Disusun oleh
Kelas:
Kesehatan Mental - Q
FAKULTAS PSIKOLOGI
2021
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
PENYESUAIAN DIRI DAN KESEHATAN MENTAL tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Muhammad Arif Furqon, M.Psi., Psikolog. Psikologi pada Kesehatan Mental dan
Penyesuaian Diri. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang Kesehatan Mental bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Saya
mengucapkan terima kasih kepada Muhammad Arif Furqon, M.Psi., Psikolog selaku
Dosen Kesehatan Mental yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni. Saya juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Saya menyadari,
makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar………………………………………………………………… i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………. ii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………….1
A. Latar Belakang……………………………………………………………. 1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………... 2
C. Tujuan……………………………………………………………………... 2
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………….. 3
A. Penyesuaian Diri………………………………………………………….. 3
B. Frustasi……………………………………………………………………. 6
C. Konflik…………………………………………………………………….. 9
D. Kecemasan………………………………………………………………… 12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan mental adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan
dirisendiri, dengan orang lain dan masyarakat serta lingkungan dimana ia
hidup.Sesungguhnya ketenangan hidup,ketenteraman jiwa atau kebahagiaan
bathin, tidakbanyak tergantung kepada faktor-faktor luar seperti keadaan sosial,
ekonomi, politik,adat kebiasaan dan sebagainya : akan tetapi lebih tergantung
kepada cara dan sikapmenghadapi faktor-faktor tersebut.
Diantara gangguan perasaan yang disebabkan oleh terganggunya
kesehatanmental ialah : rasa cemas (gelisah), iri hati, sedih, merasa rendah diri,
pemarah, ragu(bimbang) dan sebagainya. Gangguan jiwa(nourose) dan
penyakit jiwa (psychose)adalah akibat dari tidak mampu menyesuaikan diri
terhadap kekurangan-kekurangannya dengan wajar, atau tidak sanggup ia
menyesuaikan diri dengan situasiyang dihadapinya.
Menurut Zakiah Daradjat mendefenisikan mental yang sehat adalah
terwujudnya keserasian yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi kejiwaan
danterciptanya penyesuaian diri antara indiviu dengan dirinya sendiri dan
lingkungannya berdasarkan keimanan dan ketakwaan serta bertujuan untuk
mencapai hidupbermakna dan bahagia dunia akhirat. Berdasarkan hal tersebut
lah, penyusun ingin menulis tentang penyesuaian diri dengan kaitannya dengan
kesehatan mental yang dimana nanti didalamnya akan dibahas mengenai
Penyesuaian diri, frustasi, konflik, kecemasan serta studi kasus yang ada
kaitannya dengan pembahasan.
1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Penyesuaian diri dengan kaitannya Kesehatan Mental?
2. Bagaimana penjelasan mengenai frustasi?
3. Bagaimana penjelasan mengenai konflik?
4. Bagaimana penjelasan mengenai kecemasan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang penyesuaian diri dengan kaitanya kesehatan
mental
2. Untuk mengetahui penjelasan tentang frustasi
3. Untuk mengetahui penjelasan tentang konflik
4. Untuk mengetahui penjelasan tentang kecemasan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Penyesuaian Diri
3
Kriteria penyesuaian diri yang baik menurut Lazarus (1961) yaitu sebagai
berikut:
1. Kesehatan fisik yang baik, Kesehatan fisik yang baik berarti individu bebas dari
gangguan kesehatan seperti sakit kepala, gangguan pencernaan dan masalah selera
makan ataupun masalah fisik yang disebabkan faktor psikologis.
2. Kenyamanan psikologis, Individu yang merasakan kenyamanan psikologis berarti
terbebas dari gejala psikologis yang tidak sehat seperti obsesif-kompulsif,
kecemasan dan depresi.
3. Efisiensi kerja, Efisiensi kerja dapat dicapai bila individu mampu memanfaatkan
kapasitas kerja maupun sosialnya.
1. Persepsi yang akurat terhadap realitas, artinya bahwa individu tersebut mampu
menentukan tujuan yang realistis sesuai dengan kemampuannya serta mampu
mengenali konsekuensi dari tindakannya agar dapat mengarahkannya pada perilaku
yang sesuai.
2. Kemampuan mengatasi stres dan kecemasan, artinya bahwa individu mampu
mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam hidup dan mampu menerima
kegagalan yang dialami.
3. Gambaran diri yang positif, gambaran diri yang positif berkaitan dengan penilaian
individu tentang dirinya sendiri. Individu mempunyai gambaran diri yang positif
baik melalui penilaian pribadi maupun melalui penilaian orang lain, sehingga
individu merasa nyaman secara psikologis. Mampu mengenali kelebihan dan
kekurangannya.
4. Kemampuan mengekspresikan emosi dengan baik, artinya individu itu mampu
mengekspresikan emosinya dan memiliki kontrol emosi yang baik.
