Anda di halaman 1dari 13

PLURALISME AGAMA DALAM PANDANGAN GUS DUR

DAN RIZIEQ SHIHAB (STUDI PERBANDINGAN)

BAB I

PENDAHULUAN

Budaya yang beragam menjadi cir khas bangsa Indonesia dengan


bersemboyankan Bhineka Tunggal Ika. Makna dari semboyan ini adalah
keberagaman yang menjadi satu. Keberagaman budaya ini dilandasi oleh
perbedaaan kondisi geografis dan kekerabatan yang telah membudaya di
lingkungan masyarakat. Sebagai negara yang memiliki agama dan kepercayaan
yang beragam, menjadikan Indonesia sebagai negara yang kerap dilanda dengan
konflik sectoral yang datang dari dalam maupun dari luar negara Indonesia.
Agama yang diakui di negara Indonesia ini adalah Islam, Katolik, Hindu,
Protestan, Budha, Kong Hu Cu. Selain Itu segelintir penduduk Indonesia masih
menganut aliran kepercayaan tertentu sebagai peribadatan mereka.

Manusia memandang agama prinsip hidup yang harus dipedomani dan


dilakukan sepanjang hidup mereka, agama membentuk kehidupan berbangsa dan
bernegara sesuai dengan keyakinan dan aturan hidup yang dipedomani oleh
agama tersebut. Secara umum negara mengajarkan untuk tetap hidup rukun dalam
keberagaman berbangsa dan bernegara. Maka dari itu diharapkan suatu aturan
yang baku dan mengikat untuk semua rakyat dan warga negara dengan tujuan
kehidupan berbangsa dan bernegara di negara tersebut dapat terselenggara dengan
baik meskipun dalam keberagaman.

Heterogenitas hidup bernegara sering sekali menimbulkan diistegrasi


social di tengah masyarakat. Hal ini yang disinyalir akan menimbulkan
perpecahan dalam masyarakat. Hingga kini kita masih sering mendengar antar
kelompok dan golongan yang berbeda kerap berselisih paham. Hal ini tentunya
akan menimbulkan keresahan dalam masyarakat. Maka dari itu penulis tertarik

1
untuk membahas hal ini dalam makalah yang berjudul “Pluralisme Agama Dalam
Pandangan Gus Dur Dan Rizieq Shihab (Studi Perbandingan)”.

Rumusan Masalah:

1. Bagaimana pluralisme agama dalam pandangan Gus Dur?


2. Bagaimana pluralisme agama dalam pandangan Rizieq Shihab?
3. Bagaimana perbandingan pandangan Gus dur dan Rizieq Shihab
mengenai pluralisme?

Tujuan Penelitian :

1. Untuk mengetahui pluralisme agama dalam pandangan Gus Dur.


2. Untuk mengetahui pluralisme agama dalam pandangan Rizieq
Shihab.
3. Untuk mengetahui perbandingan pandangan Gus dur dan Rizieq
Shihab mengenai pluralisme.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap penulis dan


pembacanya baik secara teoritis maupun secara praktis. Manfaat teoritis dalam
penelitian diharpkan mampu memberikan dampak sebagai berikut:

1. Memberikan kontriusi baru bagi perkembangan ilmu social khususnya


ilmu sosiologi yang membahas hubungan social di tengah masyarakat.
2. Menambah khasanah pandanngan hiddup penulis mengenai
keberagaman agama di Indonesia.
3. Menambah regerensi literattur bagi penelitian-penelitian selajutnya
guina perkembangan Ilmu pengetahuan.

Manfaat Praktis yang diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Memberikan kontribusi nyata mengenai plurarisme agama di Indonesia


kepada seluruh stakeholder Negara ini.

2
2. Memberikan gambaran yang berbeda mengenai plurarisme agama di
Indonesia.
3. Memberikan reformasi pemikiran mengenai kebragaman agama di
bumi pertiwi.

3
BAB II

PEMBAHASAN

Agama merupakan suatu kepercayaan yang diyakini oleh manusia untuk


menuntun mereka untuk menjalani kehidupan, Agama mengandung prinsip dan
pola kehidupan yang mengatur dan menuntun manusia untuk menjalani hidup dan
kehidupan. Pada kehidupan beragama dikenal pencipta dan semua aturan yang
menyertainya. Hal inilah yang diikuti oleh pengikutnya sebagai dasar untuk
menjalani kehidupan.

