Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KARAKTERISTIK KESEHATAN MENTAL


Disusun guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Kesehatan Mental
Dosen Pengaampu : Ibu Dewi Khurun Aini.

Disusun oleh :

1. Talita Fahriza Maulidiyah (2107016132)


2. Elvina Rachel Putri Islami (2107016146)
3. Muchammad Fariz (2107016158 )

JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2023

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat,
hidayah, serta karunia-Nya, sehingga kami dari kelompok 4 dapat menyelesaikan makalah ini
dengan judul " Karakteristik Kesehatan Mental ."

Makalah ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih baik dalam
pengetahuan Karakteristik Kesehatan Mental kepada pembaca. Semoga makalah ini dapat
memberikan wawasan yang berguna dalam mengenali,
Akhir kata, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kritik, saran, dan masukan yang membangun sangat kami harapkan guna
perbaikan di masa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
Sekian kata pengantar ini kami sampaikan, atas perhatian dan kesediaan Anda untuk
membaca makalah ini, kami mengucapkan terima kasih.

Semarang, 7 September 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER .........................................................................................................i

KATA PENGANTAR...................................................................................ii

DAFTAR ISI..................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1

A. Latar belakang.......................................................................................1
B. Rumusan masalah.................................................................................1
C. Tujuan makalah.....................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN ..............................................................................3

A. Definisi karakteristik kesehatan mental................................................3


B. Ciri ciri Karakteristik kesehatan mental...............................................4
C. Karakter Mental Sehat atau Tidak Dalam Perspektif Psikologi...........4
D. Karakter Mental Sehat Atau tidak Dalam Perspektif Agama Islam.....8
E. Studi Kasus...........................................................................................10

BAB III PENUTUP ......................................................................................7

A. Kesimpulan...........................................................................................7
B. Saran.....................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................8

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan mental juga meliputi upaya-upaya dalam mengatasi stress,
ketidakmampuan dalam menyelesaikan diri, hubungan dengan orang lain, dan
berkaitan dengan pengambilan keputusan, Kesehatan mental tidak terpisahkan dari
kesehatan fisik, karena ketika individu mengalami sakit secara fisik, terkadang dapat
merusak mental dan jiwa, dan sebaliknya, ketika individu mengalami sakit pada
mentalnya maka akan berakibat pada fisiknya.
Kehidupan yang sehat adalah kehidupan yang memiliki makna. Orang hanya
akan menjadi individu yang bermanfaat tidak hanya bagi diri mereka sendiri, tetapi
juga bagi orang lain jika mereka memiliki makna yang positif dalam hidup mereka.
Gangguan moral dan masalah kesehatan mental sering kali terjadi karena kurangnya
makna dalam hidup seseorang. Selai itu pada tahun 1959, Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) telah mengidentifikasi beberapa karakteristik yang menjelaskan
kesehatan mental yang positif. Ini meliputi kemampuan untuk beradaptasi secara
konstruktif dengan realitas. individu yang memiliki mental yang sehat adalah
kemampuan mereka dalam menjalani hubungan interpersonal yang sehat. Hubungan
dengan individu lain dikenal sebagai hubungan interpersonal (interpersonal
relationship).

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dapat diajukan dalam makalah antara lain.
1. Apa itu definisi dalam karakteristik kesehatan mental ?
2. Apa yang dimaksud dengan Karakter Mental Sehat atau Tidak Dalam Perspektif
Psikologi ?
3. Apa itu Karakter Mental Sehat Atau tidak Dalam Perspektif Agama Islam ?
4. Sebutkan Ciri ciri dari karakteristik kesehatan mental !

C. Tujuan Masalah
Berikut beberapa tujuan dari makalah ini :
1. Menjelaskan konsep dari definisi dalam karakteristik kesehatan mental

1
2. Menganalisis konsepsi dengan Karakter Mental Sehat atau Tidak Dalam
Perspektif Psikologi
3. Menjelaskan mengenai Karakter Mental Sehat Atau tidak Dalam Perspektif
Agama Islam
4. Menjelaskan beberapa Ciri ciri dari karakteristik kesehatan mental

