Anda di halaman 1dari 20

PRINSIP KESEHATAN MENTAL

Dosen pengampu :
Dra, Nurhasanah, M.Pd

MAKALAH

Mata Kuliah:
Kesehatan Mental

Oleh:
Amalia Shabrina (2006104030054) Keisya Ramadhanti Taufik (2006104030046)
Athala Rania Insra (2006104030061) Ummu Hanik Thasa (2006104030031)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


JURUSAN BIMBINGAN KONSELING
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM – BANDA ACEH
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................... i


BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 2
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 2
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 3
1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 4
2.1 Prinsip-Prinsip Kesehatan Mental Berdasarkan Hakekat Manusia ... 4
2.1.1 Pengertian Kesehatan Mental................................................................ 4
2.1.2 Sejarah Perkembangan Kesehatan Mental Manusia .......................... 6
2.1.3 Prinsip Kesehatan Mental dan Sebab Kekalutan Mental .................. 7
2.1.4 Penyebab Kekalutan Mental Dalam Diri Manusia ............................. 9
2.1.5 Tujuan-Tujuan Kesehatan Mental Manusia ...................................... 10
2.2 Prinsip-Prinsip Kesehatan Mental Hubungan Manusia Dengan
Lingkungan ...................................................................................... 11
2.2.1 Ruang Lingkup Mental Hygiene ........................................................ 12
2.3 Prinsip-Prinsip Kesehatan Mental Hubungan Manusia Dengan
Tuhan ............................................................................................... 14
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 16
3.1 Kesimpulan ...................................................................................... 16
3.2 Saran ................................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 17

i
KATA PENGANTAR

SyukurAlhamdulillah, segala puji hanya kita panjatkan kehadirat Allah


SWT yang telah memberikan kita bermacam-macam nikmat, terutama nikmat
iman dan nikmat islam yang tidak semua orang bisa mendapatkannya. Shalawat
dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi besar
Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman kebodohan ke zaman
yang penuh dengan ilmu pengetahuan, para sahabatnya dan seluruh umatnya
yang mengikuti sunnahnya sampai kepada hari pembalasan.

Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah konseling lintas
budaya yang dapat diselesaikan dengan tepat waktu. Penulis sepenuhnya
menyadari bahwa dalam menyusun makalah dengan judul “ Prinsip Kesehatan
Mental” ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan dari
berbagai segi, Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun demi kesempurnaan Makalah ini. Semoga makalah ini dapat
berguna dan memberi informasi serta menambah pengetahuan dan bermanfaat
bagi kita semua. Aamiin yaa rabbal ‘alamin.

Darussalam, 9 September 2023

penulis

ii
2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini, kesehatan mental, sudah semakin dikenal oleh masyarakat

Indonesia. Pendekatan psikologis sebagai upaya mencari solusi bagi aneka ragam

permasalahan yang dihadapi manusia menjadi pilihan yang bijak. Betapa tidak,

karena psikologi berfungsi sebagai alat bantu untuk menciptakan kehidupan yang

lebih sehat, damai, dan sejahtera. Ini berarti psikologi di butuhkan bagi siapa saja

yang ingin menjalankan kehidupan sehari-hari secara sehat.

Hidup sehat jasmani, rohani, emosional, intelektual, dan spiritual menjadi

dambaan setiap insane yang normal. Secara kodrati manusia menunjukkan

perbedaan-perbedaan individual dalam aspek fisik, social, emosional, dan

intelektual. Aspek-aspek tersebut saling berinteraksi dalam membentuk perilaku

manusia. Interaksi antara aspek-aspek tersebut di harapkan berada pada porsi yang

seimbang sehingga dalam diri manusia terdapat keseimbangan yang sehat.

Psikologi bertujuan untuk menumbuhkan dan mengembangkan kesehatan

mental masyarakat. Kriteria sehat mental antara lain mampu menyesuaikan diri

dan mengembangkan potensi yang dimilikinya, termasuk potensi soft skills di

samping potensi hard skills yang dimilikinya. Kemampuan mengembangkan soft

skills dan aplikasinya merupakan salah satu upaya untuk mencegah dan mengatasi

berbagai tindak kekerasan. Di sinilah letak pentingnya pembahasan tentang

prinsip-prinsip kesehatan mental.