Agama memiliki hubungan yang sangat erat dan melekat dengan


masyarakat. Tanpa agama, manusia tidak dapat hidup berdampingan dengan
rukun. Sebagaimana agama umumnya bertujuan untuk mengatur masyarakat
untuk hidup dengan teratur tanpa kekacauan. Maka dapat dikatakan tanpa agama
manusia tidak dapat hidup berdampingan. Agama lahir dan bertumbuh di dalam
kehidupan masyarakat. Hal ini dikarenakan agama muncul akibat kebutuhan dasar
manusia akan adanya rasa keamanan dan ketertiban.1

Keberagaman ini diakui dalam Undang-Undang Dasar 1945 terdapat


Pasal 29 ayat (1) dan ayat (2) yang menyatakan Indonesia merupakan negara
berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa serta menjamin kemerdekaan tiap-
tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadah menurut
agama dan kepercayaan masing-masing.2

Selain itu dalam Dasar Negara Republik Indonesia yaitu Pancasila, sudah
menyatakan bahwa negara mengakui Keberadaan agama dan kepercayaan di
Indonesia. Maka setiap warga Negara sebaiknya beribahdah menurut
keyakinanyang diimani tanpa merasa terbeban oleh perbedaan dalam kehiduoan
bermasyarakat.3 Agama dan masyarakat hidup berdampingan dan saling
1
Irean, Syafitri. “Islam Dan Politik Identitas : Studi Tentang Pemahaman Nilai-nilai Pendidikan
Islam”. Jurnal Studi Islam, Vol. 15 Nomor 2. 2019. Hal. 72.
2
Zulkarnain, Iskandar. 2011. Hubungan Antarkomunitas Agama Di Indonesia : Masalah Dan
Penanganannya. Kajian Vol. 16 No.4 Desember 2011. Hal. 687
3
Zulkarnain, Iskandar. 2011. Hubungan Antarkomunitas Agama Di Indonesia : Masalah Dan
Penanganannya. Kajian Vol. 16 No.4 Desember 2011. Hal. 687

4
mempengaruhi. Setiap agama mengandung nilai-nilai dasar dan universal yang
menjadi landasan dasar mereka untuk menjalankan ibadahnya masing-masing.
Secara umum agama meminta umatnya untuk bekerja yang lebih sabar,
manusiawi, etis, bertanggung jawab, saling memperhatikan dan mencapai hal-hal
yang lebih baik. Agama membentuk perilaku sehari-hari seseorang untuk
memiliki kepribadian yang baik, maka keberadaan agama ini dijadikan refleksi
oleh seseorang.4

Era globalisasi dewasa ini membawa sentimen agama ke dalam seluruh


kehidupan berbangsa dan bernegara. Keberagaman agama dunia merupakan fakta
yang tidak dapat ditepis dengan mudah. Interaksi social yang terjadi dalam
kehidupan pluralisme menjadikan munculnya keberagaman dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Terdapat banyak tokoh yang mengemukakan
pandangannya mengenai keberagaman atau pluralisme yang terjadi di Indonesia.
Salah satu yang sangat menjadi perhatian adalah pandangan Gus Dur yang
merupakan mantan presiden Indonesia. Kemudian pada tulisan ini juga membahas
tokoh yang saat ini sangat kontroversial yaitu Rizieq Shihab pemimpin FPI (Front
Pembela Islam). Kedua tokoh ini sama-sama memiliki pengaruh besar bagi
pengikutnya. Maka dari itu menarik untuk menganalisis pandangan kedua tokoh
ini mengenai pluralisme agama di Indonesia.

Indonesia memiliki empat konsensus dasar merupakan struktur dan


modalitas dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Keempat tersebut adalah
Pancasila, Undang-Undang Dasar Tahun 1945 (UUD 1945), Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI), dan Kebhinekaan). Tentu semua ini tidak bisa lepas
dari sentuhan aktor/agen yang membuat struktur dan sekaligus mematuhi struktur
sebagai pedoman hidup berbangsa dan bernegara.

Pluralisme Menurut Pandangan Gus Dur

Pandangan Gus Dur mengenai plurarisme diwujudkan melalui tindakan


beliau yang moderat dan bersahabat dengan ssemua agama. Beberapa tindakan
4
Julita Lestari. “Pluralisme Agama Di Indonesia tantangan Dan Peluang Bagi Keutuhan Bangsa.”.
2020. Hal. 23.