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi kesehatan mental


Kesehatan mental mengacu pada kesehatan seluruh aspek perkembangan
seseorang, baik secara fisik maupun psikis. Kesehatan mental juga meliputi upaya-upaya
dalam mengatasi stress, ketidakmampuan dalam menyelesaikan diri, hubungan dengan
orang lain, dan berkaitan dengan pengambilan keputusan. Menurut WHO (The World
Health Organization) mendefiniskan kesehatan mental yaitu suatu kondisi kesejahteraan
individu yang sadar akan potensinya, mampu mengatasi tekanan hidup yang normal,
mampu bekerja secara produktif, dan bisa memberikan kontribusi kepada komunitasnya.
Kesehatan mental dalam pandangan agama, menurut Dr. Jalaluddin menyatakan
bahwa kesehatan mental merupakan suatu kondisi batin yang senantiasa berada dalam
keadaan tenang, aman dan tentram, serta upaya untuk menemukan ketenangan batin dapat
dilakukan antara lain melalui penyesuaian diri secara resignasi (penyerahan diri
sepenuhnya kepada Tuhan). Dari perspektif Islam, definisi kesehatan mental yaitu suatu
kemampuan individu dalam mengelola terwujudnya keserasian antara fungsi-fungsi
kejiwaan dan terciptanya penyesuaian dengan diri sendiri, orang lain, ataupun lingkungan
sekitar secara dinamis berdasarkan Al-Qur’an dan as-sunnah sebagai pedoman hidup
untuk mencapai kebahagiaan dunia akhirat.
Kesehatan mental tidak terpisahkan dari kesehatan fisik, karena ketika individu
mengalami sakit secara fisik, terkadang dapat merusak mental dan jiwa, dan sebaliknya,
ketika individu mengalami sakit pada mentalnya maka akan berakibat pada fisiknya.
Goldberg berpendapat bahwa individu yang mengalami sakit fisik sebenarnya merupakan
gejala dari adanya suatu gangguan mental. Gangguan kesehatan mental adalah kondisi
dimana individu mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan kondisi di
sekitarnya. Ketidakmampuan dalam memecahkan masalah alkan menimbulkan stres yang
berlebih, sehingga kesehatan mental individu menjadi lebiih rentan sampai akhirnya
dinyatakan terkena gangguan kesehatan mental.

3
B. Ciri Ciri karakteristik kesehatan mental
Setiap individu memiliki karakteristik kesehatan mental yang unik, tetapi ada beberapa
ciri-ciri umum yang dapat mengindikasikan kesehatan mental yang baik. Ini termasuk:
1. Kemampuan untuk mengatasi stress
Seseorang yang sehat mentalnya mampu menangani stres dengan baik. Mereka
memiliki strategi dan mekanisme penanggulangan yang efektif untuk menghadapi
tekanan dan tantangan hidup.
2. Keterlibatan sosial yang sehat
Kesehatan mental yang baik sering dikaitkan dengan hubungan sosial yang positif.
Orang yang sehat mental dapat memupuk hubungan yang mendukung dan
membangun jaringan sosial yang kuat.
3. Kemampuan untuk menangani emosi
Seseorang yang sehat secara mental mampu mengenali, memahami, dan mengelola
emosinya dengan baik. Mereka tidak terjebak dalam emosi negatif yang
berkepanjangan.
4. Kepercayaan diri yang sehat
Maka Kesehatan mental yang baik sering dikaitkan dengan harga diri yang baik.
Orang yang merasa nyaman dengan dirinya cenderung lebih percaya diri dan
mempunyai pandangan positif terhadap kemampuannya.
5. Ketajaman kognitif
Maka dalam Kesehatan mental yang baik juga mencakup kemampuan kognitif yang
baik, seperti kemampuan berpikir logis, memecahkan masalah, dan mengambil
keputusan yang tepat.
6. Kualitas tidur yang baik
Bentuk tidur berkualitas baik berkontribusi terhadap kesehatan mental. Orang yang
tidur nyenyak sering kali memiliki suasana hati dan kemampuan kognitif yang lebih
baik.
7. Kemandirian.
Seseorang yang sehat mental dapat hidup mandiri dan bertanggung jawab terhadap
dirinya sendiri.
C. Karakter Mental Sehat atau Tidak Dalam Perspektif Psikologi
Ancok (dalam Frankl, 2003: ix) berpendapat bahwa kehidupan yang sehat adalah
kehidupan yang memiliki makna. Orang hanya akan menjadi individu yang bermanfaat

