Anda di halaman 1dari 9

PANDANGAN GEREJA KATOLIK TENTANG KELUARGA BERENCANA

Tugas Mata Kuliah “Agama Katolik”

Dosen Pengampu :

Silvester Adinugraha,S.S.,M.HUM

Disusun Oleh :

Khairunissa (PO.62.20.1.20.126)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN PALANGKARAYA

PROGRAM STUDI DIV SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

TAHUN AKADEMIK 2020/2021

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan pada
penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Pandangan Gereja Katolik Tentang Keluarga Berencana”
tepat waktu.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah yang telah diberikan dosen . Selain itu,
penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada dosen pengampu selaku pemberi
tugas ini. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait
bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang
telah membantu proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Palangkaraya , Agustus 2020

Khairunissa

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………….

BAB I PENDAHULUAN

I.1.Latar Belakang…………………………………………………………………………………..

I.2.Rumusan Masalah……………………………………………………………………………….

I.3.Tujuan…………………………………………………………………………………………...

BAB II PEMBAHASAN

II.1. Pengertian KB………………………………………………………………………………..

II.2. Tujuan KB……………………………………………………………………………………

II.3.M anfaat KB………………………………………………………………………………….

II.4.Penggunaan KB dalam pandangan Agama Katolik………………………………………….

BAB III PENUTUP

III.1. Kesimpulan…………………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Dalam makalah ini akan membahas tentang bagaimana pandangan gereja Katolik tentang
keluarga berencana. Keluarga berencana sendiri adalah program dari pemerintah untuk
membatasi jumlah kelahiran anak.

I.2. Rumusan Masalah

1. Pengertian serta manfaat KB

2. Bagaimana penggunaan KB dalam pandangan Agama Katolik?

I.3. Tujuan

Tujuan pembuatan makalah ini untuk menambah wawasan penulis serta pembaca tentang
bagimana penggunaan KB dalam pandangan Agama Katolik.

BAB II

PEMBAHASAN

II.1. Pengertian KB

Keluarga berencana (disingkat KB) adalah gerakan untuk membentuk keluarga yang sehat dan
sejahtera dengan membatasi kelahiran. Itu bermakna adalah perencanaan jumlah keluarga
dengan pembatasan yang bisa dilakukan dengan penggunaan alat-alat kontrasepsi atau
penanggulangan kelahiran seperti kondom, spiral, IUD, dan sebagainya. Gerakan keluarga
berencana diartikan sebagai upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui
upaya pendewasaan usia perkawinan, pengendalian kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga,
dan peningkatan kesejahteraan keluarga dalam rangka melembagakan dan membudidayakan
norma keluarga kecil bahagia dan sejahteraan
Jumlah anak dalam sebuah keluarga yang dianggap ideal adalah dua. Gerakan ini mulai
dicanangkan pada tahun akhir 1970-an.

II.2. Tujuan KB

Tujuan umum:

Meningkatkan kesejahteraan ibu, anak dalam rangka mewujudkan NKKBS (Norma Keluarga
Kecil Bahagia Sejahtera) yang menjadi dasar terwujudnya masyarakat yang sejahtera dengan
mengendalikan kelahiran sekaligus menjamin terkendalinya pertambahan penduduk.

Tujuan khusus:

1. Meningkatkan jumlah penduduk untuk menggunakan alat kontrasepsi.


2. Menurunnya jumlah angka kelahiran bayi.
3. Meningkatnya kesehatan keluarga berencana dengan cara penjarangan kelahiran

II.3. Manfaat KB

4. Mencegah kehamilan yang tidak diinginkan

Di Indonesia, ada sekitar 20% insiden kebobolan hamil (kehamilan yang tidak
direncanakan/diinginkan) dari total jumlah kehamilan yang tercatat pada populasi pasangan
menikah. Ini menandakan bahwa akses informasi dan pengetahuan soal kontrasepsi masih
tergolong rendah.

Ada berbagai risiko komplikasi kesehatan yang mungkin terjadi akibat kehamilan yang tidak
diinginkan, baik untuk sang ibu sendiri maupun jabang bayinya. Kehamilan yang tidak
direncanakan dan tidak diinginkan dapat meningkatkan risiko bayi lahir ocialc, berat rendah
(BBLR), hingga cacat lahir. Oleh karena itu, penting bagi setiap wanita dan pria Indonesia untuk
mengetahui tentang manfaat kontrasepsi dan pentingnya merencanakan kehamilan sebelum
memutuskan untuk berhubungan seksual.

Sementara risiko pada ibu termasuk depresi saat hamil dan setelah melahirkan (postpartum),
hingga komplikasi melahirkan yang bisa berujung fatal seperti toksemia, perdarahan berat,
hingga kematian ibu.

2. Mengurangi risiko aborsi


Kehamilan tidak diinginkan sangat berisiko meningkatkan angka aborsi ocial yang bisa berakibat
fatal. Sebab pada dasarnya, hukum Indonesia menyatakan aborsi adalah tindakan ocial dengan
beberapa pengecualian tertentu. Tindak aborsi sangat diatur ketat dalam UU Nomor 36 tahun
2009 tentang Kesehatan dan Peraturan Pemerintah Nomor 61 tahun 2014 tentang Kesehatan
Reproduksi. Itu kenapa kebanyakan kasus aborsi di Indonesia dilakukan sendiri diam-diam
dengan prosedur yang tidak sesuai dengan ocialc medis. Alhasil, risiko kematian ibu dan janin
akibat aborsi sangatlah tinggi.

5. Menurunkan angka kematian ibu

Merencanakan kapan waktu yang tepat untuk hamil dan punya anak nyatanya menguntungkan
buat kesehatan wanita. Kehamilan yang tidak diinginkan dan tidak direncanakan dapat
memperbesar peluang risiko berbagai komplikasi kehamilan dan melahirkan, termasuk kematian
ibu. Tren komplikasi kehamilan dan melahirkan sebagian besar ditunjukkan oleh kelompok
perempuan yang menikah di usia terlalu dini. Data kolaborasi BPS dan UNICEF Indonesia
melaporkan, anak perempuan usia 10-14 tahun berisiko lima kali lebih besar untuk meninggal
saat masih hamil maupun selama persalinan akibat komplikasinya daripada perempuan yang
hamil di usia 20-24 tahun.

Beberapa risiko komplikasi yang harus dihadapi oleh anak perempuan yang hamil di usia belia
adalah fistula ocialc, infeksi, perdarahan hebat, anemia, dan eklampsia. Hal ini bisa terjadi
karena tubuh anak perempuan belum “matang” secara fisik maupun biologis. Alhasil, mereka
akan lebih berisiko untuk menerima dampak dari kehamilan yang tidak direncanakan dengan
matang..

6. Mengurangi angka kematian bayi

Wanitayang hamil dan melahirkan di usia dini berisiko lebih tinggi melahirkan bayi ocialc, lahir
dengan berat badan rendah, dan kekurangan gizi. Berbagai laporan bahkan mengatakan bahwa
bayi yang dilahirkan oleh perempuan berusia sangat belia memiliki risiko kematian dini lebih
tinggi daripada ibu yang berusia lebih tua.

7. Membantu mencegah HIV/AIDS


Kontrasepsi ini bisa Anda temukan dengan mudah di setiap minimarket dan oci swalayan.
Sayangnya, banyak orang masih segan menggunakan kontrasepsi satu ini karena merasa bahwa
kondom justru mengurangi kenikmatan saat berhubungan seksual.

Pada wanita, kontrasepsi dapat mengurangi risiko penyebaran virus HIV dari ibu yang terinfeksi
kepada bayi. Alhasil, risiko bayi terinfeksi HIV setelah dilahirkan pun menurun.

II.4.Penggunaan KB dalam pandangan Agama Katolik

Agama Katolik memandang program KB dapat diterima. Namun, cara melaksanakannya harus
diserahkan sepenuhnya kepada tanggung jawab suami-istri, dengan mengindahkan kesejahteraan
keluarga. Agama Katolik menyatakan bahwa KB pertama-tama harus dipahami sebagai sikap
tanggung jawab. Soal metode, termasuk cara pelaksanaan tanggung jawab itu, umat Katolik
harus senantiasa bersikap dan berperilaku penuh tanggung jawab. Pelaksanaan pengaturan
kelahiran harus selalu memperhatikan harkat dan martabat manusia serta mengindahkan nilai-
nilai agama dan social budaya yang berlaku dalam masyarakat.

”Pandangan Agama Katolik tentang KB itu disampaikan Romo Jeremias Balapito Duan MSF,
sekretaris eksekutif Komisi Keluarga Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), dalam buku
berjudul “Membagun Keluarga Sejahtera dan Bertanggung Jawab Berdasarkan Perspektif
Agama Katolik”. Buku ini diterbitkan Komisi Keluarga KWI bersama BKKBN dan UNFPA
(Dana Kependudukan Dunia). Sejauh ini Agama Katolik menganjurkan umat melaksanakan
program KB dengan cara pantang berkala (tidak melakukan persetubuhan saat masa subur).
Agama Katolik juga memandang kesejahteraan keluarga diletakkan dan diwujudkan dalam
pemahaman ocialc sesuai dengan kehendak Allah. Untuk mengatur kelahiran anak, suami-istri
harus tetap menghormati dan menaati moral Katolik dan umat Katolik dibolehkan berKB dengan
metode alami yang memanfaatkan masa tidak subur.

Gereja katolik hingga saat ini mempunyai perhatian yang besar terhadap masalah hidup dan
moral manusia. Gereja Katolik memandang program KB dapat diterima. Namun, cara
melaksanakannya harus diserahkan sepenuhnya kepada tanggung jawab suami-istri, dengan
mengindahkan kesejahteraan keluarga.

Geraja Katolik menyatakan bahwa KB pertama-tama harus dipahami sebagai sikap tanggung
jawab. Soal metode, termasuk cara pelaksanaan tanggung jawab itu, umat Katolik harus
senantiasa bersikap dan berperilaku penuh tanggung jawab. Pelaksanaan pengaturan kelahiran
harus selalu memperhatikan harkat dan martabat manusia serta mengindahkan nilai-nilai agama
dan ocial budaya yang berlaku dalam masyarakat.

Dalam tujuan ilahi sepenuhnya dari kehidupan berkeluarga, Paus Pius XII secara penuh
menerima Metode Kalender sebagai sebuah bentuk bermoral dari Keluarga Berencana, walaupun
dalam situasi-situasi yang terbatas di dalam konteks keluarga. Metode Kalender merupakan salah
satu metode dalam Keluarga Berencana Alamiah. Hal ini memperlihatkan bahwa Paus Pius XII
juga menerima penggunaan metode Keluarga Berencana Alamiah. Metode Keluarga Berencana
Alamiah juga dianggap sebagai metode yang bermoral.

Pada tahun 1981 Paus Yohanes Paulus II mengeluarkan dokumen Familiaris Consortio
(Dokumen Gereja mengenai peranan keluarga dalam dunia modern). Paus menekankan bahwa
kontrasepsi telah memisahkan seksualitas menjadi hubungan seksualitas dan prokreasi. Ia sekali
lagi memberi restu pada penggunaan metode Keluarga Berencana Alamiah karena dengan ini
hubungan badan dan prokreasi menjadi sebuah kesatuan kembali. Dapat dikatakan bahwa
Keluarga Berencana Alamiah juga ambil bagian dalam karya Allah, sehingga prokreasi menjadi
bagian yang terpenting dalam hubungan keluarga.

Ensiklik Paus Paulus VI, Humanae Vitae dari tahun 1986, mengajarkan “ bahwa setiap tindakan
perkawinan (maksudnya terutama sanggama) harus terbuka untuk penurunan hidup”. Berpangkal
dari situ, ditolak sterilisasi dan semua alat dan obat, yang mencegah kehamilan. Diusulkan dan
dianjurkan cara “Keluarga Berencana Alamiah” . Sungguh sangat jelas bahwa metode Keluarga
Berencana Alamiah dapat digunakan untuk mengatur kehamilan dalam keluarga.

Gereja katolik sungguh memiliki perhatian yang besar terhadap masalah kehidupan, tata
kemasyarakatan dan perkembangan dunia. Masyarakat harus ditata secara bertanggung jawab,
untuk menghormati pribadi manusia. Martabat pribadi manusia merupakah suatu hal yang harus
diperjuangkan dan dijunjung tinggi. Agar tercipta manusia-manusia yang bermoral dan takut
akan Allah.

BAB III

PRNUTUP
III. 1. Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan, maka dapat disimpulkan bahwa KB


diperbolehkan dengan alasan – alasan tertentu misalnya untuk menjaga kesehatan ibu, mengatur
jarak diantara dua kelahiran, untuk menjaga keselamatan jiwa, kesehatan atau pendidikan anak-
anak. Namun KB bisa menjadi tidak diperbolehkan apabila dilandasi dengan niat dan alasan
yang salah, seperti takut miskin, takut tidak bisa mendidik anak, dan takut mengganggu
pekerjaan orang tua. Dengan kata lain, penilaian tentang KB tergantung pada individu masing-
masing.

Berdasarkan penjelasan diatas,dapat disimpulkan bahwa pandangan Agama Katolik tentang


program KB dapat diterima. Sejauh ini Agama Katolik menganjurkan umat melaksanakan
program KB dengan cara pantang berkala (tidak melakukan persetubuhan saat masa subur).
Namun, cara melaksanakannya harus diserahkan sepenuhnya kepada tanggung jawab suami-istri,
dengan mengindahkan kesejahteraan keluarga.

DAFTAR PUSTAKA

Khairunissa,Poltekkes Kemenkes Palangkaraya 2020

https://id.wikipedia.org/wiki/Keluarga_Berencana

http://bidan-raka.blogspot.com/2010/06/kb-dalam-pandangan-gereja-katolik.html.com

http://tuankacangbuncisayang.blogspot.com/2013/11/kb-menurut-pandangan-agama-katolik.html

http://raja-yati.blogspot.com/2014/03/pandangan-agama-kristen-tentang.html

Anda mungkin juga menyukai