Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA”


diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah seminar PAI
Dosen Pengampu : Bapak Irfan Nawawi, M. Si

Disusun Oleh :
Neriza Septiana : 20546012
Puspa Puspita sari : 20546014
Silvia Nur Sabrina : 20546017

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS ILMU TERAPAN DAN SAINS
INSTITUT PENDIDIKAN INDONESIA
GARUT
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun sampaikan kepda Allah SWT. Yang telah memberikan
segala citra dan kasih sayang-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini.
Shalawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada junjunan kita Nabi Beasr
Muhammad SAW, keluarga, sahabat, sampai kepada kita sebagai umatnya.
Makalah ini di ajukan memenuhi salah satu tugas mata kuliah Seminar PAI, dengan
materi “Kerukunan Antar Umat Beragama” makalah ini disusun berdasarkan beberapa
sumber.
Penyelesaian makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang penyusun
rasakan sangat membantu, baik moril maupun spiritual dalam penyelesaiannya. Oleh karena
itu dengan segala kerendahan hati penyusun mengucapkan terimakasih atas kerja sama dan
do'a yang telah diberikan kepada penyusun selama pembuatan makalah sehingga dapat
terselesaikan.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih
banyak kesalahan serta kekurangannya. Oleh karena itu, saran dan kritik yang sifatnya
membangun sangat penyusun harapkan.
Akhir kata penyusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca pada umumnya dan khususnya bagi penyusun.

Garut, Maret 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................................1
C. Tujuan....................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Kerukunan...............................................................................................................2
B. Kerukunan Antar Umat Beragama........................................................................................2
C. Jenis-jenis Kerukunan...........................................................................................................3
D. Kendala Terjadinya Kerukunan Antar Umat Beragama.......................................................3
E Cara Mengatasi Masalah Kerukunan Antar Umat Beragama...............................................5
F. Kebersamaan Umat Beragama Dalam Kehidupan Sosial.....................................................6
G. Manfaat Kerukunan Antar Umat Beragama.........................................................................7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................................................9
B. Saran.....................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kerukunan beragama di tengah keanekaragaman budaya merupakan aset
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Dalam perjalanan sejarah
bangsa, Pancasila telah teruji sebagai alternatif yang paling tepat untuk
mempersatukan masyarakat Indonesia yang sangat majemuk di bawah suatu tatanan
yang inklusif dan demokratis. Sayangnya wacana mengenai Pancasila seolah lenyap
seiring dengan berlangsungnya reformasi.
Berbagai macam kendala yang sering kita hadapi dalam mensukseskan
kerukunan antar umat beragama, dari luar maupun dalam negeri kita sendiri. Namun
dengan kendala tersebut warga Indonesia selalu optimis, bahwa dengan banyaknya
agama yang ada di Indonesia, maka banyak pula solusi untuk menghadapi kendala-
kendala tersebut. Dari berbagai pihak telah sepakat untuk mencapai tujuan kerukunan
antar umat beragama di Indonesia seperti masyarakat dari berbagai golongan,
pemerintah, dan organisasi-organisasi agama yang banyak berperan aktif dalam
masyarakat.
Keharmonisan dalam komunikasi antar sesama penganut agama adalah tujuan
dari kerukunan beragama, agar terciptakan masyarakat yang bebas dari ancaman,
kekerasan hingga konflik agama.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi Kerukunan?
2. Bagaimana kerukunan antar umat beragama?
3. Apa saja jenis-jenis kerukunan ?
4. Apa yang menjadi kendala terjadinya kerukunan antar umat beragama?
5. Bagaimana cara mengatasi masalah kerukunan antar umat beragama?
6. Bagaiman kebersamaan umat beragama dalam kehidupan sosial?
7. Apa saja manfaat kerukunan antar umat beragama?

C. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui
1. Untuk mengetahui definisi kerukunan
2. Untuk mengetahui kerukunan antar umat beragama
3. Untuk mengetahui jenis-jenis kerukunan
4. Untuk mengetahui kendala terjadinya kerukunan antar umat beragama
5. Untuk mengetahui cara mengatasi masalah kerukunan antar umat beragama
6. Untuk mengetahui kebersamaan umat beragama dalam kehidupan sosial
7. Untuk mengetahui manfaat kerukunan antar umat beragama
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Kerukunan
Kerukunan adalah istilah yang dipenuhi oleh muatan makna "baik" dan
"damai". Intinya, hidup bersama dalam masyarakat dengan "kesatuan hati" dan
"bersepakat" untuk tidak menciptakan perselisihan dan pertengkaran (Depdikbud,
1985:850) Bila pemaknaan tersebut dijadikan pegangan, maka "kerukunan" adalah
sesuatu yang ideal dan didambakan oleh masyarakat manusia. Kerukunan [dari ruku,
bahasa Arab, artinya tiang atau tiang-tiang yang menopang rumah; penopang yang
memberi kedamain dan kesejahteraan kepada penghuninya] secara luas bermakna
adanya suasana persaudaraan dan kebersamaan antar semua orang walaupun mereka
berbeda secara suku, agama, ras, dan golongan.
Kerukunan juga bisa bermakna suatu proses untuk menjadi rukun karena
sebelumnya ada ketidakrukunan; serta kemampuan dan kemauan untuk hidup
berdampingan dan bersama dengan damai serta tenteram. Langkah-langkah untuk
mencapai kerukunan seperti itu, memerlukan proses waktu serta dialog, saling
terbuka, menerima dan menghargai sesama, serta cinta-kasih. Kerukunan antarumat
beragama bermakna rukun dan damainya dinamika kehidupan umat beragama dalam
segala aspek kehidupan, seperti aspek ibadah, toleransi, dan kerja sama antarumat
beragama.
Manusia ditakdirkan Allah Sebagai makhluk social yang membutuhkan
hubungan dan interaksi sosial dengan sesama manusia. Sebagai makhluk social,
manusia memerlukan kerja sama dengan orang lain dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya, baik kebutuhan material maupun spiritual. Ajaran Islam menganjurkan
manusia untuk bekerja sama dan tolong menolong (ta'awun) dengan sesama manusia
dalam hal kebaikan. Dalam kehidupan sosial kemasyarakatan umat Islam dapat
berhubungan dengan siapa saja tanpa batasan ras, bangsa, dan agama.

B. Kerukunan Antar Umat Beragama


Kerukunan antar umat beragama adalah suatu kondisi sosial ketika semua
golongan agama bisa hidup bersama tanpa menguarangi hak dasar masing-masing
untuk melaksanakan kewajiban agamanya. Masing-masing pemeluk agama yang baik
haruslah hidup rukun dan damai. Karena itu kerukunan antar umat beragama tidak
mungkin akan lahir dari sikap fanatisme buta dan sikap tidak peduli atas hak
keberagaman dan perasaan orang lain. Tetapi dalam hal ini tidak diartikan bahwa
kerukunan hidup antar umat beragama memberi ruang untuk mencampurkan unsur-
unsur tertentu dari agama yang berbeda , sebab hal tersebut akan merusak nilai agama
itu sendiri. Menurut Muhammad Maftuh Basyuni dalam seminar kerukunan antar
umat beragama tanggal 31 Desember 2008 di Departemen Agama, mengatakan
bahwa kerukunan umat beragama merupakan pilar kerukunan nasional adalah sesuatu
yang dinamis, karena itu harus dipelihara terus dari waktu ke waktu. Kerukunan hidup
antar umat beragama sendiri berarti keadaan hubungan sesama umat beragama yang
dilandasi toleransi, saling pengertian, menghargai kesetaraan dalam pengamalan
ajaran agamanya dan kerja sama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
Kerukunan antar umat beragama itu sendiri juga bias diartikan dengan
toleransi antar umat beragama. Dalam toleransi itu sendiri pada dasamya masyarakat
harus bersikap lapang dada dan menerima perbedaan antar umat beragama. Selain itu
masyarakat juga harus saling menghormati satu sama lainnya misalnya dalam hal
beribadah, antar pemeluk agama yang satu dengan lainnya tidak saling mengganggu.
Departemen agama juga menjadikan kerukunan antar umat beragama sebagai tujuan
pembangunan nasional bangsa Indonesia.
Untuk itulah kerukunan hidup antar umat beragama harus kita jaga agar tidak
terjadi konfliktonflik antar umat beragama. Terutama di masyarakat Indonesia yang
multikultural dalam hal agama, kita harus bisa hidup dalam kedamaian, saling tolong
menolong, dan tidak saling bermusuhan agar agama bisa menjadi pemersatu bangsa
Indonesia yang secara tidak langsung memberikan stabilitas dan kemajuan negara.

