HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................2
A. Latar Belakang..............................................................................................2
B. Rumusan Masalah.........................................................................................4
C. Tujuan...........................................................................................................4
D. Pendekatan....................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................7
A. Pengertian Kerukunan Antar Umat Beragama..............................................7
B. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kerukunan Umat Beragama.................9
C. Wadah kerukunan kehidupan beragama.....................................................10
D. Kenapa terjadi perpecahan kerukunan hidup antar umat beragama...........11
E. Bagaimana terjadinya perselisihan kerukunan intern umat beragama........11
BAB III PENUTUP...............................................................................................13
A. Kesimpulan.................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah salah satu negara multikultural terbesar di dunia. karena
kondisi sosial-budaya maupun geografis yang begitu beragam dan luas
menyebabkan Indonesia menjadi negara yang multi etnis, multi budaya, multi ras,
dan multi agama. Keberagaman ini merupakan sebuah kekayaan yang dimilki
bangsa ini. Indonesia yang dihadapkan dengan keberagaman agama diharapkan
mampu tetap menjaga kerukunan antarumat beragama (Rusydi, 2018).
Saat ini di Indonesia terdapat 6 agama yaitu Islam, Katolik, Kristen,
Hindu, dan Konghucu (Rusydi, 2018). Indonesia merupakan salah satu negara
yang memiliki pluralitas penduduk yang cukup tinggi. Pluralitas itu meliputi
pluralitas suku, etnis, budaya dan agama, untuk itu diperlukan adanya rasa
toleransi antar suku, etnis, budaya dan agama tersebut, demi menghindari
terjadinya konflik yang mengarah pada tindak kekerasan (Mayasaroh &
Nurhasanah Bakhtiar, 2020). Khusus mengenai pluralitas agama, di Indonesia
rasa saling toleransi beragama masih sangat minim. Hal ini didukung dengan
hadirnya fakta munculnya permasalahan-permasalahan yang diikuti dengan
Anarkisme atau kekerasan yang mengatas namakan agama. Hal ini jelas sangat
mengkhawatirkan bagi intregritas bangsa Indonesia sendiri (Mayasaroh &
Nurhasanah Bakhtiar, 2020).
Keberagaman budaya dan agama tersebut sangat memperngaruhi individu
atau seseorang dalam melakukan komunikasi manakala berinteraksi dengan orang
lain yang juga mengusung budaya dan keyakinan agama yang dianutnya. Agama
ada dasarnya memiliki peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia,
karena agama merupakan suatu sistem yang terdapat norma-norma di dalamnya
yang mengatur pola perilaku manusia, baik dalam kehidupannya sebagai indvidu
maupun dalam kehidupan bermasyarakat, sehingga agama dalam hal ini berfungsi
sebagai pedoman hidup dan sekaligus memberi solusi pada munculnya persoalan-
persoalan dalam kehidupan ini (Rusydi, 2018).
Masyarakat Indonesia yang multikultural baik dalam hal budaya, agama,
suku, ras, dan bahasa. Semua itu bisa menjadi sumber kekuatan untuk menjalin
kehidupan yang rukun dan damai apabila dikelola dengan baik dan profesional.
Hidup rukun dan damai merupakan dambaan dan kebutuhan bersama yang tidak
dapat dihindarkan dari perbedaan yang ada (Rusydi, 2018).
Istilah kerukunan juga bisa bermakna suatu proses untuk menjadi rukun
karena sebelumnya ada ketidakrukunan; serta kemampuan dan kemauan untuk
hidup berdampingan dan bersama dengan damai serta tentram. Adapun
langkahlangkah untuk mencapai seperti itu, memerlukan proses waktu serta
dialog, saling terbuka, menerima dan menghargai sesama, serta cinta-kasih.
Kerukunan antarumat beragama bermakna rukun dan damainya dinamika
kehidupan umat beragama dalam segala aspekkehidupan, seperti aspek ibadah,
toleransi, dan kerja sama antarumat beragama (Nazmudin, 2017).
Salah satu faktor yang berkontribusi nyata dalam menciptakan suasana
kehidupan manusia adalah agama. Agama, demikian perspektif sosiologis,
mempunyai peran dan fungsi ganda, bisa konstruktif dan bisa pula destruktif.
