Anda di halaman 1dari 18

KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA DAN ANTAR UMAT SEAGAMA

(MAKALAH MATA KULIAH AGAMA ISLAM)

Dosen : Bpk. Agus Mukhandar, S. Pd.,M.Pd.

Disusun Oleh :

1. Adelline Tri Renita 2113353025 (REG 1)


2. Ana Amelya Sari 2113353026 (REG 1)
3. Davina Olivia Az Zahra 2113353027 (REG 1)

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG


PRODI TLM PROGRAM SARJANA TERAPAN
TAHUN AJARAN 2021/2022

i
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-NYA
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Kerukunan Antar
Umat Beragama ini dengan tepat pada waktunya.
Tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas Bpk. Agus Mukhandar, S.
Pd.,M.Pd. dalam mata kuliah Pendidikan Agama Islam. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan bagi pembaca dan penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bpk. Agus Mukhandar, S. Pd.,M.Pd. yang
merupakan Dosen Pendidikan Agama Islam, karena telah memberikan tugas ini sehingga
kami dapat menambah pengetahuan dan wawasan kami sesuai dengan bidang
penelitian yang kami tekuni.

DAFTAR PUSTAKA

ii
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................iv
1.1 Latar Belakang...................................................................................................iv
1.2 Tujuan.................................................................................................................v
1.3 Ruang Lingkup....................................................................................................v
BAB II LANDASAN TEORI....................................................................................................vi
2.1 Toleransi Kehidupan Beragama.........................................................................vi
2.2 Toleransi antar Umat Seagama........................................................................viii
BAB III PEMBAHASAN.........................................................................................................x
BAB IV PENUTUP..............................................................................................................xvi
4.1 KESIMPULAN.........................................................................................................xvi
4.2 SARAN....................................................................................................................xvi
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................xvii

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang terdiri dari berbagai macam suku, ras, budaya, dan agama.
Di Indonesia sendiri agama yang diakui oleh pemerintah ada 6 agama. Yaitu Agama
Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu, Budha, Dan Kong Hu Chu. Maka dari itu karena
banyaknya agama, masyarakat Indonesia harus tetap menjaga kerukunan sesama umat
agar tetap terjalin hubungan yang harmonis dan terbebas dari segala konflik antar
agama

Islam mengakui hak hidup agama-agama lain, dan membiarkan para pemeluk agama lain
tersebut untuk menjalankan ajaran agamanya masing-masing, inilah dasar ajaran Islam
mengenai toleransi beragama. Akan tetapi toleransi tidak diartikan sebagai sikap masa
bodo terhadap agamanya.

Kerukunan beragama bisa dikatakan dengan suatu konsep adanya kehidupan


berdampingan diatas perbedaan agama yang lebih menekankan kepada kedamaian,
dan ketentraman dalam beragama. Banyak masyarakat yang memahami perbedaan
merupakan rasa ketidaknyamaan terutama dalam hal keyakinan. Ini bisa disebabkan
oleh kurangnya analisis dan penjelasan tentang konsep Kerukunan antara Umat
berbeda agama. Kerukunan Antar Umat Beragama saat ini menjadi sebuah hal yang
penting bagi kehidupan beragama di Indonesia.

Wujud kerukunan dan toleransi dalam pergaulan hidup antar umat beragama adalah
untuk menciptakan kepentingan universal dan kelancaran hubungan antar umat yang
berbeda agama, sehingga setiap umat antar umat beragama dapat memenuhi sebagian
dari tuntutan agamanya masing-masing. Mematuhi kerukunan setiap prinsip agama
membuat setiap kelompok antaragama menjadi kelompok yang terbuka, membuat
kontak satu sama lain menjadi mungkin dan lebih mudah. Jika anggota suatu kelompok
agama memiliki hubungan yang baik dengan anggota kelompok agama lain, maka

iv
dimungkinkan untuk mengembangkan hubungan dalam berbagai bentuk kerjasama
dalam masyarakat dan negara.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini, yaitu sebagai berikut :


1. Untuk mengetahui pengertian dari toleransi antar umat beragama.
2. Untuk mengetahui pengertian dari toleransi antar umat seagama.

