Disusun Oleh
Kelompok 5
1. Khudri Said 2130200004
2. Nur Hasanah 2130200024
Dosen Pengampu
Nur Intan Muliani Harahap, M.A.
BAB II........................................................................................................................................................................
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................................
BAB III.......................................................................................................................................................................
KESIMPULAN..........................................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................................................
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada
hamba-Nya dan shalawat beserta salam semoga dilimpahkan kepada Rasullah SAW, para
sahabatnya, serta orang-orang yang mengikuti petunjuknya sampai hari kiamat. Alhamdulillah,
dengan izin dan pertolongan dari Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta karunia-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai waktu yang disediakan.
Selain itu, kami juga berterima kasih Kepada Ibuk Nurinta Muliani Harahap, M.A. selaku
dosen pengampu mata kuliah Bimbingan Konseling Islam dan pihak-pihak yang telah membantu
dalam menyusun makalah ini. Semoga makalah ini, dapat berguna bagi pembaca dan penyusun
sendiri. Penyusun menyadari pasti banyak kekurangan dan kelemahan yang terdapat di dalam
makalah ini. Untuk itu, penyusun terbuka terhadap kritik dan saran pembaca.
i
BAB I
PENDAHULUAN
ii
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kesehatan Mental
Istilah “kesehatan mental” diambil dari konsep mental hygiene. Kata “mental” diambil dari
bahasa Yunani, pengertiannya sama dengan psyche dalam bahas latin yang artinya psikis, jiwa
atau kejiwaan. Kesehatan mental merupakan bagian dari psikologi agama, terus berkembang
dengan pesat. jadi dapat diambil kesimpulan bahwa mental hygiene berarti mental yang sehat
atau kesehatan mental. Sedangkan yang dimaksud Kesehatan mental adalah terhindarnya
seseorang dari keluhan dan gangguan mental baik berupa neurosis maupun psikosis (penyesuaian
diri terhadap lingkungan sosial). Mental yang sehat tidak akan mudah terganggu oleh Stressor
(Penyebab terjadinya stres) orang yang memiliki mental sehat berarti mampu menahan diri dari
tekanan-tekanan yang datang dari dirinya sendiri dan lingkungannya.
Noto Soedirdjo, menyatakan bahwa ciri-ciri orang yang memiliki kesehatan mental adalah
Memiliki kemampuan diri untuk bertahan dari tekanan-tekanan yang datang dari lingkungannya.
Sedangkan menurut Clausen Karentanan (Susceptibility) Keberadaan seseorang terhadap stressor
berbeda-beda karena faktor genetic, proses belajar dan budaya yang ada dilingkungannya, juga
intensitas stressor yang diterima oleh seseorang dengan orang lain juga berbeda. Zakiah Daradjat
mendefinisikan kesehatan mental dengan beberapa pengertian :1
1. Terhindarnya orang dari gejala - gejala gangguan jiwa (neurose) dan dari gejala - gejala
penyakit jiwa (psychose).
2. Kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan diri sendiri, dengan orang lain dan masyarakat
serta lingkungan dimana ia hidup.
3. Pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan untuk mengembangkan dan memanfaatkan segala
potensi, bakat dan pembawaan yang ada semaksimal mungkin, sehingga membawa kepada
kebahagian diri dan orang lain, serta terhindar dari gangguan - gangguan dan penyakit jiwa.
4. terwujudnya keharmonisan yang sungguh - sungguh antara fungsi - fungsi jiwa, serta
mempunyai kesanggupan untuk menghadapi problem - problem biasa yang terjadi, dan
merasakan secara positif kebahagian dan kemampuan dirinya.
1
Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental,(Jakarta, cv Haji Samaagung, 1994), hal. 7
1
Jadi Kesehatan mental adalah keserasian atau kesesuaian antara seluruh aspek psikologis dan
dimiliki oleh seorang untuk dikembangkan secara optimal agar individu mampu melakukan
kehidupan-kehidupan sesuai dengan tuntutan-tuntutan atau nilai-nilai yang berlaku secara
individual, kelompok maupun masyarakat luas sehingga yang sehat baik secara mental maupun
secara sosial. 2
Kesehatan mental pada manusia itu dipengaruhi oleh faktor internal dan external. Keduanya
saling mempengaruhi dan dapat menyebabkan mental yang sakit sehingga bisa menyebabkan
gangguan jiwa dan penyakit jiwa.
1. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri seseorang seperti sifat, bakat,
keturunan dan sebagainya. Contoh sifat yaitu seperti sifat jahat, baik, pemarah, dengki, iri,
pemalu, pemberani, dan lain sebagainya. Contoh bakat yakni misalnya bakat melukis, bermain
musik, menciptakan lagu, akting, dan lain-lain. Sedangkan aspek keturunan seperti turunan
emosi, intelektualitas, potensi diri, dan sebagainya.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang berada di luar diri seseorang yang dapat
mempengaruhi mental seseorang. Lingkungan eksternal yang paling dekat dengan seorang
manusia adalah keluarga seperti orang tua, anak, istri, kakak, adik, kakek-nenek, dan masih
banyak lagi lainnya. Faktor luar lain yang berpengaruh yaitu seperti hukum, politik, sosial
budaya, agama, pemerintah, pendidikan, pekerjaan, masyarakat, dan sebagainya. Faktor eksternal
yang baik dapat menjaga mental seseorang, namun faktor external yang buruk / tidak baik dapat
berpotensi menimbulkan mental tidak sehat. 3
Selanjutnya selain kedua factor tersebut yang dapat mempengaruhi kesehatan mental, juga
dapat dipengaruhi oleh aspek psikis manusia. Aspek psikis manusia pada dasarnya merupakan
satu kesatuan dengan sistem biologis, sebagai sub sistem dari eksistensi manusia, maka aspek
psikis selalu berinteraksi dengan keseluruhan aspek kemanusiaan. Karena itulah aspek psikis
tidak dapat dipisahkan untuk melihat jiwa manusia. Ada beberapa aspek psikis yang turut
berpengaruh terhadap kesehatan mental, antara lain :
2
Ibid. Hal. 9
3
Kartini Kartono, Hygiene Mental,(Bandung, Gramedia, 2000), hal 18
2
1. Pengalaman awal
Pengalaman awal merupakan segenap pengalaman-pengalaman yang terjadi pada individu
terutama yang terjadi di masa lalunya. Pengalaman awal ini adalah merupakan bagian penting
dan bahkan sangat menentukan bagi kondisi mental individu di kemudian hari.
2. Kebutuhan
Pemenuhan kebutuhan dapat meningkatkan kesehatan mental seseorang. Orang yang telah
mencapai kebutuhan aktualisasi yaitu orang yang mengeksploitasi dan segenap kemampuan
bakat, ketrampilannya sepenuhnya, akan mencapai tingkatan apa yang disebut dengan tingkatan
pengalaman puncak. Dalam berbagai penelitian ditemukan bahwa orang-orang yang mengalami
gangguan mental, disebabkan oleh ketidakmampuan individu memenuhi
kebutuhankebutuhannya. Kebutuhan yang dimaksud di sini adalah kebutuhan dasar yang
tersusun secara hirarki. Kebutuhan biologis, kebutuhan rasa aman, meliputi kebutuhan dicintai,
kebutuhan harga diri, pengetahuan, keindahan dan kebutuhan aktualisasi diri.4
Pada abad 17 kondisi suatu pasien yang sakit hanya diidentifikasi dengan medis, namun pada
perkembangannya pada abad 19 para ahli kedokteran menyadari bahwa adanya hubungan antara
penyakit dengan kondisi dan psikis manusia. Hubungan timbal balik ini menyebabkan manusia
menderita gangguan fisik yang disebabkan oleh gangguan mental (Somapsikotis) dan sebaliknya
gangguan mental dapat menyebabkan penyakit fisik (Psikomatik). Memasuki abad 19 konsep
kesehatan mental mulai berkembang dengan pesatnya namun apabila ditinjau lebih mendalam
teori-teori yang berkembang tentang kesehatan mental masih bersifat sekuler, pusat perhatian
4
Ibid. Hal. 19
5
Ibid. Hal. 20
3
dan kajian dari kesehatan mental tersebut adalah kehidupan di dunia, pribadi yang sehat dalam
menghadapi masalah dan menjalani kehidupan hanya berorientasi pada konsep sekarang ini dan
disini, tanpa memikirkan adanya hubungan antara masa lalu, masa kini dan masa yang akan
datang. Solusi terbaik untuk dapat mengatasi masalah-masalah kesehatan mental adalah dengan
mengamalkan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari, kesehatan mental seseorang dapat
ditandai dengan kemampuan orang tersebut dalam penyesuaian diri dengan lingkungannya,
mampu mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sendiri semaksimal mungkin untuk
menggapai ridho Allah SWT, serta dengan mengembangkan seluruh aspek kecerdasan, baik
kesehatan spiritual, emosi maupun kecerdasan intelektual. Seseorang dapat berusaha memelihara
kesehatan mentalnya dengan menegakkan prinsip-prinsipnya dalam kehidupan, yaitu :
