Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA

KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA

Disusun oleh:

1. M0NALISA (231003451037)

2. NESA ARIANTI BUDIMAN (231003451006)

DOSEN PENGAMPU:

SUWARDI, S.Pd.I.,M.Pd.I.

AKUNTANSI

AKADEMI AKUNTANSI INDONESIA

UNIVERSITAS EKASAKTI

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun sampaikan kepada Allah SWT. Yang telah memberikan segala cinta
dan kasih sayang-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam semoga
tetap tercurah limpahkan kepada junjunan kita Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga, sahabat, sampai
kepada kita sebagai umatnya.

Makalah ini di ajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam,
dengan materi 'Sejarah Peradaban Islam. Makalah ini. disusun berdasarkan beberapa sumber.

Penyelesaian makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang penyusun rasakan sangat
membantu, baik moril maupun spiritual dalam penyelesaiannya. Oleh karena itu dengan segala
kerendahan hati penyusun mengucapkan terimakasih atas kerja sama dan do'a yang telah diberikan
kepada penyusun selama pembuatan makalah sehingga dapat terselesaikan.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. dan masih banyak kesalahan
serta kekurangannya. Oleh karena itu, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penyusun
harapkan.

Akhir kata penyusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca pada
umumnya dan khususnya bagi penyusun.

Padang, 20 Desember 2023

Kelompok 8
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………………………………….………………………….i

Bab I PENDAHULUAN……………………………………………………………………………………………………………………………ii

A. Latar Belakang……………………………………………………………………………………………………………………………….…1

B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………………………………………………………………….1

C. Tujuan………………………………………………………………………………………………………………………………………………1

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………………………………………………………………….1

A. Definisi Kerukunan……………………………………………………………………………………………………………………………1

B. Kerukunan Antar Umat Beragama…………………………………………………………………………………………………….2

C. Kendala-Kendala……………………………………………………………………………………………………………………………….2

a.Rendahnya Sikap Toleransi…………………………………………………………………………………………………………………2

b. Kepentingan Politik…………………………………………….……………………………………………………………………………..3

c. Sikap Fanatisme……………………………………………………………………………………………….………………………………..4

D. Solusi………….……………………………………………………………………………………………………………………………………..4

a. Dialog Antar Pemeluk Agama……………………………………………………………………………………………………………..4

b. Bersikap Optimis…………………………………………………………………………………………………………………………………5

E. Kebersamaan Ummat Beragama Dalam Kehidupan Sosial…………………………………………………………………..6

a. pandangan agama islam terhadap ummat non Islam…………………………………………………………………………..6

b. Tanggung jawab sosial ummat Islam……………………………………………………………………………………………………8

c. amar maruf dan nahi munkar………………………………………………………………………………………………………………8

F. Manfaat Kerukunan Antar Umat Beragama Menghindari Terjadinya Perpecahan……………………………….9

a. Menghindari terjadinya perpecahan……………………………………………………………………………………………………9

b. Memperkokoh Silaturahmi dan Menerima Perbedaan………………………………………………………………………10

BAB III ……….…………………………………………………………………………………………………………………………….……………10

KESIMPULAN…………………………………………………………………………………………………………………………………………11

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………………………………………………………………12
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kerukunan beragama di tengah keanekaragaman budaya merupakan aset dalam kehidupan


berbangsa dan bernegara di Indonesia. Dalam perjalanan sejarah bangsa, Pancasila telah teruji
sebagai alternatif yang paling tepat untuk mempersatukan masyarakat Indonesia yang sangat
majemuk di bawah suatu tatanan yang inklusif dan demokratis. Sayangnya wacana mengenai
Pancasila seolah lenyap seiring dengan berlangsungnya reformasi.

Berbagai macam kendala yang sering kita hadapi dalam mensukseskan kerukunan antar umat
beragama, dari luar maupun dalam negeri kita sendiri. Namun dengan kendala tersebut warga
Indonesia selalu optimis, bahwa dengan banyaknya agama yang ada di Indonesia, maka banyak
pula solusi untuk menghadapi kendala-kendala tersebut. Dari berbagai pihak telah sepakat untuk
mencapai tujuan kerukunan antar umat beragama di Indonesia seperti masyarakat dari berbagai
golongan, pemerintah, dan organisasi-organisasi agama yang banyak berperan aktif dalam
masyarakat.

