Anda di halaman 1dari 14

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................2
A. Latar Belakang..............................................................................................2
B. Rumusan Masalah.........................................................................................4
C. Tujuan...........................................................................................................4
D. Pendekatan....................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................7
A. Pengertian Kerukunan Antar Umat Beragama..............................................7
B. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kerukunan Umat Beragama.................9
C. Wadah kerukunan kehidupan beragama.....................................................10
D. Kenapa terjadi perpecahan kerukunan hidup antar umat beragama...........11
E. Bagaimana terjadinya perselisihan kerukunan intern umat beragama........11
BAB III PENUTUP...............................................................................................13
A. Kesimpulan.................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia adalah salah satu negara multikultural terbesar di dunia. karena
kondisi sosial-budaya maupun geografis yang begitu beragam dan luas
menyebabkan Indonesia menjadi negara yang multi etnis, multi budaya, multi ras,
dan multi agama. Keberagaman ini merupakan sebuah kekayaan yang dimilki
bangsa ini. Indonesia yang dihadapkan dengan keberagaman agama diharapkan
mampu tetap menjaga kerukunan antarumat beragama (Rusydi, 2018).
Saat ini di Indonesia terdapat 6 agama yaitu Islam, Katolik, Kristen,
Hindu, dan Konghucu (Rusydi, 2018). Indonesia merupakan salah satu negara
yang memiliki pluralitas penduduk yang cukup tinggi. Pluralitas itu meliputi
pluralitas suku, etnis, budaya dan agama, untuk itu diperlukan adanya rasa
toleransi antar suku, etnis, budaya dan agama tersebut, demi menghindari
terjadinya konflik yang mengarah pada tindak kekerasan (Mayasaroh &
Nurhasanah Bakhtiar, 2020). Khusus mengenai pluralitas agama, di Indonesia
rasa saling toleransi beragama masih sangat minim. Hal ini didukung dengan
hadirnya fakta munculnya permasalahan-permasalahan yang diikuti dengan
Anarkisme atau kekerasan yang mengatas namakan agama. Hal ini jelas sangat
mengkhawatirkan bagi intregritas bangsa Indonesia sendiri (Mayasaroh &
Nurhasanah Bakhtiar, 2020).
Keberagaman budaya dan agama tersebut sangat memperngaruhi individu
atau seseorang dalam melakukan komunikasi manakala berinteraksi dengan orang
lain yang juga mengusung budaya dan keyakinan agama yang dianutnya. Agama
ada dasarnya memiliki peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia,
karena agama merupakan suatu sistem yang terdapat norma-norma di dalamnya
yang mengatur pola perilaku manusia, baik dalam kehidupannya sebagai indvidu
maupun dalam kehidupan bermasyarakat, sehingga agama dalam hal ini berfungsi