1. Mempunyai self image atau gambaran dan sikap terhadap diri sendiri yang positif.
2. Memiliki interaksi diri atau keseimbangan fungsi-fungsi jiwa dalam menghadapi problema
hidup termasuk stress.
3. Mampu mengaktualisasikan secara optimal guna berproses mencapai kematangan.
4. Mampu bersosialisasi dan menerima kehadiran orang lain
5. Menemukan minat dan kepuasan atas pekerjaan yang dilakukan
6. Memiliki falsafah atau agama yang dapat memberikan makna dan tujuan bagi hidupnya.
7. Mawas diri atau memiliki control terhadap segala kegiatan yang muncul
8. Memiliki perasaan benar dan sikap yang bertanggung jawab atas perbuatan-perbuatannya.6
C. Pengaruh Kesehatan Mental Terhadap Perasaan
1. Rasa Cemas, Adanya perasaan tidak menentu, panik, takut tanpa sebab yang menyebabkan
timbulnya perasaan gelisah pada diri seseorang. Misalnya, perasaan seorang ibu yang gelisah
karena anaknya terlambat pulang, berbagai pikiran berkecamuk dalam dirinya, ia merasa
khawatir bila anaknya mendapat kecelakaan, diculik orang, dan sebagainya. Karena itu,
sebaliknya berusaha mengatasi kegelisahan itu dengan mencari cara pemecahannya.
2. Iri Hati, Perasaan iri hati sering terjadi dalam diri seseorang, namun sebenarnya perasaan ini
bukan karena adanya kedengkian dalam dirinya melainkan karena ia sendiri tidak merasakan
bahagia dalam hidupnya. Sebagai contoh adalah seorang ibu yang masih muda, cantik dan
6
Jalaluddin, Psikologi Agama,(Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2007) Hal. 76
4
kaya, merasa iri kepada suaminya karena anak-anaknya lebih dekat kepadanya. Ia juga
merasa bahwa suaminya tidak mengindahkan perasaannya. Hal ini menyebabkan terjadinya
pertengkaran dan perselisihan anatara mereka karena kecurigaan istri kepada suaminya.
3. Rasa Sedih, Rasa sedih ini terkadang berpangkal dari hal-hal yang kecil yang terjadi karena
kesehatan mental yang terganggu, bukan karena penyebab kesedihannya secara langsung.
4. Rasa Rendah Diri dan Hilangnya Kepercayaan Diri, Rasa rendah diri menyebabkan
seseorang menjadi mudah tersinggung sehingga menyebabkan orang yang bersangkutan
tidak mau bergaul karena merasa dikucilkan. Ia tidak mau mengemukakan pendapat dan
tidak memiliki inisiatif. Lama kelamaan kepercayaan dirinya akan hilang bahkan ia mulai
tidak mempercayai orang lain. Ia menjadi mudah marah atau sedih hati, menjadi apatis dan
pesimis.
5. Pemarah, Seseorang yang sering marah-marah tanpa sebab biasanya mengalami gangguan
kesehatan mental. Pada dasarnya, marah merupakan ungkapan kekecewaan, atau
ketidakpuasan hati.7
D. Kategori atau Penggolongan Kesehatan Mental
1. Gangguan Somatofarm, Gejalanya bersifat fisik, tetapi tidak terdapat dasar organik dan
faktor-faktor psikologis.
