Anda di halaman 1dari 22

MANAJEMEN BENCANA EKOLOGI

KEBAKARAN HUTAN DI WILAYAH ACEH BESAR

Disusun Oleh :
Afifah Anwar ( 210305021 )

Dosen Pengampu:
Fatimahsyam,S.E.M.Si

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
DARUSSALAM – BANDA ACEH
2023-2024

0
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Manajemen Bencana Kebakaran
Hutan dan Lahan di wilayah Aceh Besar tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada mata
kuliah Manajemen Bencana. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan bagi para pembaca dan juga bagi para penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada ibuk Fatimahsyam,S.E.M.Si. Selaku dosen mata
kuliah Manajemen Bencana yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini
tersebut.

Banda Aceh, 01 Juni 2023

Penulis

1
DAFTAR ISI

MANAJEMEN BENCANA EKOLOGI KEBAKARAN HUTAN ........................................................................0


KATA PENGANTAR.................................................................................................................................1
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................2
BAB I......................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................3
A. Latar Belakang...............................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................................3
c. Tujuan Penulisan............................................................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN........................................................................................................................................5
A. DESKRIPSI BENCANA EKOLOGI KEBAKARAN LAHAN,MENGAPA TERJADI,BAGAIMANA KERUSAKAN
SUMBER DAYA ALAM BISA MENYEBABKAN BENCANA EKOLOGI...................................................5
B. BAGAIMANA DAMPAK BENCANA EKOLOGI KEBAKARAN LAHAN PADA MASYARAKAT...............12
C. BAGAIMANA UPAYA MELAKUKAN PENGELOALAAN BENCANA EKOLOGI DENGAN PENDEKATAN
MANAJEMEN BENCANA...............................................................................................................13
i.Mitigasi
ii.Kesiapsiagaan
iii.Tanggap Darurat Bencana
iv.Pemulihan
BAB III..................................................................................................................................................23
PENUTUP.............................................................................................................................................23
A. KESIMPULAN...............................................................................................................................23
B. SARAN..........................................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................24

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penanggulangan kebakaran merupakan fungsi wajib pemerintah, baik pemerintah


kabupaten/kota, pemerintah provinsi maupun pemerintah pusat, namun dalam hal ini
khususnya pemerintah daerah yang terdiri dari Pemerintah Kabupaten Aceh Besar dan
Pemerintah Aceh.

Kebakaran hutan di Indonesia menyebabkan pencemaran udara, bahkan pencemaran


udara yang sangat parah, dan berdampak negatif terhadap pendidikan, ekonomi, dan
terutama kesehatan manusia. Terjadinya kebakaran hutan seperti anugerah tahunan yang
berulang di beberapa titik akumulasi di beberapa daerah.

Hutan juga merupakan warisan nenek moyang kita yang harus dilindungi, bahkan
merupakan sumber daya alam yang tidak tergantikan karena mengandung keanekaragaman
hayati sebagai sumber rebung, kayu dan hasil hutan lainnya, pengaturan suplai air,
pencegahan banjir dan erosi serta kesuburan tanah. pelestarian alam untuk kepentingan ilmu
pengetahuan, budaya, rekreasi, pariwisata dan lainnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah Deskripsi Bencana Ekologi, Mengapa Terjadi dan Bagaimana Penyebab Terjadinya?
2. Bagaimana Dampak Bencana Ekologi Terhadap Masyarakat?
3. Bagaimana Upaya Melakukan Pengelolaan Bencana Ekologi dengan Pendekatan
Manajemen Bencana?

3
c. Tujuan Penulisan

1. Untuk Mengetahui Deskripsi Bencana Ekologi, Mengapa Terjadi dan Bagaimana


Penyebab Terjadinya?
2. Untuk Mengetahui Dampak Bencana Ekologi Terhadap Masyarakat?
3. Untuk Mengetahui Upaya Untuk Melakukan Pengelolaaan Bencana Ekologi
dengan Pendekatan Manajemen Bencana?

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. DESKRIPSI BENCANA EKOLOGI

1. Bencana Ekologi Kebakaran Hutan

Bencana ekologi merujuk pada kejadian yang menyebabkan kerusakan besar terhadap
ekosistem alami. Hal ini biasanya disebabkan oleh gangguan manusia terhadap lingkungan
alami, seperti deforestasi, polusi, perubahan iklim, atau aktivitas industri yang tidak
bertanggung jawab.

