Anda di halaman 1dari 10

KETERKAITAN FENOMENA ALAM

KELOMPOK 5
X-AT 6

Anggota Kelompok :

1. Ghani Akmal
2. Fauzan Alif Ramadhan
3. Anung Andre Saputra
4. Pradin Anjelina
5. Lia Hariyanti
6. Vegy Raditha C.
1.
Daftar isi

Cover Makalah ..............................................................................................hal. 1


Daftar isi............................................................................................................................hal. 2
Kata pengantar...................................................................................................................hal. 3
Bab 1 pendahulan..............................................................................................................hal. 4
Identifikasi masalah.........................................................................................................hal. 5
Pembatasan masalah........................................................................................................hal. 5
Kesimpulan........................................................................................................................hal. 9
Kata Pengantar 2.

Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena Berkat
limpahan Rahmat dan karunia nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini
dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas
mengenai “Keterkaitan Fenomena Alam Yang Terjadi”

Makalah ini dibuat dengan bantuan dari seluruh anggota kelompok untuk
membantu menyelesaikan beberapa hambatan selama mengerjakan makalah ini.
Oleh karena itu, Kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada
semua anggota kelompok yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah
ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberi saran dan kritik
yang dapat membangun kami. Kritik Konstruktif dari pembaca sangat kami
harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.
Bab 1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Masalah

Bencana alam karena gejala alam biasanya sulit untuk diperkirakan dan sulit pula untuk
dihindari. Manusia sering tidak berdaya untuk menghentikannya karena kekuatannya di luar
jangkauan kemampuan manusia, berdasarkan statistik mulai Tahun 2002 sampai Tahun 2010
wilayah Indonesia 83 % adalah wilayah rawan bencana. Sebagai contoh, bencana letusan
gunung api tidak bisa dihentikan karena manusia kekuatannya sangat dahsyat dan kemampuan
manusia yang terbatas. Manusia hanya berupaya mengurangi dampak buruk yang ditimbulkan
dengan memantau perkembangannya dan segera melakukan evakuasi ketika bencana terjadi.

Secara geografis Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan empat
lempeng tektonik yaitu lempeng Benua Asia, Benua Australia, lempeng Samudera Hindia dan
Samudera Pasifik. Pada bagian selatan dan timur Indonesia terdapat sabuk vulkanik (volcanic
arc) yang memanjang dari Pulau Sumatera, Jawa – Nusa Tenggara, Sulawesi, yang sisinya
berupa pegunungan vulkanik tua dan dataran rendah yang sebagian didominasi oleh rawa-rawa.
Kondisi tersebut sangat berpotensi sekaligus rawan bencana seperti letusan gunung berapi,
gempa bumi, tsunami, banjir dan tanah longsor.
Wilayah Indonesia terletak di daerah iklim tropis dengan dua musim yaitu panas dan hujan
dengan ciri-ciri adanya perubahan cuaca, suhu dan arah angin yang cukup ekstrim. Kondisi
iklim seperti ini digabungkan dengan kondisi topografi permukaan dan batuan yang relatif
beragam, baik secara fisik maupun kimiawi, menghasilkan kondisi tanah yang subur.
Sebaliknya, kondisi itu dapat menimbulkan beberapa akibat buruk bagi manusia seperti
terjadinya bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, kebakaran hutan dan
kekeringan.

4.
1.2 Identifikasi masalah

Masalah yang akan di identifikasi di makalah ini:


1. Keterkaitan Fenomena Alam.
2. Contoh bencana alam yang terjadi di sekitar.
3. Cara penanggulangan bencana alam.

1.3 Pembatasan Masalah

A. Perubahan Iklim
Perubahan iklim mengacu pada perubahan suhu dan pola cuaca dalam jangka panjang.
Pergeseran ini mungkin bersifat alami, tetapi sejak periode 1800-an, aktivitas manusia telah
menjadi pendorong utama perubahan iklim, terutama dengan pembakaran bahan bakar fosil
(seperti batu bara, minyak, dan gas) yang menghasilkan gas yang memerangkap panas. Sebuah
survei 2019 oleh YouGov dan Universitas Cambridge berkesimpulan
bahwa Indonesia memiliki persentase penyangkal perubahan iklim terbesar (18 persen),
diikuti Saudi Arabia (16 persen) dan Amerika Serikat (13 persen).
Salah satu jenis ekositem yang sangat penting keberadaannya adalah ekosistem hutan. Ia
merupakan kelompok ekosistem alamiah daratan yang sering dijuluki “paru-paru bumi”. Salah
satu parameter mudah untuk menakar kesehatan bumi adalah dengan mencermati keadaan
hutannya. Dan, jika diambil sampel yang ada dewasa ini, bisa kita simpulkan bumi sedang
“sakit” sebab semakin hari ekosistem hutan semakin terbatas hanya pada wilayah tertentu saja.
Kerusakan hutan telah dianggap sebagai biang terjadinya bencana banjir dan tanah longsor.
Sementara, perkembangan luas tambang, perkebunan monokultur, perumahan, infrastruktur
jalan lintas provinsi dan pabrik-pabrik semakin mengurangi tutupan lahan hijau kawasan.
Dampak perubahan iklim dan kerusakan alam mewujud dalam beragam bencana
hidrometeorologis di Indonesia. Bersamaan dengan perubahan iklim, intensitas dan curah
hujan semakin deras membuat kapasitas air sungai meluap, merendam perumahan sekitar
bantaran sungai (banjir kiriman), air saluran kota meluber menggenangi jalanan dan
permukiman (banjir lokal), serta limpasan air laut menerjang permukiman/bangunan pesisir
(banjir rob).
Pertama, cuaca ekstrem yang menyebabkan hujan lebat dan bencana hidrometeorologis
menandakan pemanasan global dan perubahan iklim terus terjadi. Semua rencana
pembangunan daerah harus memperhitungkan faktor pengurangan risiko bencana. Kebijakan
rencana tata ruang wilayah, rencana detail tata ruang, rencana tata bangunan dan lingkungan,
panduan rancang kota/kawasan perkotaan/wisata/strategis nasional/ekonomi khusus, serta
pengendalian pembangunan wilayah harus disesuaikan dengan potensi dampak perubahan
iklim.

5.
Kedua, hujan lebat, angin badai, pasang laut, panas terik matahari, merupakan fenomena alam
yang terus terjadi berulang setiap musim. Apa yang kita alami (berbagai bencana) adalah
konsekuensi logis dari apa yang telah kita lakukan. Semua yang kita hancurkan (terhadap alam)
harus kita bangun ulang. Masyarakat lebih membutuhkan dari sekadar pemberian bantuan
sosial, penyiapan posko pengungsian, hingga rencana relokasi perumahan. Pemerintah dituntut
untuk melakukan pembenahan berbasis data dan penelitian mendalam, serta perencanaan lebih
matang selaras dengan pengurangan risiko bencana.
Ketiga, ada empat elemen ekosistem manusia, yakni sumber daya kritis atau terpenting
(adaptasi alam, sosial, ekonomi, dan budaya), institusi/lembaga sosial, siklus sosial, dan
tatanan sosial (identitas, norma, hierarki). Pengorganisasian dan interaksi yang tepat antara
keempat elemen dengan menjaga kelestarian alam menjadi kunci ekosistem manusia dapat
bertahan dan berkelanjutan.
Keempat, pemerintah harus mengevaluasi (dan merevisi) kebijakan tata ruang wilayah dengan
kondisi bencana di lapangan. Pemerintah dituntut bertindak tegas menegakkan aturan dan
menertibkan seluruh bangunan yang melanggar tata ruang wilayah. Warga yang membangun
permukiman di bantaran sungai (rawan banjir), tanah lereng (rentan longsor), tepi pantai (banjir
rob), kaki gunung berapi (letusan gunung), jalur sesar gempa (risiko gempa, likuefaksi) harus
digeser ke zona hunian aman bencana. Kawasan zona merah ditetapkan sebagai ruang terbuka
hijau pengaman berupa hutan konservasi.