2. Gangguan Disosiatif, Perubahan sementara fungsi-fungsi kesadaran, ingatan, atau identitas
yang disebabkan oleh masalah emosional.
3. Gangguan Psikoseksual, Termasuk masalah identitas seksual (impotent, ejakulasi,
pramatang, frigiditas) dan tujuan seksual.
4. Kondisi yang Tidak dicantumkan Sebagai Gangguan Jiwa., Mencakup banyak masalah yang
dihadapi orang-orang yang membutuhkan pertolongan seperti perkawinan, kesulitan orang
tua, perlakuan kejam pada anak.
5. Gangguan Kepribadian, Pola prilaku maladaptik yang sudah menahun yang merupakan cara-
cara yang tidak dewasa dan tidak tepat dalam mengatasi stres atau pemecahan masalah.
6. Gangguan yang Terlihat Sejak Bayi, Masa Kanak-Kanak atau Remaja., Meliputi
keterbelakangan mental, hiperaktif, emosi pada kanak-kanak, gangguan dalam hal makan.
7
Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi,(Bandung, PT. Bulan Bintang, 1986) Hal. 54
5
7. Gangguan Jiwa Organik, Terdapat gejala psikologis langsung terkait dengan luka pada otak
atau keabnormalan lingkungan biokimianya sebagai akibat dari usia tua dan lain-lain.
8. Gangguan Penggunaan Zat-Zat, Penggunaan alkohol berlebihan, obat bius, anfetamin,
kokain, dan obat-obatan yang mengubah prilaku.
9. Gangguan Skisofrenik Serangkaian gangguan yang dilandasi dengan hilangnya kontak
dengan realitas, sehingga pikiran, persepsi, dan prilaku kacau dan aneh.
10. Gangguan Paranoid, Gangguan yang ditandai dengan kecurigaan dan sifat permusuhan yang
berlebihan disertai perasaan yang dikejar-kejar.
11. Gangguan Afektif, Gangguan suasana hati (mood) yang normal, penderita mungkin
mengalami depresi yang berat, gembira yang abnormal, atau berganti antara saat gembira dan
depresi.
12. Gangguan Kecemasan, Gangguan dimana rasa cemas merupakan gejala utama atau rasa
cemas dialami bila individu tidak menghindari situasi-situasi tertentu yang ditakuti.8
9
Sururin, Ilmu Jiwa Agama,(Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2004), Hal 84
6
F. Peranan Pendidikan Agama Terhadap Kesehatan Mental
Ada beberapa peranan pendidikan agama dalam kesehatan mental, antara lain:
1. Dengan Agama, dapat Memberikan Bimbingan dalam Hidup, Ajaran agama yang di
tanamkan sejak kecil kepada anak-anak dapat membentuk kepribadian yang islami. Anak
akan mampu mengendalikan keiginan-keiginan dan terbentuk sesuatu kepribadian yang
harmonis maka ia mampu menghadapi dorongan yang bersifat fisik dan rohani/sosial,
sehingga ia dapat bersikap wajar, tenang, dan tidak melanggar hukum dan peraturan
masyarakat.
2. Ajaran Agama sebagai Penolong dalam Kesukaran Hidup, Setiap orang pasti pernah
merasakan kekecewaan, sehingga bila ia tidak berpegang teguh pada ajaran agama, dia akan
memiliki perasaan rendah diri, apatis, pesimis, dan merasakan kegelisahan. Bagi orang yang
berpengang teguh pada agama, bila mengalami kekecewaan ia tidak akan merasa putus asa.
Tetapi, ia menghadapinya dengan tenang dan tabah. Ia segera mengingat Tuhan, sehingga ia
dapat menemukan faktor-faktor yang menyebabkan kekecewaan. Dengan demikian, ia
terhindar dari gangguan jiwa.
