit berpasir)
4 Rambusa 1 11.1% Clay laoam (tanah Merah gelap
tidak/sedikit berpasir)
Plot V

No Nama jenis Jumlah Persen- Tekstur tanah Warna tanah


tanaman individu penutupan
(densitas) (0-100%)
1 Meniran 5 45.4% Clay laoam (tanah Merah gelap
tidak/sedikit berpasir)
2 Bayam tikar 1 9% Clay laoam (tanah Merah gelap
tidak/sedikit berpasir)
3 Kancing palsu 1 9% Clay laoam (tanah Merah gelap
tidak/sedikit berpasir)
4 Peanut 4 36,6% Clay laoam (tanah Merah gelap
tidak/sedikit berpasir)

Plot VI

No Nama jenis Jumlah Persen- Tekstur tanah Warna tanah


tanaman individu penutupan
(densitas) (0-100%)
1 Senna cina 2 100% Clay laoam (tanah Merah gelap
tidak/sedikit berpasir)

Plot VII

No Nama jenis Jumlah Persen- Tekstur tanah Warna tanah


tenaman indivisu penutupan
(densitas) (0-100%)
1 Babanjaran 1 100% Clay laoam (tanah Merah gelap
tidak/sedikit berpasir)

Plot VIII

No Nama jenis Jumlah Persen- Tekstur tanah Warna tanah


tanaman individu penutupan
(densitas) (0-100%)
1 Jotang kuda 4 100% Clay laoam (tanah Merah gelap
tidak/sedikit berpasir)

Plot IX

No Nama jenis Jumlah Persen- Tekstur tanah Warna tanah


tanaman individu penutupan
(densitas) (0-100%)
1 Barneby 1 100% Clay laoam (tanah Merah gelap
tidak/sedikit berpasir)

Plot X

No Nama jenis Jumlah Persen Tekstur tanah Warna tanah


tumbuhan individu penutupan
(densitas) (0-100%)
1 Tikus telinga 2 22.2% Clay laoam (tanah Merah gelap
tidak/sedikit berpasir)
2 Kencana ungu 7 77.7% Clay laoam (tanah Merah gelap
tidak/sedikit berpasir)

Plot XI

No Nama jenis Jumlah Persen- Tekstur tanah Warna tanah


tumbuhan individu penutupan
(densitas) (0-100%)
1 Semanggi 4 100% Clay laoam (tanah Merah gelap
tidak/sedikit berpasir)

Plot XII

No Nama jenis Jumlah Persen- Tekstur tanah Warna tanah


tumbuhan individu penutupan
(densitas) (0-100%)
1 Kolonjono 2 100% Clay laoam (tanah Merah gelap
tidak/sedikit berpasir)
Plot XIII

No Nama jenis Jumlah Persen- Tekstur tanah Warna tanah


tumbuhan individu penutupan
(densitas) (0-100%)
1 Perdu pendek 1 100% Clay laoam (tanah Merah gelap
tidak/sedikit berpasir)

Plot XIV

No Nama jenis Jumlah Persen- Tekstur tanah Warna tanah


tumbuhan individu penutupan
(densitas) (0-100%)
1 Jarum spayol 3 100% Clay laoam (tanah Merah gelap
tidak/sedikit berpasir)

Plot XV

No Nama jenis Jumlah Persen- Tekstur tanah Warna tanah


tumbuhan individu penutupan
(densitas) (0-100%)
1 Rumput mutiara 4 100% Clay laoam (tanah Merah gelap
tidak/sedikit berpasir)
 STAND II

HARI / TANGGAL |: MINGGU, 07 MARET 2021

NAMA LOKAS : MAOELAFA, KUPANG NUSA TENGGARA TIMUR

Plot XVI

No Nama jenis Jumlah Persen- Tekstur tanah Warna gelap


tumbuhan individu penutupan
(densitas) (0-100%)
1 Rumput teki 1 33.3% Clay laoam (tanah Merah gelap
tidak/sedikit berpasir)
2 Patikan kebo 2 66.6% Clay laoam (tanah Merah gelap
tidak/sedikit berpasir)

Plot XVII

No Nama jenis Jumlah Persen- Tekstur tanah Warna tanah


tanaman individu penutupan
(densitas) (0-100%)
1 Punarnava 2 100% Clay laoam (tanah Merah gelap
tidak/sedikit berpasir)