sebagai pedoman hidup dan sekaligus memberi solusi pada munculnya persoalan-
persoalan dalam kehidupan ini (Rusydi, 2018).
Masyarakat Indonesia yang multikultural baik dalam hal budaya, agama,
suku, ras, dan bahasa. Semua itu bisa menjadi sumber kekuatan untuk menjalin
kehidupan yang rukun dan damai apabila dikelola dengan baik dan profesional.
Hidup rukun dan damai merupakan dambaan dan kebutuhan bersama yang tidak
dapat dihindarkan dari perbedaan yang ada (Rusydi, 2018).
Istilah kerukunan juga bisa bermakna suatu proses untuk menjadi rukun
karena sebelumnya ada ketidakrukunan; serta kemampuan dan kemauan untuk
hidup berdampingan dan bersama dengan damai serta tentram. Adapun
langkahlangkah untuk mencapai seperti itu, memerlukan proses waktu serta
dialog, saling terbuka, menerima dan menghargai sesama, serta cinta-kasih.
Kerukunan antarumat beragama bermakna rukun dan damainya dinamika
kehidupan umat beragama dalam segala aspekkehidupan, seperti aspek ibadah,
toleransi, dan kerja sama antarumat beragama (Nazmudin, 2017).
Salah satu faktor yang berkontribusi nyata dalam menciptakan suasana
kehidupan manusia adalah agama. Agama, demikian perspektif sosiologis,
mempunyai peran dan fungsi ganda, bisa konstruktif dan bisa pula destruktif.
Secara konstruktif, ikatan agama sering melebihi ikatan darah dan hubungan
nasab atau keturunan (Jamrah, 2015). Maka karena agama, sebuah komunitas atau
masyarakat bisa hidup teguh bersatu, rukun, dan damai. Sebaliknya, secara
destruktif agama juga mempunyai kekuatan memporak-porandakan persatuan
bahkan dapat memutus ikatan tali persaudaraan sedarah. Sehingga suatu konflik
yang berlatarbelakang agama sulit diprediksi kesudahannya (Jamrah, 2015).
Sering kita jumpai dalam kehidupan sehari – hari dilingkungan kita sering
terjadi adanya perbedaan pendapat antara pemeluk agama satu dengan yang lain.
Hal tersebut sering menimbulkan perselisihan antar agama. Padahal dalam
landasan negara republik indonesia (pancasila) sudah diatur setiap warga negara
untuk hidup rukun antar pemeluk agama lain seperti yang tertulis dalam sila
pertama yang berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Negara indonesia akhir-akhir ini sering terjadi teror, kejadian itu
menimbulkan perpecahan antar umat beragama karena teror tersebut dilakukan
kebanyakan oleh umat islam kepada pemeluk agama lain. Hal tersebut memicu
permusuhan dan lebih parahnya terjadi perang antar agama. Sebenarnya hal
tersebut tidak akan terjadi jika dalam suatu negara masyarakatnya saling mengerti
antara pemeluk agama yang satu dengan yang lain dan saling menghormati.
Manusia sebagai makhluk social tidak bisa dilepaskan dari hubungan
(interaksi social) dengan sesamanya. Hubungan antar manusia dalam masyarakat
ditata dalam suatu tatanan normative yang disepakati bersama oleh anggota
masyarakat tersebut yang disebut nilai atau norma yang menjamin terwujudnya
harmoni dalam bentuk kedamaian dan ketentraman (Toto Suryana, 2014)

