10 MASALAH LINGKUNGAN
Disusun oleh:
KELAS:
1C ASP
2023-2024
Daftar Isi
Daftar Isi..........................................................................................................................................ii
Kata Pengantar……………………………………………………………………………………iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
I.3 Tujuan...............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................3
III.1 Kesimpulan.....................................................................................................................12
2
Kata Pengantar
Puji syukur atas rahmat Tuhan., berkat rahmat serta karunia-Nya sehingga
makalah agama kristen 10 masalah lingkungan dapat selesai.
Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan
Agama Kristen.Selain itu, penyusunan makalah ini bertujuan menambah wawasan
kepada pembaca tentang penyebab dan cara mengatasi masalah lingkungan yang
ada.
3
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Masalah lingkungan merujuk pada situasi atau kondisi di mana ekosistem bumi
menghadapi tantangan atau ancaman yang dapat merusaknya. Masalah lingkungan
melibatkan segala sesuatu yang berhubungan dengan interaksi manusia dengan
lingkungan alam, termasuk sumber daya alam, keanekaragaman hayati, dan kualitas
lingkungan.
Masalah lingkungan bisa meliputi berbagai aspek, seperti:Perubahan
Iklim,Pencemaran Lingkungan,Pengrusakan Habitat dan Keanekaragaman
Hayati,Penggunaan Sumber Daya Alam yang Berlebihan,dan Krisis Air.
Masalah lingkungan memiliki dampak yang luas, termasuk pada kesehatan
manusia, kehidupan hewan, keberlanjutan ekonomi, dan stabilitas sosial. Untuk
mengatasi masalah lingkungan, diperlukan upaya kolaboratif dari pemerintah,
masyarakat, lembaga internasional, dan sektor swasta untuk mengadopsi kebijakan dan
praktik yang berkelanjutan serta untuk melindungi dan memulihkan ekosistem yang
rusak.
4
I.2 Rumusan Masalah
1. Pencemaran udara
2. Penebangan hutan berlebihan
3. Sampah plastik
4. Krisis air bersih
5. Perubahan iklim
6. Pembakaran liar
7. Polusi tanah
8. Kerusakan terumbu karang
9. Pembangunan liar
10. Pencemaran air
I.3 Tujuan
1. Memahami Apa itu masalah lingkungan yang ada di sekitar kita dan cara
5
BAB II
PEMBAHASAN
1. Emisi Industri: Industri adalah salah satu penyumbang utama pencemaran udara. Pabrik
dan proses industri menghasilkan emisi berbahaya seperti sulfur dioksida (SO2), nitrogen
dioksida (NO2), partikel debu, dan senyawa organik volatil (VOCs).
2. Emisi Kendaraan Bermotor: Kendaraan bermotor, terutama yang menggunakan bahan
bakar fosil seperti bensin dan diesel, menghasilkan emisi gas buang yang mencemari
udara, seperti karbon monoksida (CO), nitrogen oksida (Nox), dan partikel debu.
3. Pembakaran Biomassa: Pembakaran biomassa, seperti pembakaran kayu bakar dan
sampah, menghasilkan partikel debu, karbon hitam, dan gas beracun seperti karbon
monoksida (CO) dan sulfur dioksida (SO2).
4. Pembangkit Listrik dan Industri Energi: Pembakaran bahan bakar fosil di pembangkit
listrik dan industri energi menghasilkan emisi CO2, SO2, Nox, dan partikel debu.
5. Polusi Rumah Tangga: Penggunaan bahan bakar untuk memasak dan pemanasan dalam
rumah yang tidak efisien, terutama di daerah pedesaan di negara berkembang,
menghasilkan asap dan partikel debu yang mencemari udara dalam ruangan dan luar
ruangan.
1. Peningkatan Efisiensi Energi: Penggunaan teknologi yang lebih efisien dan ramah
lingkungan dalam industri, transportasi, dan rumah tangga dapat mengurangi emisi
polutan.
6
2. Penyediaan Energi Bersih: Peralihan dari sumber energi berbasis fosil ke energi
terbarukan seperti tenaga surya, angin, dan hidro dapat mengurangi emisi polutan.
3. Kendaraan Ramah Lingkungan: Mendorong penggunaan kendaraan listrik atau kendaraan
dengan emisi rendah dapat mengurangi emisi polutan dari transportasi.