Keharmonisan dalam komunikasi antar sesama penganut agama adalah tujuan dari kerukunan
beragama, agar terciptakan masyarakat yang bebas dari ancaman, kekerasan hingga konflik
agama.

B. Rumusan Masalah

a) Apa Definisi Kerukunan?

b) Bagaimana kerukunan antar umat beragama?

c) Apa saja kendala-kendalanya?

d) Bagaimana solusinya?

e) Bagaiman kebersamaan umat beragama dalam kehidupan sosial?

f) Apa saja manfaat kerukunan antar umat beragama?

C. Tujuan

Makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas Pendidikan Agama Islam dan untuk
menambah wawasan para pembaca tentang kerukunan antar umat beragama serta permasalahan
yang di hadapi.
BAB II

PEMBAHASAN

KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA

A. Definisi Kerukunan

Kerukunan adalah istilah yang dipenuhi oleh muatan makna "baik" dan "damai". Intinya,
hidup bersama dalam masyarakat dengan "kesatuan hati" dan "bersepakat" untuk tidak
menciptakan perselisihan dan pertengkaran (Depdikbud, 1985:850) Bila pemaknaan tersebut
dijadikan pegangan, maka "kerukunan" adalah sesuatu yang ideal dan didambakan oleh
masyarakat manusia. Kerukunan [dari ruku, bahasa Arab, artinya tiang atau tiang-tiang yang
menopang rumah; penopang yang memberi kedamain dan kesejahteraan kepada penghuninya]
secara luas bermakna adanya suasana persaudaraan dan kebersamaan antar semua orang
walaupun mereka berbeda secara suku, agama, ras, dan golongan.

Kerukunan juga bisa bermakna suatu proses untuk menjadi rukun karena sebelumnya ada
ketidakrukunan, serta kemampuan dan kemauan untuk hidup berdampingan dan bersama dengan
damai serta teriteram. Langkah-langkah untuk mencapai kerukunan seperti itu, memerlukan
proses waktu serta dialog, saling terbuka, menerima dan menghargai sesama, serta cinta-kasih.
Kerukunan antarumat beragama bermakna rukun dan damainya dinamika kehidupan umat
beragama dalam segala aspek kehidupan, seperti aspek ibadah, toleransi, dan kerja. sama
antarumat beragama.Manusia ditakdirkan Allah Sebagai makhluk social yang membutuhkan.
hubungan dan interaksi sosial dengan sesama manusia. Sebagai makhluk social, manusia
memerlukan kerja sama dengan orang lain dalam memenuhi kebutuhan. hidupnya, baik
kebutuhan material maupun spiritual. Ajaran Islam menganjurkan manusia untuk bekerja sama
dan tolong menolong (ta'awun) dengan sesama manusia dalam hal kebaikan. Dalam kehidupan
sosial kemasyarakatan umat Islam dapat berhubungan dengan siapa saja tanpa batasan ras,
bangsa, dan agama.

B. Kerukunan Antar Umat Beragama

Kerukunan antar umat beragama adalah suatu kondisi sosial ketika semua golongan agama
bisa hidup bersama tanpa menguarangi hak dasar masing-masing untuk melaksanakan kewajiban
agamanya. Masing-masing pemeluk agama yang baik haruslah hidup rukun dan damai. Karena
itu kerukunan antar umat beragama tidak mungkin akan lahir dari sikap fanatisme buta dan sikap
tidak peduli atas hak keberagaman dan perasaan orang lain. Tetapi dalam hal ini tidak diartikan
bahwa kerukunan hidup antar umat beragama member ruang untuk mencampurkan unsur-unsur
tertentu dari agama yang berbeda, sebab hal tersebut akan merusak nilai agama itu sendiri.

