Anda di halaman 1dari 15

KARAKTERISTIK DASAR TIPE BENCANA KHUSUS DAN

EMERGENCY
KEBAKARAN HUTAN DAN KEBAKARAN BESAR
MANAJEMEN BENCANA

Disusun Oleh:
KELOMPOK VI
Aprillia Angellina PO.62.20.1.20.115
Denny Kurniawan PO.62.20.1.20.117
Hilda Juliyanti Umanailo PO.62.20.1.20.124
Khairunissa PO.62.20.1.20.126
Lovia Wulandari PO.62.20.1.20.128
Nayu Pariati PO.62.20.1.20.133

Dosen Pengampu:
Ns. Reny Sulistyowati, M.Kep
NIP. 197609072001122002

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKA RAYA


SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN REGULER VI
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN ....................................................................................

DAFTAR ISI .................................................................................................i

BAB 1 .............................................................................................................1

A. Pengertian Kebakaran Hutan.................................................................1

B. Bahaya dan Dampak Yang Ditimbulkan ..............................................1

C. Penilaian Risiko dan Kerentanan .........................................................2

D. Tahapan Pengelolaan Bencana .............................................................4

BAB 2 .............................................................................................................7

A. Pengertian Kebakaran Besar ................................................................7

B. Bahaya dan Dampak Yang Ditimbulkan ..............................................7

C. Penilaian Risiko dan Kerentanan .........................................................8

D. Tahapan Pengelolaan Bencana .............................................................9

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................12

i
BAB I

KEBAKARAN HUTAN

A. Pengertian Kebakaran Hutan


Api dan kebakaran ialah peristiwa yang tidak asing lagi di telinga kita, dimana kedua
peristiwa ini sering terjadi dan banyak memakan korban jiwa. Terjadinya peristiwa ini
akibat kelalaian manusia yang tidak hati – hati dalam melakukan hal apapun. Hal yang
bisa mengakibatkan munculnya api dan kebakaran ialah listrik yang konslet, lupa
mematikan api kompor, membuang puntung rokok sembarangan dan masih banyak lagi
hal lainya yang dapat memicu terjadinya kebakaran.
Kebakaran hutan dibedakan dengan kebakaran lahan. Kebakaran hutan yaitu
kebakaran yang terjadi di dalam kawasan hutan, sedangkan kebakaran lahan adalah
kebakaran yang terjadi di luar kawasan hutan dan keduanya bisa terjadi baik disengaja
maupun tanpa sengaja (Hatta, 2008).
Kebakaran hutan ialah terbakarnya sesuatu yang menimbulkan bahaya atau
mendatangkan bencana. Kebakaran dapat terjadi karena pembakaran yang tidak
dikendalikan, karena proses spontan alami, atau karena kesengajaan. Proses alami sebagai
contohnya kilat yang menyambar pohon atau bangunan, letusan gunung api yang
menebarkan bongkahan bara api, dan gesekan antara ranting tumbuhan kering yang
mengandung minyak karena goyangan angin yang menimbulkan panas atau percikan api
(Notohadinegoro, 2006). Kebakaran yang terjadinya akibat kesengajaan manusia
dikarenakan oleh beberapa kegiatan, seperti kegiatan ladang, perkebunan (PIR), Hutan
Tanaman Industri (HTI), penyiapan lahan untuk ternak sapi, dan sebagainya (Hatta, 2008).

B. Bahaya dan Dampak Yang Ditimbulkan


Kebakaran hutan dan lahan berdampak pada rusaknya ekosistem dan menyebabkan
musnahnya flora dan fauna yang tumbuh dan hidup di hutan. Dampak lainnya dari asap
yang ditimbulkan dapat menyebabkan penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA),
Asma, Penyakit Paru Obstruktif Kronik, Penyakit Jantung serta iritasi pada mata,
tenggorokan dan hidung. Kabut asap dari kebakaran hutan juga dapat mengganggu bidang
transportasi, khususnya transportasi penerbangan.
Tersebarnya asap dan emisi gas Karbondioksida dan gas-gas lain ke udara juga akan
berdampak pada pemanasan global dan perubahan iklim. Kebakaran hutan mengakibatkan