4. Pengaturan Emisi Industri: Menerapkan peraturan ketat dan mengawasi industri untuk
membatasi emisi polutan melalui teknologi kontrol polusi.
5. Pengelolaan Limbah yang Tepat: Mengelola limbah industri dan domestik dengan baik
untuk mencegah pencemaran udara dari pembakaran limbah yang tidak terkendali
6. Penghijauan dan Pelestarian Hutan: Melindungi dan memulihkan hutan serta
menggalakkan penghijauan dapat membantu menyerap karbon dioksida dan mengurangi
pencemaran udara.
7. Kesadaran Masyarakat: Mendorong kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga
kualitas udara yang bersih, serta mendorong penggunaan energi bersih dan praktik
berkelanjutan.
Upaya kolaboratif dari pemerintah, industri, dan masyarakat sangat penting untuk mengatasi
pencemaran udara dan memastikan udara yang sehat bagi manusia dan lingkungan.
7
2. Pengelolaan Hutan yang Berkelanjutan: Menerapkan praktik pengelolaan hutan yang
berkelanjutan untuk memastikan bahwa penebangan hutan dilakukan dengan cara yang
bertanggung jawab dan tidak merusak ekosistem serta keanekaragaman hayati.
3. Restorasi Hutan: Melakukan upaya restorasi hutan dengan menanam kembali pohon dan
merawat hutan yang terdegradasi untuk memulihkan ekosistem dan fungsi lingkungan
yang hilang.
4. Sertifikasi Kayu: Mendorong penggunaan dan permintaan kayu yang bersertifikat, seperti
sertifikasi FSC (Forest Stewardship Council), yang menjamin bahwa kayu berasal dari
hutan yang dikelola secara berkelanjutan.
5. Kesadaran Masyarakat: Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga
hutan dan dampak negatif dari penebangan hutan melalui kampanye pendidikan dan
informasi yang akurat.
Upaya yang berkelanjutan dan kolaboratif dari pemerintah, masyarakat, dan industri sangat
penting untuk mengatasi penebangan hutan dan menjaga keberlanjutan ekosistem hutan yang
penting bagi kehidupan kita.
1. Penggunaan Plastik Sekali Pakai: Penggunaan plastik sekali pakai, seperti kantong
plastik, botol air minum, sedotan, dan wadah makanan, telah menjadi kebiasaan yang
umum. Permintaan yang tinggi terhadap produk plastik sekali pakai menyebabkan
peningkatan produksi plastik dan akhirnya meningkatkan jumlah sampah plastik.
2. Kurangnya Daur Ulang dan Pengelolaan Sampah yang Tepat: Kekurangan infrastruktur
daur ulang dan sistem pengelolaan sampah yang efektif menyebabkan banyak sampah
plastik akhirnya berakhir di lahan pembuangan atau terbuang di lingkungan alami seperti
sungai dan lautan.
3. Industri dan Kemasan Plastik: Permintaan atas kemasan plastik oleh industri makanan,
minuman, produk rumah tangga, dan sektor lainnya juga berkontribusi pada jumlah
sampah plastik. Kemasan plastik yang berlebihan dan tidak ramah lingkungan seringkali
digunakan untuk tujuan pemasaran dan kenyamanan.
4. Kesadaran Konsumen: Kesadaran konsumen yang rendah tentang dampak negatif
sampah plastik terhadap lingkungan dan kesehatan seringkali menyebabkan penggunaan
plastik yang berlebihan dan kurangnya penggunaan alternatif yang lebih ramah
lingkungan.
Untuk mengatasi masalah sampah plastik, diperlukan upaya yang terkoordinasi dan
berkelanjutan dari berbagai pihak. Berikut adalah beberapa cara mengatasinya:
8
1. Reduksi Penggunaan Plastik Sekali Pakai: Mengurangi penggunaan plastik sekali pakai
dengan memilih alternatif ramah lingkungan seperti kantong kain, botol minum tahan
ulang, dan sedotan logam atau bambu.
2. Daur Ulang dan Pengelolaan Sampah yang Tepat: Meningkatkan infrastruktur daur ulang
dan sistem pengelolaan sampah yang efektif untuk memastikan bahwa sampah plastik
dapat didaur ulang dan diproses dengan benar.
3. Peningkatan Daur Ulang Plastik: Mendorong penggunaan produk daur ulang yang terbuat
dari plastik daur ulang untuk mengurangi permintaan akan plastik baru.