B. Rumusan Masalah
Indonesia adalah salah satu negara multikultural terbesar di dunia.
Keberagaman ini merupakan sebuah kekayaan yang dimilki bangsa ini
Keberagaman budaya dan agama tersebut sangat memperngaruhi individu atau
seseorang dalam melakukan komunikasi manakala berinteraksi dengan orang lain
yang juga mengusung budaya dan keyakinan agama yang dianutnya. Dalam
makalah yang berjudul Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama ada beberapa
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Kenapa terjadi perpecahan kerukunan hidup antar umat beragama
2. Bagaimana terjadinya perselisihan antara kerukunan interen umat beragama
3. Bagaimana terjadinya perselisihan antar umat beragama dan pemerintah

C. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk :
1. Untuk mengetahui pengertian kerukunan antar umat beragama
2. Untuk mengetahui faktor-Faktor yang mempengaruhi Kerukunan Umat
Beragama
3. Untuk mengetahui kenapa terjadi perpecahan kerukunan hidup antar umat
beragama?
4. Untuk mengetahui terjadinya perselisihan antar kerukunan interen umat
beragama
5. Untuk mengetahui bagaimana terjadinya perselisihan antar umar beragama
dengan pemerintah
D. Pendekatan
1. Pendekatan Historis
Pendekatan historis atau sering disebut juga dengan pendekatan menurut
sejarah kerukunan hidup antar umat beragama di Indonesia. Kaitanya antara
kerukunan hidup antar umat beragama dalam makalah ini dengan kehidupan
sejarah sebagai berikut. "Rukun" dari Bahasa Arab "ruknun" artinya asas-asas
atau dasar, seperti rukun Islam. Rukun dalam arti adjektiva adalah baik atau
damai. Kerukunan hidup umat beragama artinya hidup dalam suasana damai,
tidak bertengkar, walaupun berbeda agama. Kerukunan umat beragama adalah
program pemerintah meliputi semua agama, semua warga negara RI. Pada
tahun 1967 diadakan musyawarah antar umat beragama, Presiden Soeharto
dalam musyawarah tersebut menyatakan antara lain: "Pemerintah tidak akan
menghalangi penyebaran suatu agama, dengan syarat penyebaran tersebut
ditujukan bagi mereka yang belum beragama di Indonesia. Kepada semua
pemuka agama dan masyarakat agar melakukan jiwa toleransi terhadap
sesama umat beragama".Pada tahun 1972 dilaksanakan dialog antar umat
beragama. Dialog tersebut adalah suatu forum percakapan antar tokoh-tokoh
agama, pemuka masyarakat dan pemerintah.
2. Pendekatan Sosiologis
Sosiologi berasal dari bahasa Latin yaitu Socius yang berarti kawan, teman
sedangkan Logos berarti ilmu pengetahuan. Ungkapan ini dipublikasikan
diungkapkan pertama kalinya dalam buku yang berjudul "Cours De
Philosophie Positive" karangan August Comte (1798-1857). Walaupun banyak
definisi tentang sosiologi namun umumnya sosiologi dikenal sebagai ilmu
pengetahuan tentang masyarakat. Masyarakat adalah sekelompok individu
yang mempunyai hubungan, memiliki kepentingan bersama, dan memiliki
budaya. Sosiologi hendak mempelajari masyarakat, perilaku masyarakat, dan
perilaku sosial manusia dengan mengamati perilaku kelompok yang
dibangunnya. Sebagai sebuah ilmu, sosiologi merupakan pengetahuan
kemasyarakatan yang tersusun dari hasil-hasil pemikiran ilmiah dan dapat di
kontrol secara kritis oleh orang lain atau umum. Kelompok tersebut mencakup
keluarga, suku bangsa, negara, dan berbagai organisasi politik, ekonomi,
dansosial.
3. Pendekatan Yuridis
Mempelajari Pancasila sebagai dasar negara, ideologi, ajaran tentang nilainilai
budaya dan pandangan hidup bangsa Indonesia adalah kewajiban moral
seluruh warga negara Indonesia. Pancasila yang benar dan sah (otentik) adalah
yang tercantum dalam alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar
1945. Hal itu ditegaskan melalui Instruksi Presiden RI No.12 Tahun 1968,
tanggal 13 April 1968. Penegasan tersebut diperlukan untuk menghindari tata
urutan atau rumusan sistematik yang berbeda, yang dapat menimbulkan
kerancuan pendapat tentang isi Pancasila yang benar dan sesungguhnya.
Dalam rangka mempelajari Pancasila, Laboratorium Pancasila IKIP Malang
(1986:9-14) menyarankan dua pendekatan yang semestinya dilakukan untuk
memperoleh pemahaman secara utuh dan menyeluruh mengenai Pancasila.
Pendekatan tersebut adalah pendekatan yuridis-konstitusional dan pendekatan
komprehensif.
Pendekatan yuridis-konstitusional diperlukan guna meningkatkan kesadaran
akan peranan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum, dan
karenanya mengikat seluruh bangsa dan negara Indonesia untuk
melaksanakannya. Pelaksanaan Pancasila mengandaikan tumbuh dan
berkembangnya pengertian, penghayatan dan pengamalannya dalam
keseharian hidup kita secara individual maupun sosial selaku warga negara
Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kerukunan Antar Umat Beragama