4
tidak hanya bagi diri mereka sendiri, tetapi juga bagi orang lain jika mereka memiliki
makna yang positif dalam hidup mereka. Gangguan moral dan masalah kesehatan mental
sering kali terjadi karena kurangnya makna dalam hidup seseorang. Selai itu pada tahun
1959, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengidentifikasi beberapa karakteristik
yang menjelaskan kesehatan mental yang positif. Ini meliputi kemampuan untuk
beradaptasi secara konstruktif dengan realitas, bahkan jika situasinya tidak
menyenangkan; merasa puas dengan hasil usaha yang telah dilakukan; menemukan
kebahagiaan dalam memberi daripada menerima; mengurangi tingkat stres dan
kecemasan; memiliki hubungan yang sehat dan saling membantu dengan orang lain;
menerima kekecewaan sebagai pelajaran untuk masa depan; menangani konflik dengan
cara kreatif dan konstruktif; serta memiliki rasa kasih sayang yang besar. Adapun menurut
Lowenthal (2006), karakteristik individu yang memiliki kesehatan mental yang baik
melibatkan memiliki sifat positif seperti kesejahteraan psikologis yang positif
(psychological well-being), kepribadian yang kuat, dan moralitas atau kebajikan yang baik
(virtues).
Di samping itu, Kartini Kartono (2000: 82-83) mengidentifikasi empat
karakteristik khas individu yang memiliki kesehatan mental yang positif, yaitu:
1. Kemampuan untuk mengkoordinasikan semua usaha dan potensi mereka,
memungkinkan mereka untuk dengan mudah beradaptasi dengan tuntutan
lingkungan, standar, norma sosial, dan perubahan sosial yang cepat.
2. Mereka memiliki integrasi dan pengaturan yang baik terhadap struktur kepribadian
mereka sendiri, yang memungkinkan mereka berpartisipasi aktif dalam masyarakat.
3. Selalu bersemangat dalam proses pengembangan diri, mengaktualisasikan bakat dan
potensi mereka, memiliki tujuan hidup, dan selalu berusaha untuk mencapai potensi
tertinggi mereka, bahkan melebihi situasi saat ini.
4. Mereka memiliki kesehatan fisik dan mental yang baik, memiliki ketenangan dan
harmoni dalam kepribadian mereka, efisien dalam tindakan mereka, dan dapat
menikmati kebahagiaan dan kepuasan dalam memenuhi kebutuhan mereka.

Dalam Fakhriyani (2019: 15), karakteristik individu yang memiliki kesehatan


mental dibagi menjadi beberapa aspek pribadi, yaitu aspek fisik, psikis sosial, dan moral
religius.

1. Dalam aspek fisik, karakteristik individu yang memiliki kesehatan mental adalah
individu yang mengalami perkembangan fisik yang normal, mampu menjalankan

5
tugas-tugasnya dengan baik, dan tetap dalam keadaan sehat, tanpa adanya gangguan
kesehatan yang serius.
2. Dalam aspek psikis, karakteristik individu yang memiliki kesehatan mental
mencakup kemampuan untuk menghargai diri sendiri dan orang lain, memiliki
wawasan dan kecerdasan emosional, mampu merespons emosi secara sehat, mampu
berpikir realistis dan objektif, tidak terganggu oleh masalah psikologis, memiliki
sifat kreatif dan inovatif, bersikap terbuka dan fleksibel, tidak defensif, memiliki
kebebasan untuk mengambil keputusan, menyatakan pendapat, dan bertindak.
3. Dalam aspek sosial, karakteristik individu yang memiliki kesehatan mental
mencakup kemampuan untuk merasakan empati dan kasih sayang terhadap orang
lain, serta memiliki keinginan untuk membantu mereka yang membutuhkan bantuan
(sikap altruistik). Mereka juga mampu menjalin hubungan sosial yang sehat, penuh
cinta kasih dan persahabatan, toleran terhadap perbedaan, dan mau menerima orang
tanpa memandang status sosial, pendidikan, politik, agama, suku, ras, atau warna
kulit.
4. Dalam aspek moral-religius, karakteristik individu yang memiliki kesehatan mental
adalah individu yang memiliki iman kepada Tuhan, mentaati ajaran-Nya, jujur,
dapat dipercaya (bertanggung jawab), dan ikhlas dalam berbuat baik.