3

Memasuki millenium baru, pada umumnya negara-negara di dunia

menghadapi pilihan historis. Mereka dapat terus meningkatkan kekayaan materi

tatkala mengacunhkan kebutuhan manusiawi penduduknya atau sebaliknya.

Keadaan pertama akan mengakibatkan meningkatnya egoisme, hilangnya kasih

sayang dan bertambahnya jurang pemisah antara yang mempunyai dan kurang

beruntung dan akhirnya mengarah ke anarki, penyakit mental yang kronis dan

putus asa. Indonesia, secara khusus, mengalami keadaan yang serupa.

Permasalahan berbagai bidang, termasuk semakin meningkatnya angka

pengangguran dan kemiskinan yang kronis dapat meningkatkan penyakit mental,

seperti kesulitan untuk beradaptasi, sehingga fenomena kebingungan, ketegangan

kecemasan dan konflik berkembang begitu cepat, yang pada akhirnya

menyebabkan orang mengembangkan pola perilaku yang menyimpang. Oleh

karena itu, ilmu yang mempelajari prinsip kesehatan mental menjadi semakin

penting untuk menumbuhkan dan mengembangkan kesehatan mental masyarakat,

dan dapat bermanfaat mencari jalan keluar atas berbagai masalah psikologis yang

ada dalam masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan

yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apa saja prinsip-prinsip Kesehatan Mental yang berdasarkan Hubungan

Hakekat Manusia.

2. Apa saja prinsip-prinsip Kesehatan Mental Hubungan Manusia dengan

Lingkungan.
4

3. Apa saja prinsip-prinsip Kesehatan Mental Hubungan Manusia dengan

Tuhan.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui prinsip-prinsip Kesehatan Mental berdasarkan Hakekat

Manusia.

2. Untuk mengetahui prinsip-prinsip Kesehatan Mental Hubungan Manusia

dengan Lingkungan.

3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip Kesehatan Mental Hubungan Manusia

dengan Tuhan.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Prinsip-Prinsip Kesehatan Mental Berdasarkan Hakekat Manusia

2.1.1 Pengertian Kesehatan Mental

Kesehatan mental memiliki sejumlah pengertian, kalangan klinisi

berpandangan bahwa sehat mentalnya jika terbebas dari gangguan dan sakit

mental. Pengertian yang lain lebih menekankan pada kemampuan individual

dalam merespon lingkungannya. Selain itu juga ada yang menekankan pada

pertumbuhan dan perkembangan yang positif.

Mental hygiene atau ilmu kesehatan mental adalah ilmu yang mempelajari

masalah kesehatan mental/jiwa, bertujuan mencegah timbulnya gangguan atau

penyakit mental dan gangguan emosi, dan berusaha mengurangi atau

menyembuhkan penyakit mental, serta memajukan kesehatan jiwa rakyat.

Secara epistimologi mental hygiene berasal dari kata: mental dan Hygeia.

Hygeia adalah nama dewi kesehatan yunani, dan hygiene berarti ilmu

kesehatan.sedangkan mental dari kata latin mens, mentis yang artinya : jiwa,

nyawa, sukma, roh, semangat. Maka pada intinya mental hygiene adalah ilmu

yang bertujuan :

 Memiliki dan membina jiwa yang sehat.

 Berusaha mencegah timbulnya kepatahan jiwa (mental breakdown),

mencegah berkembangnya macam-macam penyakit mental dan sebab

timbulnya penyakit tersebut.

4
5

 Mengusahakan penyembuhan dalam stadium permulaan.

Kesehatan mental adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan

diri sendiri, dengan orang lain, dan dengan masyarakat di aman ia hidup.

