Anda di halaman 1dari 13

RESUME EKOLOGI DASAR

“Metologi Pengamatan Ekologi”


Dosen Pengampu: Hilman Alfaruq, M.Pd.

DWI SRI AYU ANNISA (1901125057)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FALKUTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
JAKARTA
2021
METODE DAN TEKNIK ANALISIS FLORA DARAT
Untuk melakukan sampling yang dikerjakan secara rasional dan efisien, maka vegetasi yang
tumbuh dari pesisir sampai pegunungan harus dikelompokkan kedalam komunitas, populasi
atau tipe vegetasi yang terpisah secara tegas (discrete). Secara umum fisiognomi vegetasi atau
3 morfologi tumbuhan dapat dengan mudah untuk dikenali dari kalangan masyarakat, tetapi
informasi lebih detail tentang komponen spesies, arti penting relatif spesies (dominansi),
kerapatan (densitas), frekuensi, dan nilai penting dari populasi atau indivdu suatu jenis belum
diketahui secara menyeluruh. Untuk mengeksplorasikan data ekologi secara detail tentang
parameter vegetasi (kerapatan, frekuensi, dominansi, nilai penting dan indeks diversitas)
tersebut diperlukan kecermatan dalam memilih metode dan teknik analisis yang tepat, sehingga
pengumpulan data lapangan dapat dikumpulkan secara cepat dan efisien waktu serta hemat
biaya tetapi akurasi data dapat dipercaya.
ANALISIS FLORA DARAT
Dalam melakukan analisis vegetasi selalu mengkaitkan dua hal penting yaitu:
1. Metode atau cara pengumpulan data lapangan dan
2. Penerapan metode analisisnya.
Metode Pengumpulan Data Lapangan
Untuk pengumpulan data vegetasi di lapangan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
(1) Cara inventarisasi atau mencacah jenis yang diketemukan di lapangan (kualitatif) dan
(2) Dilakukan pengukuran (kuantitatif).
Sistem Inventarisasi
Cara ini dapat dilakukan dengan mudah dan cepat dengan tujuan untuk melakukan pengenalan
jenis secara morfologis, tanpa melakukan pengukuran apapun. Cara ini dapat dilakukan dengan
melakukan penjelajahan di suatu area. Dari jenis-jenis yang diketemukan langsung dicatat
secara langsung untuk jenis-jenis yang sudah dikenali nama jenisnya, atau dilakukan
penyandraan dengan bantuan buku atlas tumbuhan atau herbarium yang sudah diidentifikasi.
Cara ini dilakukan dengan tujuan terbatas atau untuk pengenalan awal, sehingga cara ini tidak
memberikan gambaran penguasaan lingkungan oleh setiap jenis secara utuh dan menyeluruh.
Dengan demikian cara ini hanya dilakukan sebagai penelitian permulaan atau observasi untuk
memantapkan dalam penelitian berikutnya.
Analisis Vegetasi
Analisis vegetasi adalah bertujuan untuk memperoleh data kuantitatif dari jenis atau komposisi
dan struktur vegetasi dan mendapatkan data kuantitatif mengenai peranan jenis dalam
ekosistem. Peranan setiap jenis biasanya dicerminkan dalam 2 pola yaitu:
a. Pola penyebaran (disajikan dalam bentuk nilai frequensi atau kekerapan jenis) 4
b. Pola kesesuaian terhadap pengaruh gabungan faktor-faktor lingkungan yang ada (disajikan
dalam bentuk nilai kerapatan atau densitas tumbuhan), dan
c. Pola dari derajat penguasaan atau pengendalian terhadap faktor-faktor lingkungan yang ada
(disajikan dalam bentuk nilai dominansi).
Jumlah nilai relatif dari ketiga parameter tersebut (frequensi relatif, densitas relatif dan
dominansi relatif) dari setiap jenis merupakan Indek Nilai Penting (Importance Value Index)
dari jenis-jenis bersangkutan. Nilai penting tersebut selanjutnya digunakan untuk menentukan
tipe assoiasi dari vegetasi penutup daerah penelitian. Untuk nilai penting tertinggi dari suatu
jenis merupakan jenis yang mempunyai nilai penting tertinggi, berarti jenis bersangkutan
merupakan jenis pionir atau sebagai perintis vegetasi yang sudah adaptif terhadap lingkungan
dan secara ekologi termasuk jenis tumbuhan yang klimaks (mantap). Disamping itupula nilai
penting vegetasi secara keseluruhan di suatu habitat dapat mengambarkan kondisi vegetasi
secara keseluruhan menyangkut kekerapan , kerapatan dan tingkat dominansi (besar kecilnya
) pohon atau semak yang tumbuh di kawasan tersebut.
Dalam melakukan analisis vegetasi bahwa vegetasi yang dijadikan sampel pengukuran
dapat dilakukan dalam dua ketentuan pokok yaitu:
1. Pengukuran terhadap habitusnya yaitu vegetasi yang diukur berdasarkan perawakan-
nya, meliputi:
a. Golongan herba (tanaman pendek, berbatang basah) contohnya; rumput-rumputan
(Gramineae) dan golongan teki (Cyperacea).
b. Golongan semak (schrubs), yaitu tanaman berkayu dengan ketinggian 0,1 – 3 m,
c. Golongan pohon, yaitu tumbuhan berkayu, tumbuh tegak dengan ketinggian > 3 m
2. Pengukuran terhadap tingkat kelas pertumbuhan:
a. Pohon ( trees ) : kelas tumbuhan yang memiliki diameter batang > 35 cm.
b. Tihang ( pole) : kelas tumbuhan dengan diameter batang 25 – 35 cm.
c. Pancang atau belta ( sapling) : kelas tumbuhan dengan diameter batang 10- 25 cm.
d. Anakan atau semai (seedling) : kelas tumbuhan dengan diameter batang < 10 cm.
Metode Analisis Vegetasi
Banyak metode yang dapat digunakan untuk memperoleh informasi kuantitatif mengenai
struktur dan komposisi dari masyarakat tumbuhan. Tetapi secara garis besarnya pengukuran
dan pengambilan contoh atau analisis vegetasi dapat dilakukan dengan dua metode yaitu:
A. Metode petak contoh ( plot) atau area (kwadrat), dan 5
B. Metode tanpa petak contoh ( Plot-less method).