Menurut Muhammad Maftuh Basyuni dalam seminar kerukunan antar umat beragama
tanggal 31 Desember 2008 di Departemen Agama, mengatakan bahwa kerukunan umat
beragama merupakan pilar kerukunan nasional adalah sesuatu yang dinamis, karena itu harus
dipelihara terus dari waktu ke waktu. Kerukunan hidup antar umat beragama sendiri berarti
keadaan hubungan sesama umat beragama yang dilandasi toleransi, saling pengertian,
menghargai kesetaraan dalam pengamalan ajaran agamanya dan kerja sama dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Kerukunan antar umat beragama itu sendiri juga bias diartikan dengan toleransi antar umat
beragama. Dalam toleransi itu sendiri pada dasamya masyarakat harus bersikap lapang dada dan
menerima perbedaan antar umat beragama. Selain itu masyarakat juga harus saling menghormati
satu sama lainnya misalnya dalam hal beribadah, antar pemeluk agama yang satu dengan lainnya
tidak saling mengganggu. Departemen agama juga menjadikan kerukunan antar umat beragama
sebagai tujuan pembangunan nasional bangsa Indonesia.

Untuk itulah kerukunan hidup antar umat beragama harus kita jaga agar tidak terjadi
konflik-konflik antar umat beragama. Terutama di masyarakat Indonesia yang multikultural
dalam hal agama, kita harus bisa hidup dalam kedamaian, saling tolong menolong, dan tidak
saling bermusuhan agar agama bisa menjadi pemersatu bangsa Indonesia yang secara tidak
langsung memberikan. stabilitas dan kemajuan negara.

C. Kendala-Kendala

a. Rendahnya Sikap Toleransi

Menurut Dr. Ali Masrur. M.Ag. salah satu masalah dalam komunikasi antar agama sekarang
ini, khususnya di Indonesia, adalah munculnya sikap toleransi malas-malasan (lazy tolerance)
sebagaimana diungkapkan P. Knitter. Sikap ini muncul sebagai akibat dari pola perjumpaan tak
langsung (indirect encounter) antar agama, khususnya menyangkut persoalan teologi yang
sensitif. Sehingga kalangan umat beragama merasa enggan mendiskusikan masalah- masalah
keimanan. Tentu saja, dialog yang lebih mendalam tidak terjadi, karena baik pihak yang berbeda
keyakinan agama sama-sama menjaga jarak satu sama lain.

Masing-masing agama mengakui kebenaran agama lain, tetapi kemudian membiarkan satu
sama lain bertindak dengan cara yang memuaskan masing- masing pihak. Yang terjadi hanyalah
perjumpaan tak langsung, bukan perjumpaan sesungguhnya. Sehingga dapat menimbulkan sikap
kecurigaan diantara beberapa pihak yang berbeda agama, maka akan timbullah yang dinamakan
konflik.

b. Kepentingan Politik
Faktor Politik, Faktor ini terkadang menjadi faktor penting sebagai kendala dalam mncapai
tujuan sebuah kerukunan antar umat beragama khususnya di Indonesia, jika bukan yang paling
penting di antara faktor-faktor lainnya. Bisa saja sebuah kerukunan antar agama telah dibangun
dengan bersusah payah selama bertahun-tahun atau mungkin berpuluh-puluh tahun, dan dengan
demikian kita pun hampir memetik buahnya.

Namun tiba-tiba saja muncul kekacauan politik yang ikut memengaruhi hubungan
antaragama dan bahkan memorak-porandakannya seolah petir menyambar yang dengan
mudahnya merontokkan "bangunan dialog" yang sedang kita selesaikan. Seperti yang sedang
terjadi di negeri kita saat ini, kita tidak hanya menangis melihat political upheavels di negeri ini,
tetapi lebih dari itu yang mengalir bukan lagi air mata, tetapi darah: darah saudara-saudara kita,
yang

mudah-mudahan diterima di sisi-Nya. Tanpa politik kita tidak bisa hidup secara tertib teratur dan
bahkan tidak mampu membangun sebuah negara, tetapi dengan alasan politik juga kita seringkali
menunggangi agama dan memanfaatkannya.