B. Fenomena Yang Terjadi Akibat Perubahan Iklim


Perubahan iklim berdampak sangat luas pada kehidupan masyarakat. Kenaikan suhu bumi
tidak hanya berdampak pada naiknya temperatur bumi tetapi juga mengubah sistem iklim yang
mempengaruhi berbagai aspek pada perubahan alam dan kehidupan manusia, seperti kualitas
dan kuantitas air, habitat, hutan, kesehatan, lahan pertanian dan ekosistem.
Perubahan iklim berdampak pada terjadinya bencana alam dimana-mana mulai dari badai
topan, badai siklon tropis, banjir, endemic, kekeringan, El Nino, kelaparan, tsunami dan
berbagai bencana lainnya yang mengakibatkan hilangnya fungsi ekosistem yang berdampak
pada terjadinya bencana ekologis.
Beberapa contoh fenomena alam akibat perubahan iklim:
1. Berkurang nya Kuantitas Air
Pemanasan global akan meningkatkan jumlah air pada atmosfer, yang kemudian meningkatkan
curah hujan. Meski kenaikkan curah hujan sebetulnya dapat meningkatkan jumlah sumber air
bersih, namun curah hujan yang terlalu tinggi mengakibatkan tingginya kemungkinan air untuk
langsung kembali ke laut, tanpa sempat tersimpan dalam sumber air bersih untuk digunakan
manusia.

2. Gagal Panen
Para petani sayur di wilayah lereng timur Gunung Slamet, Jawa Tengah, mulai mengeluhkan
peningkatan penyakit tanaman yang disebabkan oleh hama tanaman yang menyerang
tanaman mereka. Terkait fenomena ini, Kepala Balai Penelitian Lingkungan Pertanian

6.
Kementerian Pertanian, Prihasto Setyanto menjelaskan bahwa pemanasan global telah terjadi
di Indonesia. Pemanasan global memicu perubahan iklim yang berdampak pada serangan
hama dan penyakit tanaman. Hal ini dikarenakan siklus perkembangan hama tanaman tidak
terputus.

3. Cairnya Es dan Gletser


Profesor Richard Tol dari Sussex University, Inggris memperkirakan dampak negatif
pemanasan global akan melampaui dampak positifnya bila terjadi peningkatan suhu sampai 1,1
derajat celdius. Peningkatan suhu tersebut diprediksikan akan tercapai sebentar lagi. Profesor
Tol menyampaikan bahwa peningkatan suhu bumi akan menyebabkan hilangnya lapisan es di
Arktik pada musim panas, dan menipisnya lapisan tersebut pada musim dingin, jika
dibandingkan dengan musim dingin-musim dingin sebelumnya.
Pada tahun 1998, terdapat lima gletser di Puncak Jaya. Tapi kini, hanya terdapat 3 gletser. Hal
ini terjadi karena gletser tersebut mencair yang disebabkan oleh peningkatan suhu bumi yang
menyebabkan pemanasan global. Jika kondisi suhu bumi tetap pada kondisi seperti ini, NASA
memprediksikan seluruh gletser di Papua akan musnah pada 20 tahun mendatang. Pada tahun
1998, terdapat lima (5) gletser di Puncak Jaya. Tapi kini, hanya terdapat tiga (3) gletser yang
tinggal. Hal ini terjadi karena gletser tersebut mencair karena pemanasan global yang
diakibatkan oleh peningkatan suhu bumi. Jika kondisi suhu bumi tetap pada kondisi sekarang,
NASA memprediksikan seluruh gletser di Papua akan musnah pada 20 tahun mendatang.

C. Upaya Peredaman Risiko Bencana

Bencana ekologis menjadi ancaman bagi setiap negara sehingga perlu adanya tindakan
preventif dalam mereduksi risiko bencana yang akan ditimbulkan, perubahan iklim dalam
waktu yang sangat lama tidak terbatas pada aspek-aspek iklim dan lingkungan, pengurangan
emisi gas CO2 di udara menjadi sesuatu yang penting untuk dilakukan pengurangan dampak
pemanasan global di dunia. Pencegahan dan pengelolaan lingkungan harus dimulai secara dini
untuk menilai risiko dan kondisi alam yang tidak stabil terhadap ancaman bencana ekologis.
Pengurangan risiko bencana meliputi tahapan sebelum bencana, saat bencana dan setelah
bencana, pada tahapan sebelum bencana manajemen risiko dapat dilakukan dengan melakukan
upaya-upaya pencegahan atau mitigasi, merupakan upaya terpadu yang dilakukan untuk
meminimalkan risiko bencana, mitigasi dapat dilakukan denganpenilaian risiko bencana
berdasarkan atas analisa ancaman (hazard) yang diakibatkan perubahan iklim global, mengenal
ancaman untuk mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi terjadinya bencana, khususnya
bencana ekologis, dari faktor-faktor di atas kemudian dilakukan penilaian terhadap kerentanan
(vulnerability) dalam suatu komunitas untuk menerima dampak ancaman sehingga dapat
mengetahui tingkat risiko bencana.
Mitigasi dapat dilakukan dengan melakukan du pendekatan antara lain pendekatan structural
yang mengacu pada infrastruktur yang mendukung pengurangan pengaruh pemanasan global
dan risiko bencana, serta pendekatan non structural dengan pendekatan masyarakat sebagai
perancang dan perencana suatu tindakan mitigasi bencana. Ancaman adalah sesuatu yang dapat
mengkibatkan terjadinya bencana baik secara alamiah (natural disaster) maupun akibat ulah