4. Edukasi dan Kesadaran Masyarakat: Mengedukasi masyarakat tentang dampak negatif
sampah plastik dan mendorong perubahan perilaku yang lebih berkelanjutan, seperti
penggunaan kembali, pengurangan, dan daur ulang.
Melalui kombinasi upaya ini, kita dapat mengurangi dampak sampah plastik dan beralih ke
pola konsumsi yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan.
9
1. Pengelolaan Air yang Berkelanjutan: Mengadopsi pendekatan pengelolaan air yang
berkelanjutan, termasuk penggunaan irigasi yang efisien, konservasi air, pengelolaan dan
pemulihan daerah resapan air, serta pengelolaan air limbah yang baik.
2. Infrastruktur Air yang Memadai: Meningkatkan infrastruktur air seperti sumur, saluran
irigasi, sistem penyediaan air bersih, dan instalasi pengolahan air limbah. Investasi dalam
infrastruktur yang memadai dapat meningkatkan ketersediaan air bersih dan mengurangi
pemborosan.
3. Pengurangan Polusi Air: Menerapkan kebijakan yang ketat untuk mengurangi polusi air
dari sumber industri, pertanian, dan domestik. Pengawasan dan penegakan hukum yang
ketat terhadap pelanggaran polusi air juga penting.
4. Penyadartahuan Masyarakat: Mengedukasi masyarakat tentang pentingnya penggunaan
air yang bijak, konservasi air, dan praktik sanitasi yang baik. Memotivasi masyarakat
untuk mengadopsi perilaku yang ramah lingkungan dalam penggunaan air.
5. Pengelolaan Sumber Daya Air Secara Terpadu: Mengembangkan rencana pengelolaan air
terpadu yang mempertimbangkan aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan dalam
pengelolaan sumber daya air.
Dalam mengatasi krisis air bersih, kolaborasi dan upaya bersama dari berbagai pihak sangat
penting untuk memastikan ketersediaan air bersih yang berkelanjutan bagi semua.
1. Emisi Gas Rumah Kaca: Emisi gas rumah kaca, seperti karbon dioksida (CO2), metana
(CH4), dan nitrous oksida (N2O), dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil,
deforestasi, pertanian intensif, dan limbah industri. Gas-gas ini menyebabkan
peningkatan efek rumah kaca yang menjebak panas di atmosfer, menyebabkan
pemanasan global.
2. Deforestasi: Penggundulan hutan secara besar-besaran mengurangi kemampuan hutan
untuk menyerap CO2 dari atmosfer. Hal ini menyebabkan peningkatan konsentrasi gas
rumah kaca di atmosfer dan berperan dalam perubahan iklim.
3. Peningkatan Penggunaan Energi Fosil: Penggunaan bahan bakar fosil seperti batu bara,
minyak bumi, dan gas alam untuk produksi energi dan transportasi menghasilkan emisi
gas rumah kaca yang signifikan. Penggunaan energi fosil yang tidak berkelanjutan
berkontribusi terhadap perubahan iklim.
10
4. Pertanian Intensif: Pertanian intensif, terutama metode pertanian yang melibatkan
penggunaan pupuk nitrogen dan manure, menghasilkan emisi gas rumah kaca seperti
CH4 dan N2O. Selain itu, perubahan penggunaan lahan untuk pertanian juga
berkontribusi terhadap perubahan iklim.
1. Reduksi Emisi Gas Rumah Kaca: Mengurangi emisi gas rumah kaca dengan mengadopsi
energi terbarukan seperti tenaga surya dan angin, memperbaiki efisiensi energi,
mengurangi penggunaan kendaraan bermotor, dan mengurangi deforestasi.
2. Transisi ke Energi Bersih: Menggantikan penggunaan bahan bakar fosil dengan energi
bersih dan terbarukan seperti energi surya, angin, hidro, dan biomassa. Investasi dalam
infrastruktur energi terbarukan dan pengembangan teknologi hijau mendukung transisi
ini.
3. Konservasi Energi: Meningkatkan efisiensi energi dalam sektor industri, transportasi, dan
bangunan. Mengadopsi teknologi energi cerdas dan praktik konservasi energi dapat
mengurangi emisi gas rumah kaca.
4. Pengelolaan Hutan yang Berkelanjutan: Melindungi hutan yang ada dan mengembangkan
program rehabilitasi hutan untuk mengurangi deforestasi dan meningkatkan kemampuan
hutan dalam menyerap CO2.
5. Peningkatan Pertanian Berkelanjutan: Mendorong praktik pertanian berkelanjutan yang
mengurangi emisi CH4 dan N2O, seperti pengelolaan pupuk yang bijaksana dan
penggunaan teknologi pertanian yang ramah lingkungan.
Mengatasi perubahan iklim membutuhkan upaya bersama dari berbagai pihak, termasuk
pemerintah, sektor swasta, masyarakat sipil, dan individu. Tindakan yang dilakukan harus
berkelanjutan dan terus-menerus untuk mencapai hasil yang signifikan dalam mengurangi efek
perubahan iklim.
1. Aktivitas Manusia: Kebakaran hutan sering kali disebabkan oleh aktivitas manusia yang
tidak bertanggung jawab, seperti pembakaran lahan untuk pertanian, pembukaan lahan
untuk perkebunan atau pemukiman, pembuangan sampah yang tidak tepat, dan kegiatan
pembakaran sampah.
11
2. El Niño dan Iklim Ekstrem: Fenomena alami seperti El Niño dapat menyebabkan kondisi
kering yang ekstrem, meningkatkan risiko kebakaran hutan. Musim kemarau yang
panjang dan suhu yang tinggi juga dapat membuat hutan lebih rentan terhadap kebakaran.
3. Petir: Petir seringkali menjadi penyebab kebakaran hutan alami. Saat musim kering,
kilatan petir dapat menyebabkan api yang memicu kebakaran hutan.
Pencegahan kebakaran hutan adalah tanggung jawab bersama semua pihak. Diperlukan
upaya kolaboratif dari pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta untuk melindungi hutan dan
mencegah kebakaran liar yang merusak lingkungan dan berdampak negatif pada kehidupan
manusia.
1. Limbah Industri: Pembuangan limbah industri yang tidak terkelola dengan baik
dapat menyebabkan polusi tanah. Limbah industri mengandung bahan kimia
berbahaya seperti logam berat, pestisida, dan bahan beracun lainnya yang dapat
mencemari tanah.
2. Limbah Domestik: Pembuangan limbah rumah tangga, seperti limbah padat dan
cair yang tidak diolah dengan benar, juga dapat menyebabkan polusi tanah.
12
Limbah domestik mengandung bahan organik dan bahan kimia yang dapat
mencemari tanah.
3. Pertanian: Penggunaan pestisida, pupuk kimia, dan limbah hewan yang tidak
terkelola dengan baik dalam pertanian dapat menyebabkan polusi tanah.
Penggunaan berlebihan pestisida dan pupuk kimia dapat mengakibatkan
akumulasi bahan kimia di tanah.
4. Pembuangan Sampah Tidak Tepat: Pembuangan sampah padat di tempat
pembuangan sampah yang tidak terkelola dengan baik dapat menyebabkan
pencemaran tanah. Bahan-bahan seperti plastik, logam, dan bahan berbahaya
lainnya dalam sampah dapat merembes ke dalam tanah.
13
air laut dapat menyebabkan bleaching karang, yaitu ketika karang kehilangan alga
simbiotiknya yang memberikan energi dan warna.
2. Polusi: Polusi dari limbah industri, pertanian, dan domestik dapat merusak
terumbu karang. Bahan kimia seperti pestisida, logam berat, dan nutrien
berlebihan dapat meracuni karang dan mengganggu keseimbangan ekosistem
terumbu karang.
3. Overfishing: Penangkapan ikan yang berlebihan, terutama dengan metode yang
merusak, seperti bom ikan dan penyelaman yang tidak bertanggung jawab, dapat
mengganggu keberlanjutan terumbu karang. Overfishing mengurangi populasi
ikan yang penting bagi keseimbangan ekosistem terumbu karang.