4
5. Hubungan interpersonal yang baik, memiliki hubungan interpersonal yang baik
berkaitan dengan hakekat individu sebagai makhluk sosial, yang sejak lahir
tergantung pada orang lain. Individu yang memiliki penyesuaian diri yang baik
mampu membentuk hubungan yang berkualitas dan bermanfaat ketika berinteraksi
dengan orang lain.
5
tentram, tidak damai, dan tidak aman, maka individu tersebut akan mengalami
gangguan dalam melakukan proses penyesuaian diri.
5. Tingkat religiusitas dan kebudayaan, Religiusitas merupakan faktor yang
memberikan suasana psikologis yang dapat digunakan untuk mengurangi konflik,
frustrasi dan ketegangan psikis lain. Religiusitas memberi nilai dan keyakinan,
sehingga individu memiliki arti, tujuan, dan stabilitas hidup yang diperlukan untuk
menghadapi tuntutan dan perubahan yang terjadi dalam hidupnya. Kebudayaan
pada suatu masyarakat merupakan suatu faktor yang membentuk watak dan tingkah
laku individu untuk menyesuaikan diri dengan baik atau justru membentuk individu
yang sulit menyesuaikan diri.
B. Frustasi
Kata frustasi berasal dari Bahasa Latin Frustation, yaitu perasaan jengkel akibat
terhalang dalam pencapaian tujuan. Semakin penting tujuannya, semakin besar frustasi
yang dirasakan. Kebutuhan seseorang tidak selalu dapat dipenuhi dengan lancer dan
sering kali terjadi hambatan dalam pemuasan suatu kebutuhan, motif dan keinginan,
keadaan terhambat dalam mencapai suatu tujuan dinamakan frustasi (Sangadah, 2008).
Frustasi adalah keadaan batin seseorang, ketidak seimbangan dalam jiwa, suatu
6
perasaan tidak puas karena hasrat atau dorongan yang tidak dapat terpenuhi. Sementara
itu frustasi menurut ilmu kesehatan mental yaitu seseorang yang mengalami suatu
keadaan, di mana satu kebutuhan tidak bisa terpenuhi dan tujuan tidak bisa tercapai,
sehingga orang kecewa dan mengalami satu halangan dalam usahanya mencapai satu
tujuan maka orang tersebut mengalami frustasi (Nur, 2015)
1. Faktor Lingkungan
Keadaan kekecewaan dan goncangan perasaan yang dialami individu
karena gagal dalam mencapai tujuan yang disebabkan oleh adanya
rintangan yang berasal dari luar individu, diantaranya adalah alam
sekitar berupa peristiwa peristiwa tragis, system hubungan antar pribadi
yang salah, norma norma sosial, peraturan perundang undangan dan
adat istiadat.
7
2. Faktor Pribadi
Factor yang diawali oleh seseorang karena kurang atau bahkan tidak
memiliki kemampuan fisik bahkan mental untuk mencapai tujuan atau
cita cita yang diharapkan
3. Faktor Konflik
Frustasi yang terjadi dalam diri seseorang karena ada pertentangan batin
dalam diri untuk mencapai tujuan.
Kemudian frustasi dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu (Sutarjo, 2007):
8
C. Konflik
Konflik secara etimologis berasal dari Bahasa latin con yang berarti bersama
dan fligere yang berarti benturan atau tabrakan. Konflik artinya percekcokan,
perselisihan dan pertentangan. Sedangkan konflik sosial yaitu pertentangan antar
anggota atau masyarakat yang bersifat menyeluruh di kehidupan. Konflik
merupakan suatu keadaan yang sering terjadi dalam masyarakat yang sedang
berubah, disebabkan berbagai kepentingan yang menyertainya. Timbulnya
berbagai kepentingan dilatar belakangi oleh perbedaan nilai dalam proses
perubahan. Selain itu, factor yang berpotensi memicu terjadinya konflik adalah
system nilai dalam masyarakat yang mempunyai korelasi dengan perbedaan tabiat,
karakter dan tindakan sosial masyarakat. Konflik juga berhubungan dengan
kepribadian seseorang dalam hakikatnya sebagai manusia. Kepribadian tidak hanya
meliputi pikiran, perasaan dan sebagainya, melainkan secara keseluruhannya
sebagai panduan antara kehidupan seseorang sebagai anggota masyarakat atau di
dalam interaksi sosial (Sujanto, dkk., 2004)
Coser (2001) mendefinisikan konflik sebagai perebutan nilai dan klaim atas
status, kekuasaan dan sumber daya yang langka di mana tujuan lawannya adalah
untuk menetralkan, melukai atau melumpuhkan pihak yang menjadi lawan. Ia juga
berpendapat bahwa konflik merupakan proses yang bersifat instrumental dalam
membentuk, menyatukan dan memelihara struktur sosial. Konflik juga tidak bisa
hanya dipandang dalam pandangan negative saja karena perbedaan adalah suatu hal
yang normal yang sebenarnya berdampak pada memperkuat struktur sosial.
