Oleh:
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
2
menusia seumpama manusia tidak mempercayainya, mengimani kebenaran
isinya, dan mengamalkan yang tertulis pada kitab suci tersebut.
Telah diketahui selama ini kehidupan manusia dalam bermasyarakat
tidak lepas dari kegiatan interaksi sosial. Keberadaan agama yang menjadi
petunjuk dan pedoman umat manusia mendorong lahirnya sebuah
kebudayaan dalam hal tersebut terjadilah akulturasi bagaimana agama
diserap dan digabungkan dengan budaya lokal sehingga lahirlah budaya
agama. Masjid Menara Kudus merupakan salah satu contoh bentuk
akulturasi agama dan budaya.2
Agama tidak hanya bersinggungan dengan budaya dalam proses
interaksi sosial. Namun bersinggungan dengan politik, ekonomi,
kemasyarakatan dan hubungan-hubungan antar masyarakat yang lainnya.
Agama ketika bersinggungan dengan politik dapat mempengaruhi
cara pandang dan corak pemikiran dari pelaku politik hubungan keterkaitan
tersebut lahirlah penyebutan homo religius. Mircea Eliade berpendapat
homo religius merupakan tipe manusia yang hidup dalam suatu alam yang
sakral, penuh dengan nilai-nilai yang religi, dan dapat menikmati kesakralan
yang ada dan tampak pada alam semesta.3
Point-point yang telah disebutkan diatas membuat kita sebagai
anggota civitas akademika merenungkan dan timbullah suatu keinginan
mendiskusikan bersama mengenai hal-hal yang membuat kita resah yang
melahirkan berbagai asumsi-asumsi mengenai agama dan konflik sosial
politik di Indonesia ini. hal tersebut yang menjadi alasan penulis menulis
artikel ini dan diharapkan menjadi sumber diskusi pada perkuliahan
sosiologi agama.
2
Dr. Sofyan, Akulturasi Islam Dan Budaya Lokal, (Malang: Cita Intrans, 2018), 5
3
Sastraprateja, Manusia Multi Dimensional Sebuah Renungan Filsafat, (Jakarta: Gramedia, 1982),
38.
3
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana agama dalam konflik sosial politik?
2. Bagaimana pengaruh agama dalam melahirkan pemikiran politik di
Indonesia?
C. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Untuk mendiskripsikan agama dalam konflik sosial
2. Untuk memaparkan pengaruh agama dalam melahirkan pemikiran
politik di Indonesia?
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Agama
Agama berasal dari bahasa Sanskerta dengan memiliki dua kata “A” dan
“Gama”, “A” yang berarti tidak dan “Gama” yang berarti kacau, dimaksudkan
tidak kacau, atau dapat dikatakan adanya peraturan dimaksudkan mencapai arah
tujuan tertentu. Agama juga dapat di definisikan sebagai religion yang memiiki
makna agama dan dalam bahasa arab Ad-Din yang berarti agama. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia Agama merupakan suatu sistem yang mengatur
suatu kepercayaan dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta Kaidah
yang berhubungan dengan pergaulan manusia.4
4
Pusat Bahasa Departemen Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Tim Penyusun,
2008), 17.
5
M. Ali Imron, Sejarah Terlengkap Agama-Agama Di Dunia,(Yogyakarta: DivaPress, 2015), 11
6
Harun nasution, Islam Dilihat Dari Berbagai Aspeknya,(Jakarta: Ui Press, 1979), 9
7
Max Weber, Sosiologi Agama, (Yogyakarta: Ircisod, 2012), 93.
5
Agama budaya atau ardhi dibentuk dari filsafat masyarakat sedangkan
8
agama langit dibentuk oleh wahyu tuhan. yang termasuk agama budaya adalah
Hindu, Budha, Taoisme, Kong Hu cu, Shinto dan berbagai aliran keagamaan
lainnya. Ciri khasnya konsep ketuhanan yang ditawarkan tidak monotheis atau
tidak memiliki satu tuhan, tidak disampaikan oleh nabi ataupun rasul, kitab
sucinya bukan berdasarkan wahyu tuhan, kebenarannya tidak menerima untuk
dikritik oleh manusia, ajaran agama tidak terpisahkan dari adat istiadat dan
kebudayaan masyarakat, dan yang terakhir yang disembah adalah dewa-dewi atau
roh-roh.
