Anda di halaman 1dari 33

KEMENTERIAN AGAMA

REPUBLIK INDONESIA

MODERASI BERAGAMA DALAM


PERSPEKTIF AL-QUR`AN DAN HADIS

Oleh: Muchlis M Hanafi


Kepala Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur`an (LPMQ)
Balitbangdiklat Kementerian Agama RI
TANTANGAN KEHDUPAN BERAGAMA
1. Era Baru Hubungan Islam-Barat: Tesis ‘benturan peradaban’
(Clash of Civilization) Sammuel Huntington dan The End of
History Fukuyama (di tahun 90-an).
Islam dalam 2. Pasca keruntuhan Uni Soviet mata dunia tertuju kepada Islam
Konstelasi sebagai ancaman. Muncul istilah fundamentalisme, terorisme,
ekstremisme dan radikalisme yang disematkan kepada Islam
Global dan umat Islam.
3. Peristiwa 11/9 Di AS menjadi momentum. Di Indonesia Bom
Bali (2002 & 2005).
4. “Fundamentalisme Islam adalah ancaman bagi Barat
sebagaimana dulu komunisme” (Willy Claes, Sekjen NATO
tahun 1994-1995)
5. “Radical Islam is the problem, moderate Islam is the solution”
(Danial Pipes)
6. Istilah ‘moderasi’ dicurigai membawa muatan kepentingan
Amerika dan Barat. Moderasi = liberalisasi.
Butir
Abu Dhabi Declaration (4 Feb 2019):
Dokumen Persaudaraan Kemanusiaan

“Musuh bersama kita saat ini sesungguhnya adalah


ekstremisme akut (fanatic extremism), hasrat saling
memusnahkan (destruction), perang (war), intoleransi
(intolerance), serta rasa benci (hateful attitudes) di
antara sesama umat manusia, yang semuanya
mengatasnamakan agama”.
United Nations
2019 The International Year of Moderation
• Masyarakat dunia, bukan hanya Indonesia, yang plural
dan multicultural menginginkan kehidupan damai
yang lebih berkeadilan.
• Moderasi sangat popular di era millennium ketiga.
Setelah peristiwa serangan 11 September 2001 di New
York dan Washington DC Amerika Serikat (AS).

Moderasi • PBB menetapkan tahun 2019 sebagai “Tahun


Moderasi Internasional” (The International Year of
Sebagai Solusi Moderation), dan setiap tgl 16 Mei sebagai “Hari
Hidup Bersama dalam Damai Internasional”
(International Day of Living Together in Peace) (Sidang
pleno ke-68 pada 8 Desember 2017 Majelis Umum
PBB).
• Kementerian Agama menjadikan tahun 2019 sebagai
tahun “Moderasi beragama untuk Kebersamaan
Umat”.
Beberapa upaya menghadirkan ajaran Islam yang penuh
kedamaian dan menghargai keragaman untuk mewujudkan
perdamaian dunia yang lebih berkeadilan.
Jalan a. Yordania: Amman Massages (Risâlat `Ammân) (2004);
Moderasi di b. Saudi Arabia: membangun ketahanan pemikiran
keagamaan (Al-Amn al-Fikriy) melalui konsep al-
Dunia Islam Wasathiyyah;
c. Mesir dan Al-Azhar: Al-Wasathiyyah dan upaya
meluruskan kesalahpahaman terhadap teks-teks
keagamaan (tashîh al-mafâhîm al-maglûthah);
d. Kuwait: Al-Markaz al-Alamiy lil Wasathiyyah;
e. Malaysia dengan Wasathiyyah di era Najib, dan Islam
Rahmatan lil Alamin di era Mahathir;
f. Abu Dhabi dengan Watsîqat al-Ukhuwwah al-Insâniyyah
(Dokumen Persaudaraan Kemanusiaan) (2019).
Di era reformasi, sebagai konsekuensi
demokratisasi, muncul dua kutub ekstrem dalam
keberagamaan;
KONTEKS a. Terlalu ketat dalam memahami teks-teks
keagamaan (parsial dan tekstual)
LOKAL
b. Terlalu longgar karena pembacaan yang terlalu
bebas dan liberal.