Bencana ekologi dapat memiliki dampak yang serius terhadap kehidupan manusia dan spesies
lainnya. Kerusakan ekosistem dapat mengganggu rantai makanan, mengurangi keanekaragaman
hayati, dan mengganggu ketersediaan sumber daya alam yang penting bagi manusia, seperti air
bersih dan tanah subur.

Contoh bencana ekologi termasuk kebakaran hutan yang merusak habitat alami dan
menyebabkan hilangnya flora dan fauna, pencemaran air akibat tumpahan minyak atau limbah
industri yang merusak kehidupan akuatik, atau perubahan iklim yang mengakibatkan banjir,
kekeringan, atau kenaikan permukaan laut.

Dalam beberapa kasus, bencana ekologi dapat berdampak jangka panjang dan sulit untuk
dipulihkan. Diperlukan tindakan preventif dan mitigasi yang tepat untuk mencegah atau
mengurangi dampak bencana ekologi. Ini melibatkan upaya konservasi lingkungan, pengelolaan
sumber daya alam secara berkelanjutan, serta pengembangan kebijakan dan praktik yang ramah
lingkungan. Kesadaran akan pentingnya menjaga keseimbangan ekologi dan memperhatikan
dampak aktivitas manusia terhadap lingkungan menjadi kunci dalam mencegah bencana
ekologi di masa depan.
5
2. Mengapa Terjadinya Bencana Ekologi Kebakaran hutan

Bencana ekologi kebakaran hutan terjadi ketika api meluas secara tidak terkendali di area hutan
atau lahan yang terdiri dari vegetasi yang mudah terbakar. Kebakaran hutan dapat memiliki dampak
ekologis yang signifikan, termasuk kerusakan ekosistem, hilangnya habitat dan keanekaragaman hayati,
pelepasan gas rumah kaca, dan perubahan iklim.

Berikut adalah beberapa faktor utama yang berkontribusi terhadap terjadinya kebakaran hutan:
1. Cuaca dan iklim: Cuaca kering, panas, dan angin kencang dapat menciptakan kondisi yang sangat
rentan terhadap kebakaran hutan. Curah hujan yang rendah dan kelembaban yang rendah menyebabkan
vegetasi menjadi kering dan mudah terbakar. Iklim El Niño, yang menghasilkan cuaca kering di
beberapa wilayah, sering dikaitkan dengan peningkatan risiko kebakaran hutan.

2. Aktivitas manusia: Aktivitas manusia, baik disengaja maupun tidak disengaja, merupakan penyebab
utama kebakaran hutan di banyak wilayah. Praktik pertanian dengan metode pembakaran terbuka,
pembukaan lahan untuk perkebunan, dan pembakaran sampah dapat memicu kebakaran yang tidak
terkendali. Selain itu, kecerobohan manusia, seperti membuang puntung rokok yang masih menyala atau
meninggalkan api unggun tanpa pengawasan, juga dapat menyebabkan kebakaran hutan.

3.Vegetasi yang mudah terbakar: Beberapa jenis vegetasi memiliki sifat yang membuatnya lebih rentan
terhadap kebakaran. Tumbuhan dengan kandungan minyak atau resin yang tinggi, dedaunan kering yang
menumpuk di permukaan tanah, atau vegetasi yang mudah terbakar saat mengalami kekeringan adalah
faktor-faktor yang meningkatkan risiko kebakaran hutan.

6
3. Bagaimana Kerusakan Sumber Daya Alam Bisa Menyebabkan Bencana Ekologi
Kebakaran Hutan

Kerusakan sumber daya alam dapat berperan penting dalam memicu bencana ekologi kebakaran
hutan. Berikut ini adalah beberapa faktor yang menjelaskan hubungan antara kerusakan sumber
daya alam dan bencana kebakaran hutan:

1. Penggundulan Hutan: Penggundulan hutan yang tidak terkendali, terutama melalui metode
penebangan liar atau tidak berkelanjutan, menghilangkan vegetasi dan pohon-pohon yang
seharusnya berperan dalam menjaga keseimbangan ekosistem hutan. Akibatnya, tanah yang
tidak tertutup oleh vegetasi menjadi lebih rentan terhadap kekeringan dan paparan sinar
matahari langsung. Kelembaban yang hilang dari tanah akan mengurangi kelembaban udara
di sekitar hutan dan menciptakan kondisi yang lebih kering yang dapat memicu kebakaran.