Secara konstruktif, ikatan agama sering melebihi ikatan darah dan hubungan
nasab atau keturunan (Jamrah, 2015). Maka karena agama, sebuah komunitas atau
masyarakat bisa hidup teguh bersatu, rukun, dan damai. Sebaliknya, secara
destruktif agama juga mempunyai kekuatan memporak-porandakan persatuan
bahkan dapat memutus ikatan tali persaudaraan sedarah. Sehingga suatu konflik
yang berlatarbelakang agama sulit diprediksi kesudahannya (Jamrah, 2015).
Sering kita jumpai dalam kehidupan sehari – hari dilingkungan kita sering
terjadi adanya perbedaan pendapat antara pemeluk agama satu dengan yang lain.
Hal tersebut sering menimbulkan perselisihan antar agama. Padahal dalam
landasan negara republik indonesia (pancasila) sudah diatur setiap warga negara
untuk hidup rukun antar pemeluk agama lain seperti yang tertulis dalam sila
pertama yang berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Negara indonesia akhir-akhir ini sering terjadi teror, kejadian itu
menimbulkan perpecahan antar umat beragama karena teror tersebut dilakukan
kebanyakan oleh umat islam kepada pemeluk agama lain. Hal tersebut memicu
permusuhan dan lebih parahnya terjadi perang antar agama. Sebenarnya hal
tersebut tidak akan terjadi jika dalam suatu negara masyarakatnya saling mengerti
antara pemeluk agama yang satu dengan yang lain dan saling menghormati.
Manusia sebagai makhluk social tidak bisa dilepaskan dari hubungan
(interaksi social) dengan sesamanya. Hubungan antar manusia dalam masyarakat
ditata dalam suatu tatanan normative yang disepakati bersama oleh anggota
masyarakat tersebut yang disebut nilai atau norma yang menjamin terwujudnya
harmoni dalam bentuk kedamaian dan ketentraman (Toto Suryana, 2014)
B. Rumusan Masalah
Indonesia adalah salah satu negara multikultural terbesar di dunia.
Keberagaman ini merupakan sebuah kekayaan yang dimilki bangsa ini
Keberagaman budaya dan agama tersebut sangat memperngaruhi individu atau
seseorang dalam melakukan komunikasi manakala berinteraksi dengan orang lain
yang juga mengusung budaya dan keyakinan agama yang dianutnya. Dalam
makalah yang berjudul Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama ada beberapa
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Kenapa terjadi perpecahan kerukunan hidup antar umat beragama
2. Bagaimana terjadinya perselisihan antara kerukunan interen umat beragama
3. Bagaimana terjadinya perselisihan antar umat beragama dan pemerintah
C. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk :
1. Untuk mengetahui pengertian kerukunan antar umat beragama
2. Untuk mengetahui faktor-Faktor yang mempengaruhi Kerukunan Umat
Beragama
3. Untuk mengetahui kenapa terjadi perpecahan kerukunan hidup antar umat
beragama?
4. Untuk mengetahui terjadinya perselisihan antar kerukunan interen umat
beragama
5. Untuk mengetahui bagaimana terjadinya perselisihan antar umar beragama
dengan pemerintah
D. Pendekatan
1. Pendekatan Historis
Pendekatan historis atau sering disebut juga dengan pendekatan menurut
sejarah kerukunan hidup antar umat beragama di Indonesia. Kaitanya antara
kerukunan hidup antar umat beragama dalam makalah ini dengan kehidupan
sejarah sebagai berikut. "Rukun" dari Bahasa Arab "ruknun" artinya asas-asas
atau dasar, seperti rukun Islam. Rukun dalam arti adjektiva adalah baik atau
damai. Kerukunan hidup umat beragama artinya hidup dalam suasana damai,
tidak bertengkar, walaupun berbeda agama. Kerukunan umat beragama adalah
program pemerintah meliputi semua agama, semua warga negara RI. Pada
tahun 1967 diadakan musyawarah antar umat beragama, Presiden Soeharto
dalam musyawarah tersebut menyatakan antara lain: "Pemerintah tidak akan
menghalangi penyebaran suatu agama, dengan syarat penyebaran tersebut
ditujukan bagi mereka yang belum beragama di Indonesia. Kepada semua
pemuka agama dan masyarakat agar melakukan jiwa toleransi terhadap
sesama umat beragama".Pada tahun 1972 dilaksanakan dialog antar umat
beragama. Dialog tersebut adalah suatu forum percakapan antar tokoh-tokoh
agama, pemuka masyarakat dan pemerintah.