Digitalisasi dan “Internet of Thing” (IoT)


mengakibatkan disrupsi di segala bidang,
termasuk dalam kehidupan beragama.
DISRUPSI DALAM
BERAGAMA
✓ Meningkatnya intoleransi akibat pengaruh
internet (Survey nasional PPIM UIN Jakarta,
2017). Dunia maya sebagai sumber belajar
agama.
✓ Media social sebagai sumber informasi dan
bahan bacaan keagamaan.
✓ Informasi keagamaan diperoleh secara
instan, serba cepat, tidak utuh dan bersifat
indoktrinasi. Lebih mengedepankan emosi
daripada rasa dan rasio/nalar.
DISRUPSI DALAM
BERAGAMA
✓ Otoritas keagamaan dan keulamaan mulai
bergeser. Dari sosok yang penuh kesalehan
dan keilmuan kepada sosok yang bisa
menguasai ruang publik.
✓ Kebenaran ditentukan oleh siapa yang
berhasil menguasai ruang publik.
✓ Menguatnya semangat keberagamaan yang
tidak diimbangi dengan pengetahuan dan
wawasan keislaman yang memadai
melahirkan sikap ekstrem dan eksklusif.
Disrupsi dalam kehidupan
1 beragama

TANTANGAN
INTERNAL 2
Rendahnya literasi,
terutama di dunia islam

Fenomena intoleransi &


3 ekstremisme dalam beragama
1 GLOBALISASI

TANTANGAN
EKSTERNAL 2 TERORISME

3 ISLAMOPHOBIA
Arah Kebijakan dan Strategi RPJMN 2020-2024
PN 4: Revolusi Mental dan Pembangunan Kebudayaan
PP 1 PP 2 PP 3 PP 4
Revolusi Mental dan Meningkatkan Pemajuan Memperkuat Moderasi Meningkatkan Budaya Literasi,
Pembinaan Ideologi Pancasila dan Pelestarian Kebudayaan Beragama Inovasi dan Kreativitas

KP 1. Revolusi mental dalam sistem KP 1. Revitalisasi dan aktualisasi KP 1. Penguatan cara pandang, KP 1. Peningkatan Budaya
pendidikan nilai budaya dan kearifan lokal sikap, dan praktik beragama Literasi
dalam perspektif jalan tengah
KP 2. Revolusi mental dalam tata KP 2. Pengembangan,
kelola pemerintahan KP 2. Pengembangan dan pembinaan, dan pelindungan
pemanfaatan kekayaan budaya KP 2. Penguatan harmoni dan Bahasa Indonesia, bahasa dan
KP 3. Revolusi mental dalam sistem kerukunan umat beragama aksara daerah, serta sastra
sosial untuk memperkuat ketahanan,
KP 3. Pelindungan hak
kualitas dan peran keluarga dan
masyarakat
kebudayaan dan ekspresi budaya KP 3. Penyelarasan relasi agama KP 3. Pengembangan budaya
dan budaya iptek, inovasi, kreativitas, dan
KP 4. Penguatan pusat-pusat daya cipta
perubahan gerakan revolusi mental
KP 4. Pengembangan diplomasi KP 4. Peningkatan kualitas
KP 5. Pembangunan dan budaya pelayanan kehidupan beragama KP 4. Penguatan institusi sosial
pembudayaan sistem ekonomi penggerak literasi dan inovasi
kerakyatan berlandaskan Pancasila
KP 5. Pengembangan tata kelola KP 5. Pengembangan ekonomi
KP 6. Pembinaan ideologi Pancasila, pembangunan kebudayaan dan sumber daya keagamaan
pendidikan kewargaan, wawasan
kebangsaan, dan bela negara
13
VISI DAN MISI KEMENTERIAN AGAMA 2020-2024

14
Mengarusutamakan Moderasi Beragama
Moderasi Beragama => cara pandang,
sikap dan perilaku selalu mengambil
posisi di tengah-tengah, selalu bertindak
ADIL, BERIMBANG, dan TIDAK EKSTREM
dalam beragama.

