Anda di halaman 1dari 5

Nama : Fenit Aria

NPM/NIM : 2006104030014
Prodi : Bimbingan dan Konseling
MK / Kelas : PKL / 19
Dosen Pembimbing :Raida Fuadi, SE., Ak., MM

RESUME

MATERI 10
Seminar Tematik Kebencanaan

Seminar Internasional – Informasi Geospasial Tematik Bencana Alam

Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki bencana alam dengan tingkat risiko tinggi
sebagai akibat dari kondisi geografi, klimatologi dan juga demografi. Kondisi geografi Indonesia
yang terletak diantara dua benua dan dua samudra terbukti memberikan keuntungan ekonomi,
namun di sisi lain juga menyimpan potensi bencana alam. Kodrat alam Indonesia yang berada
pada pertemuan antara tiga lempeng tektonik, menjadikan Indonesia kaya akan sumberdaya
tambang yang sangat berharga, namun wilayah ini juga rawan akan gempa bumi, tsunami dan
tanah longsor. Kondisi bencana ini diperburuk dengan kenyataan bahwa setiap bencana memiliki
tingkat kerentanan yang tinggi, sementara kapasitas dari masyarakat untuk mengurangi dampak
negatif dari setiap bencana masih rendah. Oleh karena itu, penelitian mengenai risiko bencana
sangat penting dilakukan secara terus menerus. Upaya mitigasi dan adaptasi yang didasarkan pada
informasi lokal sangat diperlukan untuk meminimalkan risiko bencana di negara ini.
Manajemen bencana merupakan usaha yang kompleks dan memerlukan analisis yang
komprehensif. Sementara komponen–komponennya seperti kerawanan, kerentanan, bahaya, risiko
dan kapasitas, masih terpisah-pisah diantara para ahli. Selain itu, pengembangan alat dan teknik
untuk menggunakan dan menggabungkan komponen-komponen tersebut dalam satu sistem
manajemen risiko bencana masih harus terus ditingkatkan. Tantangan yang muncul kemudian
adalah bagaimana mengkomunikasikan pengetahuan dan analisis mengenai manajemen risiko
bencana menjadi satu kesatuan analisis yang terpadu.
Dengan berlandaskan pada kebutuhan nasional untuk manajemen risiko bencana yang
dirasa sangat penting dan mendesak seperti disebutkan di atas, maka Badan Informasi Geospasial
(BIG), bekerja sama dengan Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada menggelar seminar
internasional dengan tajuk “Communicating Multi-scientific Analyses on Disaster Risk
Management”. Tujuan dari seminar ini adalah : (1) memfasilitasi pertukaran informasi dan
teknologi terkait dengan manajemen bencana dan pengelolaan informasi geospasial tematik
pendukungnya; (2) berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam manajemen bencana dan
memformulasikannya ke dalam satu pendekatan yang komprehensif.
Seminar ini dihadiri oleh para pakar, ilmuwan dan birokrat dengan berbagai latar belakang
keilmuan dalam manajemen bencana dari dalam dan luar negeri. Hadir sebagai pembicara kunci
dan narasumber antara lain adalah Kepala BIG, Dr. Asep Karsidi, Kepala BNPB, Dr. Syamsul
Maarif, Gubernur D.I. Yogyakarta, Sri Sultan HB X, Prof. Lavigne (University Sorbone 1
Perancis), Prof. Masatomo Umitsu (Chiba University), Kristy Van Putten (AIFDR-Australia), Dr.
Surono (Badan Geologi), Dr. Manzul Kumar Hazarika (ADPC Thailand), Dr. Laurentino do
Carmo (NDMO Timor Leste), Dr. Dyah Rahmawati (UGM), Dr. Widjo Kongko (BPPT), dan Dr.
Nurwadjedi (BIG).
MATERI 11
Pengenalan tentang Kerusakan Lingkungan dan Isu Prubahan Iklim