C. Jenis-jenis Kerukunan
1. Kerukunan antar pemeluk agama yang sama, yaitu suatu bentuk kerukunan yang
terjalin antar masyarakat penganut satu agama. Misalnya, kerukunan sesama
orang Islam atau kerukunan sesama penganut Kristen. Kerukunan antar pemeluk
agama yang sama juga harus dijaga agar tidak terjadi perpecahan, walaupun
sebenarnya dalam hal ini sangat minim sekali terjadi konflik.
2. Kerukunan antar umat beragama lain, yaitu suatu bentuk kerukunan yang terjalin
antar masyarakat yang memeluk agama berbeda-beda. Misalnya, kerukunan antar
umat Islam dan Kristen, antara pemeluk agama Kristen dan Budha, atau
kerukunan yang dilakukan oleh semua agama. Kerukunan antar umat beragama
lain ini cukup sulit untuk dijaga. Seringkali terjadi konflik antar pemeluk agama
yang berbeda.

D. Kendala Terjadinya Kerukunan Antar Umat Beragama


1. Rendahnya Sikap Toleransi
Toleransi mengandung arti sikap saling menghargai, sikap yang pro
kerukunan dan kontra pada perpecahan. Toleransi terhadap agama – agama bukan
berarti manyakini, apalagi mengikuti ajaran agama – agama tersebut. Hal tersebut
dikarenakan tiap agama mempunyai pegangan dan keyakinan masing-masing.
Masing-masing pihak tidak usah saling memaksa untuk mengikuti kehendak
masing-masing. Pada pada era modern ini masyarakat belum sepenuhnya
pemikirannya ikut modern dengan lebih bisa menghargai perbedaan. Sebagian
orang menganggap bahwa agama adalah urusan pribadi dengan Tuhannya.
Namun, kesalahpahaman sering terjadi disini. Yaitu bahwa masyarakat
menganggap bentuk toleransi yang sebisanya di aplikasikan yaitu dengan sikap
cuek atau acuh tak acuh, seperti yang tidak mau tahu. Sikap seperti ini menurut
beberapa ahli mengarah pada sikap toleransi malas-malasan.
Menurut Dr. Ali Masrur, M.Ag, salah satu masalah dalam komunikasi
antar agama sekarang ini, khususnya di Indonesia, adalah munculnya sikap
toleransi malas malasan (lazy tolerance) sebagaimana diungkapkan P. Knitter.
Sikap ini muncul sebagai akibat dari pola perjumpaan tak langsung (indirect
encounter) antar agama, khususnya menyangkut persoalan teologi yang sensitif.
Sehingga kalangan umat beragama merasa enggan mendiskusikan masalah-
masalah keimanan. Tentu saja, dialog yang lebih mendalam tidak terjadi, karena
baik pihak yang berbeda keyakinan/agama sama-sama menjaga jarak satu sama
lain.
Masing-masing agama mengakui kebenaran agama lain, tetapi kemudian
membiarkan satu sama lain bertindak dengan cara yang memuaskan masing-
masing pihak. Yang terjadi hanyalah perjumpaan tak langsung, bukan perjumpaan
sesungguhnya. Sehingga dapat menimbulkan sikap kecurigaan diantara beberapa
pihak yang berbeda agama, maka akan timbullah yang dinamakan konflik.
2. Kepentingan Politik
Faktor Politik. Faktor ini terkadang menjadi faktor penting sebagai kendala
