Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

AGAMA KRISTEN PROTESTAN


“KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA”

Dosen Pengampuh : Pdt. Yanti Secilia Giri S.Th, M.Pd

Disusun oleh:

Trezaneta Norfeliza Adoe (2323714148)

Semester/Kelas : 1/D

PROGRAM STUDI AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK


JURUSAN AKUNTANSI
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
2023

i
DAFTAR ISI

COVER .............................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ............................................................................................. iii
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................. 1
1.3 Tujuan .............................................................................................. 2
BAB 2 PEMBAHASAN .............................................................................................. 3
2.1. Definisi Kerukunan ..................................................................................................... 3
2.2. Peran Agama dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara ......................................... 3
2.3. Sikap Terhadap Kerukunan antar Umat Beragama ..................................................... 4
2.4. Konflik Berlatar Belakang Agama ............................................................................ 4
2.5. Mewujudkan Kerukunan Hidup antar Umat Beragama di Indonesia ........................ 5
2.6. Kerukunan Umat Beragama dalam Pandangan Kristen ............................................. 8
2.7. Kerukunan Umat Beragama di NTT .......................................................................... 9
BAB 3 PENUTUP ........................................................................................................ 11
3.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 12

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur pemakalah persembahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat
dan hidayah-Nya, makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.

Pada kesempatan ini, pemakalah mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Pdt. Yanti Secilia Giri S.Th, M.Pd selaku dosen pembimbing dan dosen mata kuliah
Pendidikan Agama Kristen Protestan program studi Akuntansi Sektor Publik Politeknik
Negeri Kupang yang telah memberikan bimbingan, petunjuk, dan informasi dalam proses
penyelesaian makalah ini;
2. Orangtua yang telah memberikan semangat, dorongan, dan masukan dalam menyelesaikan
makalah ini; dan
3. Beberapa pihak yang telah membantu penyelesaian makalah ini, baik secara langsung
maupuntidak langsung.

Makalah yang berjudul “Kerukunan Antar Umat Beragama” ini disusun guna memenuhi nilai
tugas besar mata kuliah Pendidikan Agama Kristen Protestan Semester I. Makalah ini disusun
berdasarkan hasil referensi melalui internet dan buku.
Pemakalah berharap semoga makalah ini dapat membantu para mahasiswa untuk dapat lebih
memahami Kerukunan Antar Umat Beragama di Indonesia. Akhir kata, pemakalah
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata “kesempurnaan”. Untuk itu, kritik dan saran
yang membangun sangat berguna demi penyempurnaan makalah ini.

Penyusun

Kupang, 03 Desember 2023

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk, terdiri atas beberapa
kelompok masyarakat dengan latar belakang berbeda, baik suku, agama, budaya, maupun ras.
Agama yang diakui oleh pemerintah Indonesia adalah agama Islam, Katolik, Protestan, Hindu,
Budha, dan Kong huchu. Dalam sebuah negara yang majemuk, adalah tidak mudah untuk
mewujudkan harmoni atau kerukunan diantara warga negara, karena masing-masing
kelompok mempunyai keyakinan, pendapat, dan aspirasi.
Dalam negara yang majemuk dengan berbagai macam agama, konflik yang terjadi antar
umat beragama tersebut dalam masyarakat yang multkultural adalah menjadi sebuah
tantangan yang besar bagi masyarakat maupun pemerintah. Supaya agama bisa menjadi alat
pemersatu bangsa, maka kemajemukan harus dikelola dengan baik dan benar, maka
diperlukan cara yang efektif yaitu dialog antar umat beragama untuk permasalahan yang
mengganjal antara masing-masing kelompok umat beragama, karena komunikasi antar
pemuka atau pemeluk agama merupakan kunci dari penyelesaian permasalahan antar umat
beragama.
Provinsi Nusa Tenggara Timur dikenal dengan julukan sebagai Nusa Terindah Toleransi. Hal
tersebut, ternyata tidak hanya jargon atau julukan semata. Diketahui, dalam kehidupan
masyarakat sehari-hari di Provinsi NTT. Terlihat sangat rukun dan toleran antar sesama umat
beragama. Hal tersebut dapat dilihat mulai dari gotong royong membangun tempat ibadah,
toleransi dalam beragama, dan toleransi dalam berbudaya, serta toleransi antar suku bangsa
yang ada di NTT. Lalu, bagaimana pandangan Kristen tentang kerukunan antarumat
beragama? Oleh karena itu, makalah ini akan menjabarkan tentang kehidupan kerukunan
antarumat beragama di sekitar dan pandangan Kristen tentang kerukunan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana peran agama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara?
2. Bagaimana sikap terhadap kerukunan antar umat beragama?