2. Perubahan Iklim: Kerusakan sumber daya alam, terutama dalam bentuk deforestasi, dapat
berkontribusi pada perubahan iklim global. Perubahan iklim dapat meningkatkan suhu rata-
rata dan menyebabkan kondisi cuaca yang lebih kering di beberapa wilayah. Keadaan ini
menciptakan lingkungan yang lebih rentan terhadap kebakaran hutan. Suhu yang lebih
tinggi, curah hujan yang berkurang, dan angin kencang dapat memicu dan mempercepat
penyebaran api.

3. Pertanian dan Pembukaan Lahan: Konversi hutan menjadi lahan pertanian atau pemukiman
manusia juga dapat memicu kebakaran hutan. Penebangan hutan untuk memberi tempat
bagi aktivitas pertanian atau perumahan seringkali tidak mempertimbangkan konsekuensi
yang mungkin timbul. Penebangan dan pembakaran hutan secara tidak terkendali untuk
membersihkan lahan dapat menghilangkan vegetasi yang bisa bertindak sebagai barier
alami untuk mencegah penyebaran api. Selain itu, aktivitas pertanian seperti pembakaran
lahan gambut juga dapat menyebabkan kebakaran hutan yang sulit dikendalikan.

4. Perubahan Ekosistem: Kerusakan sumber daya alam dapat mengganggu keseimbangan


ekosistem. Misalnya, perusakan ekosistem pesisir seperti terumbu karang atau hutan bakau
dapat mengurangi proteksi alami terhadap gelombang badai dan banjir. Akibatnya,
ekosistem yang rusak menjadi lebih rentan terhadap dampak bencana alam, termasuk
kebakaran hutan.
7
5. Praktik Pengelolaan yang Tidak Tepat: Praktik pengelolaan sumber daya alam yang tidak
tepat, seperti pembakaran lahan yang tidak terkendali atau penanganan yang tidak baik
terhadap limbah atau bahan kimia beracun, dapat memicu kebakaran hutan. Misalnya,
pembakaran sampah yang tidak terkendali dapat menyebabkan.

Dalam kesimpulannya, kerusakan sumber daya alam seperti penggundulan hutan yang tidak
terkontrol, perubahan iklim, pemanasan global, aktivitas manusia yang tidak bijaksana, dan
kelebihan bahan bakar merupakan faktor-faktor yang dapat menyebabkan bencana ekologi
kebakaran hutan.

B.Bagaimana Dampak Bencana Ekologi Kebakaran Hutan Terhadap Masyarakat

Bencana ekologi kebakaran hutan memiliki dampak yang signifikan terhadap masyarakat.
Berikut adalah beberapa dampak yang dapat terjadi:
1. Kesehatan Masyarakat: Kebakaran hutan menghasilkan asap yang mengandung partikel-
partikel berbahaya dan zat kimia beracun. Paparan terhadap asap ini dapat menyebabkan
gangguan pernapasan, iritasi pada mata dan tenggorokan, serta masalah kesehatan
lainnya. Dalam jangka panjang, paparan asap kebakaran hutan juga dapat meningkatkan
risiko penyakit pernapasan kronis, seperti asma dan penyakit paru obstruktif kronis
(PPOK).
2. Ekonomi: Kebakaran hutan dapat berdampak negatif pada sektor ekonomi masyarakat.
Misalnya, sektor pertanian dan perkebunan dapat mengalami kerugian besar karena
lahan-lahan pertanian yang terbakar, menghancurkan tanaman, dan mengganggu
keberlanjutan produksi pangan. Selain itu, kebakaran hutan juga dapat merusak properti
dan infrastruktur, seperti bangunan, jalan, dan jembatan, yang dapat menghambat
aktivitas ekonomi.
3. Pengungsian dan Pengungsian: Ketika kebakaran hutan meluas dan mengancam
pemukiman penduduk, masyarakat terpaksa dievakuasi dari rumah mereka. Proses
pengungsian ini dapat mengakibatkan ketidaknyamanan, kehilangan tempat tinggal, dan
8
trauma psikologis. Selain itu, pengungsian juga dapat mempengaruhi akses terhadap
fasilitas dan layanan penting, seperti air bersih, makanan, perawatan medis.
4. Kerusakan Lingkungan dan Habitat: Kebakaran hutan menyebabkan kerusakan besar
pada ekosistem dan habitat alami. Hal ini dapat berdampak negatif pada
keanekaragaman hayati dan mengancam kelangsungan hidup flora dan fauna di
dalamnya.