5
Abdurrahman Wahid yang cukup mencengangkan mengenai plurarisme agama
ditunjukkan melalui pembatisan dirinya di Gereja, meskipun beliau bukanlah
orang Nasrani. Aksi beliau yang lainnya cukup mencengangkan yaitu, ketika
beliau membacakan puisi meengenai Yesus Kristus di dalam Gereja.5

Sudut pandang Abdurrahman Wahidmengenai plurarisme agama


mengakar pada tradisi agama Islam yang dikenal dengan Ulama klasik sakral dan
Gustaka (turats) selain itu landasam plurarisme Abdurrahman Wahid didasarkan
pada cerminan Alkitab. Ditambah dengan konvensi diversifikasi intelektual di
masa lalu. Sebagai realitas dan ide, diversifikasi bangsa melalui agama, budaya,
adat istiadat, dan keberagaman hidup semua ini membentuk harmoni. Harmoni
terbentuk jika adanya keberagaman yang dipertemukan dengan kelembutan dan
kepekaan tinggi terhadap hati nurani jika tidak keberagaman menjadi benih
konflik yang tersembunyi, jika setiap orang mengembangkan semacam egoisme
pribadi.

Menurut Abdurrahman Wahid keberagaman agama menimbulkan,


perpecahan di dalam masyarakat sehingga paham-paham dan dalil-dalil yang
bertentangan dengan syariat islam yaitu paham liberal, sekular dan individualis.
Paham tersebut bertentangan dengan doktrin agama Islam berarti melarang umat
Islam untukbersikap dan berprilaku yang bertentangan dengan agama islam
. Untuk muslim dilarang untuk mengacaukan iman dan melakukan ibadah dengan
keyakinan dan penyembahan doktrin agama lainnya. Ke empat dibidang social
umat muslim diperbolehkan melakukan kerjasama dan kegiatan lainnya selama
periode ini tidak berbahaya. Abdurrahman Wahid memiliki legitimasi agama
dengan tujuan melakukan perdamaian. Abdurrahman Wahid suka dan ingin semua
upaya untuk hidup damai. Selain itu beliau juga menyarankan agar para pemeluk
agama saling menghormati dan saling menghargai.

Abdurrahman Wahid menguji kebenaran itu. Beliau yakin bahwa Islam


adalah agama yang benar. Menurut beliau suatu kebenaran akan selamanya akan

5
Dr. Iswahyudi, M.Ag.” Pluralisme Islam Pribumi (Melacak Argumen-Argumen Abdurrahman
Wahid Tentang Pluralisme Islam Di Indonesia)”. 2016. Hal. 13.

6
menjadi benar baik dibela ataupun tidak. Tuhan memiliki ketentuan sendiri untuk
menentukan kebenaranan itu, sebagaimana Tuhan telah mengatur mekanisme
hukum alam agar tetap seimbang. Keadaan ini diibaratkan suatu dunia yang utuh
dan menyeluruh, Dan diibaratkan dengan keadaan tubuh yang seimbang. Untuk
menghindari perpecahan dalam plurarisme kehidupan berbangsa dan bernegara
maka perlu dibudayakan dan dososialisasikan bahwa islam perlu bahwa islam
menilak keras tindakan yang dapat memicu dan mendasari tindakan masyarakat
untuk melakukan perpecahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Justru
keberagaman ini harus diperhadapkan dengan kebenaran Allah. Kebenaran Allah
tidak berkurang sedikit pun tanpa adanya dukungan atau pembelaan dari
sekelompok orang. Sekelompok orang tersebut tidak bersalah jika berdiam diri.
Tuhan tidak perlu dibela, walaupun tidak juga menolak dibela. Kita akan melihat
di masa depan mengenai perlu atau tidaknya pembelaan tersebut. 6

Abdurrahman Wahid merupakan salah satu tokoh bangsa yang sangat


menjungjung tinggi tileransi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Rasa
toleransi beliau dangat nyata dapat dilihat ketika terjadi pembunuhan terhadap
ormas NU yang merupakan tokoh-tokoh agama islam. Sebagai umat islam dan
generasi penerus NU Abdurrahman Wahid tidak langsung emosi dan ingin
semata-mata untuk melakukan tindakan pembalasan, beliau justru menekankan
tindakan untuk tidak melakukan tindakan pemabalasan dan menyurutkan emosi.
Sebagaimana ajara islam untuk menajaga kedamaian di tengah masyarakat dan
tetap mengedepankan hati nurani dalam setiap bertindak dan berprilaku. Jika
menelusuri sejarah di masa itu, teradapat 200 orang partisipan NU yang terbubuh,
jika saat itu Abdurrahman Wahid sebagai pemimpin NU meminta para
pendukungnya untuk menaikkan api emosi, maka akan sangat mungkin akan
terjadi kekacauan dalam kehidupan masyarakat.