4. Penghancuran Habitat: Pembangunan pantai, penambangan karang, dan praktek
destruktif lainnya dapat menyebabkan kerusakan fisik langsung pada terumbu
karang. Penghancuran habitat ini dapat mengganggu ekosistem terumbu karang
dan menyebabkan kerugian jangka panjang.
a. Konservasi dan Perlindungan: Mendirikan area lindung, seperti taman laut dan
cagar alam, dapat membantu melindungi terumbu karang dari aktivitas manusia
yang merusak. Melalui pengawasan dan penegakan hukum yang ketat, aktivitas
yang dapat merusak terumbu karang dapat dikurangi.
b. Pengelolaan Perikanan yang Berkelanjutan: Mengatur penangkapan ikan dengan
membatasi jumlah ikan yang bisa ditangkap dan melarang praktik penangkapan
ikan yang merusak, seperti bom ikan dan penyelaman yang tidak bertanggung
jawab, sangat penting untuk menjaga keseimbangan ekosistem terumbu karang.
c. Pengurangan Polusi: Mengurangi polusi dari sumber-sumber seperti limbah
industri dan pertanian dapat membantu melindungi terumbu karang. Penerapan
teknologi yang lebih ramah lingkungan, pengelolaan limbah yang baik, dan
penggunaan pertanian berkelanjutan dapat membantu mengurangi dampak
negatif polusi terhadap terumbu karang.
14
Pembangunan liar, juga dikenal sebagai pembangunan ilegal atau tanpa izin, terjadi ketika
pembangunan infrastruktur atau bangunan dilakukan tanpa mematuhi peraturan dan izin yang
ditetapkan oleh pemerintah. Beberapa penyebab umum pembangunan liar antara lain:
3. Kesenjangan Sosial dan Ekonomi: Ketimpangan sosial dan ekonomi dapat mendorong
pembangunan liar. Beberapa orang mungkin terdesak untuk membangun tempat tinggal
atau infrastruktur mereka sendiri karena keterbatasan akses terhadap perumahan yang
terjangkau atau layanan publik.
1. Penguatan Hukum dan Penegakan Hukum: Penting untuk meningkatkan peraturan dan
undang-undang yang mengatur pembangunan. Peningkatan penegakan hukum dan
hukuman yang tegas terhadap pelanggaran dapat memberikan deterensi yang efektif
terhadap pembangunan liar.
15
Pencemaran air terjadi ketika zat-zat berbahaya atau limbah mencapai sumber air seperti
sungai, danau, atau aquifer, sehingga mengganggu kualitas air tersebut. Berikut adalah beberapa
penyebab umum pencemaran air dan cara mengatasinya:
1. Pencemaran Industri: Limbah industri seperti bahan kimia, logam berat, dan limbah
organik dapat mencemari air. Cara mengatasinya adalah dengan menerapkan teknologi
pengolahan limbah yang efektif dan memastikan perusahaan mematuhi regulasi
lingkungan.
2. Pencemaran Pertanian: Penggunaan pupuk dan pestisida di lahan pertanian sering kali
mencemari air dengan nutrien tambahan dan bahan kimia. Cara mengatasinya adalah
dengan menerapkan praktik pertanian berkelanjutan, seperti rotasi tanaman, pengelolaan
pupuk yang tepat, dan penggunaan pestisida yang lebih aman.
3. Pencemaran Limbah Domestik: Limbah domestik seperti kotoran manusia dan produk
pembersih rumah tangga dapat mencemari air. Cara mengatasinya adalah dengan
membangun sistem pengolahan limbah yang efektif, seperti instalasi septik tank atau
pengolahan air limbah komunal.
4. Pencemaran Air Laut: Limbah plastik, minyak, dan bahan kimia yang berasal dari
aktivitas pelayaran dan industri lepas pantai dapat mencemari air laut. Cara mengatasinya
adalah dengan menerapkan regulasi ketat terhadap pembuangan limbah, meningkatkan
teknologi pembersihan minyak, dan mengurangi penggunaan plastik sekali pakai.
Selain itu, pendidikan dan kesadaran publik tentang pentingnya menjaga kualitas air
juga penting dalam mengatasi pencemaran air. Upaya kolektif dari pemerintah, industri,
pertanian, dan masyarakat diperlukan untuk melindungi sumber air kita dan menjaga
keberlanjutan ekosistem air.
16
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Masalah lingkungan adalah bahwa lingkungan kita menghadapi tantangan serius yang
mempengaruhi kualitas hidup kita dan keberlanjutan planet ini. Beberapa masalah lingkungan
yang mendesak termasuk perubahan iklim, kehilangan keanekaragaman hayati, deforestasi,
pencemaran udara dan air, serta degradasi lahan.
17
18
19
20