1.3 Ruang Lingkup

Dari tujuan diatas, maka ruang lingkupnya sebagai berikut :


1. Kerukunan antar umat beragama
2. Toleransi kehidupan beragama
3. Kerukunan antar umat seagama
4. Apa saja yang akan terjadi jika tidak adanya kerukunan antar umat beragama
5. Cara mengatasi konflik antar umat beragama

v
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Toleransi Kehidupan Beragama

Keragaman beragama dalam segala segi kehidupan merupakan realitas yang tidak
mungkin untuk dihindari. Keragaman tersebut menyimpan potensi yang dapat
memperkaya warna hidup. Setiap pihak, baik individu maupun komunitas dapat
menunjukkan eksistensi dirinya dalam interaksi sosial yang harmonis. Namun, dalam
keragaman tersimpan juga potensi destruktif yang meresahkan yang dapat
menghilangkan kekayaan khazanah kehidupan yang sarat keragaman. Oleh karena itu,
berbagai upaya dilakukan agar potensi destruktif ini tidak meledak dan berkelanjutan.
Salah satu cara yang banyak dilakukan adalah memperkokoh nilai toleransi beragama.

Toleransi menurut KBBI adalah sifat atau sikap toleran. Sikap toleran yang dimaksud
adalah sikap menenggang (menghargai,membiarkan, membolehkan) pendirian
(pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakukan, dsb.) yang berbeda atau
bertentangan dengan pendirian sendiri. Toleransi beragama dapat diartikan sebagai
sikap menenggang terhadapajaran atau sistem yang mengatur tata keimanan
(kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang
berhubungan denganpergaulan manusia dan manusia dan lingkungannya.
Toleransi umat beragama, berarti saling menghormati dan menghargai antar umat
beragama. Sebagai bangsa yang beragama, tentunya masyarakat Indonesia harus
membina toleransi. Maksudnya, penganut agama yang mayoritas mesti menghargai
penganut agama yang minoritas; dan sebaliknya penganut agama yang minoritas harus
menghormati penganut agama yang mayoritas. Sehingga dengan toleransi ini
diharapkan dapat tercipta dan terbina kerukunan umat beragama dalam rangka
menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Toleransi kehidupan beragama di masyarakat Indonesia perlu ditingkatkan mengingat


ada enam agama yang diakui resmi oleh pemerintah, yaitu Islam, Kristen Protestan,
Kristen Katolik, Hindu, dan Budha, dan Kong Hu Chu. Suryana (2011: 133) menyatakan
bahawa kerukunan beragama tidak berarti merelatifkan agama-agama yang ada dengan
melebur kepada satu totalitas (sinkretisme agama) dengan menjadikan agama-agama

vi
yang ada itu sebagai unsur dari agama totalitas tersebut. Urgensi dari kerukunan adalah
mewujudkan kesatuan pandangan dan sikap guna melahirkan kesatuan perbuatan
dan tindakan serta tanggung jawab bersama sehingga tidak ada pihak yang
melepaskan diri dari tanggung jawab ataumenyalahkan pihak lain. Kerukunan
beragama berkaitan dengan toleransi, yakni istilah dalam konteks sosial, budaya, dan
agama yang berarti sikap dan perbuatan yang melarang adanya diskriminasi terhadap
kelompok-kelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam
suatu masyarakat. Contohnya toleransi beragama, yakni penganut mayoritas dalam
suatu masyarakat mengizinkan keberadaan agama-agama lainnya.

Oleh karena itu, untuk membina toleransi umat beragama, ada trilogi (tiga pandangan)
toleransi yang harus dijaga dan dipelihara secara baik oleh semua lapisan masyarakat,
yaitu:

