EMERGENCY
KEBAKARAN HUTAN DAN KEBAKARAN BESAR
MANAJEMEN BENCANA
Disusun Oleh:
KELOMPOK VI
Aprillia Angellina PO.62.20.1.20.115
Denny Kurniawan PO.62.20.1.20.117
Hilda Juliyanti Umanailo PO.62.20.1.20.124
Khairunissa PO.62.20.1.20.126
Lovia Wulandari PO.62.20.1.20.128
Nayu Pariati PO.62.20.1.20.133
Dosen Pengampu:
Ns. Reny Sulistyowati, M.Kep
NIP. 197609072001122002
BAB 1 .............................................................................................................1
BAB 2 .............................................................................................................7
i
BAB I
KEBAKARAN HUTAN
1
hutan menjadi gundul, sehingga tidak mampu lagi menampung cadangan air di saat musim
hujan, hal ini dapat menyebabkan tanah longsor ataupun banjir. Selain itu, kebakaran
hutan dan lahan juga mengakibatkan berkurangnya sumber air bersih dan bencana
kekeringan, karena tidak ada lagi pohon untuk menampung cadangan air.
Kebakaran hutan di lahan gambut telah menimbulkan kerugian ekonomi yang besar.
Berdasarkan data Bank Dunia, saat kebakaran lahan besar-besaran terjadi 2015 lalu nilai
kerugian pemerintah mencapai Rp 2,5 triliun. Jumlah kerugian itu belum termasuk
dampak buruk bagi kesehatan masyarakat, terhentinya proses produksi, terganggunya
kegiatan perdagangan dan transportasi, serta menurunnya nilai sumber daya di daerah
terdampak.
2
tepat karena berdasarkan catatan sejarah kebakaran di Kalimantan Timur menunjukkan
bahwa mayoritas penyebab kebakaran hutan terjadi karena musim kemarau yang panjang
dan rendahnya rata-rata curah hujan dalam waktu yang lama.
Faktor kerentanan terhadap kebakartan hutan dan lahan berdasarkan teori yang didapat
yakni oleh ulah manusia dan faktor alami.
1. Faktor Alami
a. Iklim, kondisi iklim yang ekstrim seperti musim kemarau yang panjang
menyebabkan kerentanan terhadap bencana kebakaran semakin meningkat.
b. Vegetasi Gambut, faktor pemicu yang menjadi penyebab semakin hebatnya
kebakaran hutan dan lahan ialah lahan gambut yang menyimpan panas.
c. Vegetasi Kayu, Vegetasi kayu menjadi pemicu meningkatnya kerentanan kebakaran
hutan dan lahan. Vegetasi kayu yang mudah terbakar dapat menjadi pemicu
terjadinya bencana kebakaran hutan dan lahan.
d. Ketersediaan Pasokan Air, pembuatan kanal-kanal dan parit di lahan gambut telah
menyebabkan gambut mengalami pengeringan yang berlebihan dimusim kemarau
dan mudah terbakar.
e. Hasil Hutan, kurangnya insentif dan disinsentif terhadap perusahaan perhutani
menyebabkan kurang diperhatikannya managemen kebakaran oleh dapat menjadi
kerentanan bencana kebakaran hutan dan lahan.
f. Hasil Pertanian, pembakaran hutan dan lahan secara sengaja untum pertanian juga
merupakan penyebab kebakaran yang utama.
2. Faktor Manusia
a. Kegiatan penduduk, kegiatan-kegiatan penyiapan lahan untuk berbagai macam
bentuk usaha pertanian dan kehutanan dapat menimbulkan bencana kebakaran.
Kegiatan penduduk seperti halnya membakar lahan, membuang punting rokok atau
membakar api unggun ketika berkemah sering kali menjadi penyebab bencana
kebakaran.
b. Mata Pencaharian, masyarakat yang menggantungkan mata pencaharian dari hasil
hutan sering kali lalai membakar vegetasi.
c. Jaringan Jalan, dengan jaringan jalan yang cukup memadai akan memudahkan
mobilisasi peralatan dan juga tenaga untuk penanggulangan kebakaran yang terjadi,
kondisi jaringan jalan yang kurang memadai untuk menuju akses titiktitik rawan
terjadinya bencana kebakaran sering kali menghambat proses pemadaman api secara
cepat.
3
d. Pengadaan Prasarana Pemadam Kebakaran, pendayagunaan sarana dan prasarana
yang telah ada diperlukan inventarisasi terhadap peralatan yang diperlukan
berdasarkan skala prioritas. Minimnya penyediaan prasarana pemadam masyarakat
menginisiasi dengan dana swadaya untuk membeli peralatan pemadaman kebakaran.
e. Peningkatan jumlah penduduk berpengaruh terhadap pembukaan hutan dan lahan
dimana api digunakan sebagai teknik dalam persiapan lahan.
