FRAKTUR COLLLES
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
Reguler VI
BAB I PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah.................................................................
A. Definisi.................................................................................
B. Klasifikasi.............................................................................
C. Etiologi.................................................................................
D. Patofisiologi..........................................................................
E. Pathway.................................................................................
F. Pemeriksaan Diagnostik.......................................................
A. Pengkajian.....................................................................
B. Pemeriksaan fisik..........................................................
C. Pemeriksaan Penunjang................................................
D. Diagnosa Keperawatan...................................................
E. Intervensi......................................................................
F. Evaluasi..,.....................................................................
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................
Bab I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
A. Definisi
fraktur adalah patah tulang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenagafisik
(sylvia a., patofisiologi,1995). fraktur radius adalah fraktur yang terjadi pada tulang
radius akibat jatuh dan tangan menyangga dengan sikuekstensi. (brunner & suddarth,
buku ajar medikal bedah, 2002).
Fraktur Colles yaitu cedera pada pergelangan tangan yang disebut fraktur radius
distal paling sering terjadi pada orang tua yang jatuh bertumpu pada telapak tangan
dengan tangan dalam posisi dorsofleksi. Secara klinis biasanya sudah ditemukan
deformitas khas yang disebut bentuk garpu (Sjamsuhidajat, 2004).
B. Etiologi
Fraktur radius distal adalah salah satu dari macam fraktur yang
biasa terjadi pada pergelangan tangan. Umumnya terjadi karena jatuh
dalam keadaan tangan menumpu dan biasanya terjadi pada anak-anak
dan lanjut usia. Bila seseorang jatuh dengan tangan yang menjulur,
tangan akan tiba-tiba menjadi kaku, dan kemudian menyebabkan
tangan memutar dan menekan lengan bawah.
Abraham Colles adalah orang yang pertama kali
mendeskripsikan fraktur radius distalis pada tahun 1814 dan sekarang
dikenal dengan nama fraktur Colles. (Armis, 2000).
Menurut Sjamsujidajat dalam bukunya yang berjudul Buku
Ajar Ilmu Bedah tahun 2004 etiologi fraktur colles paling sering
ditemukan di kehidupan normal karena jatuh bertumpu tangan.
Etiologi dan Faktor Resiko:
1. Usia lanjut
2. Postmenopause
3. Massa otot rendah
4. Osteoporosis
5. Kurang gizi
6. Olahraga seperti sepakbola dll
7. Aktivitas seperti skating, skateboarding atau bike riding
8. Kekerasan
9. ACR (albumin creatinin ratio) yang tinggi
Efek ini kemungkinan disebabkan oleh gangguan sekresi 1,25 hidroksi vitamin D yang
menyebabkan malabsorpsi kalsium
C. Patofisiologi
jatuh
A. Pengkajian
1) Identitas Pasien
Identitas bertujuan untuk mengenal pasien yang perlu ditanyakan adalah nama, umur
tradisional, dan belum siap menerima pelaksanaan kesehatan secara modern), pekerjaan
dan alamat.
Fraktur, Kondisi fisik yang lemah, tidak bisa melakukan banyak aktivitas, mual,
Ada tidaknya riwayat DM pada masa lalu yang akan mempengaruhi proses
Fraktur bukan merupakan suatu penyakit keturunan akan tetapi adanya riwayat
5) Pola Kebiasan
atau berubah seperti timbulnya rasa nyeri yang hebat dan dampak
hospitali,
tidur. Hal ini dilakukan karena ada perubahan fungsi anggota gerak serta
dibantu oleh orang lain, namun untuk aktivitas yang sifatnya ringan
B. Pemeriksaan fisik
pemeriksaan fisik yang lengkap biasanya dimulai secara berurutan dari kepala sampai
kejari kaki.
1) Inspeksi
kemerahan mungkin timbul pada area terjadinya faktur adanya spasme otot dan
keadaan kulit.
2) Palpasi
Pemeriksaan dengan cara perabaan, yaitu penolakan otot oleh sentuhan kita
adalah nyeri tekan, lepas dan sampai batas mana daerah yang sakit biasanya
terdapat nyeri tekan pada area fraktur dan di daerah luka insisi.