Plot XVIII

No Nama jenis Jumlah Persen- Tekstur tanah Warna tanah


tumbuhan individu penutupan
(densitas) (0-100%)
1 Gelang biasa 1 100% Clay laoam (tanah Merah gelap
tidak/sedikit berpasir)

Plot XIX

No Nama jenis Jumlah Persen- Tekstur tanah Warna gelap


tumbuhan individu penutupan
(densitas) (0-100%)
1 Bayam kotok 3 100% Clay laoam (tanah Merah gelap
tidak/sedikit berpasir)

Plot XX

No Nama jenis Jumlah Persen- Tekstur tanah Warna tanah


tumbuhan individu penutupan
(densitas) (0-100%)
1 Tikus telinga 4 66.6% Clay laoam (tanah Merah gelap
tidak/sedikit berpasir)
2 Patikan cina 2 33.3% Clay laoam (tanah Merah gelap
tidak/sedikit berpasir)
Plot XXI

No Nama jenis Jumlah Persen- Tekstur tanah Warna tanah


tumbuhan individu penutupan
(densitas) (0-100%)
1 Daun cakaran 2 28.5% Clay laoam (tanah Merah gelap
tidak/sedikit berpasir)
2 Jelatang 5 71.4% Clay laoam (tanah Merah gelap
tidak/sedikit berpasir)

Plot XXII

No Nama jenis Jumlah Persen- Tekstur tanah Warna tanah


tumbuhan individu penutupan
(densitas)
1 Patikan kebo 3 100% Clay laoam (tanah Merah gelap
tidak/sedikit berpasir)

Plot XXIII

No Nama jenis Jumlah Persen- Tekstur tanah Warna tanah


tanaman individu penutupan
(densitas) (0-100%)
1 Gewor 1 33.3% Clay laoam (tanah Merah gelap
tidak/sedikit berpasir)
2 Bawakan benih 2 66.6% Clay laoam (tanah Merah gelap
tidak/sedikit berpasir)

Plot XXIV

No Nama jenis Jumlah Persen- Tekstur tanah Warna tanah


tanaman individu penutupan
(densitas) (0-100%)
1 Calabean 1 10 Clay laoam (tanah Merah gelap
tidak/sedikit berpasir)
2 Rumput teki 9 90% Clay laoam (tanah Merah gelap
tidak/sedikit berpasir)

Plot XXV

No Nama jenis Jumlah Persen- Tekstur tanah Warna tanah


tumbuhan individu penutupan
(densitas) (0-100%)
1 Bala 5 50% Clay laoam (tanah Merah gelap
tidak/sedikit berpasir)
2 Kancing palsu 4 40% Clay laoam (tanah Merah gelap
tidak/sedikit berpasir)
3 Yakon 1 10% Clay laoam (tanah Merah gelap
tidak/sedikit berpasir)

Plot XXVI

No Nama jenis Jumlah Persen- Tekstur tanah Warna tanah


tumbuhan individu penutupan
(densitas) (0-100%)
1 Wild lettuce 2 100% Clay laoam (tanah Merah gelap
tidak/sedikit berpasir)
Plot XXVII

No Nama jenis Jumlah Persen- Tekstur tanah Warna tanah


tumbuhan individu penutupan
(densitas) (0-100%)
1 Kancing palsu 2 14.2% Clay laoam (tanah Merah gelap
tidak/sedikit berpasir)
2 Bala 3 21.4% Clay laoam (tanah Merah gelap
tidak/sedikit berpasir)
3 Seleguri 9 64.2% Clay laoam (tanah Merah gelap
tidak/sedikit berpasir)

Plot XXVIII

No Nama jenis Jumlah Persen- Tekstur tenah Warna tanah


tumbuhan individu penutupan
(densitas) (0-100%)
1 Seleguri 8 50% Clay laoam (tanah Merah gelap
tidak/sedikit berpasir)
2 Pleno 3 18.7% Clay laoam (tanah Merah gelap
tidak/sedikit berpasir)
3 Bunga liar 2 12.5% Clay laoam (tanah Merah gelap
tidak/sedikit berpasir)
4 Bonjenia 3 18.7% Clay laoam (tanah Merah gelap
tidak/sedikit berpasir)