Pertama, toleransi intern (di dalam) umat beragama. Tak dipungkiri, bahwa di dalam
satu agama pun terdapat perbedaan pendapat dan pemahaman. Misalnya dalam agama
Islam, terdapat beberapa perbedaan pemahaman dan pelaksanaan dalam ibadah.
Seperti dalam pelaksanaan shalat sunat tarawih pada bulan suci Ramadhan, ada
sebahagian umat Islam yang melaksanakan shalat tarawih dengan sebelas rakaat, dan
ada juga sebahagian lagi yang melaksanakannya dengan dua puluh tiga rakaat. Juga
dalam pelaksanaan shalat shubuh, ada sebahagian yang membaca qunut, ada juga
sebahagian lagi yang shalat shubuhnya tanpa membaca qunut. Adanya perbedaan ini,
karena perbedaan pemahaman terhadap hukum-hukum Islam. Sepanjang tidak
bertentangan dengan prinsip ajaran pokok agama Islam yang menyangkut rukun iman
dan rukun Islam, maka adanya perbedaan pemahaman dan pelaksanaan ibadah itu
dapat dibenarkan. Di sinilah perlunya saling memahami dan menghargai pemahaman
yang berbeda di dalam agama Islam sendiri. Jangan sampai dengan perbedaan ini, di
kalangan umat Islam sendiri terjadi gontok-gontokkan dan perpecahan.

Kedua, toleransi antar umat beragama. Sekalipun di antara kita berbeda agama dan
keyakinan, tetapi tetap saja kita harus saling menghargai dan menghormati perbedaan
tersebut. Kita selaku umat Islam misalnya, jangan sampai memaksakan keyakinan agama
kita kepada penganut agama lain. Begitu pula penganut agama Kristen Protestan,

vii
Katolik, Hindu, Budha, dan Konghucu jangan sampai memaksakan keyakinan mereka dan
menjelekkan keyakinan agama yang lain. Karena kalau hal ini dibiarkan terjadi, maka
akan rusaklah kerukunan antar umat beragama dan akan menimbulkan tindakan
kekerasan antar pemeluk-pemeluk agama yang berbeda. Untuk mengokohkan toleransi
antar umat beragama, dalam ajaran Islam pun dikembangkan yang namanya ukhuwwah,
yakni persaudaraan. Sehingga ada yang disebut dengan ukhuwwah basyariyyah, yakni
persaudaraan sesama manusia sebagai makhluk Tuhan yang diciptakan untuk menjadi
khalifah (pemimpin) di muka bumi ini. Ada juga yang disebut dengan ukhuwwah
wathaniyyah, yaitu persaudaraan sebangsa dan setanah air yang sama-sama diciptakan
sebagai bangsa Indonesia yang beragam bahasa, budaya, dan agama. Dalam Alquran
diungkapkan:
Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-
laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di
sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal” (QS. Al-Hujuraat [49]:13).

2.2 Toleransi antar Umat Seagama

Toleransi umat dalam satu agama, ini dapat dilakukan dengan cara saling menghargai
dan menghormati pengamalan-pengamalan yang didasari atas kebenaran
pemahamannya. Toleransi ini sering terjadi pada suatu agama pada batas-batas
tertentu, misalnya dalam permasalahan yang bersifat furu’iyah (selain akidah).

Toleransi internal umat seagama antar suatu aliran. Ini dapat dilakukan dengan cara
memberi ilmu pengetahuan pada masing-masing anggota-anggota suatu aliran pada
pemeluk suatu agama. Contohnya, memberi pengetahuan kepada pengikut aliran sunni,
syiah, khawarij, mu’tazilah, NU, Muhammadiyah dan sebagainya. Pengetahuan ini berisi
tentang pentingnya memahami ajaran-ajaran pada anggota aliran masing-masing dalam
suatu agama, untuk diamalkan sesuai dengan kepercayaan atas pemahaman ajaran
masing-masing. Ajaran ini berupa kerukunan antara penganut ajarannya dalam

viii
kehidupan di masyarakat, sebab Allah memberikan pengetahuan tentang ajaran
penghargaan terhadap penganut masing-masing aliran pada suatu agama.

Berikut ini adalah contoh perilaku kerukunan internal umat seagama.