3) Perkusi
4) Auskultasi
berongga atau cairan yang mengakibatkan struktur solit bergerak. Pada pasien
fraktur pemeriksaan ini pada areal yang sakit jarang dilakukan, (Brunner &
Suddarth, 2002)
C. Pemeriksaan Penunjang
Rontgent
Untuk mengetahui secara pasti lokasi fraktur, luas fraktur, dan menunjukkan
D. Diagnosa keperawatan
E. Intervensi
3. Edukasi
B. PEMBERIAN ANALGETIK
(I.08243)
1. Observasi
Identifikasi karakteristik nyeri
(mis. Pencetus, pereda,
kualitas, lokasi, intensitas,
frekuensi, durasi)
Identifikasi riwayat alergi obat
Identifikasi kesesuaian jenis
analgesik (mis. Narkotika, non-
narkotika, atau NSAID)
dengan tingkat keparahan nyeri
Monitor tanda-tanda vital
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
Monitor efektifitas analgesik
2. Terapeutik
Diskusikan jenis analgesik
yang disukai untuk mencapai
analgesia optimal, jika perlu
Pertimbangkan penggunaan
infus kontinu, atau bolus opioid
untuk mempertahankan kadar
dalam serum
Tetapkan target efektifitas
analgesic untuk
mengoptimalkan respon pasien
Dokumentasikan respon
terhadap efek analgesic dan
efek yang tidak diinginkan
3. Edukasi
Jelaskan efek terapi dan efek
samping obat
4. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian dosis
dan jenis analgesik, sesuai
indikasi
5. Ansietas(kege Tujuan : REDUKSI ANXIETAS (I.09314)
lisahan)
berhubungan Memberikan informasi 1. Observasi
dengan Identifikasi saat tingkat anxietas
yang akurat tentang
kurangnya
gejala yang di alami berubah (mis. Kondisi, waktu,
informasi
tentang klien sehingga klien stressor)
penyakit dapat memahami Identifikasi kemampuan
penyakit yang mengambil keputusan
dialaminya Monitor tanda anxietas (verbal
Kriteria: dan non verbal)
2. Terapeutik
Klien tidak Ciptakan suasana terapeutik
mengalami untuk menumbuhkan
kegelisahan dan kepercayaan
ketakutan Temani pasien untuk
B. TERAPI RELAKSASI
1. Observasi
Identifikasi penurunan tingkat
energy, ketidakmampuan
berkonsentrasi, atau gejala lain
yang menganggu kemampuan
kognitif
Identifikasi teknik relaksasi
yang pernah efektif digunakan
Identifikasi kesediaan,
kemampuan, dan penggunaan
teknik sebelumnya
Periksa ketegangan otot,
frekuensi nadi, tekanan darah,
dan suhu sebelum dan sesudah
latihan
Monitor respons terhadap terapi
relaksasi
2. Terapeutik
Ciptakan lingkungan tenang
dan tanpa gangguan dengan
pencahayaan dan suhu ruang
nyaman, jika memungkinkan
Berikan informasi tertulis
tentang persiapan dan prosedur
teknik relaksasi
Gunakan pakaian longgar
Gunakan nada suara lembut
dengan irama lambat dan
berirama
Gunakan relaksasi sebagai
strategi penunjang dengan
analgetik atau tindakan medis
lain, jika sesuai
3. Edukasi
Jelaskan tujuan, manfaat,
batasan, dan jenis, relaksasi
yang tersedia (mis. music,
meditasi, napas dalam, relaksasi
otot progresif)
Jelaskan secara rinci intervensi
relaksasi yang dipilih
Anjurkan mengambil psosisi
nyaman
Anjurkan rileks dan merasakan
sensasi relaksasi
Anjurkan sering mengulang
atau melatih teknik yang
dipilih’
Demonstrasikan dan latih
teknik relaksasi (mis. napas
dalam, pereganganm atau
imajinasi terbimbing )
F. Evaluasi
1. Evaluasi yaitu penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil menentukan seberapa jauh
keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan. Penilaian peoses menentukan
apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan proses mulai dari pengkajian, diagnosa,
perencanaan, tindakan, dan evaluasi itu sendiri. (Ali, 2009)
2. Evaluasi adalah proses penilaian pencapaian tujuan serta pengkajian ulang rencana
keperawatan. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mecapai
tujuan.
3. Proses evaluasi
Mengukur pencapaian tujuan klien
Membandingkan data yang terkumpul
23
DAFTAR PUSTAKA
24