1
hutan menjadi gundul, sehingga tidak mampu lagi menampung cadangan air di saat musim
hujan, hal ini dapat menyebabkan tanah longsor ataupun banjir. Selain itu, kebakaran
hutan dan lahan juga mengakibatkan berkurangnya sumber air bersih dan bencana
kekeringan, karena tidak ada lagi pohon untuk menampung cadangan air.
Kebakaran hutan di lahan gambut telah menimbulkan kerugian ekonomi yang besar.
Berdasarkan data Bank Dunia, saat kebakaran lahan besar-besaran terjadi 2015 lalu nilai
kerugian pemerintah mencapai Rp 2,5 triliun. Jumlah kerugian itu belum termasuk
dampak buruk bagi kesehatan masyarakat, terhentinya proses produksi, terganggunya
kegiatan perdagangan dan transportasi, serta menurunnya nilai sumber daya di daerah
terdampak.

C. Penilaian Risiko dan Kerentanan


Penilaian risiko tingkat kebakaran hutan membutuhkan perhitungan dari sumber-
sumber informasi yang tepat, antara lain kondisi cuaca, hal-hal teknis berkaitan dengan
kebakaran, potensi terjadinya kebakaran tingkat resiko kebakaran dan pengendalian
dampak kebakaran itu sendiri.
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat resiko bahaya
kebakaran hutan adalah pengukuran Indeks Kekeringan Keetch-Byram yang
dikembangkan tahun 1968 oleh Keetch dan Byram dari Florida (Amerika Serikat).
Keetch-Byram (1968) mendefinisikan indeks kekeringan sebagai ekspresi kurangnya
kelembaban tanah menurut kemungkinan maksimal kandungan kelembaban tanah
(kapasitas lahan).
Interim Report pada tahun 1998-1999 membagi indeks kekeringan Keetch-Byram ke
dalam 3 kelas, yaitu rendah dengan skala 0 sampai dengan 999), sedang dengan skala
1000 sampai dengan 1499, dan tinggi dengan skala 1500 sampai dengan 2000.
Meningkatnya cuaca panas dunia mengakibatkan dibutuhkannya suatu prosedur
operasional yang kemudian menambah satu kelas baru yang mungkin terjadi dalam
kondisi tertentu, yaitu tingkat ekstrim dengan skala 1750 sampai dengan 2000, sehingga
tingkat resiko tinggi hanya menjadi antara skala 1500 sampai dengan 1749.
Formulasi skala indeks kekeringan Keetch-Byram mendeskripsikan kondisi
kelembaban tanah untuk menentukan kelas atau tingkatannya. Misalnya untuk skala
indeks kekeringan 0 menunjukkan bahwa kondisi kelembaban tanah sangat basah atau
mengandung banyak air, kemudian skala 1500 menunjukkan kondisi tanah yang sudah
sangat kering dan mudah terbakar. Metode Keetch-Byram merupakan metode yang

2
tepat karena berdasarkan catatan sejarah kebakaran di Kalimantan Timur menunjukkan
bahwa mayoritas penyebab kebakaran hutan terjadi karena musim kemarau yang panjang
dan rendahnya rata-rata curah hujan dalam waktu yang lama.
Faktor kerentanan terhadap kebakartan hutan dan lahan berdasarkan teori yang didapat
yakni oleh ulah manusia dan faktor alami.
1. Faktor Alami
a. Iklim, kondisi iklim yang ekstrim seperti musim kemarau yang panjang
menyebabkan kerentanan terhadap bencana kebakaran semakin meningkat.
b. Vegetasi Gambut, faktor pemicu yang menjadi penyebab semakin hebatnya
kebakaran hutan dan lahan ialah lahan gambut yang menyimpan panas.
c. Vegetasi Kayu, Vegetasi kayu menjadi pemicu meningkatnya kerentanan kebakaran
hutan dan lahan. Vegetasi kayu yang mudah terbakar dapat menjadi pemicu
terjadinya bencana kebakaran hutan dan lahan.
d. Ketersediaan Pasokan Air, pembuatan kanal-kanal dan parit di lahan gambut telah
menyebabkan gambut mengalami pengeringan yang berlebihan dimusim kemarau
dan mudah terbakar.
e. Hasil Hutan, kurangnya insentif dan disinsentif terhadap perusahaan perhutani
menyebabkan kurang diperhatikannya managemen kebakaran oleh dapat menjadi
kerentanan bencana kebakaran hutan dan lahan.
f. Hasil Pertanian, pembakaran hutan dan lahan secara sengaja untum pertanian juga
merupakan penyebab kebakaran yang utama.
2. Faktor Manusia
a. Kegiatan penduduk, kegiatan-kegiatan penyiapan lahan untuk berbagai macam
bentuk usaha pertanian dan kehutanan dapat menimbulkan bencana kebakaran.
Kegiatan penduduk seperti halnya membakar lahan, membuang punting rokok atau
membakar api unggun ketika berkemah sering kali menjadi penyebab bencana
kebakaran.
b. Mata Pencaharian, masyarakat yang menggantungkan mata pencaharian dari hasil
hutan sering kali lalai membakar vegetasi.
c. Jaringan Jalan, dengan jaringan jalan yang cukup memadai akan memudahkan
mobilisasi peralatan dan juga tenaga untuk penanggulangan kebakaran yang terjadi,
kondisi jaringan jalan yang kurang memadai untuk menuju akses titiktitik rawan
terjadinya bencana kebakaran sering kali menghambat proses pemadaman api secara
cepat.