3. Aturan Agama dapat Menentramkan Batin, Agama dapat memberi jalan penenang hati bagi
jiwa yang sedang gelisah. Banyak orang yang tidak menjalankan perintah agama, selalu
merasa gelisah dalam hidupnya. Tetapi, setelah menjalankan agama ia mendapat ketenangan
hati. Seseorang yang telah mendapat kesuksesan terkadang melupakan agama. Ia terhanyut
dalam harta yang berlimpah. Bahkan ia berusaha terus mencari harta yang dapat membuat
dirinya bahagia. Namun, jauh dalam lubuk hatinya, ia merasa hampa. Hatinya gersang dan
tidak pernah tentram. Kemudian ia merenungkan diri merasa hartanya tidak dapat
memberinya ketenangan batin.
4. Ajaran Agama sebagai Pengendali Moral, Moral adalah kelakuan yang sangat sesuai dengan
nilai-nilai masyarakat, yang timbul dari hati dan disertai pula oleh rasa tanggung jawab atas
kelakuan (tindakan tersebut).
5. Agama dapat Menjadi Terapi Jiwa, Agama dapat membendung dan menghindarkan
gangguan jiwa. Sikap, perasaan, dan kelakuan yang menyebabkan kegelisahan akan dapat
diatasi bila manusia menyesali perbuatannya dan memohon sehingga tercapailah kerukunan
hidup dan kebahagiaan dunia dan akhirat.
7
6. Peranan Agama bagi Pembinaan Mental, Unsur-unsur yang terpenting dalam menentukan
corak kepribadian seseorang adalah nilai-nilai agama moral dan sosial (lingkungan) yang di
perolehnya. Jika di masa kecil mereka memperoleh pemahaman mengenai nilai-nilai agama,
maka kepribadian mereka akan mempunyai unsur-unsur yang baik. Nilai agama akan tetap
dan tidak berubah-ubah, sedangkan nilai-nilai sosial dan moral sering mengalami perubahan,
sesuai dengan perubahan perkembangan masyarakat. Imam akan sifat-sifat Tuhan Maha
Kuasa dan Maha Pelindung sangat diperlukan oleh setiap manusia. Karena setiap orang
memerlukan rasa aman dan tidak terancam oleh bahaya, musuh, mala petaka dan berbagai
gangguan terhadap keselamatan dirinya.10
BAB III
PENUTUP
10
Ibid. Hal. 93
8
A. Kesimpulan
Kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari gejala gangguan atau penyakit mental,
terwujudnya keharmonisan yang sungguh-sungguh antar fungsi-fungsi jiwa serta mempunyai
kesanggupan untuk menghadapi problem-problem yang biasa terjadi dan merasakan secara
positif kebahagiaan dan kemampuan dirinya, adanya kemampuan yang dimiliki untuk
menyesuaikan diri dengan dirinya sendiri dan lingkungannya, berlandaskan keimanan dan
ketakwaan, serta bertujuan untuk mencapai hidup yang bermakna dan bahagia di dunia dan
bahagia di akhirat. Berdasarkan orientasi penyesuaian diri, kesehatan mental memiliki pengertian
kemampuan seseorang untuk dapat menyesuaikan diri sesuai tuntutan kenyataan di sekitarnya,
dan kesehatan mental perlu dipahami sebagai kondisi kepribadian seseorang secara keseluruhan.
Penentuan derajat kesehatan mental seseorang bukan hanya berdasarkan jiwanya tetapi juga
berkaitan dengan proses pertumbuhan dan perkembangan seseorang dalam lingkungannya.
Kesehatan mental seseorang sangat erat kaitannya dengan tuntutan-tuntutan masyarakat tempat
ia hidup, masalah-masalah hidup yang dialami, peran sosial dan pencapaian-pencapaian
sosialnya.
DAFTAR PUSTAKA
Daradjat Zakiah, 1994, Kesehatan Mental, Jakarta : CV. Haji Samaagung
Jalaluddin, 2007, Psikologi Agama, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
9
Kartini,2000, Hygiene Mental, Bandung : Gramedia
Notosoedirjo Moeljono, 2000, Kesehatan Mental, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Wirawan Sarlito Sarwono,1986, Pengantar Umum Psikologi, Bandung : PT. Bulan Bintang
Sururin, 2004, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada
10