Kesehatan mental tidak hanya jiwa yang sehat berada dalam tubuh yang sehat,

tetapi juga suatu keadaan yang berhubungan erat dengan seluruh eksistensi

manusia. Itulah suatu keadaan kepribadian yang bercirikan kemampuan seseorang

untuk menghadapi kenyataan dan untuk berfungsi secara efektif dalam suatu

masyarakat yang dinamik. Jadi orang yang bermental sehat adalah orang yang

dapat menguasai segala faktor dalam hidupnya sehingga ia dapat mengatasi

kekalutan mental sebagai akibat dari tekanan-tekanan perasaan dan hal-hal yang

menimbulkan frustasi.

Kesehatan mental secara relatif sangat dekat dengan integritas jasmaniah-

rohaniah yang ideal. Kehidupan psikisnya stabil, tidak banyak memendam konflik

internal, suasana hatinya tenang dan jasmaniahnya selalu sehat. Mentalitas yang

sehat dimanifestasikan dalam gejala;tanpa gangguan batin, dan posisi pribadinya

harmonis/seimbang, baik ke dalam (terhadap diri sendiri), maupun keluar

(terhadap lingkungan sosialnya). Ciri-ciri khas pribadi yang bermental sehat

antara lain :

 Ada koordinasi dari segenap usaha dan potensinya, sehingga orang mudah

mengadakan adaptasi terhadap tuntutan lingkungan standar, dan norma sosial,

serta terhadap perubahan-perubahan sosial yang serba cepat.

 Memiliki integrasi dan regulasi terhadap struktur kepribadian sendiri,

sehingga mampu memberikan partisipasi aktif kepada masyarakat.


6

 Senantiasa giat melaksanakan proses realisasi diri (yaitu mengembangkan

secara riil segenap bakat dan potensi), memiliki tujuan hidup dan selalu

mengarah pada transendensi diri, berusaha untuk melebihi

keadaan/kondisinya yang sekarang.

 Bergairah, sehat lahir batin, tenang dan harmonis kepribadiannya, serta

mampu menghayati kenikmatan dan kepuasan dalam pemenuhan

kebutuhannya.

2.1.2 Sejarah Perkembangan Kesehatan Mental Manusia

Seperti juga psikologi yang mempelajari hidup kejiwaan manusia, dan

mempunyai usia sejak adanya manusia ada di dunia, maka masalah kesehatan jiwa

itupun telah ada sejak beribu – ribu tahun yang lalu, dalam bentuk pengetahuan

yang sederhana.

Beratus – ratus tahun yang lalu orang menduga bahwa penyebab penyakit

mental adalah syaitan – syaitan, roh – roh jahat dan dosa – dosa. Oleh karena itu

penderita penyakit mental di masukan dalam penjara – penjara di bawah tanah,

atau di hukum dan di ikat erat – erat dengan rantai besi yang berat serta kuat. Di

sebabkan oleh anggapan mereka yang keliru. Lambat laun ada usaha – usaha

kemanusiaan yang mengadakan perbaikan dalam menanggulangi orang – orang

yang terganggu mental nya ini. Kemudian muncul sikap yang lebih ilmiah

terhadap penyakit mental, yaitu sejajar dengan berkembangnya ilmu pengetahuan

alam di eropa.

Gerakan – gerakan hygiene mental ini sangat cepat meluas, dan menembus

dalam beberapa bidang lainnya; antara lain di bidang pendidikan, kesehatan


7

umum (public health). Bidang kedokteran dan pengobatan. Dan akhirnya mental

hygiene juga mempengaruhi bidang psikiatri, psikologi klinis, sosiologi anak,

psikologi abnormal, dan lain sebagainya.

2.1.3 Prinsip Kesehatan Mental dan Sebab Kekalutan Mental

Ada beberapa prinsip pokok kesehatan mental manusia, antara lain:

a) Menerima Diri Sebagaimana Adanya (Self-Acceptance)

Pada umumnya, orang yang sehat mentalnya dapat menerima keadaan dirinya

sebagaimana adanya dan mempunyai self-esteem yang positif, tetapi jangan

sampai berlebih-lebihan. Self-esteem merupakan essential component

mengenai mental yang sehat (Allport, 1961; Maslow, 1970; Rogers, 1961

dalam Capuzzi & Gross, 1997). Self-esteem yang negatif dapat menimbulkan

berbagai masalah sehingga keadaan mental kurang baik atau kurang sehat.