A. Metode Petak Contoh atau Area (Kwadrat)


Pada metode petak contoh bahwa pengukuran peubah dasar dilakukan dengan cara
penaksiran berdasarkan petak contoh. Bila habitatnya berupa suatu daerah yang luas maka
diambilah seluas tertentu saja dari daerah itu yang disebut sebagai area minimal, dan dari
daerah contoh tersebut dihitung semua tumbuhan yang diamati. Pengukuran yang
dilakuikan pada petak contoh tersebut digunakan sebagai penaksir dari keadaan semua
lokasi penelitian yang dilakukan. Ketepatan analisis berdasarkan petak contoh ini adalah
didasarkan atas 3 hal pokok yaitu:
a. Populasi dalam tiap petak contoh yang diambil harus dapat dihitung dengan tepat.
b. Luas atau satuan tiap petak contoh harus jelas dan pasti.
c. Petak contoh yang diambil harus dapat mewakili seluruh area atau daerah penelitian
Adapun ukuran petak contoh yang disarankan (Odum, 1977, Samingan 1990) adalah :
a. Vegetasi golongan rumput-rumputan, ukuran plot 1m x 1m = 1 m2
b. Vegetasi golongan semak, ukuran plot 5m x 5m = 25 m2
c. Vegetasi golongan pohon , ukuran plot 20m x 20m = 400 m2
Sedangkan ukuran plot berdasarkan kelas tumbuhan maka ditetapkan ukuran plot sbb:
a. Kelas pohon dengan ukuran plot 20m x 20m = 400 m2
b. Kelas tiang (pole) ukuran plot 10m x 10m = 100 m2
c. Kelas pancang (sapling) ukuran plot 5m x 5m = 25 m2 dan
d. Kelas anakan (seedling) ukuran plot 2m x 2m = 100 m2 (Suin, 1999)
Sedangkan bentuk plot terdiri dari bermacam-macam bentuk, meliputi: bentuk bulat, persegi
panjang dan bentuk bujur sangkar. Dari ketiga bentuk ini ternyata bentuk bujur sangar
adalah paling peraktis, efisien dan mudah untuk mengerjakan di lapangan.
A.1. Macam-Macam Petak Contoh (Plot)
a) Metode Petak Tunggal Dengan metode ini sampel diambil pada suatu petak tunggal
yang besar dan di dalamnya tersebar petak-petak kecil yang akan dianalis. Dengan
demikian petak tunggal yang besar dianggap sebagai wakil dari lokasi yang akan
dianalisis. Metode ini dapat digunakan apabila keadaan vegetasi tumbuhan di daerah
penelitian relatif sama, dari segi topografi, pH tanah dan kadar air tanahnya. Tata letak
petak tunggal dan ukuran masing-masing plot seperti tersaji pada Gambar 1 dan 2.

