Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH REKAYASA LINGKUNGAN

PENCEMARAN UDARA SEBAGAI AKIBAT DARI


KEBAKARAN HUTAN

DOSEN PEMBIMBING:

HARMIYATI ST., M.Si

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 9

1. ELVI HUSNUL HIDAYAH 203110466


2. DINA RISMA FITRI 203110447
3. DIMAS ANGGIAWAN 203110579
4. IBNU SANDI TRIYUSMAN 203110479
5. QAUSAR ANGGARA PERMANA 203110552
6. TISA APRILA HANDAYANI 203110448

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
TH.AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih Kepada rekan kelompok sehingga makalah ini bisa
selesai tepat waktu.

Penyusun sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah


pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh
lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan


dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

PekanBaru, 20 Desember  2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR……………………………………………………. i

DAFTAR ISI……………………………………………………………… ii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………… 1

1.1 latar belakang…………………………………………………. 1


1.2 rumusan masalah……………………………………………... 2
1.3 tujuan…………………………………………………………. 2

BAB II LANDASAN TEORI……………………………………………. 3

2.1 Pengertian……………………………………………………. 3

2.2 Penyebab kebakaran hutan…………………………………… 3

BAB III PERMASALAHAN……………………………………………… 6

3.1 Dampak Kebakaran Hutan…………………………………… 6

3.2 Faktor-Faktor Penyebab Kebakaran…………………………. 7

BAB IV ALTERNATIF SOLUSI DARI PERMASALAHAN…………. 10

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………… 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebakaran hutan dan lahan adalah bencana alam yang sering terjadi di
Indonesia, terutama pada musim kemarau. Kebakaran ini menyebabkan
kerusakan lingkungan yang sangat besar, kerugian ekonomi, dan masalah
sosial. Faktanya, kebakaran hutan dan lahan yang besar mengakibatkan
dampak asap yang menghancurkan di luar batas administrasi negara (bencana
transnasional). Menurut Kementerian Kesehatan (2015) kebakaran hutan dan
lahan yang terjadi pada tahun 2015 di beberapa provinsi, seperti Riau, Jambi,
dan Sumatera Selatan, menyebabkan bencana terburuk dalam 18 tahun, yang
menyebabkan polusi udara parah di beberapa negara Asia Tenggara.

Secara ekologis, penurunan luas hutan dan degradasi lahan akibat


kebakaran menimbulkan risiko dan ketidakpastian dalam pemulihan kondisi
ekosistem, hilangnya nilai penggunaan kayu dan hutan non-kayu di masa
depan dan hilangnya nilai yang diharapkan dari keanekaragaman hayati yang
saat ini belum dimanfaatkan (Bahruni et al., 2007).

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa kebakaran hutan dan lahan


disebabkan oleh berbagai faktor lingkungan seperti iklim, kondisi penutupan
lahan, jenis tanah, dan faktor lingkungan bio-fisik lainnya; faktor sosial
ekonomi dan faktor kebijakan yang dapat meningkatkan interaksi manusia
dengan hutan dan lahan (Tarigan, 2015, Ruchiat, 2001). Menurut Ekadinata
dan Dewi (2011) jumlah kegiatan konversi penggunaan lahan yang
disebabkan oleh kondisi sosial ekonomi masyarakat dan kebijakan
kepemilikan lahan adalah penyebab utama dari tingginya jumlah kebakaran
hutan di Indonesia. Oleh karena itu perlu untuk mereformasi kebijakan
kehutanan dan pengaturan penggunaan lahan berbasis penggunaan lahan
(Barber dan Schweithelm, 2000), terutama dalam ekosistem yang sangat
rentan seperti lahan gambut.

Kondisi gambut kering akibat pembukaan lahan dan kanal / parit dapat
menyebabkan lahan gambut mudah terbakar, terutama di musim kemarau
yang panjang (Jaenicke et al. 2010). Terkait Dinamika Lingkungan Indonesia,
Juli 2019, p 67-84 p-ISSN 2356-2226 e-ISSN 2655-8114 Volume 6, Nomor 2
Dinamika Lingkungan Indonesia 68 hal ini, Provinsi Riau menjadi salah satu
daerah yang perlu mendapat perhatian khusus karena memiliki luas lahan

1
gambut 3,867,413 ha atau 43,61% dari total luas (Kementerian Pertanian,
2011).