dalam mncapai tujuan sebuah kerukunan antar umat beragama khususnya di
Indonesia, jika bukan yang paling penting di antara faktor-faktor lainnya. Bisa
saja sebuah kerukunan antar agama telah dibangun dengan bersusah payah selama
bertahun-tahun atau mungkin berpuluh-puluh tahun, dan dengan demikian kita
pun hampir memetik buahnya.
Namun tiba-tiba saja muncul kekacauan politik yang ikut memengaruhi
hubungan antaragama dan bahkan memorak-porandakannya seolah petir
menyambar yang dengan mudahnya merontokkan "bangunan dialog" yang sedang
kita selesaikan. Seperti yang sedang terjadi di negeri kita saat ini, kita tidak hanya
menangis melihat political upheavels di negeri ini, tetapi lebih dari itu yang
mengalir bukan lagi air mata, tetapi darah; darah saudara-saudara kita yang
mudah-mudahan diterima di sisi-Nya. Tanpa politik kita tidak bisa hidup secara
tertib teratur dan bahkan tidak mampu membangun sebuah negara, tetapi dengan
alasan politik juga kita seringkali menunggangi agama dan memanfaatkannya.
3. Sikap Fanatisme
Di kalangan Islam, pemahaman agama secara eksklusif juga ada dan
berkembang, Bahkan akhir-akhir ini, di Indonesia telah tumbuh dan berkembang
pemahaman keagamaan yang dapat dikategorikan sebagai Islam radikal dan
Fundamentalis, yakni pemahaman keagamaan yang menekankan praktik
keagamaan tanpa melihat bagaimana sebuah ajaran agama seharusnya
diadaptasikan dengan situasi dan kondisi masyarakat. Mereka masih
berpandangan bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang benar dan dapat
menjamin keselamatan menusia. Jika orang ingin selamat, ia harus memeluk
Islam. Segala perbuatan orang-orang non-Muslim, menurut perspektif aliran ini.
tidak dapat diterima di sisi Allah.
Pandangan-pandangan semacam ini tidak mudah dikikis karena masing
masing sekte atau aliran dalam agama tertentu, Islam misalnya, juga memiliki
agen-agen dan para pemimpinnya sendiri-sendiri. Islam tidak bergerak dari satu
komando dan satu pemimpin. Ada banyak aliran dan ada banyak pemimpin agama
dalam Islam yang antara satu sama lain memiliki pandangan yang berbeda-beda
tentang agamanya dan terkadang bertentangan. Tentu saja, dalam agama Kristen
juga ada kelompok eksklusif seperti ini. Kelompok Evangelis, misalnya.
berpendapat bahwa tujuan utama gereja adalah mengajak mereka yang percaya
untuk meningkatkan keimanan dan mereka yang berada "di luar" untuk masuk.
dan bergabung. Bagi kelompok ini, hanya mereka yang bergabung dengan gereja
yang akan dianugerahi salvation atau keselamatan abadi. Dengan saling
mengandalkan pandangan-pandangan setiap sekte dalam agama teersebut, maka
timbullah sikap fanatisme yang berlebihan.
Dari uraian diatas, sangat jelas sekali bahwa ketiga faktor tersebut adalah
akar dari permasalahan yang menyebabkan konflik berkepanjangan. sekejap
maupun berkepanjangan.