3
d. Pengadaan Prasarana Pemadam Kebakaran, pendayagunaan sarana dan prasarana
yang telah ada diperlukan inventarisasi terhadap peralatan yang diperlukan
berdasarkan skala prioritas. Minimnya penyediaan prasarana pemadam masyarakat
menginisiasi dengan dana swadaya untuk membeli peralatan pemadaman kebakaran.
e. Peningkatan jumlah penduduk berpengaruh terhadap pembukaan hutan dan lahan
dimana api digunakan sebagai teknik dalam persiapan lahan.

D. Tahapan Pengelolaan Bencana


Pengelolaan bencana kebakaran juga bukan sekadar menyediakan alat pemadam
ataupun melakukan latihan peran kebakaran, namun diperlukan suatu program yang
terencana dalam suatu sistem manajemen kebakaran yang merupakan upaya terpadu untuk
mengelola resiko kebakaran mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan tindak
lanjutnya (Ramli,2010)
Perawat terhadap bencana kebakaran tidak jauh beda dengan peran perawat bencana
secara umum. Peran perawat dalam penanganan bencana kebakaran dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya pengalaman, peran profesional perawat di komunitas
(Stanhope & Lancaster, 2006). Peran perawat yang dapat dilakukan dalam bencana
kebakaran antara lain:
1. Peran perawat primer
Peran perawat primer yang dilakukan pada pra bencana, seperti:
a. Peningkatan pengetahuan dan memahami masyarakat tentang bencana khususnya
kebakaran dengan penyuluhan dan simulasi, seperti paham mekanisme quick
responses seperti menghubungi dinas Pemadam Kebakaran setempat, langkah-
langkah rescue yang cepat dan tepat untuk meminimalisasi korban serta menekan
kerugian harta atau benda dan meminimalisasi kerusakan lingkungan akibat
kebakaran
b. Pemetaan wilayah resiko tinggi terjadinya kebakaran
c. Melatih penanganan korban bencana kebakaran baik mengembangkan kemampuan
sendiri maupun melatih masyarakat umum agar dapat melaksanakan penanganan
pertama
d. Pelatih pertolongan pertama dalam keluarga seperti menolong anggota keluarga
dengan kecurigaan fraktur tulang, pendarahan, dan pertolongan pertama luka bakar
(Nurwah yudin, 2016)