Terjadinya kebakaran hutan dan lahan dipicu oleh berbagai faktor, baik
faktor alam maupun faktor manusia. Faktor alami yang sering memicu
kebakaran hutan dan lahan adalah kondisi iklim yang ekstrem, seperti musim
kemarau yang berkepanjangan karena fenomena El Nino. Berdasarkan
penelitian Saharjo dan Husaeni (1998), kebakaran hutan dan lahan di
Indonesia diduga lebih disebabkan oleh pengaruh aktivitas manusia daripada
faktor alam. Namun, diperlukan analisis kuantitatif yang menjelaskan
keterkaitan dan peran masing-masing faktor yang secara signifikan
mempengaruhi terjadinya kebakaran hutan dan lahan. Karakteristik
lingkungan yang berbeda di setiap wilayah mengarah pada kebutuhan akan
penelitian yang dapat menjadi rujukan dalam pengendalian kebakaran yang
efektif dan efisien di Provinsi Riau.

1.2 Rumusan masalah


a. Pengertian kebakaran hutan
b. Penyebab kebakaran hutan
c. Dampak kebakaran hutan
d. Cara mengatasi kebakaran hutan

1.3 Tujuan
a. Untuk menghetahui pengertian kebakaran hutan
b. Untuk menghetahui penyebab kebakaran hutan
c. Untuk menghetahui dampak dari kebakaran hutan
d. Untuk menghetahui cara mengatasi kebakaran hutan

2
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian

Kebakaran hutan dan lahan gambut merupakan kebakaran permukaan


dimana api membakar bahan bakar yang ada di atas permukaan (misalnya:
serasah, pepohonan, semak, dll), kemudian api menyebar tidak menentu secara
perlahan di bawah permukaan (ground fire), membakar bahan organik melalui
pori-pori gambut dan melalui akar semak belukar/pohon yang bagian atasnya
terbakar. Dalam perkembangannya, api menjalar secara vertikal dan horizontal
berbentuk seperti kantong asap dengan pembakaran yang tidak menyala
(smoldering) sehingga hanya asap yang berwarna putih saja yang tampak diatas
permukaan. Mengingat peristiwa kebakaran terjadinya di dalam tanah dan hanya
asapnya saja yang muncul ke permukaan, maka kegiatan pemadaman akan
mengalami banyak kesulitan.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melaporkan luas


areal kebakaran hutan dan lahan (karhutla) Indonesia mengalami penurunan.
Hingga 31 Juli tahun ini, areal karhutla seluas 160.104 Ha, sementara pada
periode yang sama tahun lalu areal karhutla mencapai 296.942 Ha. Artinya, luas
area karhutla mengalami penurunan 85,46%. 

2.2 Penyebab kebakaran

Lebih dari 99% penyebab kebakaran hutan dan lahan gambut adalah akibat
ulah manusia, baik yang sengaja melakukan pembakaran ataupun akibat kelalaian
dalam menggunakan api. Hal ini didukung oleh kondisi-kondisi tertentu yang
membuat rawan terjadinya kebakaran, seperti gejala El Nino, kondisi fisik gambut
yang terdegradasi dan rendahnya kondisi sosial ekonomi masyarakat. Penyebab
kebakaran oleh manusia dapat dirinci sebagai berikut:

a. Pembakaran vegetasi Kebakaran yang disebabkan oleh api yang berasal dari
pembakaran vegetasi yang disengaja tetapi tidak dikendalikan pada saat
kegiatan, misalnya dalam pembukaan areal HTI dan perkebunan serta
penyiapan lahan pertanian oleh masyarakat
b. . b. Aktivitas dalam pemanfaatan sumber daya alam Kebakaran yang
disebabkan oleh api yang berasal dari aktivitas manusia selama pemanfaatan
sumber daya alam, misalnya pembakaran semak belukar yang menghalangi
akses mereka dalam pemanfaatan sumber daya alam serta pembuatan api

3
untuk memasak oleh para penebang liar dan pencari ikan di dalam hutan.
Keteledoran mereka dalam memadamkan api dapat menimbulkan kebakaran.
c. c. Penguasaan lahan Api sering digunakan masyarakat lokal untuk
memperoleh kembali hak-hak mereka atas lahan.

2.3 Dampak Kebakaran Hutan

Kebakaran hutan/lahan gambut secara nyata berpengaruh terhadap


terdegradasinya kondisi lingkungan, kesehatan manusia dan aspek sosial ekonomi
bagi masyarakat.