Keyakinan hidup untuk menganut agama tertentu di negara Indonesia


dijamin oleh hukum dan konstitusi negara Indonesia. Payung hukum mengenai
keberadaan agama dan keyakinan sebenarnya menegaskan bahwa setiap pemeluk
6
Sanuri. “Dinamika Wacana Pluralisme Keagamaan di Indonesia”. Volume 2, Nomor 1. Hal. 7.
2012.

7
agama dan pemeluk agama berhak beribadah menurut keyakinannya tanpa
mengalami kekerasan, perlakuan diskriminatif, dan pelanggaran keyakinan
agama.7//

Pandangan untuk menjadikan Indoensia sebagai Negara islam adalah


kekeliruan. Sebab bangsa ini berdiri atas kesepakatan para pelopor pendiri bangsa
masa itu. Bagi seorang Abdurrahman Wahid tidak baik jika mengubah
ksespakatan yang telah dibuat para pendiri bangsa sejak zaman dahulu kala.
tujuan mulia untuk mengembangkan dan memperluas penyebaran agama islam
yang kerap dijadikan alas an utama menjadikan Indonesia sebagai Negara
berdasarkan agama islam kurang tepat, bagi beliau apa yang telah disepakati oleh
para pendiri bangsa masa itu, khusunya keberagaman agama yang berkembang
luas di tengah masyarakat. Menurut seorang Abdurrahman Wahid rujuan mulia
untuk mengembangkan agama islam dapat dilakukan tanpa merusak kerukunan
kehiduoan berbangsa dan bernegara. Hal inilah yang menjadi dasar pemikiran
bekiau untuk mengedepankan tolranasi di dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.

Pluralisme Agama Menurut Rizieq Shihab

Pandangan Habib Muhammad Rizieq mengenai pluralisme dapat


dianalisis melalui pandangannya terhadap Pancasila. Pancasila sebagai Landasan
dasar Negara awalnya mengharuskan setiap warga Negara untuk menjalankan
syariat islam. Negara berdasarkan syariat islam ini merupakan landasan Negara
Indonesia yang sebenarnya yang telah ada sebelum masa
penjajahan.sesungguhnya Indonesia adalahh Negara Islam yang bersyariat islam.
Saat ini landasan asli ini harus kembali diterapkan guna menjaga originalitas
landasan bangsa dan mengiangat mayoritas penduduk Indonesia dalah umat
Islam..

Beberapa contoh telah dilandasinya syariat Islam di bumi pertiwi adalah


keberadaan Kesultanan Aceh Darussalam pada abad ke 16 di Aceh yang dipimpin
7
Sahfutra, Surya Adi. “Gagasan Pluralisme Agama Gus Dur Untuk Kesetaraan Dan Kerukunan”.
Religi, Vol. X, No. 1, Hal. : 89-113. Religi, Vol. X, No. 1, Januari 2014: 89-113

8
oleh Sultan Alauddin Ri‟ayatsyah al-Qahhar. Semasa kepemimpinan beliau
syariat Idlam benar-banr dilaksanakan di bumi Aceh hal ini tampak dari ketegasan
beliau yang menjatuhkan hukuman bagi Raja Linke yang bersalah akibat
membunuh Adik Sultan di masa itu, ketegasan dan jetekunanbeliau untuk
mempertahankan syariat islam di masa itu sungguh memberikan hasil yang baik..8

Berdasarkan pemikiran Habib Rizieq Shibab substansi Pancasila yang


diungkapkan oleh, Prof. Mr. Yamin mengandung Lima Dasar Negara yang tidak
secara gambling menyatakan bahwa negara Indonesia merupakan negara
Pancasila yang tidak secara gambling jika paham yang dianut adalah negara
berdasarkan syariat Islam. Sebagai orang pertama yang menyebutkan istilah
Pancasila, menurut Habib Rizieq beliau sendiri tidak menerapkan kebakuan
nuansa negara Republik Indonesia ini.