1
3. Apa saja konflik yang berlatar belakang agama?
4. Bagaimana mewujudkan kerukunan umat beragama di Indonesia?
5. Bagaimana kerukunan umat beragama dalam pandangan Kristen?
6. Bagaimana kerukanan umat beragama di sekitar lingkungan saya?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui tujuan dalam pembuatan makalah ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui peran agama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
2. Untuk mengetahui sikap terhadap kerukunan umat beragama
3. Untuk mengetahui konflik yang berlatar belakang agama
4. Untuk mengetahui cara mengwujudkan kerukunan umat beragama di Indonesia
5. Untuk mengetahui pandangan Kristen tentang kerukunan umat beragama
6. Untuk mengetahui kondisi kerukana umat beragama di NTT

2
BAB II

PEMBAHASAN

Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk, terdiri atas beberapa kelompok
masyarakat dengan latar belakang berbeda, baik suku, agama, budaya, maupun ras. Disisi lain,
masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang religius yang tercermin dalam ideologi negara,
Pancasila pada sila pertama "Ketuhanan Yang Maha Esa". Dalam sebuah negara yang
majemuk, adalah tidak mudah untuk mewujudkan harmoni atau kerukunan diantara warga
negara, karena masing-masing kelompok mempunyai keyakinan, pendapat, dan aspirasi.
2.1 Definisi Kerukunan
Kerukunan berasal dari bahasa arab, yakni "rukaum" yang berarti asas atau dasar, yang
dalam bentuk tunggal berarti tiang dan dalam bentuk jamak" arkhan" artinya tiang- tiang.
Dalam bahasa Indonesia, istilah rukun memiliki arti damai dan berastu hati. Dari pengertian
diatas, dapat digambarkan kerukunan sebagai suatu bangunan yang dibangun dengan tiang
untuk menopang rumah yang akan dihuni oleh sekelompok orang yang diikat secara
kekeluaraan dengan kesatuan hati untuk mencapai kedamaian. Kerukunan adalah sikap saling
mengakui, menghargai, toleransi yang tinggi antar umat beragama. dalam masyarakat
multikultural sehngga umat beragama dapat hidup rukun, damai dan berdampingan.
Istilah "kerukunan" merupakan arti kata yang positif dan dinamis di bandingkan dengan
istilah "toleransi" yang statis. Toleransi lebih mengisyaratkan adanya persetujuan suatu pihak
untuk memberikan hak hidup kepada pihak lain. Kerukunan mengandung pengertian bahwa
walaupun kita berbeda, namun kita mempunyai hak dan kewajiban yang sama. Hak hidup
yang dimiliki seseorang tidaklah tergantung pada izin pihak lain, melainkan secara bersama -
sama tergantung pada suatu yang luhur yaitu cita-cita bernegara, berbangsa, dan
bermasyarakat untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur, damai sejahtera berdasarkan
pancasila dan terlebih tergantung pada Tuhan. Kerukunan tidak mengharuskan kita seragam
dalam segala sesuatu.
2.2 Peran Agama dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
Agama merupakan sumber pembentukan dan penguat nilai-nilai, etika, moral, dan karakter
bangsa Indonesia. Agama sebagai penguat integrasi bangsa dan sebaliknya tidak menjadi