9
Secara garis besar berbagai konflik dalam masyarakat dapat diklasifikasikan ke
dalam beberapa bentuk konflik sebagai berikut:
a. Berdasarkan Sifatnya
1. Konflik Destruktif
Merupakan konflik yang muncul karena adanya perasaan tidak
senang, rasa benci dan dendam dari seseorang ataupun kelompok
terhadap pihak lain. Pada konflik ini terjadi bentrokan bentrokan
fisik yang mengakibatkan hilangnya nyawa dan harta benda.
2. Konflik Konstruktif
Merupakan konflik yang bersifat fungsional, konflik ini muncul
karena adanya perbedaan pendapat dari kelompok kelompok dalam
menghadapi suatu permasalahan. Konflik ini akan menghasilkan
suatu consensus dari berbagai pendapat tersebut dan menghasilkan
suatu perbaikan.
10
Kemudian ada beberapa factor yang menyebabkan terjadinya konflik, yaitu:
2. Perbedaan kebudayaan
Perbedaan kebudayaan tidak hanya akan menimbulkan konflik antar
individu, akan tetapi bisa juga antar kelompok. Pola pola kebudayaan yang
berbeda akan menimbulkan pola pola kepribadian dan pola pola perilaku
yang berbeda pula dikalangan khalayak kelompok yang luas. Selain itu,
perbedaan kebudayaan akan mengakibatkan adanya sikap etnosentrisme
yaitu sikap yang ditunjukkan kepada kelompok lain bahwa kelompoknya
adalah yang paling baik. Jika masing masing kelompok yang ada di dalam
kehidupan sosial sama sama memiliki sikap demikian, maka sikap ini akan
memicu timbulnya konflik antar penganut kebudayaan
3. Perbedaan kepentingan
Mengejar tujuan kepentingan masing masing yang berbeda beda, kelompok
kelompok akan bersaing dan berkonflik untuk memperebutkan kesempatan
dan sarana
D. Kecemasan
11
Kecemasan adalah sesuatu yang menimpa hampir setiap orang pada waktu
tertentu dalam kehidupannya. Kecemasan merupakan reaksi normal terhadap
situasi yang sangat menekan kehidupan seseorang. Kecemasan bisa muncul sendiri
atau bergabung dengan gejala gejala lain dari berbagai gangguan emosi.
Kecemasan adalah respon terhadap situasi tertentu yang mengancam dan
merupakan hal yang normal terjadi menyertai perkembangan, perubahan,
pengalaman baru atau yang belum pernah dilakukan, serta dalam menemukan
identitas diri dan arti hidup. Kecemasan adalah rekasi yang dapat dialami siapapun,
namun cemas yang berlebihan, apalagi yang sudah menjadi gangguan akan
menghambat fungsi seseorang dalam kehidupannya (Ramaiah, 2003).
12
penampilan yang berupa gejala gejala fisik maupun mental. Kecemasan berasal dari
perasaan tidak sadar yang berada di dalam kepribadian sendiri dan tidak
berhubungan dengan objek yang nyata atau keadaan yang benar benar ada. Berikut
adalah gejala gejala kecemasan, yaitu (Kholil Lur Rochman, 2010):
1. Ada saja hal hal yang sangat mencemaskan hati, hampir setiap kejadian
menimbulkan rasa takut dan cemas. Kecemasan. Kecemasan tersebut
merupakan bentuk ketidakberanian terhadap hal hal yang tidak jelas
2. Adanya emosi emosi yang kuat dan sangat tidak stabil. Suka marah dan
sering dalam keadaan exited (heboh) yang memuncak, sangatirritable,
akan tetapi sering juga dihinggapi depresi.
3. Diikuti oleh bermacam macam fantasi, delusi, ilusi dan delusion of
persecution (delusi yang dikejar kejar)
4. Sering merasa mual dan muntah muntah, badan terasa sangat lelah,
banyak berkeringat, gemetar, dan seringkali menderita diare.
5. Muncul ketegangan dan ketakutan yang kronis yang menyebabkan
tekanan jantung menjadi sangat cepat atau tekanan darah tinggi.