1. Dampak Sosial Terhadap Bencana Ekologi Kebakaran Hutan

Bencana ekologi kebakaran hutan memiliki dampak sosial yang signifikan. Berikut adalah
beberapa dampak sosial yang umum terjadi akibat kebakaran hutan:

1. Evakuasi dan pengungsian: Kebakaran hutan dapat memaksa penduduk lokal untuk
dievakuasi dari daerah yang terancam. Mereka mungkin harus meninggalkan rumah dan
harta benda mereka untuk mencari perlindungan yang lebih aman. Evakuasi dan
pengungsian dapat menyebabkan gangguan emosional dan ekonomi bagi penduduk
yang terkena dampak.
2. Kehilangan nyawa: Kebakaran hutan dapat mengakibatkan kehilangan nyawa manusia.
Baik itu warga lokal, petugas pemadam kebakaran, maupun relawan yang terlibat dalam
upaya pemadaman kebakaran. Dampak ini sangat traumatis bagi keluarga yang
ditinggalkan dan masyarakat secara keseluruhan.
3. Kesehatan manusia: Asap dan partikel berbahaya yang dihasilkan oleh kebakaran hutan
dapat menyebabkan masalah kesehatan serius pada manusia. Partikel-partikel tersebut
dapat mengiritasi saluran pernapasan, menyebabkan batuk, sesak napas, dan bahkan
menyebabkan penyakit pernapasan kronis. Kualitas udara yang buruk juga dapat
meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular.
4. Kerusakan ekonomi: Kebakaran hutan dapat menyebabkan kerusakan ekonomi yang
signifikan. Bencana ini sering merusak tanaman pertanian, hutan, perkebunan, dan
sumber daya alam lainnya. Hilangnya sumber daya tersebut dapat berdampak negatif
pada mata pencaharian penduduk lokal, meningkatkan tingkat pengangguran, dan
mengurangi pendapatan komunitas.
5. Kerusakan infrastruktur: Bencana kebakaran hutan dapat merusak infrastruktur penting
9
seperti jalan, jembatan, dan fasilitas publik lainnya. Kerusakan ini dapat mengganggu
transportasi, akses ke layanan kesehatan, pendidikan, dan komunikasi. Pemulihan
infrastruktur memerlukan waktu dan sumber daya yang signifikan.
6. Gangguan sosial dan psikologis: Kebakaran hutan dapat menyebabkan gangguan sosial
dan psikologis di antara penduduk yang terkena dampak. Stres, kecemasan, trauma, dan
depresi adalah beberapa masalah yang sering terjadi setelah bencana ini. Dalam jangka
panjang, dampak psikologis ini dapat berdampak pada kualitas hidup dan kesejahteraan
masyarakat.

Kebakaran hutan memiliki dampak sosial yang serius, termasuk evakuasi dan kehilangan
nyawa, kerugian ekonomi, gangguan kesehatan, kerusakan lingkungan, dan kontribusi terhadap
perubahan iklim. Diperlukan tindakan pencegahan, penanganan yang efektif, dan kesadaran
kolektif untuk mengurangi risiko kebakaran hutan dan melindungi masyarakat serta lingkungan.

10
2. Dampak Ekonomi Bencana Ekologi Kebakaran Hutan

Bencana ekologi kebakaran hutan memiliki dampak ekonomi yang signifikan dan kompleks.
Berikut adalah penjelasan secara detail mengenai dampak-dampak ekonomi yang dapat terjadi
akibat kebakaran hutan:

1. Kerugian pada sektor pertanian: Kebakaran hutan dapat merusak lahan pertanian dan
tanaman yang ada di sekitarnya. Asap tebal dan jatuhan abu dapat menghambat
fotosintesis, sehingga mengurangi produktivitas tanaman. Hal ini dapat mengakibatkan
kerugian yang signifikan bagi petani dan produsen pangan, baik dalam hal hasil panen
yang berkurang maupun dalam hal biaya pemulihan dan rehabilitasi lahan pertanian
yang terkena dampak kebakaran.

2. Hilangnya sumber pendapatan masyarakat: Kebakaran hutan dapat mengakibatkan


kerugian ekonomi pada masyarakat yang bergantung pada sumber daya alam hutan,
seperti pengumpul hasil hutan non-kayu, perambah kayu, dan petani yang
mengandalkan hutan sebagai sumber bahan baku. Kebakaran hutan dapat merusak atau
menghancurkan habitat flora dan fauna, sehingga mengurangi kesempatan masyarakat
untuk mengakses sumber pendapatan mereka.

3. Kerusakan pada sektor pariwisata: Hutan yang terbakar dapat merusak keindahan alam
dan daya tarik pariwisata suatu daerah. Pemandangan yang terbakar dan rusak dapat
menurunkan minat wisatawan untuk mengunjungi daerah tersebut. Dampak ini akan
berdampak pada sektor pariwisata, dengan menurunnya jumlah kunjungan wisatawan,
pendapatan yang menurun bagi pemilik usaha pariwisata, serta hilangnya lapangan kerja
yang terkait dengan sektor ini.
11
4. Peningkatan biaya pemadaman kebakaran: Upaya pemadaman kebakaran hutan
melibatkan berbagai biaya, termasuk biaya operasional pesawat pemadam kebakaran,
peralatan pemadaman, dan biaya upaya personel. Semakin besar dan kompleks
kebakaran hutan, semakin besar pula biaya yang diperlukan untuk memadamkannya.
Biaya ini akan menjadi beban ekonomi bagi pemerintah dan masyarakat setempat.

5. Penurunan kualitas udara: Kebakaran hutan menghasilkan asap dan partikel-partikel


yang terbawa oleh angin dan dapat mencemari kualitas udara di wilayah yang terkena
dampak. Hal ini dapat mengganggu kesehatan manusia, meningkatkan risiko penyakit
pernapasan, dan menyebabkan peningkatan biaya perawatan kesehatan. Selain itu,
pencemaran udara juga dapat mengganggu aktivitas ekonomi lainnya, seperti penutupan
sekolah, pembatasan transportasi, dan penghentian operasi perusahaan.

6. Dampak jangka panjang: Kebakaran hutan dapat memberikan dampak jangka panjang
yang merugikan pada ekonomi. Hilangnya hutan menyebabkan penurunan cadangan air,
erosi tanah yang lebih besar.

12
C. Bagaimana Upaya Melakukan Pengelolaan Bencana Ekologi Kebakaran Hutan
dengan Pendekatan Manajemen Bencana

i. Mitigasi

Mitigasi kebakaran hutan adalah serangkaian tindakan yang dirancang untuk


mengurangi risiko kebakaran hutan, serta untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkannya
terhadap manusia, hewan, dan lingkungan. Pendekatan manajemen bencana merupakan
kerangka kerja yang dapat diterapkan untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan mengurangi
risiko bencana, termasuk kebakaran hutan.
Berikut adalah langkah-langkah detail dalam melakukan tahap mitigasi kebakaran hutan dengan
menggunakan pendekatan manajemen bencana:
1. Identifikasi dan analisis risiko:
- Mengidentifikasi wilayah yang rentan terhadap kebakaran hutan berdasarkan analisis
sejarah kebakaran, pola cuaca, dan jenis vegetasi.
- Menganalisis potensi bahaya yang ada, seperti kekeringan, kepadatan vegetasi, dan
kehadiran materi bakar yang mudah terbakar.
- Menilai dampak yang mungkin terjadi akibat kebakaran hutan, termasuk kerugian
ekonomi, kerugian ekologi, dan ancaman terhadap keselamatan manusia.

2. Perencanaan mitigasi:
- Mengembangkan rencana mitigasi kebakaran hutan yang mencakup strategi pencegahan
kebakaran, pemantauan, dan respons cepat.
- Menentukan taktik dan teknologi yang akan digunakan dalam upaya mitigasi, seperti
pemeliharaan lahan, pemadaman kebakaran, dan sistem peringatan dini.
- Melibatkan pihak-pihak terkait, seperti pemerintah, komunitas lokal, dan organisasi
13
lingkungan, dalam perencanaan mitigasi untuk memastikan kolaborasi yang efektif.

3. Pencegahan kebakaran:
- Melakukan pemeliharaan lahan yang rutin, seperti membersihkan vegetasi yang kering
dan mengelola material organik yang dapat menjadi bahan bakar.
- Mengedukasi masyarakat tentang bahaya kebakaran hutan dan praktik pencegahan
kebakaran, seperti penggunaan api terbuka yang bijaksana dan penggunaan peralatan
yang aman.
- Mengimplementasikan regulasi yang ketat terkait dengan kebakaran hutan, termasuk
larangan membakar sampah sembarangan atau aktivitas yang berisiko tinggi.