1. Tidak saling menjelek-jelekan umat kelompok seagama


2. Saling mengingatkan dalam kebaikan
3. Tidak menyulut konflik sebuah perbedaan antar umat
4. Saling menjaga silahturahmi antar umat beragama
5. Menjalankan perintah dan menjauhi larangan agama
6. Menjalin hubungan baik dengan tetangga
7. Menjaga persaudaraan yang erat antar umat seagama
8. Tolong-menolong dalam kebaikan
9. Tidak bermusuhan antar umat
10. Tidak menghina antar umat
11. Gotong-royong dalam membangun tempat ibadah.
12. Mengadakan acara berbuka puasa bersama.
13. Saling memaafkan antar sesama
14. Menjaga toleransi antar sesama
15. Menghormati perbedaan pendapat
16. Mengajak untuk berbuat baik tanpa tindakan kekerasan
17. Menghadiri dan mengikuti kegiatan keagamaan
18. Tidak membeda-bedakan siapa ulamanya, selama mengajarkan kebaikan tetap hadir
19. Menghormati para ulama atau para pemuka agama
20. Menyelesaikan masalah dengan musyawarah.

ix
BAB III
PEMBAHASAN

Agama adalah aturan Tuhan Yang Maha Esa, yang mengandung nilai-nilai luhur, suci dan
luhur, yang dihayati dan diamalkan oleh pemeluknya masing-masing, merupakan faktor
penting yang mempengaruhi upaya bangsa Indonesia untuk mencapai pembangunan
nasional. Jika agama dan pemerintah memiliki toleransi, banyak hal positif yang bisa
diperoleh, karena semuanya membawa kesejahteraan bagi warga negara. Setiap agama
memiliki misi perdamaian, khususnya Islam, yang kita sebut rahmatan lil alamin. Satu
agama atau beberapa agama akan membentuk masyarakat ideal suatu negara.
Anggapan bahwa agama menjadi penghambat kemajuan negara sebenarnya sangat
salah. Tidak ada aturan yang mengarah pada hal-hal buruk.

Pengertian kerukunan adalah istilah yang penuh dengan kebaikan dan kedamaian. Pada
hakekatnya hidup bersama dalam masyarakat dengan hati yang bersatu dan sepakat
untuk tidak menimbulkan perselisihan dan pertengkaran (Depdikbud, 1985: 850).
Kerukunan bisa juga berarti proses menjadi harmonis, karena sebelumnya ada
ketidakharmonisan; serta kemampuan dan kemauan untuk hidup berdampingan secara
damai dan tenteram. Langkah-langkah untuk mencapai keselarasan ini membutuhkan
waktu dan dialog, saling keterbukaan, penerimaan dan penghargaan terhadap orang
lain, serta proses cinta kasih.

Kerukunan antarumat beragama berarti kerukunan dan kedamaian dalam dinamika


kehidupan beragama dalam segala aspek kehidupan, seperti peribadatan, toleransi, dan
kerja sama antarumat beragama. Manusia adalah makhluk sosial yang ditakdirkan oleh
Tuhan. Sebagai manusia sosial, manusia perlu bekerja sama dengan orang lain untuk
memenuhi kebutuhan material dan spiritualnya.

Ajaran Islam mendorong manusia untuk bekerja dan membantu manusia dalam
kebaikan (ta'awun). Dalam kehidupan bermasyarakat, umat Islam dapat bergaul dengan
siapa saja, tanpa membedakan ras, suku, dan agama. Selain itu, Islam mengajarkan
manusia untuk hidup seperti saudara, karena pada hakikatnya kita adalah saudara.

x
Persaudaraan atau ukhuwah adalah ajaran yang pada hakikatnya tidak berarti
persaudaraan antar umat Islam, tetapi cenderung berarti persaudaraan berdasarkan
ajaran Islam atau persaudaraan dalam Islam. Allah SWT berfirman: Manusia diciptakan
oleh Allah SWT dan memiliki identitas yang berbeda-beda sehingga dapat saling
memahami dan saling menguntungkan (Sura 49:13). 6

Untuk mengembangkan dan memelihara eksistensi masing-masing agama dan


keharmonisan antar umat beragama maka setiap agama memiliki tokoh agama yang
seharusnya berperan aktif melakukan berbagai kegiatan yang mendorong kearah
terciptanya kerukunan antar umat beragama setiap daerah.