3
faktor pemecah belah bangsa. Agama sebagai pendorong etos kerja dan kemajuan bangsa dan
sebaliknya tidak menjadi penghambat kemajuan. Agama menjadi penguat dalam memecahkan
persoalan-persoalan yang dihadapi bangsa, seperti kemiskinan, kebbodohan, lingkungan
hidup, dsb
2.3 Sikap Terhadap Kerukunan antar Umat Beragama
Ada beberapa sikap masyarakat dalam kaitannya dengan kerukunan antar umat beragama.
Yaitu: sikap eksklusif, inklusif, dan pluralis. Tiga sikap ini dipengaruhi oleh pola pikir,
pengalaman, visi serta kemampuan memahami perwujudan kasih bagi sesama manusia.
A. Eksklusivisme
Eksklusivisme merupakan sikap yang hanya mengakui agamanya sebagai agama yang
paling benar dan baik. Sifat fanatisme sempit seperti ini akan melahirkan berbagai
konsekuensi, antara lain perpecahan, perseteruan antar umat beragama, dan konflik.
Bentuk eksklusivme merupakan pola umum yang ada di abad pertengahan dan makin
menipis seiring dengan perkembangan paradigma berpikir dalam masyarakat.
Meskipun tak dapat disangkal bahwa sampai saat ini, sikap tersebut masih
mendominasi kelompok kecil pemeluk agama-agama.
B. Inklusivisme
Inklusivisme adalah sikap yang dapat memahami dan menghargai agama lain dengan
eksistensinya, tetapi tetap memandang agamanya sebagai satu-satunya jalan menuju
keselamatan.
C. Pluralisme
Pluralisme adalah sikap yang menerima, menghargai, dan memandang agama lain
sebagai agama yang baik serta memiliki jalan keselamatan. Dalam perspektif
pandangan seperti ini, maka tiap umat beragama terpanggil untuk membina hubungan
solidaritas, dialog, dan kerjasama dalam rangka mewujudkan kehidupan yang lebih
baik dan lebih berpengharapan.

2.4. Konflik Berlatang Belakang Agama

Diantara konflik yang mudah diprovokasi adalah konflik berlatar belakang agama. Begitu
sensitifnya persoalan agama, sehingga konflik sosial dan ekonomi pun seringkali ditarik dari
wilayah agama untuk mendapatkan dukungan yang lebih banyak dari. pemeluknya. Konflik

4
antar umat beragama ini umumnya tidak murni disebabkan oleh faktor agama, melainkan oleh
faktor ekonomi, politik, maupun sosial. Konflik antar umat beragama banyak disebabkan
karena persoalan pendirian rumah ibadah atau cara penyiaran agama yang tidak sesuai dengan
ketentuan yang berlaku, karena adanya salah paham diantara pemeluk agama.
Konflik internal umat beragama terjadi karena adanya:
1. Pemahaman yang hanya menganggap benar aliran/ajarannya sendiri dan menyalahkan
pihak lain.
2. Pemahaman yang menyimpang
3. Pemahaman yang "bebas semau sendiri tanpa mengikuti kaidah-kaidah yang ada” Hal lain
yang masih terkait dengan persoalan kehidupan umat beragama adalah masih adanya
kekerasan dengan mengatasnamakan agama oleh kelompok-kelompok radikal, tidak
hanya dari kalangan muslim tapi juga non-muslim.