Terdegradasinya kondisi lingkungan

 Perubahan kualitas fisik gambut (penurunan porositas total, penurunan


kadar air tersedia, penurunan permeabilitas dan meningkatnya kerapatan
lindak); !
 Perubahan kualitas kimia gambut (peningkatan pH, kandungan N-total,
kandungan fosfor dan kandungan basa total yaitu Kalsium, Magnesium,
Kalium, dan Natrium, tetapi terjadi penurunan kandungan C-organik);
 Terganggunya proses dekomposisi tanah gambut karena mikroorganisme
yang mati akibat kebakaran; ! Suksesi atau perkembangan populasi dan
komposisi vegetasi hutan juga akan terganggu (benih-benih vegetasi di
dalam tanah gambut rusak/terbakar) sehingga akan menurunkan
keanekaragaman hayati;
 Rusaknya siklus hidrologi (menurunkan kemampuan intersepsi air hujan
ke dalam tanah, mengurangi transpirasi vegetasi, menurunkan
kelembaban tanah, dan meningkatkan jumlah air yang mengalir di
permukaan (surface run off). Kondisi demikian menyebabkan gambut
menjadi kering dan mudah terbakar, terjadinya sedimentasi dan perubahan
kualitas air serta turunnya populasi dan keanekaragaman ikan di perairan.
Selain itu kerusakan hidrologi di lahan gambut akan menyebabkan
jangkauan intrusi air laut semakin jauh ke darat;
 Gambut menyimpan cadangan karbon, apabila terjadi kebakaran maka
akan terjadi emisi gas karbondioksida dalam jumlah besar. Sebagai gas
rumah kaca, karbondioksida berdampak pada pemanasan global.
Berdasarkan studi ADB, kebakaran gambut 1997 menghasilkan emisi
karbon sebesar 156,3 juta ton (75% dari total emisi karbon) dan 5 juta ton
partikel debu.

Kesehatan manusia

4
Ribuan penduduk dilaporkan menderita penyakit infeksi saluran
pernapasan, sakit mata dan batuk sebagai akibat dari asap kebakaran.
Kebakaran gambut juga menyebabkan rusaknya kualitas air, sehingga air
menjadi kurang layak untuk diminum.

Aspek sosial ekonomi

 Hilangnya sumber mata pencaharian masyarakat yang masih


menggantungkan hidupnya pada hutan (berladang, beternak,
berburu/menangkap ikan);
 Penurunan produksi kayu;
 Terganggunya kegiatan transportasi;

 Terjadinya protes dan tuntutan dari negara tetangga akibat dampak asap
kebakaran;
 Meningkatnya pengeluaran akibat biaya untuk pemadaman.

Faktor pendukung kerawanan terjadinya kebakaran hutan dan lahan gambut

 Kerawanan terjadinya kebakaran hutan dan lahan gambut tertinggi terjadi


pada musim kemarau dimana curah hujan sangat rendah dan intensitas
panas matahari tinggi. Kondisi ini pada umumnya terjadi antara bulan Juni
hingga Oktober dan kadang pula terjadi pada bulan Mei sampai
November. Kerawanan kebakaran semakin tinggi jika ditemukan adanya
gejala El Nino; 2 Luas hutan dan lahan (termasuk gambut) yang terbakar
di Indonesia (BAPPENAS-ADB, 1999)
 Pembuatan kanal-kanal dan parit di lahan gambut telah menyebabkan
gambut mengalami pengeringan yang berlebihan di musim kemarau dan
mudah terbakar;

5
 Areal rawa gambut merupakan lahan yang miskin hara dan tergenang air
setiap tahunnya, sehingga kurang layak untuk pertanian.

BAB III

PERMASALAHAN

3.1 Dampak Kebakaran Hutan

Dampak kebakaran yang sangat dirasakan manusia berupa kerugian


ekonomis yaitu hilangnya manfaat dari potensi hutan seperti tegakan pohon hutan
yang biasa digunakan manusia untuk memenuhi kebutuhannya akan bahan
bangunan, bahan makanan, dan obat-obatan, serta satwa untuk memenuhi
kebutuhan akan protein hewani dan rekreasi. Kerugian lainnya berupa kerugian
ekologis yaitu berkurangnya luas wilayah hutan, tidak tersedianya udara bersih
yang dihasilkan vegetasi hutan serta hilangnya fungsi hutan sebagai pengatur tata
air dan pencegah terjadinya erosi.