E. Cara Mengatasi Masalah Kerukunan Antar Umat Beragama


1. Dialog Antar Pemeluk Agama
Sejarah perjumpaan agama-agama yang menggunakan kerangka politik.
secara tipikal hampir keseluruhannya dipenuhi pergumulan, konflik dan
pertarungan. Karena itulah dalam perkembangan ilmu sejarah dalam beberapa
dasawarsa terakhir, sejarah yang berpusat pada politik yang kemudian disebut
sebagai sejarah konvensional" dikembangkan dengan mencakup bidang-bidang
kehidupan sosial-budaya lainnya, sehingga memunculkan apa yang disebut
sebagai "sejarah baru" (new history). Sejarah model mutakhir ini lazim disebut
sebagai "sejarah sosial" (social history) sebagai bandingan dari "sejarah politik
(political history). Penerapan sejarah sosial dalam perjumpaan Kristen dan Islam
di Indonesia akan sangat relevan, karçna ia akan dapat mengungkapkan sisi-sisi
lain hubungan para penganut kedua agama ini di luar bidang politik, yang sangat
boleh jadi berlangsung dalam saling pengertian dan kedamaian. yang pada
gilirannya mewujudkan kehidupan bersama secara damai (peaceful co-existence)
di antara para pemeluk agama yang berbeda.
Hampir bisa dipastikan, perjumpaan Kristen dan Islam (dan juga agama
agama lain) akan terus meningkat di masa-masa datang. Sejalan dengan
peningkatan globalisasi, revolusi teknologi komunikasi dan transportasi, kita akan
menyaksikan gelombang perjumpaan agama-agama dalam skala intensitas yang
tidak pernah terjadi sebelumnya. Dengan begitu, hampir tidak ada lagi suatu
komunitas umat heragama yang bisa hidup eksklusif, terpisah dari lingkungan
komunitas umat-umat beragama lainnya. Satu contoh kasus dapat diambil: seperti
dengan meyakinkan dibuktikan Eck (2002). Amerika Serikat, yang mungkin oleh
sebagian orang dipandang sebagai sebuah negara Kristen." telah berubah menjadi
negara yang secara keagamaan paling beragam. Saya kira, Indonesia, dalam batas
tertentu, juga mengalami kecenderungan yang sama. Dalam pandangan saya,
sebagian besar perjumpaan di antara agama-agama itu, khususnya agama yang
mengalami konflik, bersifat damai. Dalam waktu-waktu tertentu ketika terjadi
perubahan-perubahan politik dan sosial yang cepat, yang memunculkan krisis
pertikaian dan konflik sangat boleh jadi meningkat intensitasnya. Tetapi hal ini
seyogyanya tidak mengaburkan perspektif kita, bahwa kedamaian lebih sering
menjadi feature utama. Kedamaian dalam perjumpaan itu, hemat saya, banyak
bersumber dari pertukaran (exchanges) dalam lapangan sosio kultural atau bidang-
bidang yang secara longgar dapat disebut sebagai "non agama."
Bahkan terjadi juga pertukaran yang semakin intensif menyangkut
gagasan-gagasan keagamaan melalui dialog-dialog antaragama dan kemanusiaan
baik pada tingkat domestik di Indonesia maupun pada tingkat internasional; ini
jelas memperkuat perjumpaan secara damai tersebut. Melalui berbagai pertukaran
semacam ini terjadi penguatan saling pengertian dan, pada gilirannya, kehidupan
berdampingan secara damai.
2. Bersikap Optimis
Walaupun berbagai hambatan menghadang jalan kita untuk menuju sikap
terbuka, saling pengertian dan saling menghargai antaragama, saya kira kita tidak
perlu bersikap pesimis. Sebaliknya, kita perlu dan seharusnya mengembangkan
optimisme dalam menghadapi dan menyongsong masa depan dialog.Paling tidak
ada tiga hal yang dapat membuat kita bersikap optimis.
Pertama, pada beberapa dekade terakhir ini studi agama-agama, termasuk. juga
dialog antaragama, semakin merebak dan berkembang di berbagai universitas,
baik di dalam maupun di luar negeri. Selain di berbagai perguruan tinggi agama,
IAIN dan Seminari misalnya, di universitas umum seperti Universitas Gajah
Mada, juga telah didirikan Pusat Studi Agama-agama dan Lintas Budaya.
Meskipun baru seumur jagung, hal itu bisa menjadi pertanda dan sekaligus
harapan bagi pengembangan paham keagamaan yang lebih toleran dan pada
akhirnya lebih manusiawi. Juga bermunculan lembaga-lembaga kajian agama,
seperti Interfidei dan FKBA di Yogyakarta, yang memberikan sumbangan dalam