Tiap-tiap umat diberi aturan dan jalan yang berbeda, padahal andai kata Allah
menghendaki, dia dapat menjadikan seluruh manusia tersatukan dalam kesatuan umat.
Allah SWT menciptakan perbedaan itu untuk memberi peluang berkompetisi secara
sehat dalam menggapai kebajikan, fastabiqul khairat (QS 5:48). Sabda Rasul, seluruh
manusia hendaknya menjadi saudara antara yang satu dengan yang lain, wakunu
ibadallahi ikhwana (Hadist Bukhari).

Dari ayat-ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa Al-Qur an dan hadist sekurang-
kurangnya memperkenalkan empat macam ukhuwah, yakni:
1. Ukhuwah ubudiyyah, ialah persaudaraan yang timbul dalam lingkup sesama makhluk
yang tunduk kepada Allah.
2. Ukhuwah insaniyyah atau basyariyyah, yakni persaudaraan karena samasama
memiliki kodrat sebagai manusia secara keseluruhan (persaudaraan antarmanusia, baik
itu seiman maupun berbeda keyakinan).
3. Ukhuwah wataniyyah wa an nasab, yakni persaudaraan yang didasari keterikatan
keturunan dan kebangsaan.
4. Ukhuwah diniyyah, yakni persaudaraan karena seiman atau seagama.

Esensi dari persaudaraan terletak pada bentuk perhatian, kepedulian, hubungan yang
akrab dan merasa senasib sepenanggungan. Nabi menggambarkan hubungan
persaudaraan dalam haditsnya yang artinya Seorang mukmin dengan mukmin yang lain

xi
seperti satu tubuh, apabila salah satu anggota tubuh terluka, maka seluruh tubuh akan
merasakan demamnya.
Ukhuwwah sendiri adalah persaudaraan yang berintikan kebersamaan dan kesatuan
antar sesama. Kebersamaan di kalangan muslim dikenal dengan istilah ukhuwwah
Islamiyah atau persaudaraan yang diikat oleh kesamaan aqidah.

Kerukunan antar umat beragama adalah suatu kondisi sosial ketika semua golongan
agama bisa hidup bersama tanpa mengurangi hak dasar masing-masing untuk
melaksanakan kewajiban agamanya. Masing-masing pemeluk agama yang baik haruslah
hidup rukun dan damai.

Karena itu kerukunan antar umat beragama Tidak bisa lahir dari sikap acuh tak acuh
terhadap hak keberagaman dan perasaan orang lain. Namun dalam hal ini, bukan berarti
kerukunan antar umat beragama memberi ruang bagi beberapa elemen dari agama
yang berbeda untuk bercampur, karena akan merusak nilai agama itu sendiri. Kerukunan
antar umat beragama juga dapat diartikan sebagai toleransi antar umat beragama. Dari
segi toleransi itu sendiri, pada dasarnya manusia harus berpikiran terbuka dan
menerima perbedaan antar umat beragama. Selain itu, masyarakat harus saling
menghormati, misalnya dalam hal peribadatan, tidak ada campur tangan antara
pemeluk agama yang satu dengan yang lainnya. Al-Qur'an dan As-Sunnah dengan jelas
menggambarkan kerukunan antara umat Islam dan pemeluk agama lain.

Hal yang tidak diperbolehkan adalah dalam masalah akidah dan ibadah, seperti
pelaksanaan sosial, puasa dan haji, tidak dibenarkan adanya toleransi, sesuai dengan
firman-nya dalam surat Al Kafirun: 6, yang artinya: Bagimu agamamu, bagiku agamaku.
Beberapa prinsip kerukunan antar umat beragama berdasar Hukum Islam :
1. Islam tidak membenarkan adanya paksaan dalam memeluk suatu agama (QS.Al-
Baqarah : 256).
2. Allah SWT tidak melarang orang Islam untuk berbuat baik,berlaku adil dan tidak
boleh memusuhi penganut agama lain,selama mereka tidak memusuhi,tidak
memerangi dan tidak mengusir orang Islam.(QS. Al- Mutahanah : 8).
3. Setiap pemeluk agama mempunyai kebebasan untuk mengamalkan syari'at
agamanya masing-masing (QS.Al-Baqarah :139).