Norma umum: setiap individu pemeluk


agama, apapun suku, etnis, budaya,
agama, dan pilihan politiknya harus mau
saling mendengarkan satu sama lain,
serta saling belajar melatih kemampuan
mengelola dan mengatasi perbedaan
pemahaman keagamaan di antara
mereka.
‫‪❖Keragaman suku, bangsa, bahasa, warna kulit‬‬
‫ارفُوا ِإ َّن أَ ْك َر َم ُك ْم ِع ْن َد َّ ِ‬
‫َّللا‬ ‫شعُوبًا َوقَبَائِ َل ِلتَعَ َ‬ ‫اس ِإنَّا َخلَ ْقنَا ُك ْم ِم ْن َذ َك ٍر َوأ ُ ْنثَى َو َجعَ ْلنَا ُك ْم ُ‬‫يَا أَيُّ َها النَّ ُ‬
‫ير [الحجرات‪]13 :‬‬ ‫ع ِلي ٌم َخ ِب ٌ‬ ‫أَتْقَا ُك ْم ِإ َّن َّ َ‬
‫َّللا َ‬
‫ت ِل ْلعَا ِل ِمينَ‬ ‫ف أ َ ْل ِسنَتِ ُك ْم َوأَ ْل َوانِ ُك ْم ِإ َّن فِي َذ ِل َك ََليَا ٍ‬
‫اختِ ََل ُ‬‫ض َو ْ‬ ‫ت َو ْاْل َ ْر ِ‬ ‫س َم َاوا ِ‬‫َو ِم ْن آيَاتِ ِه خ َْل ُق ال َّ‬
‫[الروم‪]22 :‬‬
‫‪❖Keragaman agama dan pandangan keagamaan‬‬
‫َّللاُ لَ َجعَلَ ُك ْم أ ُ َّمةً َو ِ‬
‫اح َدة ً َولَ ِك ْن ِليَ ْبلُ َو ُك ْم فِي َما آتَا ُك ْم‬ ‫عةً َو ِم ْن َها ًجا َولَ ْو شَا َء َّ‬ ‫ِل ُك ٍل َجعَ ْلنَا ِم ْن ُك ْم ِش ْر َ‬
‫َّللا َم ْر ِجعُ ُك ْم َج ِميعًا فَيُن َِبئ ُ ُك ْم ِب َما ُك ْنت ُ ْم ِفي ِه ت َ ْخت َ ِلُُونَ [المائدة‪]48 :‬‬ ‫ت ِإلَى َّ ِ‬ ‫فَا ْست َ ِبقُوا ْال َخي َْرا ِ‬
‫اح َدة ً َو ََل يَزَ الُونَ ُم ْخت َ ِل ُِينَ (‪ِ )118‬إ ََّل َم ْن َر ِح َم َرب َُّك َو ِل َذ ِل َك‬ ‫اس أ ُ َّمةً َو ِ‬ ‫َولَ ْو شَا َء َرب َُّك لَ َجعَ َل النَّ َ‬
‫َخلَقَ ُه ْم [هود‪]119 ،118 :‬‬
‫)‪❖Keragaman agama, budaya, peradaban merupakan `illat (sebab‬‬
‫‪penciptaan (walidzâlika khalaqahum), dalam artian manusia‬‬
‫‪diciptakan untuk berbeda. Tanpa toleransi tidak akan tercipta‬‬
‫‪keharmonisan dalam keragaman.‬‬
‫‪❖Keragaman tumbuh-tumbuhan, buah-buahan hewan, gunung dan‬‬
‫‪lain sebagainya‬‬
‫ت ُم ْخت َ ِلًُا أ َ ْل َوانُ َها َو ِمنَ ْال ِجبَا ِل ُج َد ٌد‬‫اء َما ًء فَأ َ ْخ َر ْجنَا بِ ِه ث َ َم َرا ٍ‬‫س َم ِ‬ ‫أَلَ ْم ت َ َر أ َ َّن َّ َ‬
‫َّللا أ َ ْنزَ َل ِمنَ ال َّ‬
‫ف‬‫اب َو ْاْل َ ْنعَ ِام ُم ْخت َ ِل ٌ‬‫اس َوال َّد َو ِ‬ ‫سو ٌد (‪َ )27‬و ِمنَ النَّ ِ‬ ‫يب ُ‬ ‫ف أ َ ْل َوانُ َها َوغ ََرا ِب ُ‬ ‫يض َو ُح ْم ٌر ُم ْخت َ ِل ٌ‬ ‫ِب ٌ‬
‫ور [فاطر‪]28 ،27 :‬‬ ‫يز َغُُ ٌ‬ ‫َّللا ِم ْن ِعبَا ِد ِه ْالعُلَ َما ُء ِإ َّن َّ َ‬
‫َّللا َع ِز ٌ‬ ‫أ َ ْل َوانُهُ َك َذ ِل َك ِإنَّ َما يَ ْخشَى َّ َ‬
‫الز ْيتُونَ‬ ‫ع ُم ْخت َ ِلًُا أ ُ ُكلُهُ َو َّ‬ ‫ت َوالنَّ ْخ َل َو َّ‬
‫الز ْر َ‬ ‫شا ٍ‬ ‫ت َو َغي َْر َم ْع ُرو َ‬ ‫ت َم ْع ُروشَا ٍ‬ ‫َو ُه َو الَّذِي أ َ ْنشَأ َ َجنَّا ٍ‬
‫الر َّمانَ ُمتَشَا ِب ًها َو َغي َْر ُمتَشَا ِب ٍه [اْلنعام‪]141 :‬‬ ‫َو ُّ‬
Moderasi Beragama: MENGAPA?