c. Sikap Fanatisme

Di kalangan Islam, pemahaman agama secara eksklusif juga ada dan berkembang. Bahkan
akhir-akhir ini, di Indonesia telah tumbuh dan berkembang pemahaman keagamaan yang dapat
dikategorikan sebagai Islam radikal dan fundamentalis, yakni pemahaman keagamaan yang
menekankan praktik keagamaan tanpa melihat bagaimana sebuah ajaran agama seharusnya.
diadaptasikan dengan situasi dan kondisi masyarakat. Mereka masih berpandangan bahwa Islam
adalah satu-satunya agama yang benar dan dapat menjamin keselamatan menusia. Jika orang
ingin selamat, ia harus memeluk Islam. Segala perbuatan orang-orang non-Muslim, menurut
perspektif aliran ini, tidak dapat diterima di sisi Allah.

Pandangan-pandangan semacam ini tidak mudah dikikis karena masing- masing sekte atau
aliran dalam agama tertentu, Islam misalnya, juga memiliki agen-agen dan para pemimpinnya
sendiri-sendiri. Islam tidak bergerak dari satu komando dan satu pemimpin. Ada banyak aliran
dan ada banyak pemimpin agama dalam Islam yang antara satu sama lain memiliki pandangan
yang berbeda-beda tentang agamanya dan terkadang bertentangan. Tentu saja, dalam agama
Kristen juga ada kelompok eksklusif seperti ini. Kelompok Evangelis, misalnya, berpendapat
bahwa tujuan utama gereja adalah mengajak mereka yang percaya untuk meningkatkan
keimanan dan mereka yang berada "di luar" untuk masuk dan bergabung. Bagi kelompok ini,
hanya mereka yang bergabung dengan gereja yang akan dianugerahi salvation atau keselamatan
abadi. Dengan saling mengandalkan pandangan-pandangan setiap sekte dalam agama teersebut,
maka timbullah sikap fanatisme yang berlebihan.Dari uraian diatas, sangat jelas sekali bahwa
ketiga faktor tersebut adalah akar dari permasalahan yang menyebabkan konflik sekejap maupun
berkepanjangan.
D. Solusi

a. Dialog Antar Pemeluk Agama

Sejarah perjumpaan agama-agama yang menggunakan kerangka politik secara tipikal hampir
keseluruhannya dipenuhi pergumulan, konflik dan pertarungan. Karena itulah dalam
perkembangan ilmu sejarah dalam beberapa dasawarsa terakhir, sejarah yang berpusat pada
politik yang kemudian disebut sebagai "sejarah konvensional" dikembangkan dengan mencakup
bidang-bidang kehidupan sosial-budaya lainnya, sehingga memunculkan apa yang disebut
sebagai "sejarah baru" (new history). Sejarah model mutakhir ini lazim disebut sebagai "sejarah
sosial" (social history) sebagai bandingan dari "sejarah politik" (political history). Penerapan
sejarah sosial dalam perjumpaan Kristen dan Islam di Indonesia akan sangat relevan, karena ia
akan dapat mengungkapkan sisi-sisi lain hubungan para penganut kedua agama ini di luar bidang
politik, yang sangat boleh jadi berlangsung dalam saling pengertian dan kedamaian, yang pada
gilirannya mewujudkan kehidupan bersama secara damai (peaceful co-existence) di antara para
pemeluk agama yang berbeda.