xii
4. Islam mengharuskan berbuat baik dan menghormati hak-hak tetangga,tanpa
membedakan agama tetangga tersebut. Sikap menghormati terhadap tetangga
itu dihubungkan dengan iman kepada Allah SWT dan iman kepada hari akhir
(Hadis Nabi riwayat Muttafaq Alaih).
5. Barangsiapa membunuh orang mu'ahid, orang kafir yang mempunyai perjanjian
perdamaian dengan umat Islam, tidak akan mencium bau surga; padahal bau
surga itu telah tercium dari jarak perjalanan empat puluh tahun (Hadis Nabi dari
Abdullah bin 'Ash riwayat Bukhari). Tidaklah dibenarkan membunuh orang-
orang yg tetap menjaga perdamaian dengan orang Islam.

Kerukunan antar umat beragama sangat diperlukan dalam kehidupan seharihari. Dengan
adanya kerukunan antar umat beragama kehidupan akan damai dan hidup saling
berdampingan. Perlu di ingat satu hal bahwa kerukunan antar umat beragama bukan
berarti kita megikuti agama mereka bahkan menjalankan ajaran agama mereka. Untuk
itulah kerukunan hidup antar umat beragama harus kita jaga agar tidak terjadi konflik-
konflik antar umat beragama. Terutama di masyarakat Indonesia yang multikultural
dalam hal agama, kita harus bisa hidup dalam kedamaian, saling tolong menolong, dan
tidak saling bermusuhan agar agama bisa menjadi pemersatu bangsa Indonesia yang
secara tidak langsung memberikan stabilitas dan kemajuan negara.

Salah satu prasyarat terwujudnya masyarakat yang modern yang demokratis adalah
terwujudnya masyarakat yang menghargai kemajemukan (pluralitas) masyarakat dan
bangsa serta mewujudkannya. Untuk itulah kita harus saling menjaga kerukunan hidup
antar umat beragama. Sangatlah ironis apabila terjadi konflik yang disebabkan oleh
agama, padahal suatu agama pada dasarnya mengajarkan kepada para pemeluknya agar
hidup dalam kedamaian, saling tolong menolong dan juga saling menghormati. Supaya
agama bisa menjadi alat pemersatu bangsa, maka kemajemukan harus dikelola dengan
baik dan benar, maka diperlukan cara yang efektif yaitu dialog antar umat beragama
untuk permasalahan yang mengganjal antara masing-masing kelompok umat beragama.
Karena mungkin selama ini konflik yang timbul antara umat beragama terjadi karena
terputusnya jalinan informasi yang benar diantara pemeluk agama dari satu pihak ke
pihak lain sehingga timbul prasangka prasangka negatif.

xiii
Sudah tidak asing lagi di Indonesia kerap terjadi konflik keagamaan, disebabkan karna
perbedaan pendapat setiap orang atau kubu tertentu. Setiap agama memiliki cara
beribadah yang berbeda beda, perbedaan itu dipersatukan dengan Pancasila.

Akan tetapi seringkali masih terjadi konflik antar umat beragama, hal itu terjadi karena
kita kurang memahami nilai nilai yang terkandung dalam pancasila. Sebenarnya semua
itu adalah hal yang wajar, tinggal bagaimana cara kita menyikapi hal tersebut.

Peranan agama dalam kehidupan sehari hari itu sangatlah penting, supaya kita bisa
membatasi atau bahkan tidak melakukan hal hal yang dilarang oleh agama.

Dan peranan agama juga berpengaruh bagi masyarakat sekitar supaya tidak mucul rasa
mencurigai suatu agama tersebut dan hal itu dapat menumbuhkan kerukunan antar
umat beragama. Konflik antar umat beragama muncul sejak dulu. Konflik agama terjadi
karna perbedaan konsep yang dijalankan oleh pemeluk agama itu sendiri.
Munculnya penilaian satu kelompok dengan kelompok lainnya biasanya menjadi pemicu
konflik umat beragama, setiap orang boleh memiliki pendapat/penilaian sendiri tetapi
alangkah baiknya kita tidak memprovokasi atau terprovokasi oleh orang lain supaya
konflik dapat berkurang. Apabila kita merasa ingin mengetahui lebih dalam salah satu
agama, maka tanya lah pada pemimpin dari agama tersebut.

