Anda di halaman 1dari 14

Muhammadiyah

Sebagai Gerakan
Pendidikan

Kelompok Hamka
Anggota Kelompok
Aidah Faiziah Permana (1901125025)
Nimas Ayu Salamah (1901125038)
Putri Ayu Ridhillahi (1901125046)
Weni Eka Rahayu (1901125029)
Dalam Islam, Allah SWT dan Rasulnya memiliki perhatian besar
kepada Ilmu Pengetahuan dan Pendidikan. Islam sangat
menekankan umatnya untuk terus menuntut ilmu. Dalam Al-Qur'an
dan al-Hadits Allah SWT dan Rasulullah menegaskan keutamaan,
kemuliaan, dan ketinggian derajat orang yang berilmu.
Allah berfirman dalam surat Ali Imran ayat 18
ٰۤ ْ ۙ ‫َ هّٰللا‬
‫س ِۗط ٓاَل اِ ٰلهَ اِاَّل ُه َو ا ْل َع ِز ْي ُز ا ْل َح ِك ْي ُم‬ ‫ق‬ ْ
‫ل‬ ‫ا‬ ‫ب‬ ۢ
‫ا‬ ‫م‬;
ْ ِ ِ ً ِِٕ ِ ِ‫ٕى‬‫ا‬ۤ َ ‫ق‬ ‫م‬‫ل‬ْ ‫ع‬‫ل‬ْ ‫ا‬ ‫وا‬ُ ‫ل‬‫و‬ُ ‫ا‬ َ ِِٕ ‫ش ِه َد ُ اَنَّ ٗه ٓاَل اِ ٰلهَ اِاَّل ُه َو َوال َم‬
‫و‬ ُ ‫ة‬ َ
‫ك‬ ;
‫ٕى‬ ‫ل‬

75% 97%
“Allah menyatakan bahwa tidak ada tuhan selain Dia; (demikian pula) para
malaikat dan orang berilmu yang menegakkan keadilan, tidak ada tuhan selain
Dia, Yang Mahaperkasa, Maha-bijaksana.” (QS. Ali Imran ayat 18)
Latar Belakang Pendidikan Muhammadiyah
1. Faktor Internal
a) Kelemahan Praktik Ajaran Islam
Kelemahan praktik ajaran Islam dapat dijelaskan melalui

• Tradisionalisme
Pemahaman tradisionalisme ini ditandai dengan pengukuhan yang kuat terhadap khasanah intelektual
Islam masa lalu dan menutup kemungkinan untuk melakukan ijtihad dan pembaharuan dalam bidang
agama.

• Sinkretisme
Kemajemukan masyarakat Indonesia, yang terdiri dari berbagai macam suku, agama dan budaya,
secara tidak langsung telah melahirkan format sinkretisme, bercampur baurnya budaya lokal dengan
ajaran Islam.
b. Kelemahan Lembaga Pendidikan Islam

Pesantren merupakan sistem pendidikan tradisional Islam ciri Indonesia. Transformasi nilai-nilai
ke-Islaman kedalaman pemahaman dan kesadaran dalam pendidikan pesantren sangat besar jasanya.
Namun terdapat kelemahan dalam sistem pesantren, yang menjadi kendala untuk mempersiapkan
kader-kader Islam yang sesuai dengan kemajuan zaman, religius dan menguasai teknologi.
Pesantren hanya mengajarkan pelajaran agama, seperti ilmu Kalam, tafsir, dan fiqih saja namun
mengabaikan ilmu-ilmu umum seperti ilmu hitung, biologi, fisika, ekonomi, dan lain sebagainya, yang
justru sangat diperlukan umat Islam untuk memahami perkembangan zaman dan dalam rangka
menunaikan tugas sebagai Khalifah dimuka bumi. Sistem pendidikan Muhammadiyah yang kemudian
menjadi lokomotif perubahan dalam sistem pendidikan di Indonesia, menggabungkan antara kedua
sistem pendidikan tradisional dengan sistem pendidikan Barat.
2. Faktor Eksternal
a. Kristenisasi
Faktor eksternal yang paling banyak mempengaruhi kelahiran Muhammadiyah adalah misi kristenisasi
yang dijalankan kolonial Belanda di Indonesia. Program dan misi ini bertujuan untuk mengubah agama
penduduk asli, baik yang muslim maupun bukan, menjadi Kristen. Efektivitas penyebaran agama Kristen
inilah yang menggugah Ahmad Dahlan untuk membentengi umat Islam dari pemurtadan dengan gerakan
Muhammadiyah nya.

b. Kolonialisme Belanda
Gerakan zending zionisme yang dijalankan Belanda telah membawa pengaruh sangat buruk bagi
perkembangan Islam di wilayah Nusantara, baik secara politik, ekonomi, maupun kebudayaan. Faktor inilah
yang kemudian menyadarkan umat Islam untuk melakukan perlawanan. Ahmad Dahlan sebagai tokoh muda
saat itu merasa terpanggil untuk berperan serta melakukan perlawanan terhadap kekuasaan Belanda melalui
pendekatan kultural, terutama upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui jalur pendidikan.
c. Gerakan Pembaharuan Timur Tengah

Gerakan Muhammadiyah di Indonesia pada dasarnya merupakan salah satu mata rantai dari sejarah
panjang gerakan pembaharuan yang dipelopori oleh Ibnu Taimiyah, Ibnu Qayyim, Muhammad bin Abdul
Wahhab, Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh, Rasyid Ridha dan beberapa tokoh pembaharu
lainnya. Persentuhan itu terutama diperoleh melalui tulisan-tulisan Jamaluddin Al-Afghani yang dimuat
dalam majalah Al-Urwatul Wutsqa yang dipelajari Ahmad Dahlan. Tulisan yang membawa angin
perubahan itu ternyata sangat mempengaruhinya, dan merealisasikan gagasan-gagasan pembaharuan ke
dalam tindakan amal yang riil dalam Muhammadiyah, terutama pembaharuan dalam sistem pendidikan.
Arah dan Strategi Pendidikan, Kesehatan, dan
Ekonomi Muhammadiyah
Cita-cita pendidikan Muhammadiyah adalah lahirnya manusia-manusia baru yang mampu tampil
sebagai "ulama intelek" yaitu seorang muslim yang memiliki keteguhan iman dan ilmu yang luas,
kuat jasmani dan rohani. Dalam rangka mengintegrasikan kedua sistem pendidikan tersebut,
Ahmad Dahlan melakukan dua tindakan sekaligus, memberi pelajaran agama di sekolah-sekolah
Belanda yang sekuler, dan mendirikan sekolah-sekolah sendiri, di mana agama dan pengetahuan
umum bersama-sama diajarkan

Dalam rangka menjamin kelangsungan sekolahan yang ia dirikan, maka atas saran murid-
muridnya Ahmad Dahlan akhirnya mendirikan persyarikatan Muhammadiyah tahun 1912.
Metode pembelajaran yang dikembangkan Ahmad Dahlan bercorak kontekstual melalui proses
penyadaran. Dan ini semua penuh dengan kerja keras dan pengorbanan yang tiada mengenal kata
berhenti.
Awal perkembangannya, tujuan yang diprogramkan
Muhammadiyah adalah menyebar pengajaran agama
Nabi Muhammad SAW kepada penduduk bumi putera
residensi Yogyakarta dan memajukan agama kepada
ahli-ahlinya.
Pada tahun 1977 dirumuskan tujuan pendidikan
Muhammadiyah secara umum “ Terwujudnya manusia
muslim yang berakhlak mulia, cakap, percaya pada diri
sendiri, berguna bagi masyarakat dan negara”. Bearamal
menuju terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-
benarnya. Memajukan dan memperkembangkan ilmu
pengetahuan dan keterampilan untuk pembangunan dan
masyarakat negara republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945.
Bentuk dan Model Pendidikan
Muhammadiyah

1) Bentuk Pendidikan Muhammadiyah

Sosok pendirinya yakni KH. Ahamad Dahlan. Sebagai realisasi dari dukungan
Budi Utomo dalam mendirikan lembaga pendidikan yang pertama kali didirikan
oleh Ahmad Aahmad Dahlan, dan diresmikan pada tanggal 1 Desember 1911,
yang diberi nama Madrasahh Ibtidaiyah Daniyah Islamiyah. Sekolah ini
mempunyai 29 siswa dan 6 bulan kemudian dilaporkan terdapat 62 siswa yang
belajar di sekolah tersebut.
Pandangan pendidikan yang diinginkan oleh Kiai Ahamad Dahlan inilah yang sekarang akan
diguanakan sebagai pendidikan karakter. Model pendidikan Muhammadiyah :

a) Pendidikan Muhammadiyah merujuk pada nilai-nilai yang bersumber pada Al-Qur’an


dan as-Sunnah, sebagai sumber sepanjang masa.
b) Ikhlas dan inspiratif dalam ikhtiar, menjalankan tujuan pendidikan.
c) Menerapkan prinsip musyawarah dan kerjasama dengan tetap memelihara sikap kritis.
d) Selalu memelihara dan menghidupkan prinsif inovatif dan menjalankan tujuan
pendidikan.
e) Memiliki kultur atau budaya memihak kepada kaum yang mengalami kesengsaraan
dengan melakukan proses-proses kreatif.
f) Memperhatikan dan menjalankan prinsip keseimbangan dalam mengelola lembaga
pendidikan antara akal sehat dan kesucian hati.
2) Model Pendidikan Muhammadiyah

Sistem pendidikan moral atau pendidikan karakter. Sejak awal, pendidikan Muhammadiyah bukan
lagi bertumpu dengan pendidikan berbasis kognitif. Bila moral atau karakter murid sudah
terbentuk, maka yang harus kita benahi adalah membuat perencanaan untuk mengembangkan
sekolah dengan:
a) Memaksimalkan potensi diri siswa dengan memperhatikan pengembangan akademik dan
minat siswa.
b) Pengembangan sarana dan prasarana sekolah, seperti Laboratorium dan Sarana Olah Raga.
c) Menyamakan visi, misi sekolah dengan seluruh pendidik dan tenaga kependidikan.

Sekolah Muhammadiyah harus selalu berevaluasi untuk penyempurnaan model pendidikan yang
dimiliki Muhammadiyah dengan kreatif dan inovatif. Berjalan harus terukur dan berkualitas.
Berjalan-jalan adalah berbeda. Berjalan adalah bukan sekadar menggerakkan kaki ke depan atau
kesamping, tetapi berjalan merupakan proses untuk mencapai tujuan dengan energi yang hemat dan
menyehatkan.
Thankyou
!
Any Questions?

Anda mungkin juga menyukai