Anda di halaman 1dari 15

KEBAKARAN HUTAN YANG TERJADI

DI PULAU KALIMANTAN

Tugas 1
Epidemiologi Lingkungan

Oleh :
CHARLOS MALINO
(NIM 25322920)

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2022
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................................... i


DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB 1 Pendahuluan...................................................................................................... 1
1.1. Deskripsi Permasalahan Lingkungan ..................................................... 1
1.2. Lingkungan Yang Terkait ........................................................................ 2
1.2.1. Lingkungan Prenatal..................................................................... 2
1.2.2. Atmosfer ......................................................................................... 2
1.2.3. Hidrosfer ........................................................................................ 3
1.2.4. Litosfer............................................................................................ 3
1.2.5. Biosfer ............................................................................................. 3
1.2.6. Sosiosfer .......................................................................................... 3
1.3. Agen Yang Terkait ................................................................................... 4
BAB 2 Dampak Lingkungan & Efek Kesehatan ....................................................... 6
BAB 3 Rekomendasi Untuk Menurunkan Dampak Lingkungan & Kesehatan ..... 7
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

Hutan Kalimantan termasuk kekayaan alam yang Indonesia miliki. Namun, kerusakan
yang timbul akibat, pembukaan hutan dan alih fungsi lahan membuat hutan ini hancur.
Kebakaran hutan adalah suatu peristiwa terbakarnya hutan secara alami maupun oleh perbuatan
manusia, sehingga mengakibatkan kerusakan lingkungan yang menimbulkan kerugian.
Kebakaran hutan adalah kejadian berulang setiap tahun yang pada umumnya terjadi pada
musim kemarau, baik di dalam kawasan hutan yang menjadi kewenangan pemerintah maupun
pada lahan-lahan milik masyarakat, namun demikian kebakaran hutan adalah tanggung jawab
kita bersama.
Penyebab dari kebakaran ini meliputi faktor-faktor berikut, kecerobohan manusia,
cuaca panas yang ekstrim dan faktor-faktor lainnya (Kaur et al., 2014). Kebakaran hutan apabila
ditinjau dari aspek faktor yang menyebabkan terjadinya bencana, termasuk dalam kategori
bencana alam dan non alam. Faktor alam yang dapat mempengaruhi terjadinya bencana
kebakaran hutan diantaranya iklim atau cuaca, jenis tanah, penutup lahan, penggunaan lahan,
dan sebagainya sedangkan faktor non alam yang mempengaruhi terjadinya bencana alam
diantaranya aktifitas manusia, pembukaan atau pembersihan lahan, dan sebagainya.

1.1. Deskripsi Permasalahan Lingkungan


Kerusakan hutan telah meningkatkan emisi karbon hampir 20 %. Ini sangat signifikan
karena karbon dioksida merupakan salah satu gas rumah kaca yang berimplikasi pada
kecenderungan pemanasan global. Salju dan penutupan es telah menurun, suhu lautan dalam
telah meningkat dan level permukaan lautan meningkat 100-200 mm selama abad yang terakhir.
Bila laju yang sekarang berlanjut, para pakar memprediksi bumi secara rata-rata 1°C akan lebih
panas menjelang tahun 2025. Peningkatan permukaan air laut dapat menenggelamkan banyak
wilayah. Kondisi cuaca yang ekstrim yang menyebabkan kekeringan, banjir dan taufan, serta
distribusi organisme penyebab penyakit diprediksinya dapat terjadi.
Kebakaran hutan merupakan salah satu bentuk gangguan yang makin sering terjadi.
Dampak negatif yang ditimbulkan oleh kebakaran hutan cukup besar mencakup kerusakan
ekologis, menurunnya keanekaragaman hayati, merosotnya nilai ekonomi hutan dan
produktivitas tanah, perubahan iklim mikro maupun global, dan asapnya mengganggu
kesehatan masyarakat serta mengganggu transportasi baik darat, sungai, danau, laut dan udara.