4
2. Peran perawat dalam keadaan darurat
Di lakukan setelah bencana selesai dan keadaan stabil. Fase ini dilakukan perawat
adalah tindakan penyelamatan, memberikan perawatan darurat, Melakukan pengkajian
secara cepat untuk memutuskan tindakan pertolongan pertama dengan triase dan
evakuasi. Konsep pria pada saat terjadi bencana adalah pasien dengan luka ringan dan
pasien luka parah yang tidak ada harapan untuk diselamatkan, tidak diprioritaskan titik
triase yang dapat dilakukan dalam bencana kebakaran:
a. Merah
Keadaan yang mengancam kehidupan sebagian besar pasien mengalami hipoksia,
syok, trauma dada, pendarahan internal, trauma kepala dengan kehilangan
kesadaran, luka bakar yang mengenai Airway
b. Kuning
Meliputi injury dengan efek sistemik namun belum jatuh ke keadaan syok karena
dalam keadaan ini sebenarnya pasien masih dapat bertahan selama 30-60 menit.
injury tersebut antara lain fraktur tulang multipel, fraktur terbuka, cedera medula
spinalis, Laserasi, luka bakar derajat 2 dan 3
c. Hijau
Kategori yang termasuk dalam kelompok ini adalah fraktur tertutup, luka bakar
minor, minor laserasi, kontusio, dan dislokasi
d. Hitam
Kategori yang termasuk dalam kelompok ini adalah ah yang sudah meninggal. ini
adalah korban bencana yang tidak dapat selamat dari bencana, ditemukan sudah
dalam keadaan meninggal.

3. Peran perawat pada pasca bencana


Peran perawat dalam fase pemulihan pada pasca bencana adalah post traumatic stress
disorder (PTSD) dengan Melakukan intervensi psikososial. intervensi Ini berupa untuk
mendekatkan psikologi dan psikiatri ke dalam kehidupan sehari-hari dan memberikan
ke kelompok kelompok-kelompok yang ada di masyarakat baik yang mengalami
masalah psikiatri (gangguan), yang beresiko mengalami gangguan maupun yang sehat
pasca bencana. salah satu terapi yang dilakukan kepada individu korban adalah
psikoterapi. menggunakan teknik yang berfokus pada pemecahan masalah untuk
membantu klien Menyelesaikan konflik utama yang dihadapi klien dari dimensi fisik,
psikologis, sosial kultur dan spiritual. Pendekatan yang digunakan pada psikoterapi

5
individu ini adalah rasional emotif yang membantu klien menghapus pandangan hidup
klien yang menyalahkan hubungan baik dengan diri sendiri, orang lain, lingkungan atau
Tuhan dan membantu klien memperoleh pandangan hidup yang lebih rasional dalam
mencari makna dan tujuan.

6
BAB 2
KEBAKARAN BESAR
A. Pengertian
Kebakaran ialah nyala api baik kecil maupun besar pada tempat, situasi dan waktu yang
tidak diinginkan dan umumnya bersifat merugikan dan sulit dikendalikan. Kejadian
kebakaran baik itu kebakran kecil ataupun kebakaran besar terdapat beberapa bahaya di
dalamnya yang patut kita ketahui untuk keselamatan.
Kebakaran besar terjadi di Palangka Raya, sebanyak 50 unit toko di pasar besar di jalan
jawa ludes terbakar, selasa (19/6/2018). Bangunan kios yang sebagian besar terbuat dari
kayu tersebut membuat api dengan cepat membesar membakar seluruh unit toko.
Kebakaran besar biasanya banyak memakan korban jiwa dan juga kerugian material.
Kebakaran besar biasa terjadi pada Industri Pabrik, Pom Bensin, kilang minyak, dll yang
dapat membuat lingkungan atau daerah sekitarnya juga terdampak hingga membuat suatu
kebakaran besar.

B. Bahaya dan Dampak Yang Ditimbulkan


Kebakaran dapat menimbulkan bahaya antara lain :
1. Api (jilatan api yang dapat membakar kulit/tubuh dan bisa memakan korban jiwa).
2. Suhu panas (dapat menyebabkan hipertermia).
3. Asap (dapat menyebabkan sesak nafas dan mengganggu pengelihatan).
4. Gas-gas beracun (dapat menimbulkan penyakit dan gangguan kesehatan lainnya).
5. Runtuhan bangunan (dapat menimpa korban yang terjebak di dalamnya sewaktu-
waktu).
6. Ledakan (bahan mudah meledak di sekitar area kebakaran dapat melukai apa saja di
dekatnya).
Di samping bahaya kebakaran di atas, kebakaran juga dapat menimbulkan dampak
kerugian yang diantaranya ialah sebagai berikut :
1. Material (nilai bangunan dan aset yang rusak disebabkan kejadian kebakaran).
2. Lingkungan (efek termal kebakaran serta peningkatan gas CO2 dan polusi).
3. Ekonomi (kerugian finansial akibat tidak mampu berjalannya bisnis dampak dari
kejadian kebakaran).
4. Sosial (PHK massal dikarenakan kebangkrutan bisnis dampak dari kejadian
kebakaran).