menumbuh kembangkan paham pluralisme agama dan kerukunan
antarpenganutnya.
Kedua, para pemimpin masing-masing agama semakin sadar akan
perlunya perspektif baru dalam melihat hubungan antar-agama. Mereka seringkali
mengadakan pertemuan, baik secara reguler maupun insidentil untuk menjalin
hubungan yang lebih erat dan memecahkan berbagai problem keagamaan yang
tengah dihadapi bangsa kita dewasa ini. Kesadaran semacam ini seharusnya tidak
hanya dimiliki oleh para pemimpin agama, tetapi juga oleh para penganut agama
sampai ke akar rumput sehingga tidak terjadi jurang pemisah antara pemimpin
agama dan umat atau jemaatnya. Kita lebih mementingkan bangunan-bangunan
fisik peribadatan dan menambah kuantitas pengikut, tetapi kurang menekankan
kedalaman (intensity) keberagamaan serta kualitas mereka dalam memahami dan
mengamalkan ajaran agama.
Ketiga, masyarakat kita sebenarnya semakin dewasa dalam menanggapi
isu-isu atau provokasi-provokasi. Mereka tidak lagi mudah disulut dan diadu
domba serta dimanfaatkan, baik oleh pribadi maupun kelompok demi target dan
tujuan politik tertentu. Meskipun berkali-kali masjid dan gereja diledakkan, tetapi
semakin teruji bahwa masyarakat kita sudah bisa membedakan mana wilayah
agama dan mana wilayah politik. Ini merupakan ujian bagi agama autentik
(authentic religion) dan penganutnya. Adalah tugas kita bersama, yakni
pemerintah, para pemimpin agama, dan masyarakat untuk mengingatkan para
aktor politik di negeri kita untuk tidak memakai agama sebagai instrumen politik
dan tidak lagi menebar teror untuk mengadu domba antarpenganut agama.
Jika tiga hal ini bisa dikembangkan dan kemudian diwariskan kepada
generasi selanjutnya, maka setidaknya kita para pemeluk agama masih
mempunyai harapan untuk dapat berkomunikasi dengan baik dan pada gilirannya
bisa hidup berdampingan lebih sebagai kawan dan mitra daripada sebagai lawan.
F. Kebersamaan Umat Beragama Dalam Kehidupan Sosial
a. Pandangan agama islam terhadap ummat non Islam
Dari segi kaidah, setiap orang yang tidak mau menerima islam sebagai
agamanya di sebut kafir atau non islam. Kata kafir berarti orang yang menolak.
yang tidak mau menerima atau menolak menaati aturan allah yang diwujudkan
kepada manusia melalui ajaran islam,
Ketika rasulullah mulai menyampaikan ajaran islam kepada masyarakat
arab, sebagian dari mereka ada yang mau menerima ajaran tersebut dan
sebagianya lagi menolak orang yang menolak ajakan rasulullah saw tersebut di
sebut juga kafir. Mereka terdiri dari orang orang musrik yang menyembah berhala
di sebut orang watsani, dan orang orang ahli kitab baik orang yahudi maupun
orang nasrani.
b. Tanggung jawab sosial ummat Islam
Ummat islam adalah umat yang terbaik yang diciptakan allah dalam
kehidupan ini. Bentuk tanggung jawab sosial ummat islam meliputi berbagai
aspek kehidupan, di antaranya adalah :
 Menjalin silaturahmi dengan tetangga dalam sebuah hadis rasulullah
menjadikan sebuah kebaikan seseorang kepada tetangganya menjadi salah satu
indicator keimanan
 Memberikan infak sebagian dari harta yang dimiliki, baik yang wajib dalam
bentuk zakat maupun yang sunnah dalam bentuk sedekah.
 Menjenguk bila ada anggota masyarakat yang sakit dan ta'ziyah bila ada
anggota masyarakat yang meninggal dengan mengantar jenazahnya sampai di
kuburnya.
 Memberi bantuan kepada masyarakat bila ada yang memerlukan bantuan
 Penyusunan system sosial yang efektif dan efesien untuk membangun
masyarakat, baik mental spiritual maupun fisik materialnya.
c. Amar ma'ruf dan nahi munkar
Amar ma'ruf dan nahi munkar adalah memerintahkan orang lain untuk
berbuat baik dan mencegah perbuatan jahat. Disamping system dan saran
pendukung, amar ma'ruf dan nahi munkar memerlukan juga kebijakan dalam
bertindak. Karna itu rasulullah memberikan tiga tingkatan yaitu:
1. Menggunakan tangan atau kekuasaan apabila ia mampu.
2. Menggunakan lisan, dan
3. Dalam hati apabila langkah pertama dan kedua tidak memungkinkan.