2.5 Mewujudkan Kerukunan Hidup antar Umat Beragama di Indonesia

1. Kerukunan Hidup antar Umat Beragama.


Indonesia merupakan salah satu contoh masyarakat yang multikultural. Multikultural
masyarakat Indonesia tidak saja karena keanekaragaman suku, budaya, bahasa, ras tapi juga
dalam hal agama. Agama yang diakui oleh pemerintah Indonesia adalah agama Islam, Katolik,
protestan, Hindu, Budha, Kong Hu Chu. Dari agama-agama tersebut terjadilah perbedaan
agama yang dianut masing-masing masyarakat Indonesia. Dengan perbedaan tersebut apabila
tidak terpelihara dengan baik bisa menimbulkan konflik antar umat beragama yang
bertentangan dengan nilai dasar agama itu sendiri yang mengajarkan kepada kita kedamaian,
hidup saling menghormati, dan saling tolong menolong.
Maka dari itu, diperlukan suatu model hubungan antar masyarakat yang berbeda agama
yaitu kerukunan hidup antar umat beragama atau toleransi antar umat beragama. Istilah ini
dikemukakan oleh mantan Menteri Agama Indonesia tahun 1972. Sebagai sarana pencapaian
kehidupan harmonis antar umat beragama yang diselenggarakam dengan segala kearifan dan
kebijakan atas nama pemerintah. Kerukunan antar umat beragama adalah suatu kondisi sosial
ketika semua golongan agama bisa hidup bersama tanpa menguarangi hak dasar masing-
masing untuk melaksanakan kewajiban agamanya. Masing-masing pemeluk agama yang baik
haruslah hidup rukun dan damai.

5
Karena itu kerukunan antar umat beragama tidak mungkin akan lahir dari sikap fanatisme
buta dan sikap tidak peduli atas hak keberagaman dan perasaan orang lain.
Tetapi dalam hal ini tidak diartikan bahwa kerukunan hidup antar umat beragama memberi
ruang untuk mencampurkan unsur-unsur tertentu dari agama yang berbeda. sebab hal tersebut
akan merusak nilai agama itu sendiri.
Kerukunan antar umat beragama itu sendiri juga bisa diartikan dengan toleransi antar umat
beragama. Dalam toleransi itu sendiri pada dasarnya masyarakat harus bersikap lapang dada
dan menerima perbedaan antar umat beragama. Selain itu. masyarakat juga harus saling
menghormati satu sama lainnya misalnya dalam hal beribadah, antar pemeluk agama yang
satu dengan lainnya tidak saling mengganggu. Departemen agama juga menjadikan kerukunan
antar umat beragama sebagai tujuan pembangunan nasional bangsa Indonesia yang diarahkan
dalam tiga bentuk yaitu:
A. Kerukunan antar umat beragama.
B. Kerukunan antar umat beragama.
C. Kerukunan antar umat beragama dengan pemerintah.
Untuk itulah kerukunan hidup antar umat beragama harus kita jaga agar tidak terjadi
konflik-konflik antar umat beragama. Terutama di masyarakat Indonesia yang multikultural
dalam hal agama, kita harus bisa hidup dalam kedamaian, saling tolong menolong, dan tidak
saling bermusuhan agar agama bisa menjadi pemersatu bangsa Indonesia yang secara tidak
langsung memberikan stabilitas dan kemajuan negara.
Menjaga Keharmonisan Kehidupan Antar Umat Beragama dengan Dialog Antar Umat
Beragama
Salah satu prasyarat terwujudnya masyarakat yang modern yang demokratis adalah.
terwujudnya masyarakat yang menghargai kemajemukan (pluralitas) masyarakat dan bangsa
serta mewujudkannya dalam suatu keniscayaan. Untuk itulah kita harus saling menjaga
kerukunan hidup antar umat beragama. Secara historis banyak terjadi konflik antar umat
beragama, misalnya konflik di Poso antara umat islam dan umat kristen. Agama disini terlihat
sebagai pemicu atau sumber dari konflik tersebut. Sangatlah ironis konflik yang terjadi
tersebut padahal suatu agama pada dasarnya mengajarkan kepada para pemeluknya agar hidup
dalam kedamaian, saling tolong menolong dan juga saling menghormati. Untuk itu marilah
kita jaga tali persaudaraan antar sesama umat beragama.