Kebakaran hutan dan lahan terjadi disebabkan oleh 2 (dua) faktor utama
yaitu faktor alami dan faktor kegiatan manusia yang tidak terkontrol. Faktor alami
antara lain oleh pengaruh El-Nino yang menyebabkan kemarau berkepanjangan
sehingga tanaman menjadi kering. Tanaman kering merupakan bahan bakar
potensial jika terkena percikan api yang berasal dari batubara yang muncul
dipermukaan ataupun dari pembakaran lainnya baik disengaja maupun tidak
disengaja. Hal tersebut menyebabkan terjadinya kebakaran bawah (ground fire)
dan kebakaran permukaan (surface fire).

Dua tipe kebakaran tersebut merusak semak belukar dan tumbuhan bawah
hingga bahan organik yang berada di bawah lapisan serasah seperti humus,
gambut, akar pohon ataupun kayu yang melapuk. Apabila lambat ditangani
kebakaran dapat terjadi meluas sehingga menimbulkan kebakaran tajuk (crown
fire) dimana kebakaran ini merusak tajuk pohon. Akan tetapi tipe kebakaran
terakhir ini dapat terjadi juga karena adanya sembaran petir.

Faktor kegiatan manusia yang menyebabkan kebakaran hutan dan lahan


antara lain adanya kegiatan pembuatan api unggun di dalam hutan, namun bara
bekas api unggun tersebut tidak dipadamkan. Adanya kegiatan pembukaan lahan
dengan teknik tebang-tebas-bakar yang tidak terkontrol, biasa dilakukan oleh
perusahaan HTI dan peladang berpindah ataupun menetap. Pembakaran secara
disengaja untuk mendapatkan lapangan penggembalaan atau tempat berburu,

6
membuang puntung rokok yang menyala secara sembarangan serta akibat
penggunaan peralatan/mesin yang menyebabkan timbulnya api.

Dampak negatif pada lingkungan fisik antara lain meliputi penurunan


kualitas udara akibat kepekatan asap yang memperpendek jarak pandang sehingga
mengganggu transportasi, mengubah sifat fisika-kimia dan biologi tanah,
mengubah iklim mikro akibat hilangnya tumbuhan, bahkan dari segi lingkungan
global ikut memberikan andil terjadinya efek rumah kaca. Dampak pada
lingkungan hayati antara lain meliputi menurunnya tingkat keanekaragaman
hayati, terganggunya suksesi alami, terganggunya produksi bahan organik dan
proses dekomposisi.

Dampak pada kesehatan yaitu timbulnya asap yang mengganggu


kesehatan masyarakat terutama masyarakat miskin, lanjut usia, ibu hamil dan anak
balita seperti infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), asma bronkial, bronkitis,
pneumonia, iritasi mata dan kulit. Dampak sosial yaitu hilangnya mata
pencaharian, rasa keamanan dan keharmonisan masyarakat lokal (Kantor Meneg
L.H., 1998). Selain itu, diduga kebakaran hutan ini dapat menghasilkan racun
dioksin, yang dapat menyebabkan kanker dan kemandulan bagi wanita (Tempo,
27 Juni 1999).

3.2 Faktor- Faktor Yang mempengaruhi

Secara umum kebakaran hutan yang terjadi di Indonesia disebabkan oleh


tiga faktor utama yaitu kondisi bahan bakar, cuaca, dan sosial budaya masyarakat.
Kondisi bahan bakar yang rawan terhadap bahaya kebakaran adalah jumlahnya
yang melimpah di lantai hutan, kadar airnya relatif rendah (kering), serta
ketersediaan bahan bakar yang berkesinambungan.

Faktor iklim berupa suhu, kelembaban, angin dan curah hujan turut
menentukan kerawanan kebakaran. Suhu yang tinggi akibat penyinaran matahari
langsung menyebabkan bahan bakar mengering dan mudah terbakar, kelembaban
yang tinggi (pada hutan dengan vegetasi lebat) mengurangi peluang terjadinya
kebakaran hutan, angin juga turut mempengaruhi proses pengeringan bahan bakar
serta kecepatan menjalarnya api sedangkan curah hujan mempengaruhi besar
kecilnya kadar air yangterkandung dalam bahan bakar.

Faktor sosial budaya masyarakat mempunyai andil yang paling besar


terhadap adanya kebakaran hutan. Beberapa faktor penyebab kebakaran hutan
antara lain :

1. Penggunaan api dalam kegiatan persiapan lahan Masyarakat di sekitar


kawasan hutan seringkali menggunakan api untuk persiapan lahan, baik

7
untuk membuat lahan pertanian maupun perkebunan seperti kopi dan
coklat. Perbedaan biaya produksi yang tinggi menjadi satu faktor
pendorong penggunaan api dalam kegiatan persiapan lahan. Metode
penggunaan api dalam kegiatan persiapan lahan dilakukan karena murah
dari segi biaya dan efektif dari segi waktu dan hasil yang dicapai cukup
memuaskan.