Pengertian Kerukunan Umat Beragama Dalam pengertian sehari-hari kata
rukun dan kerukunan adalah damai dan perdamaian. Dengan pengertian ini jelas,
bahwa kata kerukunan hanya dipergunakan dan berlaku dalam dunia pergaulan.
Kerukunan antar umat beragama adalah cara atau sarana untuk mempertemukan,
mengatur hubungan luar antara orang yang tidak seagama atau antara golongan
umat beragama dalam kehidupan sosial kemasyarakatan (Nazmudin, 2017).
Kerukunan adalah istilah yang dipenuhi oleh muatan makana “baik” dan
“damai”. Hakikatya, hidup bersama dalam masyarakat dengan “kesatuan hati”
dan bersepakat” untuk tidak menciptakan perselisihan dan pertengkaran
(Depdikbud, 1985:850). Bila pemaknaan tersebutdijadikan pegangan, maka
“kerukunan” adalah sesuatu yang ideal dan didambakan oleh masyarakat manusia.
Kerukunan (dari ruku, bahasa Arab, artinya tiang atau tiang-tiang yang
menopangrumah; penopang yang memberi kedamaian dan kesejahteraan kepada
penghuninya) secara luas bermakna adanya suasana persaudaraan dan
kebersamaan antar semua orangwalaupun mereka berbeda secara suku, agama,
dan golongan (Jamrah, 2015)
Istilah kerukunan umat beragama pertama kali dikemukakan oleh Menteri
Agama, K.H. M. Dachlan, dalam pidato pembukaan Musyawarah Antar Agama
tanggal 30 Nopember 1967 antara lain menyatakan: "Adanya kerukunan antara
golongan beragama adalah merupakan syarat mutlak bagi terwujudnya stabilitas
politik dan ekonomi yang menjadi program Kabinet AMPERA. Oleh karena itu,
kami mengharapkan sungguh adanya kerjasama antara Pemerintah dan
masyarakat beragama untuk menciptakan “iklim kerukunan beragama ini,
sehingga tuntutan hati nurani rakyat dan cita-cita kita bersama ingin mewujudkan
masyarakat yang adil dan makmur yang dilindungi Tuhan Yang Maha Esa itu
benarbenardapat berwujud”. Dari pidato K.H. M. Dachlan tersebutlah istilah
“Kerukunan Hidup Beragama” mulai muncul dan kemudian menjadi istilah baku
dalam berbagai dokumen negara dan peraturan perundang-undangan (Nazmudin,
2017)
Sementara, istilah “kerukunan” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, diartikan sebagai
“hidup bersama dalam masyarakat dengan “kesatuan hati” dan “bersepakat” untuk
tidak menciptakan perselisihan dan pertengkaran”. Kerukunan adalah istilah yang
dipenuhi oleh muatan makna “baik” dan “damai”. Intinya, hidup bersama dalam
masyarakat dengan “kesatuan hati” dan “bersepakat” untuk tidak menciptakan
perselisihan dan pertengkaran (Nazmudin, 2017).
Dalam pasal 1 angka (1) peraturan bersama Mentri Agama dan Menteri
Dalam No. 9 dan 8 Tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan tugas Kepala
Daerah/ Wakil Kepala Daerah dalam pemeliharaan kerukunan umat beragama,
pemberdayaan forum kerukunan umat beragama, dan pendirian rumah ibadat
dinyatakan bahwa: Kerukunan umat beragama adalah keadaan hubungan sesama
umat beragama yang dilandasi toleransi, saling pengertian, saling menghormati,
menghargai kesetaraan dalam pengamalan ajaran agamanya dan kerjasama dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
Mencermati pengertian kerukunan umat beragama, tampaknya peraturan
bersama di atas mengingatkan kepada bangsa Indonesia bahwa kondisi ideal
kerukunan umat beragama, bukan hanya tercapainya suasana batin yang penuh
toleransi antar umat beragama, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana
mereka bisa saling bekerjasama. Jadi dapat disimpulkan bahwa kerukunan ialah
hidup damai dan tentram saling toleransi antara masyarakat yang beragama sama
maupun berbeda, kesediaan mereka untuk menerima adanya perbedaan keyakinan
dengan orang atau kelompok lain, membiarkan orang lain untuk mengamalkan
ajaran yang diyakini oleh masing-masing masyarakat, dan kemampuan untuk
menerima perbedaan. Kerukunan berarti sepakat dalam perbedaan-perbedaan
yang ada dan menjadikan perbedaan-perbedaan itu sebagai titik tolak untuk
membina kehidupan sosial yang saling pengertian serta menerima dengan
ketulusan hati yang penuh ke ikhlasan (Nazmudin, 2017).
Kerukunan mencerminkan hubungan timbal balik yang ditandai oleh sikap
saling menerima saling mempercayai, saling menghormati dan menghargai, serta
sikap saling memaknai kebersamaan. Berdasarkan pemaparan di atas maka
pengertian dari kerukunan umat beragama adalah kondisi dimana antar umat
beragama dapat saling menerima, saling menghormati keyakinan masingmasing,
saling tolong menolong, dan bekerjasama dalam mencapai tujuan bersama
(Nazmudin, 2017)

B. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kerukunan Umat Beragama


Kerukunan dan toleransi antarumat beragama merupakan ciri khas dari
potensi itegrasi yang terdapat pada kehidupan keagamaan pada masayarakat
Multikultural. Dalam hal ini Clifford Geertz mengidentifikasi faktor-faktor yang
mendorong tumbuhnya kerukunan antarumat beragama antara lain adalah
menjunjung tinggi kesamaan budaya daripada menekankan perbedaan,
meminimnalisir gerakan misionarisme, dan menjaga ketertiban masyarakat,
kerjasama antarumat beragama, kematangan berpikir, dan sikap terbuka para
penganut agama (inklusif) (Rusydi, 2018).
Sedangkan faktor penghambatnya antara lain fanatisme agama, sikap
kurang bersahabat, dan sifat ekslusif para penganut agama. Kerukunan hidup
antarumat beragama yang dicita-citakan oleh setiap agama bukan sekedar ‘rukun-
rukunan’, akan tetapi kerukunan yang autentik, dinamis, dan produktif untuk
saling mengerti dan mempunyai kesadaran tinggi terhadap perbedaan(pluralisme).
Agama seharusnya dapat memainkan peran sebagai penyeimbang kehidupan
masyarakat di berbagai bidang politk, sosial, ekonomi, pendidikan, ilmu
pengetahuan, teknologi dan lain sebagainya (Rusydi, 2018).
Agama seharusnya juga mampu menjadi dasar tujuan manusia dalam
menjalani kehidupan bemasyarakat yang baik serta menaati norma-norma atau
aturan yang ada. Selain itu, agama juga mampu menjadi sumber nilai,
kepercayaan dan polapola tingkah laku yang dapat memberi tuntunan bagi
hakekat tujuan dan kestabilan hidup umat manusia karena kehidupan menuntut
adanya tuntutan hidup yang mutlak (Rusydi, 2018).
Masalah konflik antaragama dan konflik internal agama di Indonesia
merupakan sebuah masalah yang serius. Berbagai kasus konflik atas nama agama ,
baik antar agama maupun dengan sesama agama tertentu sering mewarnai
perjalanan kehidupan bangsa Inonesia. Banyak kerugian materil, psikis dan
korban yang berjatuhan akibat dari konflik antaragama (Rusydi, 2018).
Perbedaan agama dalam masyarakat Indonesia yang multikultural adalah
sebuah keniscayaan, sehingga hal ini idealnya sudah dipahami masyarakat
Indonesia sebagai sebuah konsekuensi hidup di tengah-tengah negara yang
multikultural karena segala sesuatu pasti mempunyai sisi positif dan sisi negatif.
begitupun juga keadaan masyarakat Indonesia yang multikultural sisi positifnya
adalah masyarakat Indonesia memiliki keanekaragaman yang masing-masing
elemen memiliki keunikan tersendiri. Tetapi sisi negatifnya juga rentan terjadi
perbedaan pola pikir dan berbagai macam latarbelakang kehidupan masyarakat
yang banyak dipengaruhi oleh latar belakang agama. Karakteristik daerah, adanya
pengelompkkan dan klaim minoritas dan mayoritas (Rusydi, 2018) .
Akar terbentuknya konflik antaragama tersebut dapat dipetakan menjadi
dua faktor. Faktor Internal dan Faktor Eksternal. Faktor internal merupakan faktor
pemicu yan berasal dari dalam agama itu sendiri, seperti perbedaan dalam
memahami doktrin agama dan fanatisme agama yang berlebihan. Sedangkan
faktor eksternal yang berasal dari luar agama itu sendiri adalah berupa faktor
politik, ekonomi dan sosial.

C. Wadah kerukunan kehidupan beragama.


Pada awalnya wadah tersebut diberi nama Konsultasi Antar Umat
Beragama, kemudian berubah menjadi Musyawarah Antar Umat Beragama. Ada
tiga kerukunan umat beragama, yaitu sebagai berikut :
1. Kerukunan antar umat beragama.
2. Kerukunan intern umat beragama.
3. Kerukunan umat beragama dengan pemerintah. Usaha memelihara
kesinambungan pembangunan nasional dilakukan antara lain :
a. Menumbuhkan kesadaran beragama.
b. Menumbuhkan kesadaran rasa memiliki dan bertanggung jawab terhadap
Pancasila dan UUD 1945.
c. Menanamkan kesadaran untuk saling memahami kepentingan agama
masingmasing.
d. Mencapai masyarakat Pancasila yang agamis dan masyarakat beragama
Pancasialis. Usaha tersebut pada prinsipnya :
1. Tidak mencampuradukan aqidah dengan bukan aqidah.
2. Pertumbuhan dan kesemarakan tidak menimbulkan perbenturan.
3. Yang dirukunkan adalah warga negara yang berbeda agama, bukan
aqidah dan ajaran agama.

D. Kenapa terjadi perpecahan kerukunan hidup antar umat beragama


Terjadinya perpecahan kerukunan hidup antar umat beragama dikarenakan
ada beberapa hal yang tidak terlaksana di Indonesia ini antara lain:
1. Manusia Indonesia satu bangsa, hidup dalam satu negara, satu ideologi
Pancasila. Ini sebagai titik tolak pembangunan yang tidak tercapai didalam
kehidupan masyarakat Indonesia.
2. Berbeda suku, adat dan agama saling memperkokoh persatuan ini sering
terjadi perbedaan dan perpecah belahan sehingga timbul suatu perselisihan.
3. Kerukunan menjamin stabilitas sosial sebagai syarat mutlak pembangunan
tetapi dikalangan masyarakat kita stabilitas ini tidak terlaksana di dalam
pemerintahan sekarang ini sehingga antara masyarakat kecil dan kalangan
masyarakat atas saling berselisih
4. Ketidak rukunan menimbulkan bentrok dan perang agama, mengancam
kelangsungan hidup bangsa dan negara
5. Kebebasan beragama merupakan beban dan tanggungjawab untuk memelihara
ketentraman masyarakat tetapi di indonesia sering terjadi suatu paksaan dalam
hal memeluk agama.
E. Bagaimana terjadinya perselisihan kerukunan intern umat beragama
Terjadinya perselisihan kerukunan intern umat beragama ini karena ada
dua hal yang sering diabaikan oleh para pemeluk agama yang ada di Indonesia
diantaranya sebagai berikut:
1. Pertentangan di antara pemuka agama yang bersifat pribadi jangan
mengakibatkan perpecahan di antara pengikutnya.
2. Persoalan intern umat beragama dapat diselesaikan dengan semangat
kerukunan atau tenggang rasa dan kekeluargaan.
Jika dua hal tersebut terlaksana maka kerukunan hidup intern umat
beragama akan berjalan dengan rukun dan tidak timbul perselisihan antar umat
beragama yang menimbulkan teror-teror seperti yang terjadi sekarang ini. Hal ini
juga diatur dalam undang-undang dan peraturan-peraturan sebagai berikut:
1. Keputusan Menteri Agama No.70 tahun 1978 tentang pensyiaran agama
sebagai rule of game bagi pensyiaran dan pengembangan agama untuk
menciptakan kerukunan hidup antar umat beragama.
2. Pemerintah memberi perintah pedoman dan melindungi kebebasan memeluk