6
Konflik yang terjadi antar umat beragama tersebut dalam masyarakat yang multkultural
adalah menjadi sebuah tantangan yang besar bagi masyarakat maupun pemerintah. Karena
konflik tersebut bisa menjadi ancaman serius bagi integrasi bangsa jika tidak dikelola secara
baik dan benar. Supaya agama bisa menjadi alat pemersatu bangsa, maka kemajemukan harus
dikelola dengan baik dan benar, maka diperlukan cara yang efektif yaitu dialog antar umat
beragama untuk permasalahan yang mengganjal antara masing-masing kelompok umat
beragama. Karena mungkin selama ini konflik yang timbul antara umat beragama terjadi
karena terputusnya jalinan informasi yang benar diantara pemeluk agama dari satu pihak ke
pihak lain sehingga timbul prasangka-prasangka negatif.
Menurut Prof. Dr. H Muchoyar H.S, MA dalam menyikapi perbedaan agama terkait
dengan toleransi antar umat beragama agar dialog antar umat beragama terwujud memerlukan
3 konsep yaitu:
• Setuju untuk tidak setuju, maksudnya setiap agama memiliki akidah masing- masing
sehingga agama saling bertoleransi dengan perbedaan tersebut.
• Setuju untuk setuju, konsep ini berarti meyakini semua agama memiliki kesamaan
dalam upaya peningkatan kesejahteraan dan martabat umatnya..
• Setuju untuk berbeda, maksudnya dalam hal perbedaan ini disikapi dengan damai
bukan untuk saling menghancurkan.
Tema dialog antar umat beragama sebaiknya bukan mengarah pada masalah peribadatan
tetapi lebih ke masalah kemanusiaan seperti moralitas, etika, dan nilai spiritual, supaya efktif
dalam dialog aantar umat beragama juga menghindari dari latar belakang agama dan kehendak
untuk memdominasi pihak lain.
Model dialog antaragama yang disampaikan KLmball adalah sebagai berikut:
A. Dialog Parlementer (parliamentary dialogue). Dialog ini dilakukan dengan melibatkan
tokoh-tokoh umat beragama di dunia. Tujuannya adalah mengembangkan kerjasama
dan perdamaian antar umat beragama di dunia.
B. Dialog Kelembagaan ( institutional dialogue). Dialog ini melibatkan organisasi-
organisasi keagamaan. Tujuannya adalah untuk mendiskusikan dan memecahkan
persoalan keumatan dan mengembangkan komunikasi di antara organisasi keagamaan.
C. Dialog Teologi (theological dialogue). Tujuannya adalah membahas persoalan
teologis filosofis agar pemahaman tentang agamanya tidak subjektif tetapi objektif.

7
D. Dialog dalam Masyarakat (dialogue in society). Dilakukan dalam bentuk kerjasama
dari komunitas agama yang plural dalam menylesaikan masalah praktis dalam
kehidupan sehari-hari.
E. Dialog Kerohanian (spiritual dialogue). Dilakukan dengan tujuan mengembangkan
dan memperdalam kehidupan spirituak di antara berbagai agama.
2. Cara Menjaga Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama
Indonesia yang multikultural terutama dakam hal agama membuat Indonesia menjadi
sangat rentang terhadap konflik antar umat beragama. Maka dari itu menjaga kerukunan antar
umat beragama sangatlah penting. Dalam kaitannya untuk menjaga kehidupan antar umat
beragama agar terjaga sekaligus tercipta kerukunan hidup antar umat beragama dalam
masyarakat khususnya masyarakat Indonesia misalnya dengan cara sebagai berikut:
• Menghilangkan perasaan curiga atau permusuhan terhadap pemeluk agama
lain yaitu dengan cara mengubah rasa curiga dan benci menjadi rasa penasaran
yang positf dan mau menghargai keyakinan orang lain.
• Jangan menyalahkan agama seseorang apabila dia melakukan kesalahan tetapi
salahkan orangnya. Misalnya dalam hal terorisme.
• Biarkan umat lain melaksanakan ibadahnya jangan olok-olok mereka karena
ini bagian dari sikap saling menghormati.
• Hindari diskriminasi terhadap agama lain karena semua orang berhak
mendapat fasilitas yang sama seperti pendidikan, lapangan pekerjaan dan
sebagainya.
Dengan memperhatikan cara menjaga kerukunan hidup antar umat beragama tersebut
hendaknya kita sesama manusia haruslah saling tolong menolong dan kita harus bisa
menerima bahwa perbedaan agama dengan orang lain adalah sebuah realitas dalam
masyarakat yang multikultural agar kehidupan antar umat beragma bisa terwujud.