7
C. Penilaian Risiko dan Kerentanan
Penilaian risiko kebakaran dirancang untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya
kebakaran dengan mengidentifikasi potensi bahaya dan risiko kebakaran di dalam gedung
ataupun bangunan lainnya. Namun, tidak hanya memeriksa struktur bangunan itu sendiri,
tapi isi bangunan, tata letak, dan penggunaan bangunan. Untuk bisnis atau bangunan
umum seperti toko, gedung perkantoran, rumah atau tempat-tempat vital lainnya dan
bahkan stasiun bis dan kereta api, perlu dilakukan penilaian risiko kebakaran. Semua
properti perlu mendapat penilaian risiko kebakaran. Penilaian Resiko Kebakaran adalah
proses yang melibatkan evaluasi sistematis terhadap faktor-faktor yang menentukan
bahaya kebakaran, serta kemungkinan kebakaran akan terjadi, dan konsekuensinya jika
terjadi.
5 langkah untuk Penilaian Risiko:
1. Identify fire hazards
Untuk mengidentifikasi bahaya, Anda perlu memahami perbedaan antara ‘bahaya’ dan
‘risiko’. Bahaya adalah ‘sesuatu yang berpotensi menimbulkan bahaya’ dan risiko
adalah ‘kemungkinan potensi bahaya itu terwujud’. Bahaya dapat diidentifikasi dengan
menggunakan sejumlah teknik yang berbeda seperti berjalan di sekitar tempat kerja,
atau menanyakan ke karyawan Anda.
2. Identify people at risk
Tentukan siapa yang mungkin terkena bahaya dan bagaimana Sekali anda telah
mengidentifikasi sejumlah bahaya, anda perlu memahami siapa atau apa yang mungkin
terkena bahaya/dampak resiko dan bagaimana resiko tersebut berdampak pada sesuatu
tersebut.
3. Evaluate, Remove, Reduce and Protect from risk
Evaluasi resiko dan buat keputusan berdasarkan pengukuran pengendalian Setelah
mengidentifikasi bahaya dan menentukan siapa yang mungkin terkena bahaya dan
bagaimana, anda diharuskan untuk melindungi hal terdampak tersebut dari bahaya.
Bahaya dapat dihilangkan secara penuh atau dilakukan pengendalian resiko.
4. Record, Plan, Inform, Instruct and Train
Temuan Anda harus ditulis itu adalah persyaratan hukum di mana ada 5 atau lebih
karyawan; dan dengan mencatat temuan itu menunjukkan bahwa Anda telah
mengidentifikasi bahaya, memutuskan siapa yang dapat dirugikan dan bagaimana, dan
juga menunjukkan bagaimana Anda berencana untuk menghilangkan risiko dan
bahaya.

8
5. Review and Evaluate
Tinjau kembali penilaian anda dan update ketika diperlukan. Anda tidak boleh lupa
bahwa beberapa tempat kerja tetap sama dan sebagai hasilnya penilaian risiko ini harus
ditinjau dan diperbarui bila diperlukan.