Keragaman peradaban manusia Moderasi beragama sebagai


ESENSI agama adalah untuk menjaga melahirkan multitafsir =>
strategi kita dalam merawat
martabat manusia: Moderasi Beragama untuk fanatisme, ekstremisme,
mengembalikan esensi agama eksploitasi agama. Kembalikan ke-Indonesia-an yang
teks pada konteksnya multikultural
Menjadi Moderat

Apakah Harus
Mengikuti Barat?
Adakah Nilai-Nilai
Moderasi dalam
Islam?
• Kata ‘moderasi’ dari Bahasa Latin moderâtio,
yang berarti ke-sedang-an (tidak kelebihan dan
tidak kekurangan). Kata itu juga berarti
Apa itu “penguasaan diri” (dari sikap sangat kelebihan
dan kekurangan).
Moderasi? • Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
‘moderasi’, yakni: 1. n pengurangan kekerasan,
dan 2. n penghindaran keekstreman.
• Dari pengertian tersebut, moderasi memiliki
nilai-nilai yang hakikatnya universal, yakni jalan
tengah.
• Dalam bahasa Arab, tengah = wasath
Moderasi Beragama:
“Cara pandang, sikap dan praktik beragama
dalam kehidupan bersama, dengan cara
Definisi MB mengejawantahkan esensi ajaran agama, yang
melindungi martabat kemanusiaan dan
membangun kemaslahatan umum
berlandaskan prinsip adil, berimbang, dan
menaati konstitusi sebagai kesepakatan
berbangsa”.
(Peta Jalan (Roadmap) Penguatan Moderasi
Beragama Tahun 2020-2024, h. 16)
1. Komitmen Kebangsaan/
Cinta Tanah Air
Indikator MB
2. Toleransi
3. Anti Kekerasan
4. Penerimaan terhadap
Tradisi
Muatan Pesan Keagamaan MB

1. Menjaga keselamatan jiwa


2. Menjunjung tinggi keadaban mulia (nilai-nilai moral yg universal)
3. Menghormati harkat martabat kemanusiaan
4. Memperkuat nilai moderat
5. Mewujudkan perdamaian
6. Menghargai kemajemukan
7. Menaati komitmen berbangsa
‫‪• Disebut 5 kali dalam Al-Qur`an‬‬
‫ّلِل قَا ِن ِتينَ‬ ‫ص ََل ِة الْ ُوس َطى َوقُو ُموا ِ َّ ِ‬ ‫ت َوال َّ‬ ‫صلَ َوا ِ‬ ‫ظوا َعلَى ال َّ‬ ‫{ َحا ِف ُ‬ ‫•‬
‫‪MB, Perspektif‬‬ ‫(‪[ })238‬البقرة‪]238 :‬‬
‫= ‪Islam‬‬ ‫اخذُ ُك ْم بِ َما َعقَّ ْدت ُ ُم‬‫َّللاُ بِاللَّ ْغ ِو فِي أ َ ْي َمانِ ُك ْم َولَ ِك ْن يُ َؤ ِ‬
‫اخذُ ُك ُم َّ‬ ‫ََل يُ َؤ ِ‬ ‫•‬
‫ط ِع ُمونَ‬ ‫س ِطْ َما ت ُ ْ‬ ‫سا ِكينَ ِم ْن أَو َ‬ ‫طعَا ُم َعش ََرةِ َم َ‬ ‫ارتُهُ إِ ْ‬ ‫ْاْل َ ْي َمانَ فَ َكَُّ َ‬
‫‪Wasathiyah‬‬ ‫ير َرقَبَ ٍة [المائدة‪]89 :‬‬ ‫أ َ ْه ِلي ُك ْم أ َ ْو ِك ْس َوت ُ ُه ْم أ َ ْو ت َ ْح ِر ُ‬
‫اس َويَ ُكونَ‬ ‫ش َه َدا َء َعلَى النَّ ِ‬
‫طاْ ِلت َ ُكونُوا ُ‬ ‫س ً‬ ‫ْو َ‬ ‫{ َو َك َذ ِل َك َجعَ ْلنَا ُك ْم أ ُ َّمةً َ‬ ‫•‬
‫ش ِهيدًا} [البقرة‪]143 :‬‬ ‫سو ُل َعلَ ْي ُك ْم َ‬ ‫الر ُ‬‫َّ‬
‫س ِب ُحونَ (‪[ } )28‬القلم‪،28 :‬‬ ‫ط ُهمْأَلَ ْم أَقُ ْل لَ ُك ْم لَ ْو ََل ت ُ َ‬ ‫س ُ‬‫{قَا َل أَو َ‬ ‫•‬
‫‪]29‬‬
‫سط َنْبِ ِه َج ْمعًا (‪[ })5‬العاديات‪]5 ،4 :‬‬ ‫{فَأَث َ ْرنَ بِ ِه نَ ْقعًا (‪ )4‬فَ َو َ‬ ‫•‬
Makna Wasathiyyah