1
1.2. Lingkungan Yang Terkait
Lingkungan memainkan peran penting dalam hidup sehat dan keberadaan kehidupan di
planet bumi. Bumi adalah rumah bagi berbagai spesies makhluk hidup dan kita semua
bergantung pada lingkungan untuk makanan, udara, air, dan kebutuhan lainnya. Oleh karena
itu, penting bagi setiap individu untuk menyelamatkan dan melindungi lingkungan kita. Adapun
beberapa masalah jika keseimbangan alam tergganggu, sebagai berikut :

1.2.1. Lingkungan Prenatal


Lingkungan prenatal ialah lingkungan manusia sebelum lahir ataupun lingkungan
embrio/janin yang ada di dalam kandungan ibu. Bencana kabut asap akibat kebakaran hutan
sudah sangat berbahaya bagi masyarakat, termasuk untuk ibu hamil. Dr. dr. Ali Sungkar
SpOG(K), dokter spesialis kandungan dan kebidanan, mengatakan, jika paru-paru ibu hamil
terganggu kabut asap, hal itu bisa berakibat infeksi dan adanya penumpukan gas. Sehingga ibu
rentan mengalami hipoksia. Hipoksia merupakan kondisi di mana jaringan tubuh tidak
memiliki kadar oksigen di bawah batas normal. Jika si ibu mengalami hipoksia maka bayi akan
terdampak aliran darahnya tidak mengandung oksigen. adapun beberapa konsekuensi serius
yang akan dihadapi oleh ibu hamil yang terdampak polusi kabut asap, Seperti:
a. Berat Badan Lahir Rendah
b. Kelahiran Prematur
c. Autisme
d. Asma

1.2.2. Atmosfer
Atmosfer bumi adalah lapisan gas yang melingkupi bumi, ketinggian atmosfer antara
ketinggian 0 km di atas permukaan tanah hingga pada ketinggian sekitar 560 km dari atas
permukaan bumi. Zat – zat yang terkandung dalam asap kebakaran hutan antara lain, Karbon
Monoksida (CO), Sulfur Dioksida (SO2), Nitrogen Dioksida (NO2), dan Ozon Permukaan
(O3). Emisi dari kebakaran tentunya memiliki peran dalam pemanasan global. Belum lama ini,
sulit dibayangkan bumi akan mencapai 400 parts per million (ppm) karbon dioksida, batas
simbolis yang tidak pernah dicapai bumi sejak jutaan tahun yang lalu. Namun pada tahun 2019,
konsentrasi CO2 sudah melebihi batas 400 ppm di angka 411 ppm. (Sebagai konteks,
konsentrasi karbon dioksida pra-industri berada di tingkat 280 ppm).

2
Gambar 1.1. Peningkatan suhu dan konsentrasi CO2 di atmosfer

1.2.3. Hidrosfer
Hidrosfer adalah jumlah total air di sebuah planet. Hidrosfer mencakup air di
permukaan planet, di bawah tanah dan di udara. Penurunan kualitas air; Salah satu fungsi
ekologis hutan adalah dalam daur hidrologis. Terbakarnya hutan memberikan dampak
hilangnya kemampuan hutan menyerap dan menyimpan air hujan. Sendimentasi sungai;
Debu dan sisa pembakaran yang terbawa erosi akan mengendap di sungai dan menimbulkan
pendangkalan.

1.2.4. Litosfer
Litosfer adalah lapisan batuan yang membentuk kulit bumi dan merupakan lapisan bumi
paling atas setebal 66 km yang terdiri dari batuan. kebakaran hutan mengakibatkan hutan
menjadi gundul, sehingga tidak mampu lagi menampung cadangan air di saat musim hujan, hal
ini dapat menyebabkan tanah longsor.

1.2.5. Biosfer
Biosfer adalah sistem ekologis global yang menyatukan seluruh makhluk hidup dan
hubungan antar mereka, termasuk interaksinya dengan unsur litosfer (batuan), hidrosfer (air),
dan atmosfer (udara). Hilangnya sejumlah spesies; selain membakar aneka flora, kebakaran
hutan juga mengancam kelangsungan hidup sejumlah binatang. Berbagai spesies endemik
(tumbuhan maupun hewan) terancam punah akibat kebakaran hutan.

1.2.6. Sosiosfer
Sosiosfer, adalah lingkungan sosial. Merupakan lingkungan yang muncul sebagai akibat
dari interaksi di antara manusia dengan manusia lainnya dalam kelompok masyarkat ataupun
interaksi manusia dengan komponen lingkungan lainnya.

3
Kebakaran hutan dapat terjadi oleh faktor yang disengaja dan tidak disengaja. Faktor
kesengajaan ini pada umumnya disebabkan oleh tindakan oknum tidak bertanggung jawab
yang membuang puntung rokok secara sembarangan dan pengusaha-pengusaha kelapa
sawit yang secara sengaja membakar dengan alasan ingin melakukan pembukaan lahan.
Dalam hal ini, ada pengusaha perkebunan sawit yang lebih memilih metode land clearing
dengan cara membakar daripada metode lain, pekerja pembuka lahan yang berasal dari
masyarakat setempat. Pemerintah memberikan hak penguasaan hutan (HPH) kepada
pengusaha-pengusaha perkebunan sawit.
Faktor ekonomi menjadi latar belakang kenapa metode ini lazim dilakukan. Pada
mulanya kerusakan lingkungan hanya terbatas pada tingkat domestik. Namun dalam waktu
yang tidak lama kerusakan lingkungan mulai merambah kawasan wilayah dan juga
mempengaruhi hubungan internasional di ASEAN. Faktor terbesar yang memainkan peran
dalam kerusakan hutan di Indonesia adalah sistem politik, hukum dan ekonomi di Indonesia
yang sangat lemah, sehingga masih banyak yang menganggap bahwa sumber daya hutan
merupakan sumber pendapatan yang dapat dieksploitasi untuk kepentingan politik serta
keuntungan pribadi