2. Adanya kekecewaan terhadap sistem pengelolaan hutan Berbagai


konflik sosial sering kali muncul di tengah-tengah masyarakat sekitar
kawasan hutan. Konflik yang dialami terutama masalah konflik atas sistem
pengelolaan hutan yang tidak memberikan manfaat ekonomi pada
masyarakat. Adanya rasa tidak puas sebagian masyarakat atas pengelolaan
hutan bisa memicu masyarakat untuk bertindak anarkis tanpa
memperhitungkan kaidah konservasi maupun hukum yang ada.
Terbatasnya pendidikan masyarakat dan minimnya pengetahuan
masyarakat akan fungsi dan manfaat hutan sangat berpengaruh terhadap
tindakan mereka dalam mengelola hutan yang cenderung desdruktif

3. Pembalakan liar atau illegal logging. Kegiatan pembalakan liar atau


illegal logging lebih banyak menghasilkan lahan-lahan kritis dengan
tingkat kerawanan kebakaran yang tinggi. Seringkali, api yang tidak
terkendali secara mudah merambat ke areal hutan-hutan kritis tersebut.
Kegiatan pembalakan liar atau illegal logging seringkali meninggalkan
bahan bakar (daun, cabang, dan ranting) yang semakin lama semakin
bertambah dan menumpuk dalam kawasan hutan yang dalam musim
kemarau akan mengering dan sangat bepotensi sebagai penyebab
kebakaran hutan.

4. Kebutuhan akan Hijauan Makanan Ternak (HMT) Kehidupan


masyarakat sekitar kawasan hutan tidak lepas dari ternak dan
penggembalaan. Ternak (terutama sapi) menjadisalah satu bentuk usaha
sampingan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Kebutuhan akan
HMT dan areal penggembalaan merupakan salah satu hal yang harus
dipenuhi. Untuk mendapatkan rumput dengan kualitas yang bagus dan
mempunyai tingkat palatabilitas yang tinggi biasanya masyarakat
membakar kawasan padang rumput yang sudah tidak produktif. Setelah
areal padang rumput terbakar akan tumbuh rumput baru yang kualitasnya
lebih bagus dan kandungan gizinya tinggi.

5. Perambahan hutan Faktor lain yang tidak kalah pentingnya sebagai


agen penyebab kebakaran hutan adalah migrasi penduduk dalam kawasan
hutan (perambah hutan). Disadari atau tidak bahwa semakin lama,

8
kebutuhan hidup masyarakat akan semakin meningkat seiring semakin
bertambahnya jumlah keluarga dan semakin kompleknya kebutuhan hidup.
Hal tersebut menuntut penduduk untuk menambah luasan lahan garapan
mereka agar hasil pertanian mereka dapat mencukupi kebutuhan hidupnya.

6. Sebab lain Sebab lain yang bisa menjadi pemicu terjainya kebakaran
adalah faktor kurangnya kesadaran masyarakat terhadap bahaya api.
Biasanya bentuk kegiatan yang menjadi penyebab adalah ketidaksengajaan
dari pelaku. Misalnya masyarakat mempunyai interaksi yang tinggi
dengan hutan. Salah satu bentuk interaksi tersebut adalah kebiasaan
penduduk mengambil rotan yang biasanya sambil bekerja mereka
menyalakan rokok. Dengan tidak sadar mereka membuang puntung rokok
dalam kawasan hutan yang mempunyai potensi bahan bakar melimpah
sehingga memungkinkan terjadi kebakaran.

9
BAB IV

ALTERNATIF SOLUSI DARI PERMASALAHAN

Indonesia memiliki banyak hutan sebagai salah satu sumber kekayaan


alamnya. Sayang, kebakaran sering terjadi pada hutan dan lahan (karhutla) yang
hampir telah menjadi ‘langganan’ setiap tahun.

Kebakaran hutan dan lahan gambut bisa terjadi karena faktor alam, seperti
sambaran petir yang mengenai pohon kemudian apinya menyebar menimbulkan
kebakaran. Namun, sering kali kebakaran itu juga terjadi akibat ulah manusia.
Pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab melakukan pembakaran hutan demi
tujuan dan kepentingan pribadi tanpa memikirkan dampaknya bagi sekitar.