Makna wasath berkisar pada adil, baik, tengah dan seimbang.


Seseorang yang adil akan berada di tengah dan menjaga keseimbangan dalam
menghadapi dua keadaan.
Wasathiyyah adalah sebuah metode berpikir, bersikap dan berperilaku yang
didasari atas sikap tawâzun (seimbang) dalam melihat berbagai persoalan yang
dimungkinkan untuk dianalisis dan dibandingkan, sehingga dapat ditemukan
pandangan dan sikap yang sesuai dengan kondisi masayarakat dan tidak
bertentangan dengan prinsip-prinsip ajaran agama.
‫= ‪Tawassuth >< Tatharruf‬‬
‫`‪Ghuluww = Tanaththu‬‬
‫)‪(Mujaawazat al-Hadd‬‬
‫ب ََل ت َ ْغلُوا فِي دِينِ ُك ْم َ‬
‫غي َْر‬ ‫قُ ْل يَا أَ ْه َل ْال ِكتَا ِ‬
‫ضلُّوا‬‫ق َو ََل تَتَّبِعُوا أَ ْه َوا َء قَ ْو ٍم قَ ْد َ‬‫ْال َح ِ‬
‫ع ْن‬‫ضلُّوا َ‬ ‫يرا َو َ‬ ‫ضلُّوا َكثِ ً‬ ‫ِم ْن قَ ْب ُل َوأَ َ‬
‫س ِبي ِل (المائدة ‪)77 :‬‬ ‫اء ال َّ‬‫س َو ِ‬
‫َ‬
‫ِإيَّا ُك ْم َو ْالغُلُ َّو فِى الد ِ‬
‫ِين فَإِنَّ َما أَ ْهلَ َك َم ْن َكانَ‬
‫ِين (الحديث)‬ ‫قَ ْبلَ ُك ُم ْالغُلُ ُّو فِى الد ِ‬
‫‪Al-Qur`an dan Sunnah Mengajak kepada‬‬
‫”‪“Jalan Tengah‬‬