b) Metode Petak Ganda


Pada metode ini diterapkan yaitu pengambilan sampel dilakukan dengan membuat
banyak petak contoh yang tersusun secara sistematik dan tersebar merata. Misalnya
akan 7 dilakukan analisis vegetasi pada kawasan hutan . Untuk itu diambil satu petak
berukuran 1 km x 1 km . Pada area itu dibuat sebanyak 100 petak contoh yang
berukuran 20 m x 20 m yang tersusun secara sistematik dan tersebar merata untuk
pohon. Pada masing-masing petak tersebut dapat dibuat sub-sub plot untuk analisis
tiang, pancang maupun anakan. Tata letak plot dan detail plot ini seperti terlihat pada
Gambar 3
c) Metode Jalur (Transek )
Metode ini dapat diterapkan dengan tepat untuk menganalisis vegetasi suatu wilayah
yang luas dan keadaan komunitasnya belum diketahui keadaannya, dan pada Plot
pohon (20 m x 20 m) Plot herba/anakan (1 m x 1 m) Plot tihang (10 m x 10 m) Plot
semak/pancang (5 m x 5 m) 8 lokasi penelitian yang bervariasi ketinggian, keadaan
tanah dan topografinya. Selain itu pula dengan menerapkan metode ini akan dapat
diketahui perubahan vegetasi pada suatu daerah karena adanya perubahan faktor tanah
,iklim dan topografi. Penentuan titik awal dapat ditetapkan tegak lurus dengan garis
dasar seperti pantai, pinggiran hutan atau terhadap kaki gunung. Dari garis dasar
tresebut dapat dibuat suatu jalur yang lebarnya 10 m sebagai jalur tempat peletakan
plot pohon, dan selanjutnya plot dapat dibuat pada jalur itu. Untuk tata letak jalur atau
transek, dapat disajikan pada Gambar 4.

d) Metode Jalur Berpetak


Metode ini merupakan modifikasi dari metode jalur dan metode petak ganda. Bila
dibandingkan dengan metode jalur atau transek, maka terlihat bahwa pada metode
garis 9 berpetak ini ada lompatan-lompatan, dapat melompat satu petak atau lebih
dalam jalur yang dibuat. Pada metode ini juga dibuat sama seperti pada metode
jalur. Tata letak metode garis berpetak ini dapat dilihat pada Gambar 5. Dari jenis-
jenis metode seperti: metode petak tunggal, petak ganda, jalur dan garis berpetak
semuanya dapat dihitung: kekerapan (frequensi), kerapatan (densitas), dan
dominansi untuk masing-masing jenis tumbuhan.