2.6 Kerukunan Umat Beragama dalam Pandangan Kristen

Kerukunan dan toleransi umat beragama adalah penting yang dapat terwujud:
1. Praktek hidup beragam secara benar dan efektif.
2. Tercapainya tujuan dari agama yakni, terwujudnya keselamatan, kebahagiaan di dunia
dan akhhirat yang dapat dicapai melalui cinta kasih (1 Korintus 13:4-7)

8
3. Terwujudnya kebutuhan yang hakiki dan cita-cita setiap insan manusia.
Cara membangun kerukunan umat beragama menurut iman Kristen, yaitu:
1. Membangkitkan kesadaran dan pengakuan akan masalah dan kebutuhan bersama lewat
dialog kemanusiaan dan persaudaraan.
2. Menumbuhkembangkan sikap dasar untuk saling terbuka, memahami, dan mengakui,
menghargai dan berdialog satu sama lain.
3. Berusaha untuk meningkatkan pemahaman akan pihak lain melalui studi bersama saling
tukar informasi.
4. Berusaha untuk senantiasa menghindari cara-cara yang dapat merusak kerukunan dan
toleransi.
5. Melakukan program bersama, seperti studi bersama tentang praktek keagamaan, doa
bersama, karya amal bersama, dan pembinaan umat bersama.

2.7 Kerukunan umat beragama di NTT

Menurut Nilai Indeks Kerukunan Umat Beragama (KUB), NTT Menyumbang Negara
Sebagai Provinsi Terbaik 1 Indeks KUB. Flashback ke awal tahun, Provinsi Nusa Tenggara Timur
tahun 2021 menempati posisi tertinggi nilai kerukunan umat beragamanya. Ini bukan sekadar data
dan catatan angka, tapi semua tamu yang hadir di NTT dan masyarakat umat beragama di NTT
sendiri dapat merasakan nikmatnya kerukunan.

Tahun 2020 NTT pernah turun di peringkat 2 setelah Papua. Tahun sebelumnya NTT juga
nomor satu. Naik turunnya posisi tertingi bukan menjadi hal yang bisa mengurangi kekuatan
kerukunan umat beragama di NTT. Kerukunan buat umat beragama di NTT adalah nafas
kehidupan, yang senantiasa dijaga dan dipelihara selamanya.

Masyarakat NTT terutama yang di perkotaan di belahan pulau mana saja di bagian NTT,
lazim terdiri dari berbagai etnis. Terutama di pusat ibukota provinsi. Hampir semua ras suku di
Indonesia dan agama hidup dengan damai dalam kerukunan.

Masyarakat NTT meyakini dengan kerukunan semua umat bisa menjalankan ibadahnya
dengan damai dan nyaman. Antar umat beragama saling jaga satu sama lain tempat ibadahnya dan
proses pelaksanaan ibadahnya. Proses kawin mawin antar etnis dan agama juga menjadi salah satu
penguat sikap toleran umat beragama di NTT.