Dari gambaran ini, jelas bahwa karakteristik kesehatan mental melibatkan berbagai
aspek, termasuk fisik, psikis, sosial, dan moral-religius. Semua aspek ini harus seimbang
dan berjalan bersama-sama secara harmonis untuk mencapai kesejahteraan individu yang
bersangkutan.

Pada umumnya pribadi yang normal memiliki mental yang sehat. Demikian
sebaliknya, bagi yang pribadinya abnormal cenderung memiliki mental yang tidak sehat
(Baharuddin, 1999: 13). Orang yang bermental sehat adalah mereka yang memiliki
ketenangan batin dan kesegaran jasmani. Karakteristik mental yang Sehat dalam
Handayani (2022) yaitu:

1. Terhindar dari Gangguan Jiwa.


Daradjat (1975) mengemukakan perbedaan antara gangguan jiwa (neurose)
dengan penyakit jiwa (psikose), yaitu: a) Neurose masih mengetahui dan merasakan
kesukarannya, sebaliknya yang kena psikose tidak; b) Neurose kepribadiannya tidak
jauh dari realitas dan masih hidup dalam alam kenyataan pada umumnya. Sedangkan

6
yang terkena psikose kepribadiaannya dari segalasegala segi (tanggapan, perasaan/
emosi, dan dorongan dorongan) sangat terganggu, tidak ada integritas, dan ia hidup
jauh darialam kenyataan. Mental yang sehat merupakan mental yang terhindar baik
dari gangguan mental, maupun penyakit mental. Dalam hal ini, individu dengan
mental yang sehat, mampu hidup di alam nyata dan mampu mengatasi masalah yang
dihadapinya.
2. Dapat menyesuaikan diri
Penyesuaian diri (self adjustment) merupakan proses untuk
memperoleh/memenuhi kebutuhan (needs satisfaction), dan mengatasi stres, konflik,
frustasi, serta masalah-masalah tertentu dengan cara-cara tertentu. Seseorang dapat
dikatakan memiliki penyesuaian diri yang normal apabila dia mampu memenuhi
kebutuhan dan mengatasi masalahnya secara wajar, tidak merugikan diri sendiri dan
lingkungannya, serta sesuai dengan norma agama.
3. Memanfaatkan potensi semaksimal mungkin
Individu yang sehat mentalnya adalah yang mampu memanfaatkan potensi
yang dimilikinya, dalam kegiatan-kegiatan yang positif dan konstruktif bagi
pengembangan kualitas dirinya. Pemanfaatan itu seperti dalam kegiatan-kegiatan
belajar (dirumah, sekolah atau dilingkungan masyarakat), bekerja, berorganisasi,
pengembangan hobi, dan berolahraga.
4. Tercapai kebahagiaan pribadi dan orang lain

Orang yang sehat mentalnya menampilkan perilaku atau respon-responnya


terhadap situasi dalam memenuhi kebutuhannya, memberikan dampak yang positif bagi
dirinya dan atau orang lain. Dia mempunyai prinsip bahwa tidak mengorbankan hak orang
lain demi kepentingan dirinya sendiri di atas kerugian orang lain. Segala aktivitasnya
ditujukan untuk mencapai kebahagiaan Bersama tanpa merugikan diri sendiri dan orang
lain.

Ciri-ciri Mental Sakit

Kondisi kesehatan mental yang sulit dicapai, akan berkembang pribadi yang
memiliki mental yang sakit (mental illness), dengan beberapa ciri. Menurut Thorpe, ciri-
ciri orang yang tidak sehat mentalnya yaitu (Schneiders 1964), merasa tidak bahagia
dalam kehidupan dan hubungan sosial; merasa dalam keadaan tidak aman, diekam dengan
rasa takut dan khawatir yang mendalam; tidak percaya akan kemampuan diri; tidak

7
mmeiliki kematangan emosional; kepribadian yang kurang mantap; mengalami gangguan
dalam sistem syarafnya; tidak dapat memahami kondisi dirinya sendiri.

Lebih lanjut, mental illness ditandai dengan anxiety (kecemasan/kegelisahan)


dalam kehidupan individu; mudah tersinggung/marah; agresif & destruktif (merusak);
pemarah yang berlebih; tidak mampu menghadapi kenyataan secara realistic; memiliki
gejala psikosomatis (sakit fisik yang diakibatkan oleh gangguan psikis, misalnya karena
stres); tidak beriman pada Allah SWT, Tuhan semesta alam.