‫ورا (‪[ } )29‬اإلسراء‪]30 ،29 :‬‬ ‫س ً‬ ‫ط َها ُك َّل ْالبَ ْس ِط فَت َ ْقعُ َد َملُو ًما َم ْح ُ‬ ‫س ْ‬‫عنُ ِق َك َو ََل ت َ ْب ُ‬‫• { َو ََل ت َ ْج َع ْل يَ َد َك َم ْغلُولَةً ِإلَى ُ‬
‫• { َوالَّذِينَ ِإ َذا أ َ ْنَُقُوا َل ْم يُ ْس ِرفُوا َو َل ْم َي ْقت ُ ُروا َو َكانَ َبيْنَ َذ ِل َك قَ َوا ًما (‪[ })67‬الُرقان‪]67 :‬‬
‫َّللا ََل يُ ِحبُّ‬
‫ض ِإ َّن َّ َ‬ ‫َّللاُ ِإلَي َْك َو ََل تَبْغِ ْالَُ َ‬
‫سا َد فِي ْاْل َ ْر ِ‬ ‫َصي َب َك ِمنَ ال ُّد ْن َيا َوأ َ ْح ِس ْن َك َما أ َ ْح َ‬
‫سنَ َّ‬ ‫سن ِ‬ ‫َّار ْاَل ِخ َرة َ َو ََل ت َ ْن َ‬‫َّللاُ الد َ‬ ‫اك َّ‬ ‫• { َوا ْبتَغِ فِي َما آت َ َ‬
‫ْال ُم ُْ ِسدِينَ (‪[ } )77‬القصص‪]77 :‬‬
‫ان (‪َ )8‬وأَقِي ُموا ْال َو ْزنَ بِ ْال ِق ْس ِط َو ََل ت ُ ْخ ِس ُروا ْال ِميزَ انَ (‪[ })9‬الرحمن‪]9 - 7 :‬‬ ‫طغ َْوا فِي ْال ِميزَ ِ‬ ‫ض َع ْال ِميزَ انَ (‪ )7‬أ َ ََّل ت َ ْ‬ ‫س َما َء َرفَ َع َها َو َو َ‬ ‫• { َوال َّ‬
‫اس ِب ْال ِق ْس ِط (‪[ })25‬الحديد‪]25 :‬‬ ‫وم النَّ ُ‬ ‫اب َو ْال ِميزَ انَ ِل َيقُ َ‬‫ت َوأ َ ْنزَ ْلنَا َم َع ُه ُم ْال ِكت َ َ‬
‫س َلنَا ِب ْال َب ِينَا ِ‬
‫س ْلنَا ُر ُ‬
‫• { َلقَ ْد أ َ ْر َ‬
‫• صحيح ابن حبان ‪ -‬محققا (‪)63 /2‬‬
‫سلَّ َم قَا َل "إِ َّن َه َذا الدِينَ يُ ْس ٌر َولَ ْن يُشَا َّد الدِينَ أ َ َح ٌد إِ ََّل غلبه‬
‫علَ ْي ِه َو َ‬ ‫صلَّى َّ‬
‫َّللاُ َ‬ ‫ع ْن أَبِي ُه َري َْرة َ أ َ َّن َر ُ‬
‫سو َل َّ ِ‬
‫َّللا َ‬ ‫• َ‬
1. Memahami realitas
2. Memahami prioritas
Bagaimana Ciri- 3. Memahami prinsip gradualitas/sunnatu
al-tadarruj dalam segala hal
Ciri Moderat?
4. Memudahkan dalam beragama
5. Mengedepankan dialog
6. Terbuka dengan dunia luar dan bersikap
toleran
Ciri sikap moderat dalam
memahami teks

• Memahami teks-teks keagamaan secara menyeluruh (komprehensif),


seimbang (tawâzun) dan mendalam.
• Memahami prinsip-prinsip syari`at (maqâshid al-syarî`ah) dan tidak
jumud pada tataran lahir.
• Menggabungkan antara “yang lama” (al-ashâlah) dan “yang baru” (al-
mu`âsharah)
• Menjaga keseimbangan antara tsawâbit dan mutaghayyirât.
• Fanatisme berlebihan
• Tidak siap menerima perbedaan
Ciri-Ciri • Cenderung mempersulit
Ekstremisme • Menganggap dirinya paling benar
• Berprasangka buruk terhadap orang lain
• Mengkafirkan yang berbeda pandangan
STRATEGI PENGUATAN
MODERASI BERAGAMA

MEMBANGUN MEMBANGUN
KESADARAN BERSAMA
TELADAN/PERILAKU
INFRASTRUKTUR
Menjadikan RPJMN 2020-2024 Memberi contoh sikap
‘Moderasi Beragama’ ADIL dan SEIMBANG
RENSTRA
sebagai cara dalam
Buku Induk MB perilaku/kebijakan
pandang bersama

OUTCOME
Masyarakat yang saleh, moderat,
cerdas dan unggul untuk mewujudkan Indonesia
maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian berdasarkan gotong royong
Moderasi Beragama:
What’s Next?

STAKEHOLDERS:
Public Campaign:
a) produksi content
sesuai sasaran (youth)
KEMENAG:
b) Penguatan ruang
Mengawal Kebijakan publik/medsos
dan Regulasi
PRESIDEN: Merumuskan
program dan
Menetapkan Kegiatan
RPJMN 2020-
2024
Penguatan Moderasi Beragama,
Menyelaraskan Visi BERAGAMA dan BERNEGARA

TERIMA KASIH

@kemenag2020

Anda mungkin juga menyukai