Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN HALUSINASI

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa

Dosen Pengampu : Ns. Missesa, M.Kep., Sp.J.

NIP : 19800216 200111 2 002

DISUSUN OLEH KELOMPOK II

1. Eva Nurjanah PO.62.20.1.20.120


2. Fathonah Ramadwiyanti PO.62.20.1.20.121
3. Feni Tania Tesalonika PO.62.20.1.20.122
4. Gloria Natalina Kornedi PO.62.20.1.20.123
5. Hilda Juliyanti Umanailo PO.62.20.1.20.124
6. Juliana Dwi Putri PO.62.20.1.20.125
7. Khairunissa PO.62.20.1.20.126
8. Lala Kristina Yantie PO.62.20.1.20.127

POLTEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

KELAS REGULER ANGKATAN VI SEMESTER IV

TAHUN AKADEMIK 2022/2023


KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas
rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah Asuhan
Keperawatan Jiwa dengan Halusinasi secara tepat waktu. Penulisan makalah
Asuhan Keperawatan Jiwa dengan Halusinasi ini dapat diselesaikan. Kami
berharap makalah dapat menjadi referensi bagi masyarakat dan juga mahasiswa.
Selain itu, kami juga berharap agar pembaca mendapatkan ilmu dan pengetahuan.
Serta isi makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Dengan kerendahan
hati, kami memohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan. Kritik yang
terbuka dan membangun bagi kami sangat nantikan demi kesempurnaan makalah
ini. Demikian kata pengantar ini kami sampaikan. Atas perhatiannya, kami
ucapkan terimakasih.

Palangka Raya, 21 Februari 2021

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................................1
B. Tujuan.......................................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................3
A. Konsep Dasar Keperawatan Jiwa..............................................................................3
1. Definisi sehat jiwa...............................................................................................3
2. Ciri-Ciri Sehat Jiwa.............................................................................................3
3. Paradigma Keperawatan Jiwa.............................................................................4
4. Falsafah Keperawatan Jiwa.................................................................................4
B. Konsep Dasar Halusinasi..........................................................................................4
1. Definisi................................................................................................................4
2. Etiologi................................................................................................................
3. Jenis-Jenis Halusinasi.........................................................................................
4. Tanda dan Gejala................................................................................................
BAB III APLIKASI DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN JIWA........
1. Pengkajian.................................................................................................................
2. Diagnosis Keperawatan............................................................................................
3. Intervensi Keperawatan............................................................................................
4. Implementasi Keperawatan.......................................................................................
5. Evaluasi Keperawatan...............................................................................................
BAB IV PENUTUP.......................................................................................................
A. Kesimpulan..............................................................................................................
B. Saran........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa adalah bagian integral (bagian yang tidak terpisahkan) dari
kesehatan dan kondisi yang memungkinkan pada perkembangan fisik, mental, dan
sosial individu secara optimal dan yang selaras dengan perkembangan orang lain.
Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 Kesehatan adalah keadaan
sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup
produktif secara sosial dan ekonimis. Menurut Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1966
Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi seseorang yang memungkinkan perkembangan
pada fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan
itu berjalan selaras atau sama dengan keadaan orang lain.
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami
perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaan atau penghidupan. Klien merasakan stimulus yang sebetulnya
tidak ada (Damaiyanti, 2012).

B. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Menjelaskan konsep dasar keperawatan jiwa
2. Menjelaskan definisi keperawatan jiwa
3. Menjelaskan ciri-ciri sehat jiwa
4. Menjelaskan paradigma keperawatan jiwa
5. Menjelaskan falsafah keperawatan jiwa
6. Menjelaskan konsep dasar halusinasi
7. Menjelaskan definisi halusinasi
8. Menjelaskan etiologi halusinasi
9. Menjelaskan jenis-jenis halusinasi
10. Menjelaskan tanda dan gejala halusinasi
11. Menjelaskan bagaimana pengkajian keperawatan
12. Menjelaskan bagaimana diagnosis keperawatan

3
13. Menjelaskan bagaimana intervensi keperawatan
14. Menjelaskan bagaimana implementasi keperawatan
15. Menjelaskan bagaimana evaluasi keperawatan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