1.3. Agen Yang Terkait


Agen penyakit dapat berupa benda hidup atau mati. Pada kasus kebakaran di hutan,
didapati dua agen yang terlibat, yaitu :
a. Agen Fisik (Panas dan radiasi)
b. Agen Kimiawi (Dapat bersifat endogenous seperti asidosis, eksogenous seperti zat kimia,
allergen, gas, debu, dan lain-lain)
Sifat kimia dan fisika yang terjadi saat penyulutan, dilanjutkan dengan pembakaran
(combustion) ditambah dengan tersedianya beban api (fire load) maka kebakaran meningkat
intensitasnya, ditandai dengan kecepatan penjalaran dan panas yang tinggi dalam waktu yang
relatif singkat. Selain itu produk non-termal kebakaran lainnya selain asap, yakni gas-gas hasil
pembakaran (selain CO2 dan CO) seperti HCl dan HCN yang kerap tidak berwarna dan tidak
berbau namun sangat beracun (toxic) sehingga banyak menimbulkan korban.

4
Gambar 1.2. Tahapan Perkembangan Api Terhadap Waktu

Suhu Aman Manusia mempunyai batasan tertentu terhadap peningkatan suhu. Paparan
suhu tinggi dengan waktu yang cukup lama akan meyebabkan luka pada kulit dan bahkan bila
semakin besar suhunya dapat menyebabkan luka bakar pada tubuh yang dapat menyebabkan
kematian.

Tabel 1.1 Batas Kondisi Aman Huni Akibat Paparan Panas

Kondisi udara dan produksi gas pembakaran sangat mempengaruhi kondisi manusia
dapat bertahan hidup untuk mencapai lokasi aman saat evakuasi. Kondisi aman ruangan untuk
keselamatan kebakaran biasanya dikaitkan dengan konsentrasi Karbon Monoksida (CO),
Oksigen (O2), Kabon dioksisida (CO2) maupun gas beracun lain yang dihasilkan proses
pembakaran seperti Hidrogen Sianida (HCN).

Tabel 1.2 Batas Kondisi Aman Huni Akibat Gas Hasil Pembakaran

5
BAB 2
DAMPAK LINGKUNGAN & EFEK KESEHATAN

Kebakaran hutan mempunyai dampak yang sangat merugikan baik untuk skala lokal,
regional maupun global, diantaranya berpengaruh terhadap hilangnya keanekaragaman hayati,
meningkatnya pemanasan global, berkurangnya kualitas kesehatan dan kesempatan berusaha
atau pemenuhan kebutuhan hidup bagi masyarakat (Rianawati, 2005). Selain itu, kebakaran
hutan selain merugikan tanaman secara langsung juga sangat berpengaruh terhadap kualitas
tanah. Pengaruh dari kebakaran hutan dan lahan terhadap tanah akan mempengaruhi tiga sifat
tanah, yaitu sifat fisik tanah, sifat kimia tanah dan sifat biologi tanah (Darwiati dan Nurhaedah,
2010).
Sebuah penelitian pada tahun 2018 menemukan bahwa dampak paparan asap kebakaran
hutan dapat meningkatkan risiko terhadap gangguan kesehatan serius pada sistem pernapasan
manusia. Bahkan, organisasi kesehatan dunia yakni World Health Organization (WHO)
mengungkapkan jika satu dari setiap delapan kematian di dunia disebabkan oleh kondisi yang
terkait dengan dampak pencemaran udara. Berikut adalah beberapa kemungkinan risiko
penyakit yang diakibatkan menghirup asap kebakaran hutan, di antaranya.
1. Gangguan pernapasan, efek kabut asap kebakaran dapat memperburuk kondisi bagi
penderita alergi dan inflamasi pernapasan. Hal ini termasuk bronkitis, pneumonia, PPOK
(penyakit paru obstruktif kronik), sesak napas, hingga asma.
2. Menyebabkan iritasi mata, Menurut studi dari Hopkins Vision Sheila West, asap
kebakaran hutan memiliki efek yang buruk pada mata hingga gangguan kesehatan mata
secara umum.
3. Meningkatkan risiko mengalami kanker paru – paru, Mengutip Cancer Research UK,
bahaya asap kebakaran bagi kesehatan menyebabkan sekitar 1 dari 10 kasus kanker paru-
paru .
4. Mempengaruhi kehamilan dan janin, Berdasarkan data yang dipublikasi oleh eLife, Hasil
analisis tersebut menemukan peningkatan paparan 1 mikrogram per meter kubik materi
partikulat yang bersumber dari api dikaitkan dengan penurunan berat lahir 2,17 gram.
5. Memicu terjadinya penyakit jantung, asap kebakaran lahan gambut berkontribusi dan
dikaitkan dengan kematian lebih tinggi karena penyakit jantung atau kardiovaskular.