B. Metode Tanpa Petak (Plot-Less Methods)


Pada metode ini tidak dibuat petak-petak contoh. Metode ini didasarkan pada anggapan
bahwa jumlah individu tumbuhan per satuan luas dapat dihitung rata-rata jarak antar
tumbuhan tersebut. Metode tanpa plot ini dapat dibedakan menjadi dua bentuk yaitu:
a) Metode Kwadran (Point Quarter Method) Metode ini sama dengan metode jalur
(transek), diterapkan untuk melakukan penelitian (pengumpulan data) vegetasi
yang memiliki tingkat struktur berbeda dari zone depan sampai belakang.
Karakteristik zone vegetasinya biasanya ditandai oleh jenis tertentu yang menjadi
ciri khas pada zone tersebut. Misalnya pada hutan bakau (Mangrove) yang memiliki
zonasi mulai dari zone depan sampai belakang berturut-turut zona : Avicennia,
Sonneratia, Rhizophora dan Bruguiera/Exocaria. Demikian pula untuk vegetasi
yang tumbuh pada tingkat kemiringan secara bertingkat (0 – 500m, 500 – 1000 m,
1000-2000m dst). Pada metode ini dibuat suatu seri titik-titik yang ditentukan di
lapangan pada interval jarak tertentu sepanjang garis lurus, atau bisa juga secara
acak. Biasanya seri titik itu dibuat dibuat berupa garis lurus searah dengan mata
angin (kompas). Tititk-titik itu merupakan suatu pusat padanya dibuat empat buah
kuadran. Tumbuhan yang akan dianalisis adalah satu pohon dari setiap kdran yang
jaraknya terdekat dengan titik pusat. Pada metode ini perlu dilakukan pengukuran
terhadap pohon terdekat dengan titik pusat. Untuk meudahkan pelaksanaan di
lapangan bisa juga dilakukan pengukuran terhadap keliling batang pohon setinggi
+ 135 cm atau setinggi dada. Dari pengukuran ini akan digunakan untuk
menghitung luas basal area. Tujuan pengukuran ini untuk menentukan dominansi
suatu vegetasi. Cara pengukuran ini sepereti tersaji pada Gambar 6
b) Metode Acak Berpasangan (Random Pair Method)
Pada metode ini di daerah penelitiandibuat suatu garis lurus menurut arah kompas.
Pada sepanjang garis itu dengan interval tertentu diambil titik-titik pengu-kuran.
Pada tiap titik pengukuran dipilih tumbuhan yang terdekat. Selanjutnya tumbuhan
kedua sebagai pasangan dipilih tumbuhan yang terdekat dengan pohon pertama
yang terletak pada sektor lainnya, yaitu sebelah lain dari garis kompas yang dibuat
pertama . jarak yang diukur adalah jarak antara kedua tumbuhan tersebut. Dari hasil
pengukuran tersebut dapat 12 dihitung kerapatan, frekuensi dan dominansinya.
Metode acak berpasangan ini dapat disajikan seperti pada Gambar 7

ANALISIS DATA FLORA DARAT


Setelah data-data terkumpul baik dengan metode plot maupun tanpa plot selanjutnya dilakukan
analisis vegetasi dengan menghitung parameter-parameter vegetasi yaitu: frequensi, densitas
(kerapatan), dominansi, frequensi relative, densitas relative, dominansi relative, nilai penting
(importance value) dan keanekaragaman jenis. Cara analisis tersebut dilakukan dengan dengan
perhitungan sebagai berikut:
V/M = 0.51 jadi V/M < 1 Pola penyebaran jenis bersifat seragam.

Indek Similaritas (Indeks Kesamaan)


Indeks similaritas (IS) adalah pertama kali dikenalkan oleh Sorensen, sehingga dikenal dengan
Indeks Similaritas Sorensen. Penetapan indeks ini adalah dipergunakan untuk mengetahui
prosentase tingkat kesamaan jenis yang hidup pada dua atau lebih area atau habitat yang
berbeda. Misalnya jenis-jenis yang hidup di tempat ternaung dan ditempat terang (terkena sinar
matahari langsung). Atau jenis yang hidup di daerah pesisir dengan daerah yang lebih tinggi.
Untuk menentukan besarnya indeks kesamaan ini dilakukan pengukuran yaitu:
a. Tentukan dua kawasan atau lebih, misalnya daerah ternaung dan terang.
b. Catat jumlah jenis pada kedua habitat tersebut
c. Hitung jenis-jenis yang sama dari kedua habitat yang berbeda d. Hitung indeks kesamaan
tersebut dengan rumus :

Keterangan :
W = Jumlah jenis terkecil yang sama dari dua aera yang berbeda
A = Jumlah jenis yang terdapat di habitat
A B = Jumlah jenis yang terdapat di habitat B

Dari hasil analisis vegetasi dicatat dalam tabel (list tabel ) seperti tercantum pada Tabel 4