Hampir bisa dipastikan, perjumpaan Kristen dan Islam (dan juga agama agama lain) akan
terus meningkat di masa-masa datang. Sejalan dengan peningkatan globalisasi, revolusi
teknologi komunikasi dan transportasi, kita akan menyaksikan gelombang perjumpaan agama-
agama dalam skala intensitas yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Dengan begitu, hampir tidak
ada lagi suatu komunitas umat beragama yang bisa hidup eksklusif, terpisah dari lingkungan.
komunitas umat-umat beragama lainnya. Satu contoh kasus dapat diambil: seperti dengan
meyakinkan dibuktikan Eck (2002), Amerika Serikat, yang mungkin oleh sebagian orang
dipandang sebagai sebuah "negara Kristen," telah berubah menjadi negara yang secara
keagamaan paling beragam. Saya kira, Indonesia, dalam batas tertentu, juga mengalami
kecenderungan yang sama. Dalam pandangan saya, sebagian besar perjumpaan di antara agama-
agama itu. khususnya agama yang mengalami konflik, bersifat damai. Dalam waktu-
waktutertentu ketika terjadi perubahan-perubahan politik dan sosial yang cepat, yang
memunculkan krisis pertikaian dan konflik sangat boleh jadi meningkat intensitasnya. Tetapi hal
ini seyogyanya tidak mengaburkan perspektif kita, bahwa kedamaian lebih sering menjadi
feature utama. Kedamaian dalam perjumpaan itu, hemat saya, banyak bersumber dari pertukaran
(exchanges) dalam lapangan sosio- kultural atau bidang-bidang yang secara longgar dapat
disebut sebagai "non- agama."

Bahkan terjadi juga pertukaran yang semakin intensif menyangkut gagasan-gagasan


keagamaan melalui dialog-dialog antaragama dan kemanusiaan. baik pada tingkat domestik di
Indonesia maupun pada tingkat internasional; ini jelas memperkuat perjumpaan secara damai
tersebut. Melalui berbagai pertukaran semacam ini terjadi penguatan saling pengertian dan, pada
gilirannya, kehidupan berdampingan secara damai.
b. Bersikap Optimis

Walaupun berbagai hambatan menghadang jalan kita untuk menuju sikap terbuka, saling
pengertian dan saling menghargai antaragama, saya kira kita tidak perlu bersikap pesimis.
Sebaliknya, kita perlu dan seharusnya mengembangkan optimisme dalam menghadapi dan
menyongsong masa depan dialog. Paling tidak ada tiga hal yang dapat membuat kita bersikap
optimis.

Pertama, pada beberapa dekade terakhir ini studi agama-agama, termasuk juga dialog
antaragama, semakin merebak dan berkembang di berbagai universitas, baik di dalam maupun di
luar negeri. Selain di berbagai perguruan tinggi agama, IAIN dan Seminari misalnya, di
universitas umum seperti Universitas Gajah Mada, juga telah didirikan Pusat Studi Agama-
agama dan Lintas Budaya. Meskipun baru seumur jagung, hal itu bisa menjadi pertanda dan
sekaligus harapan bagi pengembangan paham keagamaan yang lebih toleran dan pada akhirnya
lebih manusiawi. Juga bermunculan lembaga-lembaga kajian agama, seperti Interfidei dan
FKBA di Yogyakarta, yang memberikan sumbangandalam menumbuhkembangkan paham
pluralisme agama dan kerukunan antarpenganutnya.

Kedua, para pemimpin masing-masing agama semakin sadar akan perlunya perspektif baru
dalam melihat hubungan antar-agama. Mereka seringkali mengadakan pertemuan, baik secara
reguler maupun insidentil untuk menjalin hubungan yang lebih erat dan memecahkan berbagai
problem keagamaan yang tengah dihadapi bangsa kita dewasa ini. Kesadaran semacam ini
seharusnya tidak hanya dimiliki oleh para pemimpin agama, tetapi juga oleh para penganut
agama sampai ke akar rumput sehingga tidak terjadi jurang pemisah antara pemimpin agama dan
umat atau jemaatnya. Kita lebih mementingkan bangunan-bangunan fisik peribadatan dan
menambah kuantitas pengikut, tetapi kurang menekankan kedalaman (intensity) keberagamaan
serta kualitas mereka dalam memahami dan mengamalkan ajaran agama.