4
A. Konsep Dasar Keperawatan Jiwa
1. Definisi Sehat Jiwa
Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika
seseorang tersebut merasa sehat dan bahagia, mampu menghadapi tantangan hidup
serta dapat menerima orang lain sebagaimana seharusnya serta mempunyai sikap
positif terhadap diri sendiri dan orang lain. Kesehatan jiwa adalah kondisi dimana
seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial
sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi
tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk
komunitasnya. Kondisi perkembangan yang tidak sesuai pada individu akan
menimbulkan gangguan jiwa (UU No.18 tahun 2014). Atas dasar definisi
“Kesehatan jiwa” tersebut diatas, maka satu kesatuan yang utuh dari unsur “fisik”
(organobiologi), “jiwa” (psikoedukatif), “sosial” (sosio-kultural) tidak semata-
mata pada masalah penyakit tetapi lebih pada kualitas hidup yang meliputi
sejahtera dan produktif. Kesehatan jiwa juga meliputi semua aspek kesehatan
manusia karena itu kesehatan jiwa mempunyai kedudukan yang penting di dalam
pemahaman kesehatan sehingga tidak mungkin kita berbicara tentang kesehatan
tanpa melibatkan kesehatan jiwa.

2. Ciri-Ciri Sehat Jiwa


a) Merasa senang terhadap dirinya serta
- Mampu menghadapi situasi
- Mampu mengatasi kekecewaan dalam hidup
- Puas dengan kehidupannya sehari-hari
- Mempunyai harga diri yang wajar
- Menilai dirinya secara realistis, tidak berlebihan dan tidak pula merendahkan
b) Merasa nyaman berhubungan dengan orang lain serta
- Mampu mencintai orang lain
- Mempunyai hubungan pribadi yang tetap
- Dapat menghargai pendapat orang lain yang berbeda
- Merasa bagian dari suatu kelompok
- Tidak “mengakali” orang lain dan juga tidak membiarkan orang lain
“mengakah” dirinya
c) Mampu memenuhi tuntutan hidup serta
5
- Menetapkan tujuan hidup yang realistis
- Mampu mengambil keputusan
- Mampu menerima tanggungjawab
- Mampu merancang masa depan
- Dapat menerima ide dan pengalaman baru
- Puas dengan pekerjaannya

3. Paradigma Keperawatan Jiwa


Paradigma adalah suatu cara dalam mempersepsikan atau memandang
sesuatu. Paradigma menjelaskan sesuatu dalam memahami suatu tingkah laku.
Paradigma memberikan dasar dalam melihat, memandang, memberi makna,
menyikapi, dan memilih tindakan terhadap berbagai fenomena yang ada dalam
keperawatan. (Adam Smith, 1975, cit Gaffar, 1997).
Paradigma keperawatan adalah suatu cara pandang yang mendasar atau cara
kita melihat, memikirkan, memberi makna, menyikapi dan memiih tindakan
terhadap fenomena yang ada dalam keperawatan.
Fungsi paradigma :
a) Menyikapi dan menyelesaikan berbagai persoalan yang melingkupi profesi
keperawatan, praktik dan organisasi profesi.
b) Membantu individu dan masyarakat untuk memahami setiap fenomena yang
terjadi disekitar kita.

4. Falsafah Keperawatan Jiwa


Individu memiliki harkat dan martabat sehingga masing – masing individu
perlu dihargai. Tujuan individu meliputi tumbuh, sehat, otonomi, dan aktualisasi
diri. Masing – masing individu tersebut berpotensi untuk berubah, karena kita tahu
bahwa manusia adalah makhluk holistik yang mempunyai kebutuhan dasar yang
sama. Semua individu perilakunya bermakna, perilaku individu tersebut meliputi :
persepsi, pikiran, perasaan, dan tindakan.

B. Konsep Dasar Halusinasi


1. Definisi
Halusinasi adalah gangguan persepsi yang membuat seseorang mendengar,
merasa, mencium, atau melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Halusinasi
6
adalah terjadinya persepsi dalam kondisi sadar tanpa adanya rangsang nyata
terhadap indra. Kualitas dari persepsi itu dirasakan oleh penderita sangat jelas,
substantial dan berasal dari luar ruang nyatanya. Definisi ini dapat membedakan
halusinasi dengan mimpi, berkhayal, ilusi dan pseudohalusinasi (tidak sama
dengan persepsi sesungguhnya, tetapi tidak dalam keadaan terkendali).
Halusinasi juga dibedakan dengan delusi pada persepsi ketika indra
menangkap rangsang nyata, tetapi persepsi nyata yang diterimanya itu diberikan
makna yang berbeda (bizarre). Sehingga orang yang mengalami delusi lebih
percaya kepada hal-hal yang tidak masuk akal atau logika.

2. Etiologi
Menurut Yosep (2014) terdapat dua faktor penyebab halusinasi, yaitu :
a. Faktor Predisposisi
1) Faktor Perkembangan
Perkembangan klien yang terganggu misalnya rendahnya kontrol
dan kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri
sejak kecilm, mudah frustasi, hilang percaya diri, dan lebih rentan
terhadap stress.
2) Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungan sejak bayi
sehingga akan merasa sehingga akan merasa disingkirkan, kesepian,
dan tidak percaya pada lingkungannya.
3) Faktor Biokimia
Adanya stress yang berlebihan yanng dialami seseorang maka di
dalam tubuhnya akan dihasilkan suatu zat yang dapaat bersifat
halusinogenik neurokimia dan metytranferase sehingga terjadi
ketidakseimbangan asetil kolin dan dopamin.
4) Faktor Psikologis
Seseorang yang memiliki tipe kepribadian lemah dan tidak
bertanggung jawab mudah terjerumus pada penyalahgunaan zat
adiktif. Hal ini berpengaruh pada ketidakmampuan klien
mengambil keputusan tegas, klien lebih suka memilih kesenangan
sesaat dan lari dar alam nyata menuju alam hayal.
5) Faktor Genetik dan Pola Asuh
7
Hasil studi menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan
hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.
b. Faktor Presipitasi
Menurut Rawlins dan Heacock dalam Yosep (2014) dalam hakekatnya
seorang individu sebagai makhluk yang dibangun atas dasar unsur bio-
psiko-sosio-spiritual sehingga halusinasi dapat dilihat dari lima dimensi,
yaitu :
a. Dimensi Fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik
seperti kelelahan luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam
hingga delirium dan kesulitan tidur dalam waktu yang lama.
b. Dimensi Emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak
dapat diatasi. Halusinasi dapat berupa perintah memaksa dan
menakutkan. Klien tida sanggup menentang sehingga klien berbuat
sesuatu terhadap ketakutan tersebut.
c. Dimensi Intelektual
Dalam hal ini klien dengan halusinasi mengalami penurunan
fungsi ego. Awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri
untuk melawan impuls yang menekan,namun menimbulkan
kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh perhatian klien dan
tak jarang akan mengontrol semua perilaku klien.
d. Dimensi Sosial
Klien mengalami gangguan interaksi sosialdi dalam fase awal dan
comforting menganggap bahwa bersosialisasi nyata sangat
membahayakan. Klien halusinasi lebih asyik dengan halusinasinya
seolah-olah itu tempat untuk bersosialisasi.
e. Dimensi Spiritual
Klien halusinasi dalam spiritual mulai dengan kehampaan
hidup, rutinitas tidak bermakna, dan hilangnya aktivitas beribadah.
Klien halusinasi dalam setiap bangun merasa hampa dan tidak jelas
tujuan hidupnya.
3. Jenis-Jenis Halusinasi

8
Ada beberapa jenis-jenis halusinasi yang dapat ditemukan menurut Trimelia
(2011) adalah sebagai berikut ini:
a) Halusinasi pendengaran (audio)
Halusinasi pendengaran merupakan halusinasi yang menyebabkan
seseorang mendengar suara-suara yang tidak didengar orang lain. Seperti
mendengar bisikan. Suara tersebut dapat berupa instruksi, percakapan, alunan
musik, atau bahkan langkah kaki seseorang.
Mendengar suara yang membicarakan sesuatu, mengejek, menertawakan,
mengancam, memerintahkan untuk melakukan sesuatu (terkadang hal yang
berbahaya). Perilaku yang muncul seperti ini mengarahkan telinga pada sumber
suara, bicara atau tertawa sendiri, marah-marah tanpa sebab, menutup telinga,
mulut komat-kamit, dan adanya gerakan tangan.
b) Halusinasi penglihatan (visual)
Halusinasi penglihatan merupakan halusinasi yang melibatkan indra
penglihatan. Halusinasi penglihatan membuat penderitanya seolah melihat
sesuatu. Tetapi, benda tersebut sebenarnya tidak ada. Halusinasi visual bisa
berupa objek, pola visual, manusia, atau cahaya. Halusinasi ini membuat
penderitanya dapat melihat orang lain yang sebenarnya tidak berada di ruangan
atau melihat lampu berkedip yang tidak dapat dilihat orang lain.
Stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya, gambar, orang atau
panorama yang luas dan kompleks, biasanya menyenangkan atau menakutkan.
Perilaku yang muncul adalah tatapan mata pada tempat tertentu, menunjuk
kearah tertentu, serta ketakutan pada objek yang dilihat.
c) Halusinasi penciuman (olfaktorik)
Halusinasi penciuman ini melibatkan indra penciuman. Halusinasi
penciuman membuat penderitanya bisa mencium aroma wewangian atau justru
bau yang tidak sedap atau merasa bahwa tubuhnya berbau busuk, padahal
nyatanya tidak. Perilaku yang muncul adalah ekspresi wajah seperti mencium,
mengarahkan hidung pada tempat tertentu dan menutup hidung.
d) Halusinasi pengecapan (gustatorik)
Halusinasi pengecapan ini melibatkan indra perasa yang menyebabkan
seseorang merasakan sensasi bahwa sesuatu yang dapat dimakan atau diminum
memiliki rasa yang aneh. Penderita mengeluh karena merasakan atau mengecap
rasa logam saat makan atau minum. Padahal makanan dan minuman yang ia
9
konsumsi memiliki rasa yang normal. Penderita akan merasa mengecap sesuatu
yang busuk, amis, dan menjijikkan seperti rasa darah, urin, dan feses. Perilaku
yang muncul pada penderita halusinasi pengecapan ini adalah mengecap, mulut
seperti gerakan mengunyah sesuatu, sering meludah, dan muntah. Dan jenis
halusinasi ini merupakan salah satu gejala yang sering terjadi pada penderita
epilepsi.
e) Halusinasi perabaan (taktil)
Halusinasi perabaan atau taktil melibatkan kontak fisik atau gerakan di area
tubuh. Misalnya, seseorang dengan kondisi ini juga bisa merasa bahwa ada
serangga yang sedang merayap di kulit atau dalam tubuh, atau merasa seolah
ada semburan api yang membakar wajahnya.
Mengalami rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang terlihat, seperti
merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau orang lain,
merasakan ada yang menggerayangi tubuh seperti tangan, binatang kecil dan
makhluk halus. Perilaku yang muncul adalah mengusap, menggaruk-garuk atau
meraba-raba permukaan kulit, terlihat menggerak-gerakan badan seperti
merasakan sesuatu rabaan.

4. Tanda dan Gejala


Menurut (Azizah, 2016) tanda dan gejala perlu diketahui agar dapat menetapkan
masalah halusinasi, antara lain:
a. Berbicara, tertawa, dan tersenyum sendiri
b. Bersikap seperti mendengarkan sesuatu
c. Berhenti berbicara sesaat ditengah-tengah kalimat untuk
mendengarkan sesuatu
d. Disorientasi
e. Tidak mampu atau kurang konsentrasi
f. Cepat berubah pikiran
g. Alur pikiran kacau
h. Respon yang tidak sesuai
i. Menarik diri
j. Sering melamun

10
BAB III

APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN


HALUSINASI

1. PENGKAJIAN
Pengkajian
Pengkajian adalah proses untuk tahap awal dan dasar utama dari proes
keperawatan terdiri drai pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau
masalah klien. Data yang dikumpulkan melalui data biologis, psikologis, sosial
dan spiritual. Pengelompokkan data pengkajian kesehatan jiwa, dapat berupa
faktor presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber koping,
dan kemampuan yang dimiliki (Afnuhazi, 2015) :
1) Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelmain, tanggal pengkajian, tanggal dirawat, nomor
rekam medis.
2) Alasan masuk
Alasan klien datang ke RSJ, biasanya klien sering berbicara sendiri, mendengar
atau melihat sesuatu, suka berjalan tanpa tujuan, membanting peralatan dirumah,
menarik diri.
3) Faktor predisposisi
a) Biasanya klien pernah mengalami gangguan jiwa dan kurang berhasil dalam
pengobatan
b) Pernah mengalami aniaya fisik, penolakan dan kekerasan dalam keluarga
c) Klien dengan gangguan orientasi besifat herediter
d) Pernah mengalami trauma masa lalu yang sangat menganggu
4) Faktor Presipitasi
Stresor presipitasi pada klien dengan halusinasi ditemukan adanya riwayat
penyakit infeksi, penyakt kronis atau kelaina stuktur otak, kekerasan dalam
keluarga, atau adanya kegagalan kegagalan dalam hidup, kemiskinan, adanya
aturan atau tuntutan dalam keluarga atau masyarakat yang sering tidak sesuai
dengan klien serta konflik antar masyarakat.

11
5) Fisik
Tidak mengalami keluhan fisik.
6) Psikososial
a) Genogram
Pada genogram biasanya terlihat ada anggota keluarga yang mengalami kelainan
jiwa, pola komunikasi klien terganggu begitupun dengan pengambilan keputusan
dan pola asuh.
b) Konsep diri
Gambaran diri klien biasanya mengeluh dengan keadaan tubuhnya, ada bagian
tubuh yang disukai dan tidak disukai, identifikasi diri : klien biasanya mampu
menilai identitasnya, peran diri klien menyadari peran sebelum sakit, saat dirawat
peran klien terganggu, ideal diri tidak menilai diri, harga diri klien memilki
harga diri yang rendah sehubungan dengan sakitnya.
c) Hubungan sosial : klien kurang dihargai di lingkungan dan keluarga.
d) Spiritual
Nilai dan keyakinan biasanya klien dengan sakit jiwa dipandang tidak sesuai
dengan agama dan budaya, kegiatan ibadah klien biasanya menjalankan ibadah
di rumah sebelumnya, saat sakit ibadah terganggu atau sangat berlebihan.
7) Mental
a) Penampilan
Biasanya penampilan diri yang tidak rapi, tidak serasi atau cocok dan berubah
dari biasanya
b) Pembicaraan
Tidak terorganisir dan bentuk yang maladaptif seperti kehilangan, tidak logis,
berbelit-belit
c) Aktifitas motorik
Meningkat atau menurun, impulsif, kataton dan beberapa gerakan yang
abnormal.
d) Alam perasaan
Berupa suasana emosi yang memanjang akibat dari faktor presipitasi misalnya
sedih dan putus asa disertai apatis.
e) Afek : afek sering tumpul, datar, tidak sesuai dan ambivalen.
f) Interaksi selama wawancara

12
Selama berinteraksi dapat dideteksi sikap klien yang tampak komat-kamit,
tertawa sendiri, tidak terkait dengan pembicaraan.
g) Persepsi
Halusinasi apa yang terjadi dengan klien. Data yang terkait tentang halusinasi
lainnya yaitu berbicara sendiri dan tertawa sendiri, menarik diri dan menghindar
dari orang lain, tidak dapat membedakan nyata atau tidak nyata, tidak dapat
memusatkan perhatian, curiga, bermusuhan, merusak, takut, ekspresi muka
tegang, dan mudah tersinggung.
h) Proses pikir
Biasanya klien tidak mampu mengorganisir dan menyusun pembicaraan logis
dan koheren, tidak berhubungan, berbelit. Ketidakmampuan klien ini sering
membuat lingkungan takut dan merasa aneh terhadap klien.
i) Isi pikir
Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang
budaya klien. Ketidakmampuan memproses stimulus internal dan eksternal
melalui proses informasi dapat menimbulkan waham.
j) Tingkat kesadaran
Biasanya klien akan mengalami disorientasi terhadap orang, tempat
dan waktu.
k) Memori
Terjadi gangguan daya ingat jangka panjang maupun jangka pendek, mudah
lupa, klien kurang mampu menjalankan peraturan yang telah disepakati, tidak
mudah tertarik. Klien berulang kali menanyakan waktu, menanyakan apakah
tugasnya sudah dikerjakan dengan baik, permisi untuk satu hal.
l) Tingkat konsentrasi dan berhitung
Kemampuan mengorganisir dan konsentrasi terhadap realitas eksternal, sukar
menyelesaikan tugas, sukar berkonsentrasi pada kegiatan atau pekerjaan dan
mudah mengalihkan perhatian, mengalami masalah dalam memberikan
perhatian.
m) Kemampuan penilaian
Klien mengalami ketidakmampuan dalam mengambil keputusan, menilai, dan
mengevaluasi diri sendiri dan juga tidak mampu melaksanakan keputusan yang
telah disepakati. Sering tidak merasa yang dipikirkan dan diucapkan adalah
salah.
13
n) Daya tilik diri
Klien mengalami ketidakmampuan dalam mengambil keputusan. Menilai dan
mengevaluasi diri sendiri, penilaian terhadap lingkungan dan stimulus, membuat
rencana termasuk memutuskan, melaksanakan keputusan yang telah disepakati.
Klien yang sama seklai tidak dapat mengambil keputusan merasa kehidupan
sangat sulit, situasi ini sering mempengaruhi motivasi dan insiatif klien

8) Kebutuhan persiapan klien pulang


a) Makan
Keadaan berat, klien sibuk dengan halusinasi dan cenderung tidak
memperhatikan diri termasuk tidak peduli makanan karena tidak memiliki minat
dan kepedulian.
b) BAB atau BAK
Observasi kemampuan klien untuk BAK atau BAK serta kemampuan klien untuk
membersihkan diri.
c) Mandi : biasanya klien mandi berulang-ulang atau tidak mandi sama sekali.
d) Berpakaian : biasanya tidak rapi, tidak sesuai dan tidak diganti.
e) Observasi tentang lama dan waktu tidur siang dan malam : biasanya istirahat
klien terganggu bila halusinasinya datang.
f) Pemeliharaan kesehatan
Pemeliharaan kesehatan klien selanjutnya, peran keluarga dan sistem pendukung
sangat menentukan.
g) Aktifitas dalam rumah
Klien tidak mampu melakukan aktivitas di dalam rumah seperti menyapu.
9) Aspek medis
a) Diagnosa medis : Skizofrenia
b) Terapi yang diberikan
Obat yang diberikan pada klien dengan halusinasi biasanya diberikan
antipsikotik seperti haloperidol (HLP), chlorpromazine (CPZ), Triflnu perazin
(TFZ), dan anti parkinson trihenski phenidol (THP), triplofrazine arkine.

14
10) Skema Masalah Halusinasi

Gangguan jiwa ringan


Gangguan jiwa
Ganguan jiwa berat

skizofrena

Gejala positif Gejala negatif

Perilaku Harga diri Isolasi


kekerasan Waham HALUSINASI
rendah sosial

Faktor predisposisi : Faktor presipitasi :


biologis, psikologis, biologis, stress
sosialbudaya lingkungan, sumber
koping

Mekanisme Mengeluh adanya suara lain, Terbiasa menghayal


koping tidak takut, menutup telinga,
efektif bicara dan tertawa sendiri
Pengalaman
sensori berlanjut
Berfikir negatif MK: Gangguan
persepsi sensori
Merasa malu dengan
Menyalahkan pengalaman sendiri
diri sendiri Motivasi perawatan
diri Menarik diri

MK: harga diri


rendah MK : Defisit
Perawatan Kesulitan
berhubungan dengan
orang lain
MK :Resiko Halusinasi mengancam,
perilaku mememerintah,
kekerasan MK : Isolasi
sosial
Bagan 2.1 Skema Halusinasi

Sumber : Yusuf, dkk, 2015

15
2. Diagnosa keperawatan
Masalah keperawatan yang terdapat pada klien dengan gangguan persepsi sensori
halusinasi adalah sebagai berikut (Dalami, dkk, 2014) :
a. Resiko perilaku kekerasan
b. Gangguan persepsi sensori halusinasi
c. Isolasi sosial.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
KOSONG

B. Saran
KOSONG

1
DAFTAR PUSTAKA

Agustin, Sienny. (2021). Mengenal Penyebab Halusinasi dan Jenisnya. Online


(https://www.alodokter.com/muncul-suara-dan-sosok-misterius-akibat-
halusinasi) diakses 21 Februari 2022

Ensiklopedia Bebas, Wikipedia Bahasa Indonesia. (2021). Halusinasi. Online


(https://id.wikipedia.org/wiki/Halusinasi) diakses 21 Februari 2022

Br, Riani. (2017). Kesehatan Jiwa. Online


(http://scholar.unand.ac.id/21975/2/Microsoft%20Word%20-%20BAB
%20I.docx.pdf) diakses 05 Maret 2022

Promkes.Kemenkes. (2016). Sehat Jiwa. Online


(https://promkes.kemkes.go.id/content/?p=7385) diakses 05 Maret 2022

Elizabeth, Phiea. ( 2014). Keperawatan Jiwa. Online


(https://www.slideshare.net/phieaagustine/keperawatan-jiwa?
from_action=save ) diakses 05 Maret 2022

2
3

Anda mungkin juga menyukai