Pancasila yang merupakan lima sendi merupakan dasar Negara bangsa


Indonesia yang dirancang oleh pendiri bangsa di masa itu, pancasila yang saat ini
ada dianggap perpaduan dari keberagaman bangsa dan Negara yang ada saat
terselenggaranya kemerdekaan bangsa dan negara. Rumusan dasar negara yang
paling tulen, adalah rumusan negara yang berdasarkan syariat Islam karena
mengandung karena rumusan ini adalah rumusan yang asli dan benar yang
melandasi berdirinya sebuah Negara yaitu Indonesia, hasil rumusan ini merupakan
hasil rumusan yang berdasrkan konsensus dan kesepakatan para pendiri bangsa
dan negara maka dari itu, sebaiknya dasar negara yang pertama ini dipertahankan
akibat dari konsensus dan kesepakatan para pendiri bangsa saat itu di tambah
dengan mengakarnya agama Islam di bumi pertiwi sejak dari jaman kerajaan di
masa itu.

Rizieq memiliki keinginan luhur untuk menerapkan syariat Islam secara


menyeluruh ke dalam sendi kehidupan berbangsa dan bernegara, sebab syariat
Islam dapat mengubah sistem ketatanegaraan dan hukum di Indonesia kembali

8
Maula, M.Iqbal. “Pandangan Muhammad Rizieq Shihab Tentang Pancasila”. Jurnal Studi
Agama-Agama ISSN 2089-8835 Volume 2 Nomor 2 . 2019. Hal 71-88.

9
kepada landasan laten negara ini. Maka dari itu Rizieq Shihab kerap kali
menyampaikan gagasan yang tertuang dalam tulisan-tulisan serta ceramah-
ceramah keagamaannya yang mengandung unsur Negara bersyariat Islam.
Penerapan syariah secara keseluruhan di semua aspek kehidupan berbangsa dan
bernegara. Pengembalian landasan Negara kepada bentuk awalnya merupakan
suatu keharusan, karena sesungguhnya negar Indoneisa merpakan Negara Tauhid
yang berdasarkan kepada syariat islam. Konsep Tauhid ini sangat wajar untuk
diterapkan karena asal usul sejarah bangsa menyatakan bahwa bangsa ini
merupakan produk kerjaan islam dimasanya, konsep Negara tauhid ini akan
terselenggara tanpa mengekebiri kepentingan kaum-kaum minoritas.

Selain itu system khilafah yang merupakan salah satu produk islam yang
sudah lama ada dan bersama bangsa Indonesia harus dkembalikan kedudukannya.
Klilafah harus dikembalikan menjadi landasan dasar kehidupan berbangsa dan
bernegara. Bangsa Indonesia harus mengingat bahwa bumi Indonesoa dibangun
atas dasar syariat Islam, bukanlah atas dasr kronologis sejarah yang didalamnya
terdapat beberapa kebudayaan dan keberagaman yang sempat ada di bumi
Indonesia. Khalifah harus diutamakan dan dijalankanoleh seluruh penduduk
Indonesia Tanpa terkecuali.

Konsep Negara syariah telah melakat padasemua sisi kehidupan berbangsa


dan bernegara. Hal ini sungguh tampak dari segi pendidikan yang mana banyak
institusi pendidikan yang berlandasakan ajaran Islam, perbankan syariah yang kini
menjadi isalahs atu penopang perekonomian juga telah ddilandasi oleh nilai-nilai
islam. Maka dari itu Negara berdasarkan syariat islam harus terus dilaksanakan,
dengan mengembalikan landasan Negara yang mengharuskan bagi setiap
penduduk menjalankan syariat islam.

Analisis Perbandingan Konsep Pluralisme Kedua Tokoh

Berdasarkan uraian masing-masing tokoh mengenai konsep pluralisme


maka dapat simpulkan bahwa terdapat perbedaan pemikiran dan konsep
pluralisme diantara mereka berdua. Pluralisme menurut Gus Dur adalah sebuah

10
keharusan bagi Indonesia yang masyarakatnya majemuk ini. Hal ini karena
Indonesia bukan merupakan suatu negara yang didasari oleh satu agama tertentu.
Maka toleransi merupakan inti dari keberagaman orang Indonesia yang majemuk
ini. Di pihak lain menurut Rizieq Shihab bahwa negara Indonesia harus tetap
mempertahankan keadaan negara syariahnya sebab itu adalah dasar negara yang
telah mendarah daging sejak jaman kerajaan Islam di Indonesia.