D. Tahapan Pengelolaan Bencana


1. Pencegahan
a. Tidak menggunakan perangkat listrik bercabang untuk meminimalisir konsleting
listrik dan selalu memeriksa perangkat listrik secara berkala.
b. Mengetahui standar penggunaan gas elpiji dan memelihara kondisi gas dan kompor.
c. Hindari peralatan yang mudah terbakar dari jangkauan anak-anak, seperti cairan
kimia yang menggunakan spray, lilin, korek api, dan lain-lain.
2. Mitigasi
a. Penyediaan alat pemadam api ringan (APAR) minimal 1 unit/RT (sesuai standar
sarana penanggulangan kebakaran)
b. Menyediakan karung basah atau alat yang dapat memadamkan api
c. Pengaktifan dan pemeliharaan fungsi hidran dan sumber air rumah tangga secara
berkala
d. Pembangunan penampungan air hujan sebagai alternatif prasarana pemadaman
3. Kesiapsiagaan
a. Menyediakan peta jalur evakuasi dan asemblly point (titik kumpul) bagi masyarakat.
b. Penyuluhan dan pelatihan masyarakat terhadap jenis-jenis kebakaran dan cara
menanganinya.
c. Penyiapan warga/masyarakat dalam proses evakuasi, pertolongan pertama pada
kecelakaan, dan penyedia logistik awal saat bencana.
d. Peningkatan akses dan kapasitas informasi proses pencegahan kebakaran dari
berbagai media dan institusi pemerintah.
4. Penanggulangan Kedaruratan/Response/Early Warning System
a. Penyediaan lokasi evakuasi warga dan barang barang saat terjadi kebakaran ke jalan
atau lapangan yang luas serta ke lokasi pengungsian pada bangunan permanen milik
pemerintah
b. Menggunakan sumber air mandiri di rumah yang memiliki kuantitas dan kontinuitas
yang baik untuk melakukan pemadaman api di rumah.

9
c. Menggunakan bak penampungan air mandiri yang ditempatkan di bagian depan
rumah.
d. Menggunakan lap/karung basah yang ditempatkan di sumber potensi api di rumah
(didekat tungku/dapur).
e. Menggunakan pasir yang ditempatkan di sumber potensi api di rumah (didekat
tungku/dapur).
5. Pemulihan
a. Memperbaiki fisik yang terkena dampak kebakaran seperti bangunan ataupun
sarana dan prasarana.
b. Memperbaiki dan memulihkan ekonomi warga yang terkena dampak kebakaran
seperti Aktivitas warga di RW 16,9, dan 20, dengan memberikan peluang wirausaha
c. Peningkatan building capacity warga agar memiliki kearifan local dalam proses
mitigasi kebakaran.
6. Peran Perawat Dalam Penanganan Bencana Kebakaran
a. Peran dalam pencegahan primer
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan tim perawat dalam masa pra bencana ini
antara lain :
a. Mengenali intruksi ancaman bahaya kebakaran
b. Menyiapkan peralatan kesehatan di daerah rawan kebakaran
c. Mengidentifikasi kebutuhan saat fase emergency
d. Melatih penanganan pertama korban bencana kebakaran baik mengembangkan
kemampuan sendiri maupun melatih masyarakat
e. Berkoordinasi dengan dinas pemerintahan,organisasi lingkungan, palang merah
nasional maupun lembaga-lembaga kemasyarakatan.
Pendidikan kesehatan diarahkan kepada :
1) Usaha pertolongan diri sendiri
2) Pelatihan pertolongan dalam keluarga seperti menolong anggota keluarga
dengankecurigaan fraktur tulang, perdarahan dan pertolongan luka bakar
3) Memberikan beberapa alamat dan nomor telepon darurat seperti dinas
kebakaran, RS dan ambulance.
4) Memberikan informasi tentang perlengkapan yang dibawa
5) Memberikan informasi tempat-tempat alternatif penampungan atau posko
bencana.

10
b. Peran perawat dalam keadaan darurat
Perawat harus melakukan pengkajian secara cepat untuk memutuskan tindakan
pertolongan pertama. Ada saat dimana seleksi pasien untuk penanganan segera
(emergency), akan lebih efektif. Bisa disebut TRIASE :
1) Lebel Merah paling penting prioritas utama, mengancam jiwa.
2) Lebel Kuning prioritas kedua, meliputi cedera,fraktur
3) Lebel Hijau, prioritas ketiga, meliputi cedera tertutup,luka lecet.
4) Lebel Hitam, meninggal.