Jika perilaku-perilaku yang dapat merusak kesehatan mental, seperti yang telah
dijelaskan di atas, mendominasi kehidupan individu, maka ada kemungkinan munculnya
perilaku-perilaku menyimpang. Contohnya adalah tawuran antar geng pelajar, praktik seks
bebas, penyalahgunaan alkohol dan narkoba, korupsi, prostitusi, perdagangan manusia,
perselingkuhan, perjudian, dan perilaku menyimpang lainnya. Semua ini menunjukkan
adanya masalah dengan kesehatan mental individu tersebut.

D. Karakter Mental Sehat Atau tidak Dalam Perspektif Agama Islam


Agama tampaknya adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia.
Kemungkinan manusia meninggalkan atau mengabaikan agama dapat disebabkan oleh
berbagai faktor, baik yang berkaitan dengan kepribadian individu maupun faktor
lingkungan yang memengaruhi mereka. Namun, mencoba untuk menghilangkan
sepenuhnya dorongan dan perasaan keagamaan terlihat sulit dilakukan. Ini disebabkan
oleh kenyataan bahwa manusia memiliki dimensi batiniah yang cenderung mendorong
mereka untuk tunduk kepada entitas gaib. Ketundukan ini merupakan bagian dari faktor
internal manusia dalam psikologi kepribadian yang dapat disebut sebagai pribadi (self)
atau hati nurani (conscience of man). Fitrah manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT
menunjukkan bahwa manusia secara alami memiliki naluri untuk memiliki keyakinan
agama, khususnya dalam agama tauhid.
Dalam Ariadi (2019) agama sebagai terapi kesehatan mental dalam Islam sudah
ditunjukkan secara jelas dalam ayat-ayat Al-Quran, di antaranya yang membahas tentang
ketenangan dan kebahagiaan adalah (QS An-Nahl 16:97) yang Artinya : “Barang siapa
yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman,
Maka Sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan
Sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari

8
apa yang Telah mereka kerjakan”. Dalam ayat ini bahwa laki-laki dan perempuan dalam
Islam mendapat pahala yang sama dan bahwa amal saleh harus disertai iman.
Dalam QS Ar Ra’ad (13:28) yang Artinya “(yaitu) orang-orang yang beriman dan
hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan
mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram” Ketika manusia melupakan Sang Maha
Pencipta dan kehilangan God view-nya, kehidupan jadi hampa. Menjauhkan diri dari Sang
Pencipta, berarti mengosongkan diri dari nilai-nilai imani. Sungguh merupakan “kerugian”
terbesar bagi manusia selaku makhluk berdimensi spiritual. “Mereka itulah orang yang
membeli kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah beruntung perniagaan mereka dan
tidaklah mendapat petunjuk.” (QS 2:16). “Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati
menjadi tentram.” (QS 13:28)
Ajaran Islam memberikan pedoman kepada manusia untuk menghadapi cobaan
dan mengatasi kesulitan dalam hidup mereka. Dua di antara cara yang penting yang
diajarkan dalam Islam adalah sabar dan shalat. Dalam firman Allah Swt dalam al-Qur`an
yang menegaskan sebagai berikut: "Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan
shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orangorang yang sabar " (QS Al
Baqarah ayat 153). Secara umum, sabar sering dipahami sebagai sikap mental yang
menunjukkan keteguhan dalam menghadapi cobaan dan kesulitan, serta ketekunan dalam
mencapai tujuan. Ajaran Islam mengajarkan pentingnya memahami nilai-nilai ketakwaan
dan mengambil contoh dari teladan yang diberikan oleh Nabi Muhammad SAW.
Ajaran Islam memberikan tuntutan kepada akal untuk berpikir dengan benar
melalui bimbingan yang diberikan dalam kitab suci Al-Qur'an al-Karim. Islam, bersama
dengan semua petunjuk yang terkandung dalam Al-Qur'an, dianggap sebagai obat bagi
jiwa atau sebagai penyembuh untuk semua penyakit hati yang ada dalam diri manusia.
Firman Allah Swt dalam surat Yunus 57). "Hai manusia, sesungguhnya telah datang
kepadamu nasihat (agama) dari Tuhanmu sebagai penyembuh bagi penyakit yang ada di
dalam, dada (rohani), sebagai petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman".
Tuntunan ajaran Islam mewajibkan bagi manusia mengadakan hubungan yang baik
kepada Allah Swt, orang lain, maupun hubungan dengan, alam dan lingkungan. Peranan
agama Islam dapat membantu manusia dalam mengobati jiwanya dan mencegahnya dari
gangguan kejiwaan serta membina kodisi kesehatan mental. Dengan menghayati dan
mengamalkan ajaran-ajaran Islam manusia dapat memperoleh kebahagiaan dan
kesejahteraan dalam hidup di dunia maupun akherat. Menurut Dewi (2012:85), salah satu
tanda dari individu yang memiliki mental yang sehat adalah kemampuan mereka dalam