Menerima keadaan diri sebagaimana adanya juga berarti menerima diri

dengan segala kelebihan dan kekurangannya.

b) Mengerti Tentang Keadaan Diri (Self-Knowledge)

Orang yang mentalnya sehat mengerti dengna baik tentang keadaan dirinya.

Orang akan sadar, baik mengenai perasaannya, motivasinya, kemampuan

berpikirnya, maupun aspek-aspek mentalnya yang lain.

c) Percaya Diri dan Kontrol Diri (Self-Confidence and Self-Control)

Orang yang sehat mentalnya mempunyai percaya diri (self-confidence) dan

kontrol diri (self-control). Merek adapat independen bila diperlukan dan dapat

pula asertif apabila yang bersangkutan ingin asertif. Mereka mempunyai

internal focus of control. Merek adapat mengontrol dirinya dengan baik.


8

d) Persepsi Yang Jelas Terhadap Kehidupan (A Clear Perception of Reality)

Orang yang sehat mentalnya mampu mengadakan persepsi keadaan realita

secara baik. Orang dapat membedakan mana yang riil dan mana yang tidak.

Orang yang demikian tidak mencampuradukkan anatara yang riil dengna

yang tidak riil, bersifat objektif, dan selalu melihat realita seperti apa adanya.

e) Keseimbangan dan Moderasi (Balance and Moderation)

Orang yang mentalnya sehat mempunyai keseimbangan atau balance dalam

kehidupannya. Mereka bekerja, tetapi juga istirahat atau main; menangis,

tetapi juga tertawa; mementingkan diri (selfish), tetapi juga mementingkan

sosial (altruistic); berpikir logis, tetapi juga intuitif, pada dasarnya, kehidupan

mereka selalu dalam keadaan keseimbangan. Orang yang sehat mentalnya

bersikap moderat, tidak ekstrim. Kalau bersikap ekstrim dapat menimbulkan

masalah.

f) Mencintai Sesama (Love of Others)

Orang yang sehat mentalnya akan menyayangi sesama manusia, mereka tidak

mempunyai sikap permusuhan terhadap orang lain. Dengan demikian, mereka

dapat diterima secara baik oleh orang-orang lain, tidak timbul permusuhan,

suasana adanya kedamaian.

g) Mencintai Kehidupan (Love of Life)

Orang yang sehat mentalnya akan menyayangi kehidupan yang dihadapi. Apa

yang dihadapi dalam kehidupannya selalu diterima secara tulus dan penuh

rasa sayang.

h) Tujuan Dalam Hidup (Purpose in Life)


9

Orang yang sehat mentalnya menyadari dengan sepenuhnya tentang tujuan

kehidupannya. Untuk apa dan ke arah mana kehidupannya disadari dengan

sepenuhnya, tidak ada keragu-raguan dalam mengarungi kehidupannya.

Demikianlah prinsip-prinsip kesehatan mental, perkembangan dan

penyesuaian diri (adjustment) yang merupakan dasar kebahagiaan setiap orang.

Kekurangan pelaksanaan prinsip-prinsip tersebut akan mengurangi

kebahagiaannya. Derajat kebahagiaan antara lain dapat diukur melalui

kemantapan pelaksanaan prinsip-prinsip itu.

2.1.4 Penyebab Kekalutan Mental Dalam Diri Manusia

a) Pemenuhan Kebutuhan Pokok

Setiap individu selalu memiliki dorongan – dorongan dan kebutuhan pokok

yang bersifat organis (fisik dan psikis) dan yang bersifat sosial. Kebutuhan –

kebutuhan dan dorongan – dorongan itu menuntut pemuasan. Timbulah

ketegangan – ketegangan dalam usaha pencapaiannya. Ketegangan cenderung

menurun jika kebutuhan – kebutuhan terpenuhi dan cenderung naik/makin

banyak, jika mengalami frustasi atau hambatan – hambatan.

b) Kepuasan

Setiap orang menginginkan kepuasan, baik yang bersifat jasmaniah maupun

yang bersifat psikis. Dia ingin merasa kenyang, aman terlindungi, ingin puas

dalam hubungan seksnya, ingin mendapat simpati dan di akui harkatnya.