Ketiga, masyarakat kita sebenarnya semakin dewasa dalam menanggapi isu-isu atau
provokasi-provokasi. Mereka tidak lagi mudah disulut dan diadu- domba serta dimanfaatkan,
baik oleh pribadi maupun kelompok derni target dan tujuan politik tertentu. Meskipun berkali-
kali masjid dan gereja diledakkan, tetapi semakin teruji bahwa masyarakat kita sudah bisa
membedakan mana wilayah agama dan mana wilayah politik. Ini merupakan ujian bagi agama
autentik (authentic religion) dan penganutnya. Adalah tugas kita bersama, yakni pemerintah, para
pemimpin agama, dan masyarakat untuk mengingatkan para aktor politik di negeri kita untuk
tidak memakai agama sebagai instrumen politik dan tidak lagi menebar teror untuk mengadu
domba antarpenganut agama.

Jika tiga hal ini bisa dikembangkan dan kemudian diwariskan kepada generasi selanjutnya, maka
setidaknya kita para pemeluk agama masih mempunyai harapan untuk dapat berkomunikasi
dengan baik dan pada gilirannya bisa hidup berdampingan lebih sebagai kawan dan mitra
daripada sebagai lawan.

E. Kebersamaan Ummat Beragama Dalam Kehidupan Sosial

a. pandangan agama islam terhadap ummat non Islam

Dari segi kaidah, setiap orang yang tidak mau menerima islam sebagai agamanya di sebut kafir
atau non islam. Kata kafir berarti orang yang menolak, yang tidak mau menerima atau menolak
menaati aturan allah yang diwujudkan kepada manusia melalui ajaran islam.

Ketika rasulullah mulai menyampaikan ajaran islam kepada masyarakat arab, sebagian dari
mereka ada yang mau menerima ajaran tersebut dan sebagianya lagi menolak orang yang
yumenolak ajakan rasulullah saw tersebut di sebut juga kafir. Mereka terdiri dari orang orang
musrik yang menyembah berhala di sebut orang watsani, dan orang orang ahli kitab baik orang
yahudi maupun orang nasrani.

b. Tanggung jawab sosial ummat Islam.

Ummat islam adalah umat yang terbaik yang diciptakan allah dalam. kehidupan ini. Bentuk
tanggung jawab sosial ummat islam meliputi berbagai aspek kehidupan, di antaranya adalah:

1. Menjalin silaturahmi dengan tetangga dalam sebuah hadis rasulullah menjadikan sebuah
kebaikan seseorang kepada tetangganya menjadi salah satu indicator keimanan

2. Memberikan infak sebagian dari harta yang dimiliki, baik yang wajib dalm bentuk zakat
maupun yang sunnah dalam bentuk sedekah.

3. Menjenguk bila ada anggota masyarakat yang sakit dan ta'ziyah bila ada anggota masyarakat
yang meninggal dengan mengantar jenazahnya sampai di kuburnya.

4. Memberi bantuan kepada masyarakat bila ada yang memerlukan bantuan 5. Penyusunan
system sosial yang efektif dan efesien untuk membangunmasyarakat, baik mental spiritual
maupun fisik materialnya.

C. amar ma'ruf dan nahi munkar

Amar ma'ruf dan nahi munkar adalah memerintahkan orang lain untuk berbuat baik dan
mencegah perbuatan jahat. Disamping system dan saran pendukung, amar ma'ruf dan nahi
munkar memerlukan juga kebijakan dalam bertindak. Karna itu rasulullah memberikan tiga
tingkatan yaitu:

1. Menggunakan tangan atau tenaga semampunya,

2. Menggunakan lisan, dan


3. Dalam hati ketika langkah pertama dan kedua tidak memungkinkan.

Bentuk amar ma'ruf dan nahi munkar yang bersistem diantaranya adalah:

1. Mendirikan mesjid

2. Menyelenggarakan pengajian

3. Mendirikan lembaga wakaf

4. Mendirikan lembaga pendidikan islam

5. Mendirikan lembaga keuangan atau perbangkan syariah

6. Mendirikan media massa islam, Koran, radio, tv dan lain lain.

7. Mendirikan panti rehabilitasi anak anak nakal

8. Mendirikan pesantren

9. Menyelenggarakan kajian-kajian islam

10. Membuat jaringan informasi social

F. Manfaat Kerukunan Antar Umat Beragama

Umat Beragama Diharapkan Perkuat Kerukunan Jika agama dapat dikembangkan sebagai
faktor pemersatu maka ia akan memberikan stabilitas dan kemajuan pada Negara.Menteri Agama
Muhammad Maftuh Basyuni berharap dialog antar-umat beragama dapat memperkuat kerukunan
beragama dan menjadikan agama sebagai faktor pemersatu dalam kehidupan berbangsa.