Kebakaran hutan dan lahan berdampak buruk bagi lingkungan dan


makhluk hidup di sekitarnya. Hewan-hewan harus kehilangan tempat tinggal dan
tak sedikit yang mati karena ikut terbakar. Tanaman-tanaman yang bisa sebagai
bahan obat pun ikut musnah. Masyarakat yang tinggal di sekitar hutan harus
menghirup asap berbahaya bagi kesehatan, jarak pandang terbatas yang berisiko
terjadi kecelakaan di jalan, serta aktivitas jadi terhambat dan berdampak pada
perekonomian.

10
Untuk mengantisipasi segala risiko, berikut 15 cara mencegah kebakaran
hutan dan lahan:

1. Hindari membakar sampah di lahan atau hutan, terutama saat angin


kencang. Angin yang bertiup kencang akan berisiko menyebarkan kobaran
api dengan cepat dan menyebabkan kebakaran.

2. Berikan jarak tempat pembakaran sampah dari bangunan sekitar 50 kaki


dan sejauh 500 kaki dari hutan. Hal itu untuk menghindari risiko api
menjalar ke tempat yang tidak diinginkan.

3. Tidak membuang puntung rokok sembarangan di area hutan atau lahan,


apalagi jika masih menyala yang berisiko memicu terjadinya kebakaran.

4. Tidak membuat api unggun di area yang rawan terjadi kebakaran.

5. Setelah selesai melakukan pembakaran, pastikan untuk mengecek api


sudah benar-benar padam sebelum meninggalkan tempat itu. Perhatikan
juga tidak ada barang-barang yang mudah terbakar di sekitarnya.

6. Ketidaksadaran masyarakat bisa menjadi kecerobohan yang


menyebabkan hal fatal seperti kebakaran hutan atau lahan. Untuk itu, perlu
memberikan peringatan agar tidak sembarangan membakar sampah atau
rumput di sekitar hutan, apalagi saat angin kencang di musim kemarau.

7. Penting untuk melakukan konsolidasi dan koordinasi seluruh pihak


untuk bersama-sama mencegah terjadinya kebakaran hutan dan lahan.

8. Membuatkan sekat-sekat kanal untuk pengaturan hidrologi air pada


lahan gambut. Dengan begitu tanahnya jadi lembap dan basah sehingga
tidak mudah terbakar, terutama saat musim kemarau.

9. Melakukan pengawasan terhadap titik rawan kebakaran, terutama pada


hutan di Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi.

11
10. Menyiapkan peralatan untuk memadamkan api jika sewaktu-waktu
terjadi kebakaran hutan ataupun lahan.

11. Melakukan patroli dan pengawasan rutin pada tempat-tempat yang


memang rawan terjadi kebakaran, terutama saat musim kemarau.

12. Deteksi kebakaran sejak awal dengan mendirikan menara pengawas


ataupun pos jaga lengkap dengan teropong dan alat komunikasi. Juga,
menyimak informasi data satelit/cuaca di area hutan sehingga dapat
mencegah terjadinya kebakaran besar.

13. Menyediakan tempat penampungan air di titik-titik rawan kebakaran


untuk mempermudah mencari air jika sewaktu-waktu terjadi kebakaran.

14. Penyuluhan ke masyarakat yang tinggal di dekat hutan. Hal ini untuk
meningkatkan kesadaran dan kepedulian mereka akan bahaya kebakaran
hutan/lahan yang berdampak buruk bagi banyak pihak.

15. Menyediakan alarm peringatan saat kebakaran terjadi sehingga warga


cepat bertindak untuk memadamkan api sebelum menyebar luas.

16. Siap siaga jika terjadi kebakaran. Segera memberitahu warga dan
pihak-pihak terkait untuk penanganan lebih lanjut.

17. Pemetaan di wilayah-wilayah yang rawan terjadi kebakaran hutan dan


lahan supaya semua pihak lebih fokus untuk melakukan pengawasan.

12
DAFTAR PUSTAKA

http://juliwi.com/published/E0104/Paper0104_47-59.pdf

https://dli.ejournal.unri.ac.id/index.php/DL/article/download/7457/6359

https://osf.io/j5mrq/download/?format=pdf

https://id.scribd.com/doc/299636446/Makalah-Pencemaran-Udara-Karena-Kebakaran-
Hutan

13

Anda mungkin juga menyukai