Walau pun demikian kedua pihak ini menyadari bahwa perlu sikap
terbuka, dewasa dan penghayatan atas masing-masing ajaran agama tanpa merasa
paling benar. Harapannya wacana pluralisme agama di Indonesia ini sebagai ajang
koreksi diri atas ajaran dan kedewasaan dalam memandang hidup dan kehidupan.
Bagaimana pun juga hidup damai, tentram dan bahagia merupakan cita-cita
seluruh rakyat Indonesia.

BAB III

PENUTUP

Agama merupakan suatu wahyu yang berasal dari Tuhan yang


menentukan arah kehidupan manusia. Pada agama diatur mengenai tata cara dan
aturan hidup manusia, namun kehidupan manusia selalu beriringan dengan

11
budaya. Manusia hidup berdampingan dengan manusia lainnya, hal ini yang
membuat manusia membentuk suatu sistem kekerabatan yang menjadikan
manusia itu membentuk budaya baru. Keadaan ini memberikan implikasi pada
terbentuknya budaya baru akibat dari lamanya keberlangsungan hidup manusia.
Keberagaman yang terbentuk dalam budaya itu menjadikan tatanan hidup
sekelompok orang akan berbeda. Hal ini yang melahirkan pro dan kontra di
tengah masyarakat.

Keberagaman di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sangat nyata


dilihat dari agama. Plurarisme agama di Indonesia menjadikan kita harus kerap
menjaga toleransi antara satu dengan yang lain, hal ini sesuai dengan pendapat
Abdurahman Wahid. Namun pandangan berbeda diungkapkan oleh Rizieq Shihab
yang menyatakan bahwa Negara Indonesia harus tetap mempertahankan keadaan
Negara syariahnya sebab itu adalah dasar Negara yang laten yang telah mendarah
daging sejak zaman kerajaan Islam di Indonesia. Baik Gus Dus maupun Rizieq
Shihab menyadari bahwa perlu sikap terbuka, dewasa dan penghayatan atas
masing-masing ajaran agama tanpa merasa paling benar.

DAFTAR PUSTAKA

Irwan, Syafitri. 2019. Islam Dan Politik Identitas : Studi Tentang Pemahaman Nilai-nilai
Pendidikan Islam.

Iswahyudi. 2016. Pluralisme Islam Pribumi (Melacak Argumen-Argumen Abdurrahman


Wahid Tentang Pluralisme Islam Di Indonesia). Yogyakarta: Stain Press.

12
Lestari, Julita. 2020. Pluralisme Agama Di Indonesia Tantangan dan Peluang Bagi
Keutuhan Bangsa. Al-Adyan: Journal of Religious Studies. Volume 1, Nomor 1,
Juni (2020)

Maula, M.Iqbal. 2019. Pandangan Muhammad Rizieq Shihab Tentang Pancasila. Jurnal
Studi Agama-Agama ISSN 2089-8835 Volume 2 Nomor 2 Tahun 2019: 71-88.

Medina-Te : Jurnal Studi Islam, Vol. 15 Nomor 2, Desember 2019 p-ISSN: 1858-3237.

Putro, Swastiko. 2013. Persepsi Tokoh Lintas Agama Terhadap Pemikiran “Gus Dur”
Tentang Pluralisme Agama. Kajian Moral dan Kewarganegaraan Nomo1 Volume
2 Tahun 2013

Sahfutra, Surya Adi. 2014. Gagasan Pluralisme Agama Gus Dur Untuk Kesetaraan Dan
Kerukunan. Religi, Vol. X, No. 1, Januari 2014: 89-113

Sanuri. 2012. Dinamika Wacana Pluralisme Keagamaan di Indonesia. Volume 2, Nomor


1, Maret 2012

Zulkarnain, Iskandar. 2011. Hubungan Antarkomunitas Agama Di Indonesia : Masalah


Dan Penanganannya. Kajian Vot 16 No.4 Desember 2011.

13

Anda mungkin juga menyukai