9
menjalani hubungan interpersonal yang sehat. Hubungan dengan individu lain dikenal
sebagai hubungan interpersonal (interpersonal relationship). Dalam setiap hubungan,
individu tidak dapat menghindari adanya harapan (expectancy) tertentu yang dipengaruhi
oleh pengalaman mereka. Beberapa tanda positif dalam kemampuan ini termasuk merasa
nyaman bersama orang lain, memiliki rasa hormat terhadap individu lain tanpa
merendahkan mereka, tidak memiliki niat untuk menyakiti orang lain, dan tidak
membangun tembok atau pertahanan dalam hubungan tersebut. Individu yang memiliki
tingkat kesejahteraan psikologis yang tinggi adalah mereka yang jauh lebih sering
mengalami kepuasaan hidup dan lebih sedikit mengalami emosi yang tak menyenangkan,
seperti marah dan sedih. Terdapat enam dimensi dalam kesejahteraan psikologis, yaitu
penerimaan diri, hubungan positif dengan orang lain, kemandirian, penguasaan
lingkungan, tujuan hidup, pertumbuhan pribadi.

E. Studi Kasus Kesehatan Mental pada Dewasa


Dalam kehidupan seseorang, kesehatan mental menjadi salah satu aspek yang
penting. Memiliki kesehatan mental bukan hanya akan terhindar dari penyakit mental
namun juga akan memiliki keadan mental yang sejahtera. Salah satu tahap masa dewasa,
yaitu dewasa awal, dimana masa tersebut merupakan masa kondisi mental yang tidak
stabil, diikuti juga dengan konflik dan tuntutan serta perubahan suasana hati. Seseorang
dalam masa tersebut apabila tidak bisa mengontrol hal-hal yang terjadi, maka akan
memunculkan masalah kesehatan mental yang berpengaruh pada kesehatannta secara
menyeluruh.
Pada masa dewasa awal, individu akan menghadapi berbagai tantangan baru dalam
bidang pekerjaan, pendidikan, dan juga hubungan sosial. Tantangan yang mereka hadapi
akan mengakibatkan munculnya stressor seperti stress akademik, hilangnya minat untuk
melanjutkan studi, khawatir dengan finansial, belum memperoleh pekerjaan, menerima
tekanan saat bekerja, dipecat, dan berpisah atau bertengkar dengan pasangan. Orang
dewasa akan melakukan isolasi diri untuk mengatasi stressor dengan perilaku menghindar.
Mereka akan cenderung melakukan kritik dengan berlebihan mengenai dirinya sendiri,
perasaan cemas dan takut berlebihan, mengintensifkan rasa malu dan bersalah, berlebihan
memikirkan kekurangan, perasaan sedih dan tertekan, perasaan bahwa lingkungan
sosialnya adalah tempat yang menakutkan. Menurut Bui dkk (2020), beberapa hal yang
terjadi tersebut akan membuat orang dewaasa awal melakukan isolasi diri yang akan