6
BAB 3
REKOMENDASI UNTUK MENURUNKAN DAMPAK
LINGKUNGAN & KESEHATAN

Kebakaran hutan memberi banyak kerugian bagi masyarakat dan juga berpengaruh
pada perekonomian negara serta gangguan kesehatan masyarakat akibat paparan asap
kebakaran. Sudah semestinya melakukan pencegahan dini. Berikut ini rekomendasi mengenai
upaya pencegahan kebakaran hutan dan lahan.

1. Analisa titik rawan kebakaran


Kebakaran hutan atau lahan gambut dapat terjadi oleh adanya titik api yang kemudian
menyebar hingga menjadi api besar. Ketika musim kemarau melanda Indonesia, muncul
banyak titik api yang umumnya berada di daerah Kalimantan. Titik api adalah daerah yang
dipenuhi oleh bahan-bahan yang mudah terbakar seperti rumput kering, kayu dan lainnya.
Untuk menentukan titik rawan kebakaran di suatu daerah, kita bisa menggunakan
metode Indeks Keetch Bryam. Metode ini dilakukan dengan penilaian bahaya kebakaran hutan
dengan indeks atau tingkat kekeringan pada daerah tertentu. Dengan analisa yang akurat maka
peluang terbakarnya lahan dapat dicegah dan ditangani lebih lanjut.

2. Mendeteksi kebakaran hutan atau lahan sedini mungkin


Meski sudah dilakukan tindakan pencegahan melalui analisa titik rawan kebakaran, hutan
masih berpeluang untuk terbakar. Untuk memaksimalkan langkah pencegahan kebakaran
hutan, antara lain:
a. Mendirikan menara pengawas yang memiliki jarak pandang jauh, lengkap dengan teropong,
alat deteksi dan komunikasi.
b. Membangun pos jaga di area hutan dan area perbatasan dengan penduduk atau lahan usaha.
c. Melakukan analisa data dari penerbangan, satelit dan data cuaca pada area kawasan hutan.

7
DAFTAR PUSTAKA

Schweithelm, J. dan D. Glover, 1999. Penyebab dan Dampak Kebakaran. Dalam Mahalnya
Harga Sebuah Bencana: Kerugian Lingkungan Akibat Kebakaran dan Asap di
Indonesia. Editor: D. Glover & T. Jessup
Soeriaatmadja, R.E. 1997. Dampak Kebakaran Hutan Serta Daya Tanggap Pengelolaan
Lingkungan Hidup dan Sumberdaya Alam Terhadapnya. Prosiding Simposium:
“Dampak Kebakaran Hutan Terhadap Sumberdaya Alam dan Lingkungan”.
Adinugroho, Wahyu Catur, I N N Siryadiputra, Bambang Hero Saharjo, dan Labueni Siboro.
2004. “Panduan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Gambut.” Bogor: Wetlands
International.
Aditama. 1999. Dampak Asap Kebakaran Hutan Terhadap Kesehatan. Jakarta: YP IDI & IDKI.
Dharmawan. 2003. "Pengaruh Penggunaaan Api Dalam Penyiapan Lahan Terhadap Emisi
Gas."
Faisal, Fikri. 2012. "Dampak asap kebakaran hutan pada pernapasan." Galarraga, Ibon. 2011.
“The Role of Regional Governments in Climate.” Environmental Policy and
Governance 164
http://www.greenpeace.org/seasia/id/press/releases/kebakaran-hutan-indonesia-
menj/
https://lindungihutan.com/blog/hutan-kalimantan/
https://kumparan.com/kumparanmom/dampak-kabut-asap-karhutla-pada-ibu-hamil-
1rtWX9nfOxe/1
https://bnpb.go.id/
Indonesia-investment.com
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990. Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai