Anda di halaman 1dari 30

Nama Dosen: Abdullah,S.Kep,Ns,M.

Kep
Mata kuliah : Keperawatan Jiwa Dan Psikososial

ASUHAN SEHAT JIWA SEPANJANG RENTANG


KEHIDUPAN PADA TOLDER

OLEH :
KELOMPOK 3

MUH. RUSLAN 21212011


DEVI ANJELINA 21212029
LENORA DIANA RAHAMBINAN 21212033
CLARISTA EKA SUSANA MAUNINO 21212038

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN GUNUNG SARI MAKASSAR


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
2023
ii

KATA PENGANTAR
Marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha
Kuasa, karena atas izinnya kami dapat menyusun dan menyelesaikan
Makalah dengan judul “asuhan sehat jiwa sepanjang rentang
Kehidupan pada tolder” dengan tepat pada waktunya.

Kami sudah berusaha menyusun makalah ini sebaik mungkin, akan


tetapi kami menyadari bahwa makalah  ini masih jauh dari kata sempurna.
Namun berkat arahan, bimbingan, dan bantuan dari b erbagai pihak
termasuk dosen dan teman-teman, makalah ini dapat kami selesaikan
tepat pada waktunya. Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami
menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
serta memberikan arahan dan bimbingan kepada kami.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya,


dan bagi pembaca umumnya. Kami sebagai penulis mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan tugas ini.

Penulis
iii

DAFTAR ISI

SAMPUL............................................................................................ i
KATA PENGANTAR.......................................................................... ii
DAFTAR ISI....................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................... 1
A. Latar Belakang........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah.................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan.................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................... 3
A. Definisi.................................................................................... 3
B. Kriteria sehat jiwa................................................................... 3
C. Rentang sehat jiwa................................................................. 3
D. Faktor kesehatan jiwa............................................................. 4
E. Prinsip-prinsip keperawatan kesehatan jiwa.......................... 4
F. Definisi toddler........................................................................ 6
G. Perkembangan masa toddler................................................. 7
H. Karakteristik sehat jiwa pada anak usia toddler..................... 8
I. Etiologi sehat jiwa pada usia toddler...................................... 8
J. Tanda dan gejala sehat jiwa pada usia toddler...................... 9
K. Askep sehat jiwa pada anak usia toddler............................... 9
BAB III PENUTUP............................................................................. 25
A. Kesimpulan............................................................................. 25
B. Saran...................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................... 26
iv

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anak usia toddler merupakan anak yang berada di rentang
usia 12-36 bulan. Salah satu hal yang penting untuk dipantau adalah
perkembangan anak khususnya pada anak usia toddler. Usia toddler
merupakan masa golden period/periode keemasan bagi kecerdasan
anak, termasuk juga perkembangan anak. Perkembangan merupakan
bertambahnya kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang lebih
kompleks, dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai
hasil dari pematangan diri seseorang (Soetjiningsih dan Gde Ranuh,
2013).
Aspek yang dikaji pada perkembangan anak meliputi motorik
kasar, motorik halus, kemampuan berbahasa, kognitif, emosi, dan
psikososial. Perkembangan anak dikatakan normal bila pengukuran
perkembangan anak sesuai dengan usia anak saat ini,
perkembangan anak tidak selalu akan sesuai dengan usia anak.
Terkadang perkembangan anak dapat mengalami penyimpangan.
Penyimpangan perkembangan akan berdampak pada kelangsungan
hidup anak yang pada akhirnya akan menyebabkan gangguan
sosialisasi anak. Dampak jangka panjang juga akan berpengaruh
pada kecerdasan emosi dan mental terganggu (Kementerian
Kesehatan RI, 2014).

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, dapat kami rumuskan masalah yaitu
sebagai berikut:
1. Bagaimana Konsep Dasar Keperawatan Sehat Jiwa Sepanjang
Rentang Kehidupan Pada Usia Toddler?
2. Bagaimana Gambaran Asuhan Keperawatan Secara Teori Pada
Sehat Jiwa Sepanjang Rentang Kehidupan di Usia Toddler?
v
2

C. Tujuan Masalah
Tujuan penyusun makalah ini adalah untuk mengetahui :

1. Konsep Dasar Keperawatan Sehat Jiwa Sepanjang Rentang


Kehidupan Pada Usia Toddler.
2. Asuhan Keperawatan Secara Teori Pada Sehat Jiwa Sepanjang
Rentang Kehidupan di Usia Toddler
3

BAB II
PEMBASAN

A. Definisi

1. Sehat

Kesejahteraan secara penuh (keadaan yang sempurna) baik


secara fisik, mental, maupun sosial, tidak hanya terbebas dari
penyakit atau keadaan lemah.

2. Kesehatan Jiwa

Kemampuan individu dalam kelompok dan lingkungannya untuk


berinteraksi dengan yang lain sebagai cara untuk mencapai
kesejahteraan, perkembangan yang optimal, dengan menggunakan
kemapuan mentalnya, (kognisi,afeksi, dan relasi) memiliki prestasi
individu serta kelompoknya konsisten dengan hukum yang berlaku).

3. Keperawatan Kesehatan Jiwa

Perawatan psikiatrik/keperawatan kesehatan jiwa: Proses dimana


perawat membantu individu atau kelompok dalam mengembangkan
konsep diri yang positif, meningkatkan pola hubungan antar pribadi
yang lebih harmonis serta agar berperan lebih produktif di
masyarakat.

B. Kriteria Sehat Jiwa


1. Sikap positif terhadap diri sendiri.
2. Tumbuh kembang dan aktualisasi diri
3. Integrasi (Keseimbangan/keutuhan)
4. Otonomi.
5. Persefsi realitas.
6. Environmental mastery (Kecakapan dalam adaptasi dengan
lingkungan).

C. Rentang Sehat Jiwa


1. Dinamis bukan titik statis.
4

2. Rentang dimulai dari sehat optimal – mati.


3. Ada tahap-tahap.
4. Adanya variasi tiap individu.
5. Menggambarkan kemampuan adaptasi.
6. Berfungsi secara efektif: sehat.

D. Faktor Kesehatan Jiwa


Ada 3 faktor yang mempengaruhi kesehatan jiwa, yaitu:
1. Biologik dan bawaan
Faktor seperti genetik dari bawaan keluarganya atau orang
tua atau penyakit yang diderita pada saat lahir seperti adanya
penyakit, kurang gizi, kelelahan, taraf kecerdasan kurang,
gangguan musatan perhatian (sulit berkonsentrasi), gangguan
perkembangan fisik.
2. Psikologik dan pendidikan
Cara orang tua dan guru yang tidak tepat dalam pengajaran.
3. Lingkungan sosial dan budaya
Situasi keluarga yang tidak kondusif, tidak ada
keharmonisan, perilaku orang tua dan saudara yang sering
mempermalukan anak, anak dibandingkan dengan anak lain,
beban pekerjaaan yang berlebihan dan tersisihkan dari
lingkungannya seperti acuh ta acuh pada anak.

E. Prinsip – Prinsip Keperawatan Kesehatan Jiwa


1. Roles and functions of psychiatric nurse: competent care (Peran
dan fungsi keperawatan jiwa: perawatan yang kompeten)
Keperawatan jiwa adalah suatu proses interpersonal dengan
tujuan untuk meningkatkan dan memelihara perilaku-perilaku
yang mendukung terwujudnya satu kesatuan yang harmonis
(integrated).
2. Therapeutic Nurse patient relationship (Hubungan terapeutik
antara perawat dengan klien)
5

Hubungan perawat klien yang terapeutik adalah pengalaman


belajar yang bermakna dan pengalaman memperbaiki
emosional klien. Perawat menggunakan atribut-atribut yang ada
pada dirinya dan teknik keterampilan klinik yang khusus dalam
bekerja bersama dengan klien untuk perubahan perilaku klien.
3. Conceptual models of psychiatric nursing (Konsep model
keperawatan jiwa)
Konsep Model Keperawatan Jiwa terdiri atas 6 macam, yaitu:
a. Psychoanalytical (Freud, Erickson).
b. Interpersonal (Sullivan, Peplau).
c. Social (Caplan, Szasz).
d. Existential (Ellis, Rogers).
e. Supportive Therapy (Wermon, Rockland).
f. Medical (Meyer, Kraeplin).
4. Biological contect of psychiatric nursing care (Keadaan-keadaan
biologis dalam keperawatan jiwa)
Perawat psikiatrik harus belajar mengenai struktur dan
fungsi dari otak, mencakup proses neurotrans mission, untuk
lebih memahami etiologi, mempelajari dan agar lebih efektif
dalam strategi intervensi gangguan psikiatrik.
5. Psychological context of psychiatric nursing care (Keadaan-
keadaan psikologis dalam keperawatan jiwa)
Test psikologis menilai kemampuan intelektual dan kognitif
serta menggambarkan fungsi kepribadian.
6. Sociocultural context of psychiatric nursing care (Keadaan-
keadaan sosial budaya dalam keperawatan jiwa)
Kepekaan terhadap budaya adalah salah satu pengetahuan
dan keterampilan yang dibutuhkan untuk kesuksesan dalam
intervensi keperawatan pada kehidupan klien yang memiliki latar
belakang budaya yang berbeda-beda.
7. Environmental context of psychiatric nursing care (Keadaan-
6

keadaan lingkungan dalam keperawatan jiwa)


Bagian-bagian dari lingkungan secara langsung akan
mempengaruhi pelayanan keperawatan mental, Perawat
seharusnya memberikan informasi-informasi baru dan
mengintegrasikannya ke dalam praktik untuk menyediakan
keperawatan yang berkualitas dan pelayanan yang efektif.
8. Legal ethical context of psychiatric nursing care (Keadaan-
keadaan legal etik dalam keperawatan jiwa)
Terdapat 2 tipe penerimaan klien di rumah sakit jiwa.
Kesepakatan yang disadari dengan kesepakatan yang tidak
disadari. Kesepakatan yang tidak disadari meliputi issu
mengenai, hukum dan aspek etik serta legal dan aspek
profesional.
9. Implementing the nursing process: standards of care
(Penatalaksanaan proses keperawatan: dengan standar-standar
perawatan)
Proses keperawatan bersifat interaktid, suatu proses
pemecahan masalah (problem solving), digunakan oleh perawat
secara sistematis dan secara individual untuk mencapai tujuan
keperawatan.
10. Actualizing the Psychiatric Nursing Role: Profesional
Perfomance Standards (Aktualisasi peran keperawatan jiwa:
melalui penampilan standar-standar profesional)
Standar penampilan profesional diaplikasikan untuk
mengatur tanggung jawab pribadi dan untuk praktik, hal tersebut
seharusnya didemonstrasikan oleh perawat baik sebagai individu
maupun sebagai kelompok. Standar juga berhubungan dengan
otonomi dan self definition

F. Definisi Toddler
Toddler dalam kamus bahasa Inggris Indonesia berarti anak
7

kecil yang baru belajar berjalan. Anak usia toddler merupakan periode
dimana anak memiliki rentang usia 12-36 bulan/ (1-3 tahun). Masa ini
merupakan masa eksplorasi lingkungan yang intensif karena anak
berusaha mencari tahu bagaimana semua terjadi dan bagaimana
mengontrol perilaku orang lain melalui perilaku negativisme dan keras
kepala. (Hidayatul, 2015)

G. Perkembangan Masa Toddler


Perkembangan dalam bahasa Inggris disebut development.
Santrock (2011) mendefinisikan perkembangan merupakan suatu pola
perubahan yang dimulai sejak masa konsepsi dan berlanjut sepanjang
kehidupan. Hal ini sejalan sebagai pola perubahan yang dimulai
sejak pembuahan dan terus berlanjut di sepanjang rentang kehidupan
individu. Sebagian besar perkembangan melibatkan pertumbuhan,
namun juga melibatkan kemunduran/penuaan.

Pada periode toddler anak sudah mulai mengembangkan


otonomi sejalan dengan kemampuannya untuk berbicara dan
melakukan mobilitas. Anak usia toddler mengalami 3 fase yaitu :

1. Fase Otonomi dan Ragu-ragu atau Malu

Dalam tahap ini berkembangnya kemampuan anak yaitu


belajar untuk makan atau berpakaian sendiri. Pada masa ini anak
perlu bimbingan dengan akrab, penuh kasih sayang tetapi juga
tegas sehingga anak tidak mengalami kebingungan.

2. Fase Anal

Pasa fase ini sudah waktunya anak untuk dilatih BAB atau
toilet learning (pelatihan buang air pada tempatnya). Anak juga
menunjukkan beberapa bagian tubuhnya menyusun dua kata dan
mengulang kata-kata baru. Abak usia toddler (1-3 tahun) berada
dalam fase anal yang ditandai dengan berkembangnya kepuasan
dan ketidakpuasan disekitar fungsi eliminasi. Tugas
8

perkembangan yang penting pada fase anal anak dapat buang air
secara benar.

3. Fase Praoperasional

Secara jelas memperhatikan pada kita bahwa anak usia dini


belajar melalui pengalaman-pengalaman yang terpadu. Anak lebih
sering diberi pelajaran dan dilatih secara berulang-ulang atau di
Drill. Pada fase ini anak perlu dibimbing lebih akrab, perlu kasih
sayang tetapi juga tegas sehingga anak tidak mengalami
kebingungan.

H. Karakteristik Sehat Jiwa Pada Anak Usia Toddler


Karakteriktik dari anak toddler (1-3 tahun) tersebut bersifat
egosentris yaitu mempunyai sifat kemauan yang kuat sehingga segala
sesuatu itu dianggap sebagai miliknya. Anak toddler berada dalam
tahap pertumbuhan jasmani yang pesat oleh karena itu mereka
sangat lincah. Segi emosional anak usia ini mudah merasa gembira
dan mudah merasa tersinggung. Kadang- kadang mereka suka
melawan dan sulit diatur. Segi sosial anak usia ini sedikit antisosial.
Wajar bagi mereka untuk merasakan senang bermain sendiri dari pasa
bermain secara kelompok. Berilah kesempatan untuk bermain sendiri
tetapi juga ditawarkan kegiatan yang mendorong untuk berpartisipasi
dengan anak-anak lain.

I. Etiologi Sehat Jiwa Pada Usia Toddler


Sebagian besar masyarakat beranggapan gangguan jiwa atau
masalah kejiwaan baru bisa teridentifikasi ketika seseorang sudah
remaja atau beranjak dewasa. Akan tetapi bisa teridentifikasi sejak
masa anak-anak. Ada beberapa gejala yang bisa teidentifikasi ketika
seseorang masih bayi.
Hal ini dapat dipengaruhi dari pola tidur yang kurang tepat dan
suasana hati yang sering berubah, misalnya anak yang sering sekali
menangis sejak masih bayi. Jangan dilupakan, cara orangtua
9

memperlakukan anak pun turut berpengaruh. Bahkan, ini menjadi


penyebab yang lebih besar dibandingkan dengan yang lainnya.
Namun, mengidentifikasi gangguan jiwa pada anak bukan
menjadi hal yang mudah. Pasalnya, anak berbeda dari orang dewasa,
dalam hal perubahan fisik, mental, dan emosional dari perkembangan
dan pertumbuhan yang terjadi secara alami. Mereka sedang dalam
proses belajar cara beradaptasi, mengatasi, dan bersosialisasi dengan
orang lain di lingkungan sekitar.

J. Tanda Gejala Sehat Jiwa Pada Usia Toddler


Masalah kejiwaan pada sang buah hati sering ditandai dengan
munculnya masalah perilaku dan emosi. Beberapa di antaranya
seperti tidak mau sekolah, pemarah, tantrum, cengeng, sering
mengompol, sering mimpi buruk, sulit belajar, gangguan
berkomunikasi, muncul tanda keterbelakangan mental, hingga
disleksia atau kesulitan membaca. Ini yang perlu dikenali sejak dini
oleh orangtua.
Sebenarnya, tak sedikit orangtua yang menyadari adanya
perubahan tersebut pada anak, bahkan sejak ia masih belia. Akan
tetapi orang tua baru membawa sang buah hati untuk terapi setelah ia
menunjukkan perilaku atau gejala yang mengganggu, misalnya,
membanting benda, lebih mudah marah, hingga ringan tangan.

K. Askep Sehat Jiwa Pada Usia Toddler


Toddler atau kanak-kanak merupakan tahapan
perkembangan psikososial kedua setelah infant dimana berada
pada rentang usia 18 bulan sampai 3 tahun (Keliat et al., 2011).
Perkembangan psikososial ad tahapm ini disebut otonomi
versusragu-ragu dan malu (autonomy versus doubt and shame)
(Sacco, 2013).
Pada fase ini anak mulai belajar untuk berdiri sendiri (otonomi).
Untuk itu orangtua diharapkan untuk mampu bertindak tegas tetapi
10

melindungi, mendukung dan memberi kesempatan keinginan otonomi


serta melindungi dari keraguan dan rasa bersalah. Apabila fase ini
dapat dilalui dengan baik, anak akan mengemban otonomi, dengan
memandang diri sebagai pribadi yang terpisah dengan orangtua tapi
masih tergantung. Sebaliknya jika gagal, anak akan mengembangkan
rasa malu dan ragu, merasa diri tidak mampu dan meragukan diri
sendiri dan dapat menyebabkan enggan belajar kemampuan dasar
seperti berjalan dan berbicara.
Manajemen Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan
Kesiapan Peningkatan Perkembangan Kemandirian Anak Toddler
dengan Konsep Model Stres Adaptasi Stuart dan Teori Modeling-Role
Modeling (MRM)
Menurut (Wuryaningsih, 2014) Praktik keperawatan harus
berdasarkan bukti (evidenced based). Artinya tindakan keperawatan
yang diberikan berdasarkan hasil penelitian dan ditunjang telaah
literatur serta berdasarkan kerangka kerja. Teori keperawatan dapat
memberikan panduan kerja perawat dalam melakukan asuhan
keperawatan. Karya ilmiah akhir ini membahas penerapan terapi
kelompok terapeutik untuk meningkatkan perkembangan kemandirian
anak toddler menggunakan pendekatan model stres adaptasi Stuart
dan teori MRM.
Teori MRM dikembangkan sebagai grand theory (Erickson,
Tomlin, & Swain, 2002 dalam Alligood, 2014) dan middle range theory
oleh Ellen D. Schultz (Petterson & Bredow, 2004). Teori MRM
merupakan teori yang berfokus pada klien dan mengintegrasikan
beberapa konsep teori dari interdisiplin seperti teori perkembangan
psikososial (Erickson, 1968); teori perkembangan kognitif (Piaget,
1952); kebutuhan dasar manusia (Maslow, 1968), dan stress adaptasi
(Selye, 1976; Engel, 1962).
Konsep model stres adaptasi Stuart dan teori MRM
memandang klien sebagai makhluk yang holistik
11

(biopsikososiokultural). Pada teori MRM psikologis tersebut terkait


pada aspek emosi dan kognitif (Stuart, 2013). Hasil pengkajian pada
klien anak toddler dapat dilakukan secara holistik dengan
menggunakan konsep model tersebut.

1. Konsep Model Stress Adaptasi Stuart dan Teori MRM


pada Pengkajian Keperawatan pada Klien Anak Toddler

Model stress adaptasi Stuart mengintegrasikan


aspek biologis, psikologis, dan sosiokultural dalam asuhan
keperawatan jiwa (Stuart, 2013). Teori MRM memandang
manusia adalah holistik yang memiliki interaksi antar
subsistem (biologis, kognitif, psikologis, dan sosial).

Perawat tidak berfokus pada satu subsistem ketika


merawat kliennya namun terintegrasi seluruh subsistem
yang melekat pada individu secara dinamis (Erickson,
Tomlin, & Swain, 2002 dalam Alligood 2014). Pelaksanaan
asuhan keperawatan jiwa pada klien kelompok sehat anak
toddler mencakup seluruh aspek yang holistik.

a. Faktor Predisposisi Perkembangan Kemandirian


Anak Usia Toddler
Faktor predisposisi merupakan faktor risiko dan
protektif yang mempengaruhi individu dalam merespon
terhadap stres. Faktor predisposisi dikelompokkan
menjadi tiga yaitu biologis, psikologis, dan sosiokultural.

1) Faktor Biologis
Jenis faktor predisposisi biologis meliputi
genetik, status nutrisi, sensitifitas tubuh terhadap
stresor, kondisi kesehatan secara umum, dan
paparan terhadap toksin (Stuart, 2013). Faktor
genetik dan pemenuhan kebutuhan dasar manusia
12

pada tingkat pertama hirarki Maslow berpengaruh


terhadap pencapaian kesejahteraan klien seperti
nutrisi, tidur, perawatan diri, dan lain-lain (Erickson,
Swain, & Tomlin 2002 dalam Alligood, 2014). Faktor
intrinsik/ genetik heredokonstitusional yang berisiko
menyebabkan gangguan pada perkembangan anak
balita antara lain retardasi pertumbuhan intra uterin,
berat lahir rendah, prematuritas, infeksi intra uterin,
gawat janin, asfiksia, perdarahan intrakranial, kejang
neonatal, hiperbilirubinemia, hipoglikemia, infeksi,
dan kelainan kongenital (Soedjatmiko, 2001). Oleh
karena itu, tidak adanya kelainan pada riwayat
prenatal; intranatal; postnatal anak toddler,
pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif, status gizi
anak balita yang normal, kelengkapan imunisasi,
riwayat alergi, riwayat penyakit herediter dari
keluarga yang telah terdeteksi sejak dini merupakan
faktor protektif biologis anak toddler dalam mencapai
tugas perkembangan kemandirian anak toddler.

2) Faktor Psikologis
Faktor risiko ini meliputi intelegensi,
kemampuan bahasa, moral, kepribadian,
pengalaman-pengalaman masa lalu, konsep diri dan
motivasi, locus of control atau kesadaran mengontrol
diri sendiri, kemampuan bertahan secara psikologis
(Stuart, 2013). Pada konsep lifetime development
dalam teori MRM, pengkajian tentang tugas
perkembangan perlu dilakukan karena setiap
individu pasti mengalami rentang usia
perkembangan sepanjang kehidupannya. Individu
13

yang mampu mencapai tugas perkembangan pada


tiap tahapan usia perkembangan berkontribusi dalam
pembentukan kepribadian yang sehat dan
berkarakter di lingkungannya (Erickson, Tomlin, &
Swan, 2002 dalam Alligood, 2014). Kebutuhan dasar
akan kebutuhan psikososial seperti kasih sayang,
penghargaan, komunikasi, stimulasi gerak, bicara,
sosial, moral, dan intelegensi akan meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan anak
(Soedjatmiko, 2001). Pencapaian tugas
perkembangan pada tahap perkembangan
sebelumnya dan pemenuhan kebutuhan psikososial
anak toddler merupakan faktor protektif anak toddler
dalam mencapai kesejahteraan perkembangan
kemandirian, tidak ragu-ragu dan tidak minder dalam
bertindak).

3) Faktor Sosiokultural

Faktor risiko sosiokultural meliputi umur, jenis


kelamin, pendidikan, penghasilan, pekerjaan, jabatan,
budaya, keyakinan dan agama, afiliasi politik,
pengalaman sosialisasi, dan keterlibatan dalam peran
sosial (Stuart, 2013). Faktor sosiokultural atau faktor
lingkungan eksternal anak yang dapat mempengaruhi
pemenuhan kebutuhan dasar perkembangan anak
balita. Faktor eksternal tersebut dapat meliputi
kondisi kesehatan orang tua, pendidikan, pekerjaan/
penghasilan, pengetahuan, sikap, dan ketrampilan
melakukan stimulasi tumbuh kembang, riwayat
pernikahan (terpaksa, tidak direstui, perceraian, dan
lain-lain), keharmonisan hubungan antara anggota
14

keluarga, serta sarana dan prasarana bermain


(Soedjatmiko, 2001). Pemenuhan kebutuhan asah
(fisio-biomedis), asih (cinta dan kasih sayang); dan
asah (stimulasi perkembangan) yang terpenuhi dari
lingkungannya merupakan faktor protektif dalam
meningkatkan kesejahteraan anak toddler dalam
meningkatkan kemandirian perkembangan anak
toddler.

b. Stresor Presipitasi Perkembangan Kemandirian Anak


Toddler

Stresor presipitasi merupakan stimulus yang


dinilai individu sebagai tantangan, ancaman, atau
kebutuhan. Stresor presipitasi dapat bersifat biologis,
psikologis, atau sosiokultural yang berasal dari internal
individu maupun lingkungan eksternal. Penting untuk
diketahui tentang kapan terjadinya stresor, berapa
lama, berapa kali stresor tersebut, dan banyaknya
stresor yang dihadapi individu dalam periode waktu
tersebut. Hal ini berdampak pada kemampuan individu
untuk mengatasi stresor (Stuart, 2013). Stresor pada
anak toddler terjadi ketika tugas perkembangannya
tidak terpenuhi (Erickson, Tomlin, & Swain, 2002 dalam
Aligood, 2014). Stressor presipitasi
(biopsikososiokultural) pada anak toddler adalah
stimulus yang dinilai sebagai tantangan sehinggan
tercipta koping yang adaptif dan pertumbuhan dan
perkembangan yang sehat.

c. Aspek Kemampuan Perkembangan Kemandirian


Anak Usia Toddler
Penilaian terhadap stresor merupakan evaluasi
15

individu terhadap makna dan pemahaman dampak


stresor terhadap kesejahteraannya. Penilaian terhadap
stresor ini meliputi respon kognitif, afektif, fisiologis,
perilaku, dan sosial (Stuart, 2013). Aspek kemampuan
perkembangan anak toddler ini merupakan respon anak
terhadap stimulus atau stressor yang dapat
meningkatkan kesejahteraannya.
Aspek perkembangan anak toddler meliputi
aspek sosioemosional, bahasa/komunikasi, kognitif
(belajar, berpikir, memecahkan masalah), dan gerak/
perkembangan motorik (CDC, 2014). Setiap anak
memiliki perkembangan kemampuan aspek fisik,
kognitif, psikososial, dan moral yang unik dan saling
berhubungan aspek satu dengan lainnya (Potts &
Mandleco, 2012). Aspek perkembangan anak balita
yang sebaiknya dipantau meliputi perkembangan gerak
kasar atau motorik kasar, gerak halus atau motorik
halus, kemampuan bicara dan bahasa, serta sosialisasi
dan kemandirian (Kemenkes, 2011). Aspek
perkembangan yang terdapat pada skrining DENVER II
terkait dengan aspekaspek lain meliputi: 1) gerak kasar;
2) gerak halus (di dalamnya terdapat aspek koordinasi
mata dan tangan, manipulasi benda-benda kecil, dan
pemecahan masalah); 3) berbahasa (di dalamnya
terdapat juga aspek pendengaran, penglihatan, dan
pemahaman, komunikasi verbal); 4) personal sosial (di
dalamnya juga aspek penglihatan, pendengaran,
komunikasi, gerak halus, dan kemandirian)
(Soedjatmiko, 2001). Aspek pertumbuhan dan
perkembangan secara holistik pada anak toddler antara
lain motorik kasar dan halus, aspek kognitif dan
16

bahasa, perilaku, fisiologis, emosi, sosial, dan moral


spiritual.

d. Sumber – Sumber Koping Peningkatan


Perkembangan Kemandirian Anak Toddler

Sumber koping merupakan pilihan – pilihan atau


strategi yang dimiliki individu untuk membantu
menentukan tindakan yang dilakukan untuk
menyelesaikan masalah secara efektif. Sumber koping
meliputi kemampuan individu (pengetahuan dan
kecerdasan, ketrampilan dalam mengatasi masalah),
dukungan sosial, material aset, dan keyakinan positif.
Hubungan interpersonal individu dengan keluarga,
kelompok, dan masyarakat (Stuart, 2013). Teori MRM
menguraikan sumber koping individu meliputi
pengetahuan klien (self care of knowledge); sumber –
sumber internal yang dimiliki individu (self care
resources); dan kemampuan klien untuk memanfaatkan
pengetahuan dan sumber – sumber internal tersebut
untuk mencapai derajat kesehatan anak yang holistik
(self care of action) (Erickson, Tomlin, & Swain, 2002
dalam Alligood, 2014). Sumber – sumber koping anak
toddler merupakan potensi yang dimiliki anak toddler
untuk memenuhi tugas perkembangan kemandirian.
Sumber koping anak toddler tersebut dibedakan
menjadi dua yaitu internal dan eksternal.

Sumber koping internal adalah kemampuan


personal (personal ability) anak toddler dalam
memenuhi tugas perkembangan kemandiriannya.
Tugas perkembangan kemandirian anak toddler dapat
dilihat dari karakteristik perilaku antara lain:
17

1) mengenal dan mengakui namanya;

2) sering menggunakan kata jangan atau tidak;

3) banyak bertanya tentang hal/ benda yang asing


bagi dirinya;

4) mulai melakukan kegiatan sendiri dan tidak mau


diperintah (misal: minum sendiri, makan sendiri,
dan berpakaian sendiri);

5) bertindak semaunya sendiri dan tidak mau


diperintah;

6) mulai bergaul dengan orang lain tanpa diperintah;

7) mulai bermain dan berkomunikasi dengan orang


lain di luar keluarganya;

8) minimal mampu berpisah sementara dengan


orang tua;

9) menunjukkan rasa suka dan tidak suka;

10)meniru kegiatan keagamaan yang dilakukan


keluarga (Keliat, Daulima, & Farida, 2007);

tampak percaya diri tampil di depan/ tidak takut


dalam melakukan sesuatu (Stippek, Kopp, & Heidi,
2006). Pencapaian tugas perkembangan kemandirian
anak toddler tersebut dapat memelihara kesejahteraan
anak secara holistik.

Sumber koping eksternal dari anak toddler


meliputi dukungan sosial, material aset, dan keyakinan
postif (positive beliefs). Dukungan sosial utama yang
dimiliki anak toddler paling utama adalah keluarga/ ibu.
18

Ibu (atau pengganti ibu) merupakan lingkungan


pertama dan paling erat sejak janin di dalam kandungan
sampai remaja oleh karena itu disebut lingkungan mikro
(Soedjatmiko, 2001). Oleh karena itu, ibu berperan
memberikan lingkungan kondusif memenuhi kebutuhan
anak toddler dalam proses belajar tentang dunia.

e. Mekanisme Koping Anak Toddler dan Keluarga


dalam Peningkatan Perkembangan Kemandirian
Anak Toddler

Mekanisme koping merupakan upaya yang


dilakukan individu untuk manajemen stres dalam
rangka mempertahankan kesejahteraan. Mekanisme
koping dibagi menjadi dua jenis yaitu destruktif dan
konstruktif Penting bagi perawat memberikan intervensi
berupa tindakan pencegahan primer dalam mencegah
masalah kesehatan jiwa. (Stuart, 2013). Mekanisme
koping yang konstruktif/ adaptif berpotensi untuk
meningkatkan perkembangan kemandirian anak
toddler.

Salah satu prioritas strategi dalam meningkatkan


kesehatan jiwa yaitu mendorong perkembangan positif
pada masa kanak-kanak termasuk pola pengasuhan
yang positif dan bebas dari perilaku kekerasan di rumah
(Healthy care Gov, 2014). Penerapan ketrampilan pola
asuh yang baik dan menciptkan lingkungan rumah yang
mendukung pembelajaran mempengaruhi peningkatan
pencapaian perkembangan dan kesejahteraan anak
balita. Orang tua mulai berupaya membentuk/
mengarahkan perilaku sosial anak sehingga perilaku
orang tua sangat mempengaruhi pencapaian tugas
19

perkembangan anak toddler (ESRC, 2011). Peran


orang tua dalam pola pengasuhan anak usia toddler
diharapkan pola pengasuhan yang memberikan
kesempatan pada anak untuk melakukan aktivitas
sesuai dengan tahap perkembangannya.

2. Diagnosa Keperawatan

Buku SDKI menetapkan diagnosis keperawatan


pada kelompok sehat/ promosi kesehatan pada anak
toddler adalah kesiapan peningkatan perkembangan:
kemandirian pada anak usia toddler

3. Rencana Tindakan Keperawatan

Peningkatan kemampuan individu untuk mencapai


perkembangan secara optimal sesuai rentang usia
perkembangan merupakan salah satu tujuan utama dari
promosi kesehatan jiwa (Stuart, 2013; WHO, 2013).
Peningkatan pengetahuan tentang pertumbuhan dan
perkembangan anak dalam rentang normal adalah strategi
meningkatkan kesehatan anak secara menyeluruh
termasuk kesehatan jiwa pada anak (Potss & Mandleco,
2012). Pemberi asuhan anak usia toddler adalah keluarga
sehingga perawat jiwa diharapkan mampu memberdayakan
keluarga dalam merawat anak usia toddler tersebut (Stuart,
2013). Promosi kesehatan tentang perkembangan pada
anak usia toddler dapat dilakukan dengan meningkatkan
pengetahuan dan ketrampilan orang tua terutama ibu
sebagai pengasuh utama anak untuk melakukan stimulasi
perkembangan anak. Rencana tindakan keperawatan untuk
promosi kesehatan kesejahteraan anak usia toddler secara
holistik yaitu mencapai tugas perkembangan
20

kemandiriannya dalam melakukan kegiatan sehari – hari.


Rencana tindakan keperawatan tersebut ditujukan pada
anak toddler, keluarga, dan KKJ.

a. Rencana Tindakan Keperawatan untuk Anak Toddler


Rencana tindakan keperawatan untuk mencapai
tugas perkembangan kemandirian anak toddler meliputi
tindakan keperawatan generalis dan tindakan
keperawatan spesialis. Uraian rencana tindakan
keperawatan untuk anak toddler sebagai berikut:
1) Rencana Tindakan Keperawatan Generalis:

a) Latih anak untuk melakukan kegiatan secara


mandiri.

b) Puji keberhasilan yang dicapai anak.

c) Tidak menggunakan kata yang memerintah


tetapi melatih anak memberikan pilihan –
pilihan dalam memuaskan keinginannya.
d) Hindari suasana yang membuat anak bersikap
negatif.

e) Tidak menakut – nakuti anak dengan kata –


kata ataupun perbuatan, tidak mengancam
anak.

f) Berikan mainan sesuai usia perkembangan


(boneka, mobil – mobilan, balon, bola, kertas
gambar, dan pensil warna).

g) Saat anak mengamuk (tempertantrum),


pastikan ia aman dan awasi dari jauh.

h) Beri tahu tindakan yang boleh dilakukan dan


tidak boleh dilakukan, tindakan baik dan buruk
21

dengan kalimat positif.

i) Libatkan anak dalam kegiatan keagamaan.


2) Rencana Tindakan Keperawatan Spesialis
Terapi kelompok terapeutik pada anak
toddler : Melatih anak mempraktikkan ketrampilan
untuk menstimulasi perkembangannya pada aspek
motorik kasar dan motorik halus, kognitif, bahasa/
komunikasi, emosi – kepribadian, moral spiritual,
dan psikososial dengan melibatkan partisipasi
orang tua (Keliat, Akemat, Daulima, & Nurhaeni,
2007).

b. Tindakan Keperawatan untuk Keluarga


Pencapaian tugas perkembangan anak toddler
memerlukan keterlibatan keluarga terutama ibu.
Rencana tindakan keperawatan untuk mencapai tugas
perkembangan kemandirian anak toddler untuk keluarga
meliputi tindakan keperawatan generalis dan tindakan
keperawatan spesialis. Uraian rencana tindakan
keperawatan untuk keluarga dengan anak toddler
sebagai berikut:
1) Rencana Tindakan Keperawatan Generalis:

a) Informasikan pada keluarga mengenai cara


yang dapat dilakukan untuk memfasilitasi
kemandirian anak – anak.
b) Diskusikan dengan keluarga mengenai cara
yang akan digunakan keluarga untuk
menstimulasi kemandirian anak – anak.
c) Latih keluarga mengenai metode tersebut dan
damping saat keluarga melakukannya pada
anak. Bersama keluarga susun tindakan yang
22

akan dilakukan dalam melatih kemandirian


anak.
2) Rencana Tindakan Keperawatan Spesialis:

a) Terapi kelompok terapeutik pada anak toddler:


Mendemonstrasikan kegiatan – kegiatan untuk
menstimulasi kemampuan perkembangan anak
toddler pada aspek motorik kasar dan motorik
halus, kognitif, bahasa/ komunikasi, emosi –
kepribadian, moral spiritual, dan psikososial
dan memberi kesempatan ibu untuk
melakukannya kepada anak.
b) Fasilitasi ibu dengan anak toddler
memanfaatkan sumber dukungan dari teman
dan KKJ (Kader Keperawatan Jiwa) juga
tenaga kesehatan dalam merawat anak.
c) Fasilitasi ibu memperoleh dukungan emosional
dan pengetahuan cara menstimulasi
perkembangan anak toddler dari anggota
kelompok.
d) Terapi suportif (Keliat, Akemat, Daulima, &
Nurhaeni, 2007; Bulucheck, Butcher, &
Dochterman, 2013)

c. Rencana Tindakan Keperawatan untuk KKJ


Tatanan pelayanan keperawatan di komunitas
memerlukan peran KKJ dalam menggerakkan
masyarakat untuk mengikuti kegiatan penyuluhan
maupun terapi kelompok yang diberikan oleh perawat.
Upaya membantu anak toddler mencapai tugas
perkembangan di tatanan komunitas memerlukan
bantuan KKJ. Rencana tindakan keperawatan untuk
23

KKJ dalam rangka membantu ibu dan anak toddler


mencapai tugas perkembangan kemandirian anak
toddler sebagai berikut:
1) Berikan pendidikan kesehatan tentang tugas
perkembangan dan cara stimulasi perkembangan
kemandirian anak toddler.
2) Diskusikan dengan KKJ tentang ciri – ciri
penyimpangan perkembangan anak toddler dan
kenalkan cara merujuk jika terdapat
penyimpangan perkembangan anak.
3) Latih KKJ melakukan deteksi dini keluarga
dengan anak usia toddler pada kelompok sehat.
4) Latih KKJ melakukan pergerakkan keluarga
dengan anak toddler untuk mengikuti kegiatan
penyuluhan/ terapi kelompok terapeutik.

5) Latih KKJ untuk melakukan kunjungan rumah


pada keluarga dengan anak toddler yang telah
mengikuti terapi kelompok terapeutik.
6) Latih KKJ untuk melakukan pemantauan
perkembangan anak toddler ketika penimbangan
balita di posyandu.
7) Ciptakan iklim motivasi yang positif terhadap
kinerja perawat. (Keliat, Akemat, Daulima, &
Nurhaeni, 2007).

1. Pengkajian

a. Identitas : klien dan penanggung jawab.

b. Keluhan utama.

c. Riwayat penyakit sekarang.

d. Riwayat penyakit dahulu.


24

e. Tinjauan sistem.

f. Riwayat pengobatan keluarga.

g. Riwayat psikososial.

h. Riwayat keluarga.

i. Pengkajian pertumbuhan dan perkembangan.

2. Diagnosa keperawatan

a. Potensial perubahan pertumbuhan dan perkembangan b/d situasi


yang terjadi di lingkungan.

b. Risiko terhadap cedera b/d keadaan tumbang dan lingkungan.

c. Gangguan rasa aman (cemas) b/d kurang pengetahuan ibu


tentang tumbang anak

3. Intervensi keperawatan

Potensial perubahan pertumbuhan dan perkembangan b/d


situasi yang terjadi di lingkunga.

Intervensi:
a) Ajarkan orang tua tentang tugas perkembangan yang sesuai
dengan kelompok usia.
Rasional: agar orang tua mampu melakukan tugas tumbang
pada anak.

b) Tingkatkan rangsangan dengan menggunakan berbagai


mainan dalam tempat tidur anak.

Rasional: mainan dapat meningkatkan rangsangan anak dalam


tumbang.

c) Berikan tindakan nyaman setelah prosedur yg menyebabkan


rasa takut.
25

Rasional: mengurangi rasa ketidak nyama.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Usia balita merupakan masa keemasan bagi perkembangan


anak. Pada usia 1-3 tahun inilah perkembangan otak, psikologi,
sosial, dan fisik anak berjalan dengan cepat. Tahap-tahap
perkembangan batita dapat dilihat dari bertambahnya kemampuan
anak dalam bersosialisasi, perkembangan mental, dan aktifitas
fisiknya.

Perkembangan batita sejatinya merupakan perkembangan


yang sangat cepat hingga mau tidak mau, orang tua harus selalu
waspada dan selalu bersiap untuk “terkejut” melihat perkembagan
batita mereka.

B. SARAN

Hal – hal yang perlu diperhatikan didalam melakukan didikan


anak usia toddler dengan tujuan meningkatkan kecerdasan anak
perlu diperhatikan perkembangan dan pertumbuhannya dalam aspek
fisik dan pisikis yang didampingi dengan perhatian pula pada
gangguan – gangguan yang dialami oleh anak dan cara
penanggulangan serta cara mengatasinya.
26

DAFTAR PUSTAKA

Indarjo, S. (2009). Kesehatan Jiwa. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 52.

Yosep, I. (2019). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Bandung : PT. Refika


Aditama.

Karomah, Hidayatul. (2015). Karya Tulis Ilmiah : Hubungan Pengetahuan


Ibu Dalam Penerapan Toilet Training Pada Usia Toddler 12-
36 Bulan Di Paud MPA Daycare Bumi Teluk Jambe Karawan,
Periode Sepetember 2015. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Abdi Nusantara.

Santrock, John W. (2011). Perkembangan Anak Edisi 7 Jilid 2.


(Terjemahan: Sarah Genis B) Jakarta: Erlangga.

Muh, Daud. Novita Siswanti, Dian & Maulidya Jalal, Novita. 2021. Buku
Ajar Psikologi Perkembangan Anak Edisi Pertama. Kencana
14,8 x 21 cm, 216 hlm. Cetakan ke-1, Februari 2021.

Anda mungkin juga menyukai