4. Pemantauan dan deteksi dini:


- Mengembangkan sistem pemantauan yang efektif, seperti penggunaan satelit, kamera
jaringan, atau sistem penginderaan jarak jauh lainnya untuk mendeteksi kebakaran dini.
- Membentuk tim respons cepat yang siap tanggap untuk mengamati dan merespons
kebakaran yang terdeteksi segera setelah dimulainya.

5. Respons dan pemadaman kebakaran:


- Mengkoordinasikan respon darurat dengan melibatkan pihak-pihak terkait, termasuk
petugas pemadam kebakaran, pasukan militer, dan sukarelawan.
- Menggunakan teknologi dan peralatan yang sesuai untuk pemadaman kebakaran, seperti
helikopter pemadam kebakaran.

ii. Kesiapsiagaan

Tahap kesiapsiagaan kebakaran hutan dengan menggunakan pendekatan manajemen bencana


melibatkan rangkaian langkah dan strategi yang dirancang untuk mengidentifikasi, mengurangi,
dan mengelola risiko kebakaran hutan secara efektif.
14
Berikut ini adalah penjelasan secara detail tentang tahap kesiapsiagaan kebakaran hutan dengan
pendekatan manajemen bencana:
1. Identifikasi Risiko Kebakaran Hutan:
- Mengidentifikasi wilayah yang rentan terhadap kebakaran hutan berdasarkan faktor-
faktor seperti tipe vegetasi, kepadatan hutan, musim kering, dan sejarah kebakaran
sebelumnya.
- Mengumpulkan data dan informasi terkait cuaca, curah hujan, suhu udara, dan
kelembaban udara untuk memahami pola kebakaran hutan yang potensial.

2. Penilaian Kapasitas dan Sumber Daya:


- Mengidentifikasi dan menilai kapasitas dan sumber daya yang tersedia untuk
menghadapi kebakaran hutan, termasuk personel, peralatan pemadam kebakaran, dan
aksesibilitas wilayah yang terkena.
-
- Mengevaluasi kemampuan pemadam kebakaran, termasuk pelatihan, peralatan, dan
sistem komunikasi yang diperlukan untuk merespons kebakaran hutan.

3. Pengembangan Rencana Darurat:


- Membuat rencana darurat kebakaran hutan yang mencakup langkah-langkah yang harus
diambil dalam merespons kebakaran, termasuk pengaturan komunikasi, evakuasi jika
diperlukan, dan penggunaan sumber daya yang tersedia.
- Melibatkan pemangku kepentingan terkait, seperti petugas pemadam kebakaran, pihak
berwenang, dan masyarakat setempat dalam proses perencanaan darurat.

4. Sistem Pemantauan dan Peringatan Dini:


- Membangun sistem pemantauan dan peringatan dini yang efektif untuk mendeteksi dini
potensi kebakaran hutan, seperti penggunaan sensor cuaca, satelit, dan pemantauan
langsung di lapangan.
- Mengintegrasikan sistem pemantauan dengan komunikasi yang efisien untuk memberi
tahu pihak berwenang dan masyarakat tentang ancaman kebakaran yang memungkinkan
respons cepat.

5. Pelatihan dan Simulasi:


- Melakukan pelatihan reguler bagi personel pemadam kebakaran dan pihak terkait
lainnya untuk memperbarui pengetahuan dan keterampilan dalam merespons kebakaran
hutan.
- Mengadakan simulasi kebakaran hutan secara periodik untuk menguji kesiapan dan
mengevaluasi efektivitas rencana darurat serta mengidentifikasi area peningkatan.

6. Edukasi dan Kesadaran Masyarakat:


- Melakukan program edukasi dan kampanye kesadaran kepada masyarakat tentang
bahaya kebakaran hutan, tindakan pencegahan, dan tindakan yang harus diambil saat
terjadi kebakaran.

15
iii. Tanggap Darurat Bencana

Tahap tanggap darurat dalam penanganan bencana kebakaran hutan melibatkan pendekatan
manajemen bencana yang terkoordinasi dan terstruktur.
Berikut adalah langkah-langkah detail dalam tahap tanggap darurat:
1. Pengaktifan Sistem Peringatan Dini:
- Memonitor dan mendeteksi secara dini adanya kebakaran hutan dengan menggunakan
sistem peringatan dini, seperti pemantauan melalui satelit, pengamatan lapangan, dan
teknologi pendeteksian kebakaran.
- Memastikan bahwa sistem peringatan dini terhubung dengan pihak-pihak terkait, seperti
badan pemadam kebakaran, penegak hukum, dan relawan.

2. Mobilisasi Sumber Daya:


- Mengaktifkan tim tanggap darurat yang terdiri dari personel dari badan pemadam
kebakaran, penegak hukum, tenaga medis, relawan, dan organisasi terkait lainnya.
- Menyediakan sumber daya yang diperlukan, termasuk personel, peralatan pemadam
kebakaran, kendaraan, peralatan komunikasi, dan perlengkapan keselamatan.

3. Penilaian dan Pemetaan:


- Melakukan penilaian dan pemetaan terhadap area yang terdampak kebakaran hutan.
- Mengidentifikasi titik api, area yang rentan terhadap penyebaran api, dan aset penting
yang perlu dilindungi, seperti pemukiman, infrastruktur, dan hutan yang berharga.

4. Evakuasi dan Penyelamatan:


- Mengatur evakuasi penduduk yang terancam oleh kebakaran hutan.
- Melakukan penyelamatan terhadap hewan yang terjebak dalam area kebakaran.
- Mengoordinasikan dengan pihak terkait untuk memastikan keselamatan dan kebutuhan
dasar para pengungsi, seperti tempat penampungan, makanan, air, dan perawatan medis.

16
5. Pemadaman Kebakaran:
- Menggerakkan tim pemadam kebakaran untuk melakukan upaya pemadaman secara
aktif.
- Mengerahkan sumber daya pemadam kebakaran, seperti helikopter air, pesawat
pemadam kebakaran, dan tim pemadam kebakaran darat.
- Melakukan pemisahan dan pembuatan gugus tugas untuk mengatasi kebakaran secara
efektif.

6. Koordinasi dan Komunikasi:


- Membentuk pusat komando tanggap darurat untuk mengkoordinasikan semua upaya
tanggap darurat.
- Membangun komunikasi yang efektif antara semua pihak terkait, seperti petugas
lapangan, pusat komando, dan masyarakat terdampak.
- Menyediakan informasi yang akurat dan terkini mengenai perkembangan kebakaran,
instruksi evakuasi, titik-titik penyelamatan, dan sumber daya yang tersedia.

7. Pemulihan Awal:
- Mengidentifikasi kebutuhan pemulihan awal, seperti pemulihan air bersih, pemulihan
listrik, dan perawatan kesehatan.

iv. Pemulihan (Rehabilitas dan Rekontruksi)

Pemulihan atau rehabilitasi dan rekonstruksi setelah bencana kebakaran hutan


merupakan tahap penting dalam manajemen bencana. Pendekatan manajemen bencana yang
17
tepat diperlukan untuk memulihkan ekosistem yang terdampak, membangun kembali
infrastruktur yang rusak, dan mendukung masyarakat yang terkena dampak.

Berikut ini adalah langkah-langkah yang dapat diambil dalam tahap pemulihan dengan
menggunakan pendekatan manajemen bencana:
1. Evaluasi dan pemantauan awal:
a. Melakukan penilaian cepat terhadap kerusakan yang diakibatkan oleh kebakaran hutan.
Penilaian ini harus mencakup evaluasi terhadap kerusakan pada ekosistem, infrastruktur, dan
masyarakat yang terdampak.
b. Memantau kondisi lingkungan secara berkala untuk memahami perkembangan dan
perubahan yang terjadi pasca-bencana.

2. Perencanaan dan pemulihan jangka pendek:


a. Membentuk tim pemulihan yang terdiri dari ahli bencana, perwakilan pemerintah, lembaga
terkait, dan masyarakat terdampak.
b. Merumuskan rencana pemulihan jangka pendek yang meliputi langkah-langkah prioritas,
alokasi sumber daya, dan tindakan pemulihan awal.
c. Mengidentifikasi tindakan pemulihan yang diperlukan, seperti pemulihan ekosistem,
rehabilitasi lahan, perlindungan terhadap erosi tanah, dan penyediaan air bersih bagi masyarakat
terdampak.
d. Mengoordinasikan upaya pemulihan dengan pemerintah, organisasi non-pemerintah, dan
lembaga terkait lainnya.

3. Perencanaan dan pemulihan jangka menengah dan panjang:


a. Mengembangkan rencana pemulihan jangka menengah dan panjang yang mencakup
pemulihan ekosistem yang lebih luas, perbaikan infrastruktur, dan rekonstruksi masyarakat.
b. Membangun keberlanjutan pemulihan dengan mempertimbangkan aspek lingkungan, sosial,
dan ekonomi dalam proses perencanaan.
c. Memperkuat kapasitas masyarakat dalam menghadapi dan merespons bencana di masa depan
melalui pendidikan, pelatihan, dan partisipasi aktif mereka dalam pengambilan keputusan.

4. Koordinasi dan kolaborasi:


a. Membentuk forum pemulihan yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan, seperti
pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, sektor swasta, dan masyarakat lokal.
b. Meningkatkan koordinasi antara semua pihak terkait dalam pelaksanaan rencana pemulihan.
c. Memperkuat kerjasama regional dan internasional dalam upaya pemulihan, termasuk
pertukaran pengetahuan, pengalaman, dan sumber daya.

5. Pemantauan dan evaluasi:


a. Melakukan pemantauan berkala terhadap progres pemulihan.

18
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Bahwa pertanggungjawaban Pemerintah Kabupaten Aceh Besar terhadap penanggulangan


kebakaran hutan dan lahan belum maksimal dilakukan. Kantor Bupati Aceh Besar, Badan
Penanggulangan Bencana Daerah Aceh Besar, dan Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten Aceh
Besar menunjukkan ketidaksepamahan penanganan kebakaran hutan dan lahan. Idealnya,
pertanggungjawaban pemerintah kabupaten harus dan wajib untuk ditunaikan karena rakyat
sebagai pemegangan kedaulatan namun faktanya, anggaran APBK Aceh Besar Tahun 2018
tidak ada dana darurat untuk penanggulangan kebakaran hutan dan lahan. Kedua, secara yuridis
peran Pemerintah Kabupaten Aceh Besar terhadap penanggulangan kebakaran hutan dan lahan
sudah baik dan tepat diatur. Misalnya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2013
tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan, Qanun Aceh Nomor 2 Tahun 2011
tentang Pengelolaan Lingkungan hidup.

B.SARAN

Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus
dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber-sumber yang lebih
banyak yang tentunga dapat dipertanggung jawabkan.
Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk menanggapi
terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di jelaskan.
1. Diharapkan ke depan, anggaran penanganan kebakaran hutan dan lahan dimasukkan ke
dalam APBK Aceh Besar dalam bentuk dana daruat. Sehingga masyarakat yang membutuhkan
segera tertolong dari anggaran dana darurat yang telah disediakan.
2. Pemahaman para pejabat seharusnya mengerti apa itu fiqh al-bi’ah, dan bisa diterapkan ke
dalam kebijakan-kebijakan yang akan dikeluarkan untuk penanganan kebakaran hutan dan
lahan.

19
DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, Pengantar Hukum Lingkungan, Indonesia, (Bandung: Alumni, 1986).


Akbar, Abdullah, Pemahaman dan Solusi Masalah Kebakaran Hutan di Indonesia, (Bogor:
Forda Press, 2016)

Arief, Barda Nawawi, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Penanggulangan Kejahatan,
(Bandung: Citra Aditya Bakti, 2001).

Kunto Arief Wibowo, “Manajemen Penanganan Karhutla Guna Peningkatan Ekonomi


Kerakyatan” Jurnal Studi Sosial dan Politik, Volume 3 Nomor 1, Juni 2019.
Sumantri, Metode Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan, (Institute Pertanian Bogor Press,
2003.

Suratmo, FG, dkk, Pengetahuan Dasar Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan, (Bogor:
Institute Pertanian Bogor Press, 2003)

Abatzoglou, J.T., & Williams, A.P. (2016). Dampak perubahan iklim antropogenik pada
kebakaran hutan di hutan AS bagian barat. Prosiding National Academy of Sciences, 113(42),
11770-11775.

Paveglio, T.B., Jakes, P.J., Carroll, M.S., & Williams, D.R. (2015). Kerentanan sosial, frekuensi
kebakaran, dan kemungkinan bencana kebakaran majemuk di California selatan.

Cohen, JD (2008). Proteksi kebakaran di antarmuka lahan liar-perkotaan: Strategi respons


kebakaran hutan untuk layanan kebakaran perkotaan. Buku PennWell.

Saham, B.J., et al. (2004). Kebakaran hutan besar di Kanada, 1959-1997. Jurnal Penelitian
Geofisika: Atmosfer, 109(D14).

Moritz, M.A., dkk. (2005). Pelajaran ekologis dari kebakaran hutan besar baru-baru ini.
Ekosistem

20
21

Anda mungkin juga menyukai