4
2. Peran perawat dalam keadaan darurat
Di lakukan setelah bencana selesai dan keadaan stabil. Fase ini dilakukan perawat
adalah tindakan penyelamatan, memberikan perawatan darurat, Melakukan pengkajian
secara cepat untuk memutuskan tindakan pertolongan pertama dengan triase dan
evakuasi. Konsep pria pada saat terjadi bencana adalah pasien dengan luka ringan dan
pasien luka parah yang tidak ada harapan untuk diselamatkan, tidak diprioritaskan titik
triase yang dapat dilakukan dalam bencana kebakaran:
a. Merah
Keadaan yang mengancam kehidupan sebagian besar pasien mengalami hipoksia,
syok, trauma dada, pendarahan internal, trauma kepala dengan kehilangan
kesadaran, luka bakar yang mengenai Airway
b. Kuning
Meliputi injury dengan efek sistemik namun belum jatuh ke keadaan syok karena
dalam keadaan ini sebenarnya pasien masih dapat bertahan selama 30-60 menit.
injury tersebut antara lain fraktur tulang multipel, fraktur terbuka, cedera medula
spinalis, Laserasi, luka bakar derajat 2 dan 3
c. Hijau
Kategori yang termasuk dalam kelompok ini adalah fraktur tertutup, luka bakar
minor, minor laserasi, kontusio, dan dislokasi
d. Hitam
Kategori yang termasuk dalam kelompok ini adalah ah yang sudah meninggal. ini
adalah korban bencana yang tidak dapat selamat dari bencana, ditemukan sudah
dalam keadaan meninggal.
5
individu ini adalah rasional emotif yang membantu klien menghapus pandangan hidup
klien yang menyalahkan hubungan baik dengan diri sendiri, orang lain, lingkungan atau
Tuhan dan membantu klien memperoleh pandangan hidup yang lebih rasional dalam
mencari makna dan tujuan.
6
BAB 2
KEBAKARAN BESAR
A. Pengertian
Kebakaran ialah nyala api baik kecil maupun besar pada tempat, situasi dan waktu yang
tidak diinginkan dan umumnya bersifat merugikan dan sulit dikendalikan. Kejadian
kebakaran baik itu kebakran kecil ataupun kebakaran besar terdapat beberapa bahaya di
dalamnya yang patut kita ketahui untuk keselamatan.
Kebakaran besar terjadi di Palangka Raya, sebanyak 50 unit toko di pasar besar di jalan
jawa ludes terbakar, selasa (19/6/2018). Bangunan kios yang sebagian besar terbuat dari
kayu tersebut membuat api dengan cepat membesar membakar seluruh unit toko.
Kebakaran besar biasanya banyak memakan korban jiwa dan juga kerugian material.
Kebakaran besar biasa terjadi pada Industri Pabrik, Pom Bensin, kilang minyak, dll yang
dapat membuat lingkungan atau daerah sekitarnya juga terdampak hingga membuat suatu
kebakaran besar.
7
C. Penilaian Risiko dan Kerentanan
Penilaian risiko kebakaran dirancang untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya
kebakaran dengan mengidentifikasi potensi bahaya dan risiko kebakaran di dalam gedung
ataupun bangunan lainnya. Namun, tidak hanya memeriksa struktur bangunan itu sendiri,
tapi isi bangunan, tata letak, dan penggunaan bangunan. Untuk bisnis atau bangunan
umum seperti toko, gedung perkantoran, rumah atau tempat-tempat vital lainnya dan
bahkan stasiun bis dan kereta api, perlu dilakukan penilaian risiko kebakaran. Semua
properti perlu mendapat penilaian risiko kebakaran. Penilaian Resiko Kebakaran adalah
proses yang melibatkan evaluasi sistematis terhadap faktor-faktor yang menentukan
bahaya kebakaran, serta kemungkinan kebakaran akan terjadi, dan konsekuensinya jika
terjadi.
5 langkah untuk Penilaian Risiko:
1. Identify fire hazards
Untuk mengidentifikasi bahaya, Anda perlu memahami perbedaan antara ‘bahaya’ dan
‘risiko’. Bahaya adalah ‘sesuatu yang berpotensi menimbulkan bahaya’ dan risiko
adalah ‘kemungkinan potensi bahaya itu terwujud’. Bahaya dapat diidentifikasi dengan
menggunakan sejumlah teknik yang berbeda seperti berjalan di sekitar tempat kerja,
atau menanyakan ke karyawan Anda.
2. Identify people at risk
Tentukan siapa yang mungkin terkena bahaya dan bagaimana Sekali anda telah
mengidentifikasi sejumlah bahaya, anda perlu memahami siapa atau apa yang mungkin
terkena bahaya/dampak resiko dan bagaimana resiko tersebut berdampak pada sesuatu
tersebut.
3. Evaluate, Remove, Reduce and Protect from risk
Evaluasi resiko dan buat keputusan berdasarkan pengukuran pengendalian Setelah
mengidentifikasi bahaya dan menentukan siapa yang mungkin terkena bahaya dan
bagaimana, anda diharuskan untuk melindungi hal terdampak tersebut dari bahaya.