A. Kerusakan Lingkungan

Kerusakan lingkungan adalah deteriorasi lingkungan dengan hilangnya sumber daya air,
udara, dan tanah; kerusakan ekosistem dan punahnya fauna liar. Kerusakan lingkungan adalah
salah satu dari sepuluh ancaman yang secara resmi diperingatkan oleh High Level Threat Panel
dari PBB. The World Resources Institute (WRI), UNEP (United Nations Environment
Programme), UNDP (United Nations Development Programme), dan Bank Dunia telah
melaporkan tentang pentingnya lingkungan dan kaitannya dengan kesehatan manusia.
Kerusakan lngkungan terdiri dari berbagai tipe. Ketika alam rusak dihancurkan dan sumber
daya menghilang, maka lingkungan sedang mengalami kerusakan. Environmental Change and
Human Health, bagian khusus dari laporan World Resources 1998-99 menjelaskan bahwa penyakit
yang dapat dicegah dan kematian dini masih terdapat pada jumlah yang sangat tinggi. Jika
perubahan besar dilakukan demi kesehatan manusia, jutaan warga dunia akan hidup lebih lama.
Di negara termiskin, satu dari lima anak tidak bisa bertahan hidup hingga usia lima tahun, terutama
disebabkan oleh penyakit yang hadir karena keadaan lingkungan yang tidak baik. Sebelas juta
anak-anak meninggal setiap tahunnya, terutama disebabkan oleh malaria, diare, dan penyakit
pernapasan akut, penyakit yang sesungguhnya sangat mungkin untuk dicegah.
B. Isu Prubahan Iklim

Perubahan iklim kini sering disebut-sebut dan dianggap sebagai masalah besar bagi Bumi.
Dilansir dari CNN, istilah perubahan iklim digunakan untuk menggambarkan perubahan jangka
panjang pada suhu global dan pola cuaca. Suhu Bumi telah berubah secara drastis dalam 4,5 miliar
tahun, dimulai dari Zaman Es Huronian yang menutupi sebagian besar planet dengan es selama
hampir 300 juta tahun. Saat ini, perubahan iklim umumnya digunakan sebagai istilah untuk
menggambarkan efek pemanasan global yang telah terjadi sebagai akibat dari aktivitas manusia
setelah revolusi industri pada abad ke-18. Dampak perubahan iklim tergantung pada seberapa
panas Bumi. Pada Januari 2018, IPCC merilis laporan nyata tentang efek peningkatan suhu 1,5
derajat celcius. Dampaknya meliputi kondisi cuaca yang lebih ekstrem, naiknya permukaan laut,
kerusakan ekosistem pesisir, hilangnya spesies dan tanaman vital, masalah kesehatan, serta
masalah ekonomi global.
Perubahan iklim merupakan pergeseran jangka panjang dalam iklim, seperti suhu, curah
hujan, dan angin. Perubahan iklim biasa disebut juga pemanasan global, yang mengacu secara
khusus untuk peningkatan suhu bumi. Pemanasan inilah yang pada akhirnya menyebabkan
perubahan iklim. Perubahan Iklim dapat menyebabkan peristiwa cuaca ekstrim seperti banjir dan
badai, kenaikan permukaan laut, dan peningkatan suhu, yang pada gilirannya dapat menyebabkan
gelombang panas dan kekeringan. Perubahan ini dapat mempengaruhi kesehatan manusia, kualitas
udara, pertanian dan persediaan makanan, hutan, ekosistem, daerah pantai, dan sumber daya air.
Perubahan iklim dapat menyebabkan kebakaran hutan dan debu dari tanah kering, meningkatkan
partikulat polusi di udara . Kondisi cuaca stagnan dapat menyebabkan peningkatan ozon dan asap.
Naiknya permukaan laut dapat meningkatkan risiko dari peristiwa cuaca ekstrim seperti banjir di
daerah pesisir.
Perubahan cuaca ekstrim dapat berpengaruh langsung dan tidak langsung ke manusia. Suhu
hangat atau dingin yang ekstrim yang disebabkan oleh perubahan iklim dapat memperburuk
beberapa penyakit kronis, termasuk penyakit jantung dan pernapasan. Temperatur yang sangat
tinggi dapat menyebabkan stroke panas (Heat stroke). Perubahan pada ekosistem dapat
mengakibatkan produksi serbuk sari yang lebih tinggi yang dapat memperburuk penderita penyakit
alergi dan pernapasan. Perubahan iklim juga dapat meningkatkan penyakit iklim sensitif dan
membuat virus terbawa air. Kekurangan makanan akibat perubahan pola pertanian dapat
meningkatkan risiko kekurangan gizi. Kondisi cuaca juga bisa mendukung populasi nyamuk dan
meningkatkan penyebaran malaria.

Anda mungkin juga menyukai