Lain halnya dengan agama langit atau samawi yang menyampaikan
ajarannya dengan keyakinan satu tuhan yang termasuk agama samawi Yahudi,
Nasrani, dan Islam. Ciri khas agama samawi disampaikan oleh manusia yang
dipilih Allah sebagai utusan, dapat dengan pasti ditentukan kelahirannya,
diturunkan untuk masyarakat, mempunyai kitab suci yang diwariskan nabi
ataupun rasul, ajarannya bersifat universal, dan yang terakhir konsepnya tuhan
yang maha esa.
B. Agama dalam Konflik Sosial Politik
Terekam jelas dalam ingatan kita pemerintahan rezim orde baru dibawah
kekuasaan soeharto yang dibeberapa titik wilayah Indonesia banyak terjadi
kerusuhan-kerusuhan, konflik-konflik tersebut kental dengan yang namanya
politik, suku agama, dan ras antar kelas sosial. Peristiwa-peristiwa tersebut
meninggalkan luka yang mendalam dan trauma bagi masyarakat. Pelaku-pelaku
politik yang seharusnya menjadi penanggung jawab terjadinya kerusuhan belum
diberikan hukuman yang layak.
8
Johar Situmorang, Mengenal Agama Manusia, (Yogyakarta: Andi, 2017), 41
6
keamanan terhadap keempat orang tersebut. kerusuhan yang terjadi tokoh-tokoh
para etnis Tionghoa menjadi sasaran ke resahan dan kegelisahan masyarakat.
Selain itu banyak kerugian materil selain ribuan nyawa melayang yang
menimbulkan trauma mendalam. Sebanyak 1.217 jiwa terbakar, 31 orang hilang,
dan 52 perempuan diperkosa.kerugian materialnya antara lain, 13 pasae rusak,
2,479 ruko rusak, 1604 toko dan masih banyak lagi. 9 Masalah tersebut berulang
kali terjadi di berbagai wilayah Indonesia dan korabnnya pun etnis Tionghoa. Dan
malah menjadi membabi muta konfliknya mengakibatkan trauma banyak diantara
para korban melarikan diri ke berbagai negara teatangga.
Kasus kedua: kerusuhan sampit merupakan konflik antar etnis dan agama
antara etnis Dayak dan Madura yang menjadi pendatang di Kalimantan tersebut.
Kerusuhan semakin menjadi-jadi tatkala salah satu anggota etnis Dayak
meninggal dunia dan memiliki beberapa luka sayatan yang diberikan oleh etnis
Madura 10 dan masih banyak lagi kerusuhan-kerusuhan yang lain.
Akibat kasus ini tercatat 469 orang meninggal, 168 luka berat, 34 orang
luka ringan, 3.833 rumah dibakar, 16 mobil dan 43 sepeda motor hancur, dan
108.000 orang mengungsi. Saat konflik terjadi, pemerintah pusat lamban
melakukan darurat sipil karena, Presiden Gus Dur yang berwenang manyatakan
status suatu daerah menjadi darurat sipil, tengah melakukan lawatan ke Timur
Tengah dan Afrika Utara.
9
https://www.liputan6.com/hot/read/5063388/penyebab-kerusuhan-mei-1998-tragedi-
pelanggaran-ham-terbesar-di-indonesia
10
https://www.selasar.com/perang-sampit/
7
Pada awalnya, terjadinya pengusiran warga jemaat Ahmadiyah di NTB
ini, antara lain, dipicu oleh fatwa Majelis Ulama Indonesia hasil Munas Juli 2005,
yang menyatakan Ahmadiyah sebagai aliran sesat dan pemeluknya murtad.
Konon, sebelum keluar fatwa sesat dari Majelis Ulama Indonesia tersebut,
hubungan antara warga masyarakat sangat kondusif, dan berjalan biasa-biasa saja.