7.
manusia itu sendiri (man-made disaster). Atas penilaian risiko bencana dapat dijadikan tolak
ukur suatu rencana strategis dalam membangun suatu kesiapsiagaan dalam satu komunitas
untuk menghadapi risiko bencana, sistem peringatan dini harus dimiliki sebagai tanda yang
dapat memberikan informasi adanya ancaman risiko bencana. Risiko bencana merupakan
hubungan antara komponen-komponen ancaman (hazard), kerentanan (vulnerability) dan
kemampuan (capacity) dalam mengelola ancaman. Jika dilihat hubungannya risiko bencana
dapat dirumuskan sebagai berikut :

RI = Hazard x Vulnerability/Capacity

Dimana : RI = Risiko Bencana

H = Hazard

V = Vulnerability

C = Capacity
Semakin tinggi nilai ancaman dan nilai kerentanan maka risiko bencana semakin tinggi, untuk
mengurangi risiko bencana perlu melakukan peningkatan nilai kerentanan (vulnerability)
menjadi kapasitas (capacity) dengan melakukan penguatan kapasitas di dalam masyarakat
dalam mengelola lingkungan, mengenal ancaman, mengetahui dampak yang dapat ditimbulkan
oleh faktor-faktor yang mengakibatkan terjadinya bencana dalam lingkungan (disaster
ecology).

8.
1.4 Kesimpulan

Perubahan iklim yang terjadi akibat pemanasan global di dunia memberikan dampak terhadap
terjadinya bencana-bencana alam yang merupakan bencana ekologis, dimana terjadi
hilangnya keseimbangan ekologi seperti badai siklon tropis, air pasang dan banjir, kenaikan
temperature ekstrim, endemic, tsunami, kekeringan dan El Nino. Hal ini berdampak pada
kondisi lingkungan disekitarnya. Bencana merupakan akumulasi dari faktor-faktor alam yang
telah mengalami ganguan keseimbangan dimana ada suatu kerentanan (vulnerability) pada
suatu wilayah yang terkena dampak sehingga menurunnya daya tangkal masyarakat dalam
menerima risiko bencana, seringkali bencana yang terjadi silih berganti dalam satu waktu
yang sama (bencana kembar). Upaya pengurangan risiko bencana dapat dilakukan dengan
melakukan tahapan manajemen bencana yang meliputi pencegahan dan mitigasi;
kesiapsiagaan; manajemen emergensi, pemulihan dan rencana aksi yang dapat berimplikasi
terhadap pengurangan risiko bencana.
Upaya peredaman risiko bencana merupakan upaya terpadu dan terencana yang dilakukan
dalam manajemen bencana sehingga dapat diimplementasikan ke dalam pengeloalaan
lingkungan yang berbasis pengurangan risiko bencana, dengan mengurangi efek pemanasan
global yang saling berhubungan antara pengurangan risiko bencana, pengurangan global
warming dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development)

9.
Daftar Pusaka
Website:
https://investor.id/opinion/236169/keterkaitan-dan-keterikatan-bencana-dan-rencana
http://ditjenppi.menlhk.go.id/kcpi/index.php/info-iklim/dampak-fenomena-perubahan-
iklim#:~:text=P
http://www.mongabay.co.id/2016/05/26/suhu-lingkungan-meningkat-banyak-petani-sayur-
gagal-panen-dampak-perubahan-iklim/
http://www.bbc.com/indonesia/majalah/2015/11/151116_majalah_dampak_perubahanikli
m

http://nationalgeographic.co.id/berita/2012/09/satelit-nasa-perlihatkan-menghilangnya-es-
di-puncak-jaya

10.

Anda mungkin juga menyukai