METODE DAN TEKNIK ANALISIS FAUNA DARAT


Adanya pembangunan di suatu kawasan sudah tentunya akan memberikan suatu dampak
terhadap linkungan disekitarnya, khususnya terhadap fauna. Dampak yang ditimbulkan bisa
terjadi saat pra konstruksi, saat konstruksi maupun pasca konstruksi. Adapun isu dampak yang
menjadi 16 perhatian dalam penyusunan dokumen AMDAL adalah lebih difokuskan pada
dampak negatif penting.
Adapun parameter yang perlu dicatat terhadap fauna yang akan terkena dampak adalah
menyangkut : Jenisnya, kemelimpahan, kondisi habitat, pola penyebaran, pola migrasi, satwa
yang dilindungi, kepadatan populasi, nilai penting satwa (segi ekonomi, agama, budaya ), dan
peri kehidupan hewan penting. Sedangkan teknik pengumpulan data di lapangan dapat
dilakukan dengan cara inventarisasi (pengamatan langsung) maupun dengan sensus terhadap
jenis –jenis yang akan terkena dampak langsung dan tidak langsung. Adapun metode yang bisa
diterapkan dalam analisis fauna adalah:
Inventarisasi
Metode inventarisasi dapat diterapkan dengan dua cara yaitu : dengan cara langsung
(menjumpai langsung di lapangan) dan cara tidak langsung. Sesuai dengan karakter hewan
yang mudah berpindah-pindah sehingga metode inventarisasi yang lebih cocok diterapkan
adalah sistem inventarisasi tidak langsung. Beberapa parameter yang bisa dicatat dengan cara
tidak langsung meliputi: jejak, kotoran, bagian-bagian, suara dan bunyi satwa, tanda-tanda
habitat, bau-bauan yang ditinggalkan dan adanya sarang.
Sensus
Sensus ini dapat diterapkan dengan beberapa cara yaitu:
a. Mendengarkan suara (call count),
b. Mengenali jejak ( tract count)
c. Dengan penghalauan (Drive census)
d. Metode transek (line transect method)
e. Metode hitung kelompok
f. Metode penandaan, lepas dan tangkap kembali (capture, mark, release, recapture method).

Contoh-contoh hewan besar yang dapat ditandai antara lain :


a. Mamalia besar, seperti: banteng, kijang, kerbau. Cara menandai dapat dilakukan
dengan cara mencapnya dengan besi panas atau melobangi telinga., mengecat.
Sedangkan untuk menghitung besarnya populasi di alam dapat dilakukan dengan cara
menangkap kembali. Contoh: Rusa yang ditangkap = 100 ekor (F1), kemudian
semuanya ditandai dengan tanda khusus, setelah tertandai langsung dilepas. Selang
beberapa waktu dilakukan penangkapan kembali misalnya jumlah tangkapan kedua
sebanyak l50 ekor (F2), sedangkan yang tertandai sebanyak 50 ekor (F3). Dari hasil
percobaan ini dapat dihitung besarnya populasi rusa dengan rumus

Jadi besarnya populasi rusa = (100 x 150) /: 50 = 15.000 : 50 = 300 ekor rusa. .
b. Burung yaitu dengan mudah ditandai dengan mengisi cincin pada kakinya.
c. Sistem penandaan terhadap Mamalia kecil, Reptilia (kadal ) dan Amphibia yaitu dapat
dilakukan dengan memotong kuku pada ujungnya. Dari hasil pengamatan dengan
metode dan teknik analisis yang dilakukan secara tepat dan benar sehingga hasinya
dapat di interpretasi, dianalisis dan diprediksi, apakah kedudukan fauna yang ada di
wilayah atau di pinggir poyek tersebut dapat terkena dampak baik langsung maupun
tidak langsung.
Metode Pengumpulan Data Fauna Darat
Adanya pembangunan di suatu kawasan sudah tentunya akan memberikan suatu dampak
terhadap lingkungan disekitarnya, khususnya terhadap fauna. Dampak yang ditimbulkan bisa
terjadi saat pra konstruksi, saat konstruksi maupun pasca konstruksi. Adapun issue dampak
yang menjadi perhatian dalam penyusunan dokumen AMDAL adalah lebih difokuskan pada
dampak negatif penting. Adapun parameter yang perlu dicatat terhadap fauna yang akan
terkena dampak adalah menyangkut : Jenisnya, kemelimpahan, kondisi habitat, pola penye-
baran, pola migrasi, satwa yang dilindungi, kepadatan populasi, nilai penting satwa (segi
ekonomi, agama, budaya ), dan peri kehidupan hewan penting. Sedangkan teknik pengumpulan
data fauna di lapangan yang paling mudah dapat dilakukan dengan cara sensus.
Macam-macam Sensus
Sensus terhadap fauna darat dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu cara langsung dan tidak
langsung  Cara Langsung :
Cara ini dilakukan dengan penghitungan populasi satwa secara langsung dari apa yang dilihat
di lapangan. Dari hasil tersebut dicatat jumlah, nama jenis dan faktor-faktor lain sebagai
pendukungnya seperti: tingkah laku (behavior), habitat dan sebagainya.
Secara Tidak Langsung
Sensus secara tidak langsung ini adalah lebih cocok diterapkan sesuai dengan karakter hewan
yang mudah berpindah-pindah (mobile). Cara ini dilakukan untuk menghitung satwa
berdasarkan tanda-tanda khas (jejak) yang ditinggalkan. Adapun jejak satwa yang dapat
digunakan dalam sensus secara tidak langsung meliputi:
- Bekas tapak kaki (jejak) di tanah,
- kotoran (faeces),
- Bagian-bagian satwa yang ditinggalkan (sisa-sisa makanan, bekas gigitan, bulu maupun
bau-bauan yang ditinggalkan) 18 M x n N = m
- Sarang dan suara.
Metode Sensus
Sensus ini dapat diterapkan dengan beberapa cara yaitu:
a. Metode penandaan, lepas dan tangkap kembali (capture, mark, release, recapture method).
b. Metode jejak satwa ( tract count)
c. Metode mendengarkan suara (call count),
d. Metode penghalauan (Drive census)
e. Metode jelajah (Cruising method)
f. Metode transek (Line Transect Method)
g. Metode hitung kelompok (Concentration count)

a. Metode penandaan, lepas dan tangkap kembali (Capture, Mark, Release, Recapture
Method)
Metode ini dapat diterapkan selain untuk menduga besarnya populasi satwa, tetapi juga
cukup efektif dalam hal penyelidikan :
a. Perpindahan (emigrasi) dan masuknya (imigrasi) margasatwa.
b. Kecepatan pertumbuhan individu maupun populasi Teknik penandaan satwa dapat
dilakukan sbb:
a. Untuk hewan besar : banteng, kijang, kerbau, dilakukan dengan cara : mengecat tubuh,
melobangi telingan atau dengan mencapnya dengan besi panas.
b. Untuk hewan-hewan kecil seperti burung, dapat dilakukan dengan memberikan cincin
pada jari kaki.
c. Untuk hewan kecil seperti : Reptilia (Kadal), Amphibia (katak) yaitu dilakukan dengan
cara memotong kuku pada bagian ujungnya. d. Perkiraan besarnya populasi dinyatakan
dengan rumus sebagai berikut

Contoh: Rusa yang ditangkap = 100 ekor (M), kemudian semuanya ditandai dengan tanda
khusus, setelah tertandai langsung dilepas. Selang beberapa waktu dilakukan penangkapan
kembali misalnya jumlah tangkapan kedua sebanyak l50 ekor (n), sedangkan yang
tertandai sebanyak 50 ekor (m). Dari hasil percobaan ini dapat dihitung besarnya populasi
rusa :
(N) = (100 x 150) / 50 = 15.000 : 50 = 300 ekor rusa.
b. Metode Penghalauan (Drive Census)
Cara kerja :
a. Tentukan lokasi, sebaran jalur penghalau, arah penghalau dan jarak antara pencatat
dengan jalur.
b. Siapkan tenaga kerja dan ditempatkan pada pos-pos yang telah ditentukan
c. Tenaga pencatat hendaknya menghadap ke arah penghalau, dan satwa (misalnya gajah)
yang dicatat adalah jumlah gajah yang lewat di kanan atau kiri pencatat dan juga
penghalau.
d. Cara menghitung populasi :
Dari hasil pengamatan dengan metode dan teknik analisis yang dilakukan secara tepat dan
benar sehingga hasinya dapat di interpretasi, dianalisis dan diprediksi, apakah kedudukan
fauna yang ada di wilayah atau di pinggir poyek tersebut dapat terkena dampak baik
langsung maupun tidak langsung.

Anda mungkin juga menyukai