Istilah “konflik” secara etimologis berasal dari bahasa Latin “con” yang berarti bersama
dan “fligere” yang berarti benturan atau tabrakan.

Konflik artinya percekcokan, perselisihan dan pertentangan. Sedangkan konflik sosial


yaitu pertentangan antar anggota atau masyarakat yang bersifat menyeluruh di
kehidupan. Konflik yaitu proses pencapaian tujuan dengan cara melemahkan pihak
lawan, tanpa memperhatikan norma dan nilai yang berlaku.

Lalu apa itu konflik beragama? Kata agama dapat juga didefinisikan sebagai perangkat
nilai nilai atau norma norma ajaran moral spiritual kerohanian yang mendasari dan
membimbing hidup dan kehidupan manusia, baik sebagai individu maupun sebagai

xiv
masyarakat. Jadi bisa diartikan, konflik agama adalah suatu pertikaian antar agama baik
antar sesama agama, maupun dengan agama lain.

Berikut adalah upaya-upaya penyelesainnya :


1. Masyarakat harus mempunyai rasa kehormatan antara agama satu dengan yang
lain.
2. Masyarakat harus mempererat tali persahabatan dan berusaha mengenal lebih
jauh antara satu dengan yang lain.
3. Mempunyai kesadaran bahwa setiap agama yang dianut masyarakat membawa
misi kedamaian.
4. Masyarakat yang baru saja pindah ke daerah lain harus berbaur atau membaur
ke masyarakat sekitar.
5. Dalam masyarakat harus ada keadilan dan rasa ketidakadilan itu harus
dihilangkan agar tidak menimbulkan rasa kebencian.

xv
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
4.1.1 Toleransi beragama dapat diartikan sebagai sikap menenggang
terhadapajaran atau sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan
peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang
berhubungan denganpergaulan manusia dan manusia dan lingkungannya.

Toleransi umat beragama, berarti saling menghormati dan menghargai antar


umat beragama. Sebagai bangsa yang beragama, tentunya masyarakat
Indonesia harus membina toleransi

4.1.2 Toleransi antar umat seagama artinya yaitu kerukunan golongan yang
beragama sama tanpa memandang golongan,tanpa membedakan orang orang
yang seagama.

4.2 SARAN

Sebagai manusia yang memiliki agama dan juga sebagai umat muslim yang
memiliki dasar, sebaiknya kita bersikap baik kepada semua orang. Karna sikap saling
menghargai itu sangat di perlukan dakam menjalani tatanan kehidupan. Karna
sebaik-baiknya umat manusia adalah mereka yang bisa saling meghargai tanpa
harus memandang perbedaan.

Kepada para pemuka agama, hendaklah senantiasa berperan aktif dalam


melestarikan kerukunan umat beragama di masing-masing daerah

Kepada para pembaca dan umat beragama hendaklah memperluas wawasan


keilmuan, wawsan keagamaan dan wawasan kebangsaan sebagai dasar untuk
membangun kehidupan yang rukun dan harmonis.

xvi
DAFTAR PUSTAKA
https://bandungsiemapede.id/innocent/pentingnya-membina-toleransi-umat-
beragama/

http://digilib.uinsgd.ac.id/9359/4/4_BAB%20I.pdf

https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/5846/MAIN%20SUFANTI
%20BAB%20II.pdf?sequence=3&isAllowed=y

http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?
article=1724148&val=8299&title=TOLERANSI%20UMAT%20BERAGAMA%20ANTAR
%20PEMELUK%20SEAGAMA%20DALAM%20TINJAUAN%20TAFSIR%20IZWAJI
%20TOLERANCE%20OF%20RELIGIOUS%20PEOPLE%20-%20BETWEEN%20ADHERENTS
%20OF%20ONE%20RELIGION%20-%20IN%20THE%20REVIEW%20OF%20TAFZIR
%20IZWAJI

https://www.kompasiana.com/deskachaniago5266/5f35ef8fd541df6d491efeb2/
upaya-upaya-mengatasi-konflik-beragama?page=all

https://wartatanbu.co.id/20-perilaku-menjaga-kerukunan-internal-umat-seagama

xvii
1

Anda mungkin juga menyukai