c. Peran perawat dalam posko pengungsian


1) Memfasilitasi jadwal kunjungan konsultansi medis.
2) Tetap menyusun rencana prioritas asuhan keperawatan asuhan keperawatan
3) Merencanakan dan memfasilitasi transfer pasien dari tempat posko ke RS
4) Mengevaluasi kebutuhan harian
5) Memeriksa dan mengatur ketersediaan obat,makanan,makanan khusus
bayi,peralatan kesehatan
6) Membantu penanganan dan penempatan pasien dengan penyakit menular maupun
kondisi kejiwaan labil sehingga membahayakan diri dan lingkungan
7) Mengidentifikasi reaksi psikologis yang muncul pada korban (ansietas,depresi)
maupun reaksi psikomatik (hilang nafsu makan,insomnia)
8) Membantu terapi kejiwaan korban khususnya anak-anak
9) Memfasilitasi konseling dan terapi kejiwaan lainnya
Perawat berada dalam posisi untuk membantu mengatasi kesehatan jiwa pada saat
krisis atau bencana, maka diperlukan dukungan psikologis berupa pengetahuan, yang
mana pengetahuan tersebut terkait dengan teknik intervensi krisis dan bencana yang
merupakan suatu keterampilan klinis yang penting bagi semua perawat, di luar dari
tatanan klinis atau praktik spesialis (Happell et al, 2009 dalam Stuart, 2016). Disamping
itu, pelatihan manajemen penanggulangan bencana sangat jarang dilakukan kepada
tenaga perawat di pelayanan maupun di pendidikan, sehingga keterampilan,
pengetahuan dan keahlian perawat dalam penanggulangan bencana tidak sesuai
prosedur dan membuat penangganan bencana berjalan lambat dan tidak efektif ((Tzeng
et al., 2016); (Yan et al., 2015); dan (Yu et al., 2013)).

11
DAFTAR PUSTAKA

Addy Suyatno. 2011. Sistem Penilaian Resiko Tingkat Bahaya Kebakaran Hutan Berbasis
Jaringan Syaraf Tiruan. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Informatika, UPN
“Veteran”. Yogyakarta, 2 Juli 2011. Diakses pada 30 Juli 2021, jam 19.18.

Hatta, M. 2008. Dampak kebakaran hutan terhadap sifat-sifat tanah di Kecamatan Besitang
Kabupaten Langkat. Draft Hasil Penelitian. Departemen Kehutanan Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Latifah, R. Pamungkas, A. 2013. Identifikasi Faktor-Faktor Kerentanan Terhadap Bencana


Kebakaran Hutan dan Lahan di Kecamatan Liang Anggang Kota Banjarbaru. Jurnal
Teknik Pomits Vol. 2, No. 2, (2013) Issn: 2337-3539. Diakses pada 30 Juli 2021, jam
19.22.

http://indonesiabaik.id/infografis/waspada-dampak-kebakaran-hutan-dan-lahan

Efendi, Ferry.2009. Keperawatan Komunitas Teori dan Praktik dalam


kepeawatan.Jakarta.Penerbit Salemba Medika

Mepsa, Putra.2012.Peran Mahasiswa Keperawatan Dalam Tanggap


Bencana.20http://fkep.unand.ac.id/images/peran_mahasiswa_keperawatan_dalam_tan
ggap_bencana.docx. Diakses tanggal 31 Juli 2021

Kholid, Ahmad S.Kep, Ns. 2015. Prosedur Tetap Pelayanan Medik Penanggulangan
Bencana.Jakarta:Salemba Medika

http://dc126.4shared.com/doc/ZPBNsmp_/preview.html. Diakses tanggal 31 juni 2021

Mursalin.2011. Peran Perawat Dalam Kaitannya Mengatasi Bencana. Diakses tanggal 31


juli 2021

Bencana, pujiono. (2007). Undang-undang Republik Indonesia Nomorr 24 Tahun 2007


Tentang Penanggulangan Bencana Paragdima Penanggulangan.

https://www.academia.edu/33840823/Peran_perawat_dalam_pencegahan_primer_1_
Damkar. (2020). Bahaya dan Kerugian Kebakaran. Online
(http://damkar.bandaacehkota.go.id/2020/07/13/bahaya-dan-kerugian-kebakaran/ )
diakses 31 Juli 2021

12
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Diduga Korsleting Listrik, 50 Unit
Toko di Pasar Besar Ludes Terbakar", Klik untuk
baca: https://regional.kompas.com/read/2018/06/19/21111481/diduga-korsleting-
listrik-50-unit-toko-di-pasar-besar-ludes-terbakar.
Penulis : Kontributor Palangkaraya, Kurnia Tarigan
Editor : Robertus Belarminus

13

Anda mungkin juga menyukai