Plot XXIX

No Nama jenis Jumlah Persen- Tekstur tanah Warna tanah


tumbuhan individu penutupan
(densitas) (0-100%)
1 Kembang sore 3 13% Clay laoam (tanah Merah gelap
tidak/sedikit berpasir)
2 Kancing palsu 3 13% Clay laoam (tanah Merah gelap
tidak/sedikit berpasir)
3 Patikan kebo 2 8.6% Clay laoam (tanah Merah gelap
tidak/sedikit berpasir)
4 Seleguri 12 52.1% Clay laoam (tanah Merah gelap
tidak/sedikit berpasir)
5 Bala 3 13% Clay laoam (tanah Merah gelap
tidak/sedikit berpasir)
Plot XXX

No Nama jenis Jumlah Persen- Tekstur tanah Warna tanah


tumbuhan individu penutupan
(densitas) (0-100%)
1 Seleguri 8 40 % Clay laoam (tanah Merah gelap
tidak/sedikit berpasir)
2 Punarnava 5 25% Clay laoam (tanah Merah gelap
tidak/sedikit berpasir)
3 Bayam beduri 2 10% Clay laoam (tanah Merah gelap
tidak/sedikit berpasir)
4 Rumput 3 15% Clay laoam (tanah Merah gelap
minjangan tidak/sedikit berpasir)
5 Bala 2 10% Clay laoam (tanah Merah gelap
tidak/sedikit berpasir)
SPESIES TANAMAN (GULMA)

Milkweeds (Asclepias) Jelatang (Boemeria


Meniran cylindrica)
(Phyllanthus
urinaria)

Bunga liar (Ononis pusilla Rumput mutiara


Gletang L) (Oldenlandia)
(Tridax
procumbens)

Babanjaran (Euphatorium
odoratum) Legume siratro Ekebia berdaun 5
(Mactroptiliumatropur (Akebia quinata)
p
ureum)

Rumput minjangan Gewor


Calabean (Chromolaena odorata) (Commelina
(Ludwigia benghalensis)
octovalvis)

Jarum spanyol (Bidens Perdu pendek


alba) (Pudica Algo) Kolonjono
(Brachiaria
mutica)

Semanggi (Medicago Sena cina Rambusa


lapulina) (Senna (Passiflora
obtusifolia(L.)) feotida)
Kencana ungu Jotang kuda (Synedrella Seleguri
(Ruelia tuberosa nodiflora (L) J. Gaertner) (Sida
L) rhombifolia)

Bayam berduri
(Amaranthus Kancing palsu
spinosus Pleno (Mitracarpus hirtus)
) (Sibthorpia
peregrinal)

Gelang biasa Punarnava


Barnebi (Mimosa
(Portulaca oleracea) (Boeharvia
tarda barneby)
punarnava)
Tikus telinga (Pilosella
Peanut
officinarum)
(Amphicarpaea Wild lactuca
bracteata) (Lactuca virosa
habl)

Bayam tikar
(Amaranthus blitodes) Patikan cina Daun cakaran
(Euphorbia (Boeharvia erecta L)
prostrata)

Banjenia Rumput teki Patikan kebo


(Dorycnium (Cyprus (Eliphorbia
rotundus)
rectum) hirta L)
Bawakan benih Bala (Sida cordifolia)
(Phyllanthus Yakon
amarus (Smallanthus
schumach) sonchifolius)

Bayam kotok (Amaranthus blitum)


DARTAR PUSTAKA

Greig-smith, P. 1983.Quantitative Plant Ecology. Oxford: Blackwell Scientific


publication.

Kusmana, C. 1997. Metode Survey Vegetasi. Bogor: Institute Teknologi Bandung.

Ahraf, bima, 2010 “Analisis Vegtasi dengan Metode Kuadrat”


https://bimashraf.blogspot.co.id/2010/12/analisis-vegetasi-dengan-metode-kuadrat-html
(diakses pada tanggal 20 maret 2021)

Kwacy,I.2013. “Analisis Vegetasi”


https://imma-kwacy.blogspot.co.id/2013/03/analisis-vegetasi.htmml (diakses pada
tanggal 22 maret 2021)

Lathyris, riyanti, 2010 “Laporan Analisis Vegetasi”


https://riyantilathyris.wordpress.com/2010/11/26/laporan-analisis-vegetasi/
(diakses panda tanggal 24 maret 2021)

Anda mungkin juga menyukai