Nusa Tenggara Timur dikenal dengan julukan Nusa Terindah Toleransi. Hal tersebut tidak hanya
menjadi julukan semata, tetapi diketahui dalam kehidupan sehari-hari. Kota Kupang masuk dalam
salah satu daftar Kota yang penuh toleransi, itu dapat dilihat dari pembangunan enam rumah ibadah
secara berdampingan yakni untuk agama khatolik, Kristen Protestan, Islam, Hindu, Budha, beserta

9
Konghucu. Pembangaunan enam rumah ibadah tersebut merupakan perekat untuk menjalin
keharmonisan serta toleransi antar umat beragama. Daerah tersebut kemudian diberi nama
kampung toleransi, bertujuan untuk mempererat nilai-nilai persaudaraan dan kerukunan antar umat
beragama karena mereka beraktivitas dan beribadah dalam kompleks yang sama. Kampung
toleransi juga menjadi benteng pertahanan iman dari pengaruh-pengaruh ideologi tertentu yang
akan memecah belah persatuan antar umat. Kampung toleransi juga merupakan suatu simbol
ataupun bukti nyata bahwa Kupang merupakan Kota yang memiliki jiwa bertoleransi yang sangat
tinggi, juga kita bisa melihat di beberapa daerah yang memeliki bangunan gereja dan masjid yang
berdampingan namun tetap hidup rukun, aman dan harmonis. Sikap toleransi merupakan salah
satu kearifan lokal yang dimiliki oleh masyarakat Kupang.

Di Kupang, kita dapat melihatnya dari Masjid Al-Muttaqin dan Gereja Huria Kristen Batak
Protestan (HKBP). Kedua rumah ibadah ini walaupun berbeda tetapi berdiri secara berdampingan.
Di sini tidak ada larangan untuk membangun rumah ibadah. Sikap saling menghargai sangat terasa
di Kupang. Banyak perayaan-perayaan agama masing-masing, tetapi kami juga saling gotong
royong membantu jalannya perayaan tersebut. Dapat dilihat dari saat paskah, gereja kristen
membuat Pawai jalan paskah, tetapi umat Islam membantu dengan membagi-bagikan minum
untuk para peserta Pawai yang sudah kelelahan. Begitulah indahnya toleransi di NTT. Itu contoh
kecil dari kerukunan umat beragama di NTT.

10
BAB III

SIMPULAN

3.1 Kesimpulan
1. Indonesia sebagai negara yang majemuk dengan enam agama yang disahkan
oleh negara memiliki tantangan besar dalam menjaga kerukunan bangsanya
terutama antar umat beragama.
2. Kerukunan umat beragama merupakan suatu kondisi sosial ketika semua
golongan agama bisa hidup bersama tanpa mengurangi hak dasar masng-
masing untuk melaksanakan kewajiban agamanya. Selain itu, kerukunan dapat
diartikan sebagai toleransi. Toleransi pada dasarnya masyarakat bersikap
lapang dada dan menerima perbedaan antar umat beragama, menghormati satu
sama lain dalam hal beribadah.
3. Konflik antar umat beragama yang terjadi dapat disebabkan oleh sikap
eksklusivisme (fanatisme), pemahaman yang diselewengkan, dan adanya
pemahaman "bebas semau sendiri dalam kalangan masyarakat.
4. Menanggapi konflik yang terjadi diperlukan adanya komunikasi antar pemeluk
agama melalui dialog dengan menghindari latar belakang agama dan kehendak
dominasi suatu pihak. Selain itu masyarakat juga kiranya tidak memiliki rasa
curiga kepada agama lain, rasa menghormati agama lain dengan tidak
mengolok-olok, dan tidak melakukan diskriminasi terhadap suatu kaum
kelompok.
5. Menurut pandangan Kristen, kerukunan dapat dicapai melalui cinta kasih
seperti yang tertuang dalam 1 Korintus 13: 4-7. Selain itu kita sebagai orang
Kristen kiranya memilki sikap yang membangun kerukunan umat beragama.

11
DAFTAR PUSTAKA

Geertz, Clifford. 1992. Kebudayaan dan Agama. Yogyakarta: Kanisius. Hadiwijono H. 2003.

Iman Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hakamako. 2011. Kerukunan Antar Umat
Beragama, (diakses dari http:// www.scribd.com/doc144456736/Lisa-kerukunan-antar-umat-
beragam)

12

Anda mungkin juga menyukai