agama dan melakukan ibadah menurut agamanya masing-masing.
3. Keputusan Bersama Mendagri dan Menag No.l tahun 1979 tentang tata cara
pelaksanaan pensyiaran agama dan bantuan luar negeri bagi lembaga
keagamaan di Indonesia.
4. Bagaimana terjadinya perselisihan antar umat beragama dan pemerintah!
Seharusnya antara umat beragama dengan pemerintah harus saling mengisi
antara satu dengan yang lain. Tetapi di negara ini hal-hal berikut ini sering
diabaikan sehingga terjadi salah paham antara umat beragama dengan
pemerintah.
a. Semua pihak menyadari kedudukannya masing-masing sebagai komponen
orde baru dalam menegakkan kehidupan berbangsa dan bernegara.
b. Antara pemerintah dengan umat beragama ditemukan apa yang saling
diharapkan untuk dilaksanakan.
c. Pemerintah mengharapkan tiga prioritas, umat beragama, diharapkan
partisipasi aktif dan positif dalam :
1. Pemantapan ideologi Pancasila
2. Pemantapan stabilitas dan ketahanan nasional;
3. Suksesnya pembangunan nasional
4. Pelaksanaan tiga kerukunan harus simultan. Pembinaan tiga kerukunan
tersebut harus simultan dan menyeluruh sebab hakikat ketiga bentuk
itu saling berkaitan.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dalam konteks ke-Indonesiaa, kerukunan beragama berarti kebersamaan
antara umat beragama dengan Pemerintah dalam rangka suksesnya pembangunan
nasional dan menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kerukunan hidup
antar umat beragama di Indonesia menggunakan metode historis, sosiologis dan
yuridis. Dalam makalah ini menghasilkan suatu hasil yang berkaitan dengan
kerukunan hidup antar umat beragama yaitu wadah kerukunan kehidupan
beragama, terjadinya perpecahan kerukunan hidup antar umat beragama,
terjadinya perselisihan kerukunan intern umat beragama dan terjadinya
perselisihan antar umat beragama dan pemerintah.
Supaya kerukunan dan toleransi antar umat beragama bisa menjadi alat
pemersatu bangsa, maka kemajemukan harus dikelola dengan baik dan benar,
maka diperlukan cara yang efektif yaitu dialog antar umat beragama untuk
permasalahan yang mengganjal antar masing-masing kelompok umat beragama.
Karena mungkin selama ini konflik yang timbul angtar umat beragama terjadi
karena terputusnya jalinan informasi yang benar di antara pemeluk agama dari
satu pihak ke pihak lain sehingga timbul prasangka-prasangka negatif.
DAFTAR PUSTAKA

Jamrah, S. A. (2015). TOLERANSI ANTARUMAT BERAGAMA : PERSPEKTIF


ISLAM. 185–200.

Mayasaroh, K., & Nurhasanah Bakhtiar. (2020). Strategi dalam membangun


kerukunan antarumat beragama di indonesia. Journal for Islamic Studies,
3(1), 77–88.

Nazmudin. (2017). Kerukunan dan Toleransi Antar Umat Beragama dalam


Membangun Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia ( NKRI ). 1(1),
23–39.

Rusydi, I. (2018). Makna kerukunan antar umat beragama dalam konteks


keislaman dan keindonesian. Journal for Islamic Studies, 1(1), 170–181.
https://doi.org/10.5281/zenodo.1161580

Toto Suryana. (2014). Konsep dan aktualisasi kerukunan antar umat beragama.
Bahan Ajar.

Anda mungkin juga menyukai