Bahaya dapat dihilangkan secara penuh atau dilakukan pengendalian resiko.
4. Record, Plan, Inform, Instruct and Train
Temuan Anda harus ditulis itu adalah persyaratan hukum di mana ada 5 atau lebih
karyawan; dan dengan mencatat temuan itu menunjukkan bahwa Anda telah
mengidentifikasi bahaya, memutuskan siapa yang dapat dirugikan dan bagaimana, dan
juga menunjukkan bagaimana Anda berencana untuk menghilangkan risiko dan
bahaya.
8
5. Review and Evaluate
Tinjau kembali penilaian anda dan update ketika diperlukan. Anda tidak boleh lupa
bahwa beberapa tempat kerja tetap sama dan sebagai hasilnya penilaian risiko ini harus
ditinjau dan diperbarui bila diperlukan.
9
c. Menggunakan bak penampungan air mandiri yang ditempatkan di bagian depan
rumah.
d. Menggunakan lap/karung basah yang ditempatkan di sumber potensi api di rumah
(didekat tungku/dapur).
e. Menggunakan pasir yang ditempatkan di sumber potensi api di rumah (didekat
tungku/dapur).
5. Pemulihan
a. Memperbaiki fisik yang terkena dampak kebakaran seperti bangunan ataupun
sarana dan prasarana.
b. Memperbaiki dan memulihkan ekonomi warga yang terkena dampak kebakaran
seperti Aktivitas warga di RW 16,9, dan 20, dengan memberikan peluang wirausaha
c. Peningkatan building capacity warga agar memiliki kearifan local dalam proses
mitigasi kebakaran.
6. Peran Perawat Dalam Penanganan Bencana Kebakaran
a. Peran dalam pencegahan primer
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan tim perawat dalam masa pra bencana ini
antara lain :
a. Mengenali intruksi ancaman bahaya kebakaran
b. Menyiapkan peralatan kesehatan di daerah rawan kebakaran
c. Mengidentifikasi kebutuhan saat fase emergency
d. Melatih penanganan pertama korban bencana kebakaran baik mengembangkan
kemampuan sendiri maupun melatih masyarakat
e. Berkoordinasi dengan dinas pemerintahan,organisasi lingkungan, palang merah
nasional maupun lembaga-lembaga kemasyarakatan.
Pendidikan kesehatan diarahkan kepada :
1) Usaha pertolongan diri sendiri
2) Pelatihan pertolongan dalam keluarga seperti menolong anggota keluarga
dengankecurigaan fraktur tulang, perdarahan dan pertolongan luka bakar
3) Memberikan beberapa alamat dan nomor telepon darurat seperti dinas
kebakaran, RS dan ambulance.
4) Memberikan informasi tentang perlengkapan yang dibawa
5) Memberikan informasi tempat-tempat alternatif penampungan atau posko
bencana.
10
b. Peran perawat dalam keadaan darurat
Perawat harus melakukan pengkajian secara cepat untuk memutuskan tindakan
pertolongan pertama. Ada saat dimana seleksi pasien untuk penanganan segera
(emergency), akan lebih efektif. Bisa disebut TRIASE :
1) Lebel Merah paling penting prioritas utama, mengancam jiwa.
2) Lebel Kuning prioritas kedua, meliputi cedera,fraktur
3) Lebel Hijau, prioritas ketiga, meliputi cedera tertutup,luka lecet.
4) Lebel Hitam, meninggal.
11
DAFTAR PUSTAKA
Addy Suyatno. 2011. Sistem Penilaian Resiko Tingkat Bahaya Kebakaran Hutan Berbasis
Jaringan Syaraf Tiruan. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Informatika, UPN
“Veteran”. Yogyakarta, 2 Juli 2011. Diakses pada 30 Juli 2021, jam 19.18.
Hatta, M. 2008. Dampak kebakaran hutan terhadap sifat-sifat tanah di Kecamatan Besitang
Kabupaten Langkat. Draft Hasil Penelitian. Departemen Kehutanan Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara.
http://indonesiabaik.id/infografis/waspada-dampak-kebakaran-hutan-dan-lahan
Kholid, Ahmad S.Kep, Ns. 2015. Prosedur Tetap Pelayanan Medik Penanggulangan
Bencana.Jakarta:Salemba Medika
https://www.academia.edu/33840823/Peran_perawat_dalam_pencegahan_primer_1_
Damkar. (2020). Bahaya dan Kerugian Kebakaran. Online
(http://damkar.bandaacehkota.go.id/2020/07/13/bahaya-dan-kerugian-kebakaran/ )
diakses 31 Juli 2021
12
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Diduga Korsleting Listrik, 50 Unit
Toko di Pasar Besar Ludes Terbakar", Klik untuk
baca: https://regional.kompas.com/read/2018/06/19/21111481/diduga-korsleting-
listrik-50-unit-toko-di-pasar-besar-ludes-terbakar.
Penulis : Kontributor Palangkaraya, Kurnia Tarigan
Editor : Robertus Belarminus
13