Beberapa manfaat yang dapat kita peroleh dari kebersamaan umat beragama dengan sikap
toleransi antara lain:

a. Menghindari Terjadinya Perpecahan.

Kebersamaan dengan mengabadikan sikap toleransi merupakan solusi agar tidak terjadi
perpecahan dalam mengamalkan agama. Sikap bertoleransi harus menjadi suatu kesadaran
pribadi yang selalu dibiasakan dalam wujud interaksi sosial. Toleransi dalam kehidupan
beragama menjadi sangat mutlak adanya dengan eksisnya berbagai agama samawi maupun
agama ardli dalam kehidupan umat manusia ini.

Dalam kaitanya ini Allah telah mengingatkan kepada umat manusia dengan pesan yang bersifat
universal, berikut firman Allah SWT: "Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama)
Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika
kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu
menjadilah kamu Karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara, dan kamu Telah berada di
tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah
menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk." (Al-Imran: 103)

b. Memperkokkoh Silaturahmi dan Menerima Perbedaan Salah satu wujud dari toleransi hidup
beragama adalah menjalin dan memperkokoh tali silaturahmi antarumat beragama dan menjaga
hubungan yang baik dengan manusia lainnya. Pada umumnya, manusia tidak dapat menerima
perbedaan antara sesamanya, perbedaan dijadikan alasan untuk bertentangan satu sama lainnya.
Perbedaan agama merupakan salah satu faktor penyebab utama adanya konflik antar sesama
manusia.

Merajut hubungan damai antar penganut agama hanya bisa dimungkinkan jika masing-masing
pihak menghargai pihak lain. Mengembangkan sikap toleransi beragama, bahwa setiap penganut
agama boleh menjalankan ajaran dan ritual agamanya dengan bebas dan tanpa tekanan. Oleh
karena itu, hendaknya toleransi beragama kita jadikan kekuatan untuk memperkokoh silaturahmi
dan menerima adanya perbedaan. Dengan ini, akan terwujud perdamaian, ketentraman, dan
kesejahteraan.

Jadi dalam kehidupan sosial, kebersamaan sangat diperlukan antar umat beragama, karena
akan memberikan dampak positif baik pada diri kita maupun lingkungan.

Memberikan rasa kebersamaan yang tinggi dan kasih sayang antar sesama manusia semakin
terasa bahwa kita adalah makhluk Tuhan yang harus saling menjaga satu sama lain.

Dengan begitu peselisihan, pertengkaran, permusuhan, tak aka nada lagi jika kita selalu menjaga
kebersamaan dalam kehidupan sosial dan lain sebagainya.

BAB III

KESIMPULAN
Dari pembahasan dalam makalah ini, dapat kami simpulkan berbagai macam bahasan
mengenai kerukunan antar umat beragama, yaitu: Kendala- kendala yang dihadapi dalam
mencapai kerukunan umat antar beragama ada beberapa sebab, antara lain;

1. Rendahnya Sikap Toleransi

2. Kepentingan Politik dan

3. Sikap Fanatisme

Adapun solusi untuk menghadapinya, adalah dengan melakukan Dialog Antar Pemeluk
Agama dan menanamkan Sikap Optimis terhadap tujuan untuk mencapai kerukunan antar umat
beragama.

DAFTAR PUSTAKA

http://putriadri.blogspot.com/2013/04/makalah-agama-tentang-kerukunan- antar.html
http://www.tugasku4u.com/2013/02/makalah-kerukunan-antar-summat- beragama.html

http://karanindah.blogspot.com/2012/12/manfaat-kebersamaan-antar-umat- beragama.html

Anda mungkin juga menyukai