10
mengintefsifkan pemikiran tersebut dan memunculkan gejala kecemasan di masa dewasa
awal.
Kecemasan adalah emosi negatif yang dihubungkan dengan gejala tubuh yang
tidak nyaman. Gejala yang dialami bisa berupa ketegangan, mual, pusing, keringat
berlebih, tremor, dan detak jantung yang berelebihan. Upaya yang bisa dilakukan dalam
mengatasi gejala kecemasan bisa bersifat maldatif/ seseorang yang gagal dalam mengatasi
stressor bisa merasa bahwa tidak ada yang bisa dilakukannya lagi, tidak ada tempat lain
untuk pergi ataupun orang yang dituju. Akhirnya keran tidak ada pilihan lagi, salah satu
cara yang dilakukan untuk mengurangi rasa sakit emosionalnya adalah dengan bunuh diri.
Berdasarkan data World Mental Health Survey, faktor resiko ide bunuh diri mengalami
peningkatan pada masa remaja dan dewasa awal. Seseorang yang mempunyai ide bunuh
diri adalah mereka yang saat ini memiliki rencana dan berkeinginan untuk bunuh diri akan
tetapi belum pernah melakukan upaya bunuh diri.
Ide untuk melakukan bunuh diri dapat memberi dampak pada terjadinya bunuh diri
bagi orang dewasa awal. Hal tersebut diperkuat data di Amareika Seriikat, bahwa
sebanyak 14% orang dewasa awal dengan ide bunuh diri melakukan bunuh diri (Han dkk,
2018). Prevalensi ide bunuh diri pada orang dewasa awal mengalami peningkatan
ditemukan pada individu dengan gangguan kecemasan dan penggunaan zat tertentu. Salah
satu penelitian yang dilakukan oleh Kusmayanati dan kawan-kawan (2020) terhadapp
pelajar SMA dan SMK di Bangli dan Klungkung, didapatkan hasil bahwa terdapat
hubungan positif yang lemah antara kecemasan dan ide bunuh diri. Dapat diartikan, bahwa
semakin tinggi tingkat kecemasan yang dialami maka semakin tinggu juga ide bunuh diri
seorang individu.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesehatan mental dari perspektif Islam merupakan suatu kemampuan diri individu
dalam mengelola fungsi-fungsi kejiwaan dan terciptanya penyesuaian dengan diri sendiri,
orang lain, maupun lingkungan sekitarnya secara dinamis berdasarkan Al-Qur’an dan as-
Sunnah sebagai pedoman hidup menuju ke kebahagiaan dunia dan akhirat. Pandangan
Islam tentang gangguan jiwa tidak jauh berbeda dengan pandangan para ahli kesehatan
mental pada umumnya. Peranan agama Islam dapat membantu manusia dalam mengobati
jiwanya dan mencegahnya dari gangguan kejiwaan serta membina kodisi kesehatan
mental.
B. Saran
Makalah ini, masih terdapat kekurangan dan kesalahan dalam segi penulisan
maupun penyusunan kalimat dan masih banyak yang perlu ditambahkan. Oleh karna itu,
penulis sangat mengaharapkan kepada yang membaca makalah ini dimohon agar dapat
memberikan masukan untuk lebih baik lagi.

12
Daftar Pustaka

Ariadi, P. (2019). Kesehatan mental dalam perspektif Islam. Syifa'MEDIKA: Jurnal


Kedokteran dan Kesehatan, 3(2), 118-127.

Ariadi, P. (2019). Kesehatan mental dalam perspektif Islam. Syifa'MEDIKA: Jurnal


Kedokteran dan Kesehatan, 3(2), 118-127.

Daradjat, Z. (1973). Peranan agama dalam kesehatan mental. Gunung Agung.

Daradjat, Z. (1995). Al-Quran Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa. Dana Bakti Prima
Yasa.

Dewi, K. S. (2012). Buku ajar kesehatan mental.

Fakhriyani, D. V. (2019). Kesehatan mental. Pamekasan: duta media publishing.

Fakhriyani, D. V. (2019). Kesehatan mental. Pamekasan: duta media publishing.

Handayani, E. S. (2022). Kesehatan Mental (Mental Hygiene). Universitas Islam Kalimantan


Muhammad Arsyad Al-Banjari. Banjarmasin

Kartono, K., & Andari, J. (2000). Hygiene Mental: Bandung. Mandar maju.

Lowenthal, Kate (2006) Religion, Culture, and Mental Health. New York: Cambridge
University Press.

Nasilah, S. (2015). Integrasi diri sebagai konsep sehat mental orang Melayu Riau. Jurnal
psikologi, 11(1), 37-48.
13
Putri, A. W., Wibhawa, B., & Gutama, A. S. (2015). Kesehatan mental masyarakat Indonesia
(pengetahuan, dan keterbukaan masyarakat terhadap gangguan kesehatan
mental). Prosiding Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat, 2(2).

14

Anda mungkin juga menyukai