13
ketakutan akan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah , pikiran
terasa bercampur aduk atau kebingungan, sulit berkonsentrasi
1. Lingkungan
Lingkungan atau sekitar tempat tinggal mempengaruhi cara berfikir
individu tentang diri sendiri maupun orang lain. Hal ini disebabkan
karena adanya pengalaman yang tidak menyenangkan pada individu
dengan keluarga, sahabat ataupun dengan rekan kerja. Sehingga
individu tersebut merasa tidak aman terhadap lingkungannya
2. Emosi yang ditekan
Kecemasan bisa terjadi jika individu tidak mampu menemukan jalan
keluar untuk perasaannya sendiri dalam hubungan personal ini,
terutama jika dirinya menekan rasa marah atau frustasi dalam jangka
waktu yang sangat lama
3. Sebab sebab Fisik
Pikiran dan tubuh senantiasa saling berinteraksi dan dapat
menyebabkan timbulnya kecemasan. Hal ini terlihat dalam kondisi
seperti misalnya kehamilan, semasa remaja dan sewaktu pulih dari suatu
penyakit. Selama ditimpa kondisi kondisi ini, perubahan perubahan
perasaan lazim muncul,
Contoh Kasus
Kasus 1
14
PEKANBARU- Tim SAR berhasil mengevakuasi jenazah Ahmad Afandi (25)
di tepian Sungai Siak, Pekanbaru, Riau. Korban diduga bunuh diri dengan terjun ke
sungai karena frustasi tidak bisa melanjutkan pendidikan Strata 2 (S2).
Penemuan jenazah pemuda yang baru lulus sarjana oleh tim SAR itu dibantu
masyarakat sekira pukul 10.00 WIB. Jenazah ditemukan di dekat jembatan Siak III
Pekanbaru atau sekira 3 kilometer dari lokasi terjunnya Afandi di Sungai terdalam di
Indonesia itu.
"Korban ditemukan oleh warga tersangkut kapal dengan posisi telungkup," kata
Kapolsek Sektor Kawasan Pelabuhan Pekanbaru, AKP Hermawi, kepada Okezone,
Rabu (6/3/2013) di lokasi.
"Motif sesungguhnya mengapa korban nekat terjun masih kita selidiki," imbuhnya.
Analisis:
Kasus 2
Tak Kuat Hadapi Persoalan, Wanita Paro Baya Gantung Diri di Dapur
15
Rabu, 20 Maret 2013 18:25:40 WIB
Reporter : Temmy P.
16
menolak korban diotopsi karena sudah mengikhlaskan dan menganggap ini sebagai
musibah. Keluarga korban memilih langsung memakamkan jenazah korban,"
terangnya.
Analisis:
17
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Penyesuaian diri adalah aspek mental penting dan sangat berkaitan dengan
keyakinan seseorang terhadap kemampuan diri dalam mengendalikanberbagai
rintangan dan menggunakan potensi diri. Dalam menyesuaikan diri
terhadaplingkungan, masalah, maupun hal-hal baru diperlukan sebuah proses serta
usaha, namun apabilakita gagal dalam menyesuaikan diri tentu saja dapat menimbulkan
kesehatan mental yangterganggu dan berujung pada stress dan masalah psikis lainnya.
Hal ini sesuai dengan pendapat Scott (1961) bahwa kesehatan mental adalah kunci
untuk penyesuaian diri yang sehat.
Kata frustasi berasal dari Bahasa Latin Frustation, yaitu perasaan jengkel akibat
terhalang dalam pencapaian tujuan. Semakin penting tujuannya, semakin besar frustasi
yang dirasakan. Kebutuhan seseorang tidak selalu dapat dipenuhi dengan lancer dan
sering kali terjadi hambatan dalam pemuasan suatu kebutuhan, motif dan keinginan,
keadaan terhambat dalam mencapai suatu tujuan dinamakan frustasi (Sangadah, 2008).
18
Coser (2001) mendefinisikan konflik sebagai perebutan nilai dan klaim atas
status, kekuasaan dan sumber daya yang langka di mana tujuan lawannya adalah untuk
menetralkan, melukai atau melumpuhkan pihak yang menjadi lawan
Saran
Penulis menyarankan agar beberapa hal yang terkait dalam Penyesuaian diri
dan kesehatan mental, frustasi, konflik dan kecemasan ini supaya tidak ada kesalah
pahaman sehingga apa yang sudah di jelaskan tidak membuat kerugian bagi pembaca
nantinya.
19
Daftar Pustaka
Elly, M., Setiadi, & Kolip, U. (2011). Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan
Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya. Jakarta:
Kencana Prenada Media.
Hamali, S. (2013). Konflik dan Keraguan Individu Dalam Perspektif Psikologi Agama.
Al- AdYaN .
http://berbagiresume.blogspot.com/2013/03/analisis-kasusu-dari-teori-
frustasi.html?m
Haber, A dan Runyon, R.P. (1984). Psychology of Adjusment (Homehood): The Dorsey
Press)
Nevid, J. S., Rathusr, S. A., & Greene, B. (2014). Psikologi Abnormal di Dunia yang
Terus Berubah. Penerbit Erlangga.
Schneiders, A. A. 1991. Personal Adjustment and Mental Health. New York: Holt,
Rinchart and Winston.