Bentuk amar ma'ruf dan nahi munkar yang bersistem diantaranya adalah:
 Mendirikan mesjid
 Menyelenggarakan pengajian
 Mendirikan lembaga wakaf
 Mendirikan lembaga pendidikan islam
 Mendirikan lembaga keuangan atau perbangkan syariah
 Mendirikan media massa islam, Koran, radio, tv dan lain lain.
 Mendirikan panti rehabilitasi anak anak nakal
 Mendirikan pesantren
 Menyelenggarakan kajian-kajian islam 10. Membuat jaringan informasi social
G. Manfaat Kerukunan Antar Umat Beragama
Umat Beragama Diharapkan Perkuat Kerukunan Jika agama dapat
dikembangkan sebagai faktor pemersatu maka ia akan memberikan stabilitas dan
kemajuan pada Negara,
Menteri Agama Muhammad Maftuh Basyuni berharap dialog antar-umat
beragama dapat memperkuat kerukunan beragama dan menjadikan agama sebagai
faktor pemersatu dalam kehidupan berbangsa. Beberapa manfaat yang dapat kita
perolah dari kebersamaan umat beragama dengan sikap toleransi antara lain :
a. Menghindari Terjadinya Perpecahan
Kebersamaan dengan mengabadikan sikap toleransi merupakan solusi agar
tidak terjadi perpecahan dalam mengamalkan agama. Sikap bertoleransi harus
menjadi suatu kesadaran pribadi yang selalu dibiasakan dalam wujud interaksi
sosial. Toleransi dalam kehidupan beragama menjadi sangat mutlak adanya
dengan eksisnya berbagai agama samawi maupun agama ardli dalam kehidupan
umat manusia ini.
Dalam kaitanya ini Allah telah mengingatkan kepada umat manusia
dengan pesan yang bersifat universal, berikut firman Allah SWT :
"Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah
kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu
dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu.
lalu menjadilah kamu Karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan
kamu Telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari
padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu
mendapat petunjuk." (Al-Imran: 103)
b. Memperkokoh Silaturahmi dan Menerima Perbedaan
Salah satu wujud dari toleransi hidup beragama adalah menjalin dan
memperkokoh tali silaturahmi antarumat beragama dan menjaga hubungan yang
baik dengan manusia lainnya. Pada umumnya, manusia tidak dapat menerima
perbedaan antara sesamanya, perbedaan dijadikan alasan untuk bertentangan satu
sama lainnya. Perbedaan agama merupakan salah satu faktor penyebab utama
adanya konflik antar sesama manusia.
Merajut hubungan damai antar penganut agama hanya bisa dimungkinkan
jika masing-masing pihak menghargai pihak lain. Mengembangkan sikap toleransi
beragama, bahwa setiap penganut agama boleh menjalankan ajaran dan ritual
agamanya dengan bebas dan tanpa tekanan. Oleh karena itu, hendaknya toleransi
beragama kita jadikan kekuatan untuk memperkokoh silaturahmi dan menerima
adanya perbedaan. Dengan ini, akan terwujud perdamaian, ketentraman, dan
kesejahteraan.
Jadi dalam kehidupan sosial, kebersamaan sangat diperlukan antar umat
beragama, karena akan memberikan dampak positif baik pada diri kita maupun
lingkungan.
Memberikan rasa kebersamaan yang tinggi dan kasih sayang antar sesama
manusia semakin terasa bahwa kita adalah makhluk Tuhan yang harus saling.
menjaga satu sama lain.
Dengan begitu peselisihan, pertengkaran, permusuhan, tak aka nada lagi
jika kita selalu menjaga kebersamaan dalam kehidupan sosial dan lain sebagainya.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan dalam makalah ini, dapat disimpulkan bahwa kerukunan
umat bragama yaitu hubungan sesama umat beragama yang dilandasi dengan
toleransi, saling pengertian, saling menghormati, saling menghargai dalam
kesetaraan pengamalan ajaran agamanya dan kerja sama dalam kehidupan
masyarakat dan bernegara. berbagai macam bahasan mengenai kerukunan antar
umat beragama, yaitu : Kendala-kendala yang dihadapi dalam mencapai
kerukunan umat beragama di Indonesia ada beberapa sebab, antara lain;
rendahnya sikap toleransi, kepentingan politik dan sikap fanatisme. Adapun solusi
untuk menghadapinya, adalah dengan melakukan dialog antar pemeluk agama dan
menanamkan sikap optimis terhadap tujuan untuk mencapai kerukunan antar umat
beragama.
B. Saran
Sudah saatnya bukan perbedaan lagi yang kita cari atau yang kita
bicarakan, tapi persamaanlah yang seharusnya kita cari karena dari persamaanlah
hidup ini akan saling menghargai, menghormati dan selaras. Lewat persamaan kita
bisa jalin persaudaraan dan mempererat tali silahturahi, denga begitu aka tercpta
kerukunan dengan sendirinya.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/document/354073746/Makalah-Kerukunan-Antar-Umat-Beragama
diakses pada tanggal 19 Maret 2022 pada pukul 07:00 WIB
http://hanahafifah.blogspot.com/2016/03/mewujudkan-kerukunan-antar-umat-
beragama.html?m=1 diakses pada tanggal 19 Maret 2022 pada pukul 12:00 WIB
https://www.scribd.com/document/354073746/Makalah-Kerukunan-Antar-Umat-Beragama
diakses pada tanggal 19 Maret 2022 pada pukul 17:14 WIB

Anda mungkin juga menyukai