2. Pendekatan Sosiologis
Sosiologi berasal dari bahasa Latin yaitu Socius yang berarti kawan, teman
sedangkan Logos berarti ilmu pengetahuan. Ungkapan ini dipublikasikan
diungkapkan pertama kalinya dalam buku yang berjudul "Cours De
Philosophie Positive" karangan August Comte (1798-1857). Walaupun banyak
definisi tentang sosiologi namun umumnya sosiologi dikenal sebagai ilmu
pengetahuan tentang masyarakat. Masyarakat adalah sekelompok individu
yang mempunyai hubungan, memiliki kepentingan bersama, dan memiliki
budaya. Sosiologi hendak mempelajari masyarakat, perilaku masyarakat, dan
perilaku sosial manusia dengan mengamati perilaku kelompok yang
dibangunnya. Sebagai sebuah ilmu, sosiologi merupakan pengetahuan
kemasyarakatan yang tersusun dari hasil-hasil pemikiran ilmiah dan dapat di
kontrol secara kritis oleh orang lain atau umum. Kelompok tersebut mencakup
keluarga, suku bangsa, negara, dan berbagai organisasi politik, ekonomi,
dansosial.
3. Pendekatan Yuridis
Mempelajari Pancasila sebagai dasar negara, ideologi, ajaran tentang nilainilai
budaya dan pandangan hidup bangsa Indonesia adalah kewajiban moral
seluruh warga negara Indonesia. Pancasila yang benar dan sah (otentik) adalah
yang tercantum dalam alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar
1945. Hal itu ditegaskan melalui Instruksi Presiden RI No.12 Tahun 1968,
tanggal 13 April 1968. Penegasan tersebut diperlukan untuk menghindari tata
urutan atau rumusan sistematik yang berbeda, yang dapat menimbulkan
kerancuan pendapat tentang isi Pancasila yang benar dan sesungguhnya.
Dalam rangka mempelajari Pancasila, Laboratorium Pancasila IKIP Malang
(1986:9-14) menyarankan dua pendekatan yang semestinya dilakukan untuk
memperoleh pemahaman secara utuh dan menyeluruh mengenai Pancasila.
Pendekatan tersebut adalah pendekatan yuridis-konstitusional dan pendekatan
komprehensif.
Pendekatan yuridis-konstitusional diperlukan guna meningkatkan kesadaran
akan peranan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum, dan
karenanya mengikat seluruh bangsa dan negara Indonesia untuk
melaksanakannya. Pelaksanaan Pancasila mengandaikan tumbuh dan
berkembangnya pengertian, penghayatan dan pengamalannya dalam
keseharian hidup kita secara individual maupun sosial selaku warga negara
Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dalam konteks ke-Indonesiaa, kerukunan beragama berarti kebersamaan
antara umat beragama dengan Pemerintah dalam rangka suksesnya pembangunan
nasional dan menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kerukunan hidup
antar umat beragama di Indonesia menggunakan metode historis, sosiologis dan
yuridis. Dalam makalah ini menghasilkan suatu hasil yang berkaitan dengan
kerukunan hidup antar umat beragama yaitu wadah kerukunan kehidupan
beragama, terjadinya perpecahan kerukunan hidup antar umat beragama,
terjadinya perselisihan kerukunan intern umat beragama dan terjadinya
perselisihan antar umat beragama dan pemerintah.
Supaya kerukunan dan toleransi antar umat beragama bisa menjadi alat
pemersatu bangsa, maka kemajemukan harus dikelola dengan baik dan benar,
maka diperlukan cara yang efektif yaitu dialog antar umat beragama untuk
permasalahan yang mengganjal antar masing-masing kelompok umat beragama.
Karena mungkin selama ini konflik yang timbul angtar umat beragama terjadi
karena terputusnya jalinan informasi yang benar di antara pemeluk agama dari
satu pihak ke pihak lain sehingga timbul prasangka-prasangka negatif.
DAFTAR PUSTAKA
Toto Suryana. (2014). Konsep dan aktualisasi kerukunan antar umat beragama.
Bahan Ajar.