Pendeknya ingin puas di segala bidang. Lalu timbullah sense of importancy dan

sense of mastery.

c) Posisi dan Status Sosial


10

Setiap individu slalu berusaha mencari posisi sosial dan status sosial dalam

lingkungannya. tiap manusia membutuhkan cinta kasih dan simpati. Sebab cinta

kasih dan simpati menumbuhkan rasa diri aman (assurance), keberanian dan

harapan – harapan di masa mendatang. Orang lalu menjadi optimis dan bergairah

karenanya, individu – indvidu yang mengalami gangguan mental, biasanya

merasa dirinya tidak aman.

2.1.5 Tujuan-Tujuan Kesehatan Mental Manusia

Tujuan yang ingin dicapai oleh ilmu kesehatan mental meliputi

kepentingan pribadi dan sosial. Kepentingan pribadi itu mencakup segala usaha

untuk menjadikan individu sehat mentalnya, brarti bahwa ia dengan yakin

mempunyai hidup yang bertujuan, bahwa ia dapat mencapai cita-cita hidupnya

melalui jalan yang wajar dan bahwa ia dapat menggunakan dengan berhasil segala

kemampuan dan kesanggupannya, bahwa ia mempunyai rasa hormat dan

kepercayaan pada diri sendiri, bahwa ia dapat mencintai dan dicintai, bahwa ia

menjadi bvagian dalam masyarakat, bahwa ia bertanggung jawab atas keamanan

dan keselamatan dirinya dan lingkungannya dan seluruh bangsa dan negaranya .

Kepentingan sosial itu menyiapkan individu agar ia menjadi orang yang

bahagia dan produktif, berguna untuk sesame manusia, dapat menyumbangkan

tenaga dan pikiranya guna perbaikan dan penyempurnaan keadaan masyarakat

sekitarnya yang tengah menghadapi perubahan dan tantangan. Jadi ilmu kesehatan

mental bertujuan:

1. Pengembalian kesehatan mental


11

2. Pencegahan kesakitan mental

3. Peningkatan kesehatan mental

2.2 Prinsip-Prinsip Kesehatan Mental Hubungan Manusia Dengan

Lingkungan

Keturunan dan lingkungan memberikan pengaruh yang tidak kecil. Dalam

perkembangan seseorang kemauan bebas dan takdir turut “berbicara”. Faktor-

faktor psikologis dan jasmaniah saling mempengaruhi. Kebutuhan psikologis

mempunyai dasar kebutuhan jasmaniah dan social, dapat tumbuh dari

pengalaman-pengalaman masa lalu, dapat di pengaruhi oleh kepuasan atau frustasi

akibat kebutuhan fisiologis berkembang karena pengaruh lingkungan dan interaksi

karena masalah sekitar. Fase perkembangan seorang anak juga memainkan

peranannya.

Prinsip yang didasarkan atas hubungan manusia dengan lingkungannya,

meliputi:

a) Kesehatan dan penyesuaian mental tergantung kepada hubungan interpersonal

yang sehat, khususnya di dalam kehidupan keluarga.

b) Penyesuaian yang baik dan kedamaian pikiran tergantung kepada kecukupan

dalam kepuasan kerja.

c) Kesehatan dan penyesuaian mental memerlukan sikap yang realistik yaitu

menerima realitas tanpa distorsi dan objektif.


12

2.2.1 Ruang Lingkup Mental Hygiene

a. Mental Hygiene dalam Keluarga

Amatlah penting bagi suami istri dalam mengelola keluarga untuk

menciptakan keluarga yang sakinah mawaddah warahmah untuk memahami

konsep-konsep atau prinsip-pronsip kesehatan mental hygiene ini, yang berfungsi

untuk mengembangkan mental yang sehat atau mencegah terjadinya mental yang

sakit pada anggota keluarga.

b. Mental Hygiene di Sekolah

Gagasan ini didasarkan pada asumsi bahwa “perkembangan kesehatan mental

peserta didik dipengaruhi oleh iklim sosio-emosional di sekolah.” Pemahaman

pimpinan sekolah dan guru-guru (terutama guru BK atau konselor) tentang mental

hygiene sangatlah penting. Pimpinan dan para guru secara sinerji dapat

menciptakan iklim kehidupan sekolah (fisik, emosional, sosial, maupun moral

spiritual) untuk perkembangan kesehatan mental para siswa. Di samping itu

mereka dapat memantau gejala gangguan mental para siswa sedini mungkin.

Mereka dapat memahami masalah mental yang dapat diatasi sendiri dan mana

yang seyogianya dirujuk ke para ahli yang lebih profesional.

Para guru di SLTP dan SLTA perlu memahami kesehatan mental siswanya

yang berada pada masa transisi, karena tidak sedikit siswanya yang mengalami

kesulitan mengembangkan mentalnya karena terhambat oleh masalah-masalahnya,

seperti penyesuaian diri, konflik dengan orang tua atau teman, masalah pribadi,

masalah akademis yang semuanya dapat menjadi sumber stres.

c. Mental Hygiene di tempat kerja


13

Lingkungan kerja memainkan peranan penting dalam kehidupan manusia.

Lingkungan kerja tidak hanya menjadi tempat mencari nafkah, ajang persaingan

bisnis, dan peningkatan kesejahteraan hidup, tetapi juga menjadi sumber stres

yang memberikan dampak negatif terhadap kesehatan mental bagi semua orang

yang berinteraksi di tempat tersebut.

Banyak masalah yang mengakibatkan gangguan mental di tempat kerja yang

diakibatkan oleh stres, apabila masalah-masalah tersebut menimpa suatu lembaga

atau perusahaan, maka akan terjadi stagnasi produktivitas kerjadi di kalangan

pimpinan atau karyawan. Jika hal ini terjadi, amaka tinggal menunggu

kebangkrutan lembaga atau perusahaan tersebut.

Berdasarkan hal itu, bagi para pimpinan lembaga pemerintah / swasta yang

menginginkan tercapainya keberhasilan. Sangatlah penting untuk memperhatikan

mental hygiene ini, agar mereka dapat mengembangkan kiat-kiat untuk mencegah

terjadinya maslaah gangguan emosional, datu memperkecil sumber-sumber

terjadinya stres.

d. Mental Hygiene dalam Kehidupan Politik

Tidak sedikit orang yang bergelut dalam bidang politik yang mengidap

gangguan mental, seperti : pemalsuan ijazah, money politic, KKN, khianat kepada

rakyat dan stres yang menimbulkan perilaku agresif karena gagal menjadi calon

legislatif, dll.

e. Mental Hygiene di Bidang Hukum

Seorang hakim perlu memiliki pengetahuan tentang mental hygiene, agar

dapat mendeteksi tingkat kesehatan mental terdakwa atau para saksi saat proses
14

pengadilan berlangsung, dimana sangat berpengaruh terhadap pengambilan

keputusan hukum.

2.3 Prinsip-Prinsip Kesehatan Mental Hubungan Manusia Dengan Tuhan

Prinsip-prinsip yang didasarkan atas hubungan manusia dengan Tuhan,

sebagai berikut:

1. Stabilitas mental memerlukan seseorang yang mengembangkan kesadaran

atas realitas terbesar daripada dirinya yang menjadi tempat bergantung

kepada setiap tindakan yang fundamental.

2. Kesehatan mental dan ketenangan hati memerlukan hubungan yang konstan

antara manusia dengan Tuhannya.

Pengakuan secara intelektual tentang kebergantungan manusia keapada

Tuhan tidak cukup. Pengakuan itu harus direalisasikan dan dimanifestasikan

melalui hubungan aktif dengan Tuhan berupa shalat, berpuasa, berkurban, dan

melaksanakan perintah-Nya yang lain sesuai kemampuan serta meninggalkan

larangan-Nya. Tanpa ibadah pengakuan dengan Tuhan hanyalah khayalan belaka,

shalat, berdoa, dan tata cara ibadah lain merupakan pendekatan jiwa raga, hati dan

pikiran kepada Tuhan akan mengusir rasa cemas, takut, khawatir, sedih, rasa

sendirian, dan rasa tidak berdaya, bahkan dapat menimbulkan rasa kemerdekaan,

ketenangan dan kebahagiaan. Prinsip Berdasarkan pada Hubungan Manusia

dengan Tuhan, antara lain:

1. Kestabilan mental tercapai dengan perkembangan kesadaran terhadap sesuatu

yang lebih luhur daripada dirinya sendiri tempat ia bergantung: Allah SWT.
15

2. Kesehatan mental dan ketenangan batin dicapai dengan kegiatan yang tetap

dan teratur dalam hubungan manusia dengan Tuhan seperti melalui sholat dan

berdo’a.

Pengembangan Keimanan dan Ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa

 Pimpinan sekolah, guru-guru, dan personel sekolah lainnya harus sama-sama

mempunyai kepedulian terhadap program pendidikan agama, atau penanaman

nilai-nilai agama di sekolah

 Guru agama seyogianya memiliki kepribadian yang mantap, pemahamna

profesional, serta kemampuan mengemas pelajarn agama menjadi menarik

 Guru-guru berupaya menyisipkan nilai-nilai agama ke dalam mata pelajaran

yang diajarkannya.

 Sekolah menyediakan sarana ibadah

 Menyelenggarakan ekstrakulikuler kerohanian

 Bekerjasama dengan orangtua siswa dalam membimbing keimanan dan

ketakwaan siswa.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesehatan mental dalam kehidupan manusia merupakan masalah yangamat

penting karena menyangkut soal kualitas dan kebahagian manusia. Tanpa

kesehatan yang baik orang tidak akan mungkin mendapatkan kebahagian dan

kualitas sumber daya manusia yang tinggi. Hal itu karena yang bisa menjamin

kebahagian manusia tersebut adalah kejiwaan, kesehatan dan keberagamaan yang

dimiliki manusia. Tiga faktor tersebut sangat sejalan sekali dalam mencapai

kebahagian hidup manusia didunia dan akhirat, karena kebahagian yang harus

dicapai itu tidak hanya kebahagian didunia melainkan juga kebahagian diakhirat

kelak.

3.2 Saran

Demikian makalah yang kami susun, semoga dapat memberikan manfaat bagi

penyusun khususnya dan bagi pembaca umumnya. Penyusun menyadari bahwa

makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan

saran yang membangun demi kesempurnaan makalah kami.

16
DAFTAR PUSTAKA

Fakhriyani, Diana Vidya. (2019). Kesehatan Mental. Duta Media


Publishing
M. Bahri Ghazali, (2014), Filsafat Dakwah (Bahan Kuliyah Efektif),
Bandar Lampung: Harakindo Publishing
Casmini, Dkk (2006), Kesehatah Mental, Yogyakarta : Pokja Akademik
UIN Sunan Kalijaga
Antonovsky, A. (1987). Unraveling the Mystery of Health: How People
Manage Stress and Stay Well. Jossey-Bass.
Benight, C. C., Bandura, A., & Cieslak, R. (2008). Self‐regulatory
mechanisms governing stress impact and recovery. In J. M. Houdé & J. F. Lecerf
(Eds.), Rationality and the Mind (pp. 85-100). Psychology Press.
Huppert, F. A., & So, T. T. C. (2013). Flourishing across Europe:
Application of a new conceptual framework for defining well-being. Social
Indicators Research, 110(3), 837-861.
Jacka, F. N., O'Neil, A., Opie, R., Itsiopoulos, C., Cotton, S., Mohebbi, M.,
... & Berk, M. (2017). A randomised controlled trial of dietary improvement for
adults with major depression (the ‘SMILES’ trial). BMC Medicine, 15(1), 1-13.
McMillan, D., Gilbody, S., Richards, D., & Gask, L. (2016). Interventions
to promote mental health and wellbeing. The BMJ, 355, i5630.
Pilkington, K., Kirkwood, G., Rampes, H., & Richardson, J. (2005). Yoga
for depression: The research evidence. Journal of Affective Disorders, 89(1-3),
13-24.

17

Anda mungkin juga menyukai