Anda di halaman 1dari 9

AGAMA DAN KESEHATAN MENTAL

Disusun guna memenuhi tugas kelompok Psikologi Agama


Dosen Pengampu : Abdul Khobir, M.Ag

Disusun Oleh :

1. Sri Indah Alviah (2117060)


2. Iva Rismaliana (2117061)
3. Mareta Diah Naina (2117087)
4. Naila Khikmiyah (2117090)

Kelas : C

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
PEKALONGAN
TAHUN 2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan manusia tidak terlepas dari agama. Bicara mengenai
hubungan agama dengan kehidupan manusia ini lebih difokuskan pada
kesehatan manusia, khususnya kesehatan nonfisik (kesehatan mental). Untuk
menyembuhkan gangguan mental tidak bisa hanya dengan menggunakan cara
medis, melainkan dengan terapi khusus, salah satunya dengan pendekatan
agama. Gangguan mental disebabkan oleh gejala tertekan yang berada pada
lapisan bawah sadar manusia. Dengan menyadarkan kembali gejala tersebut,
maka gangguan itu dapat disembuhkan. Oleh sebab itu diperlukan pemahaman
mengenai pengaruh agama terhadap kesehatan mental itu sendiri, dan dalam
makalah ini akan dibahas hal-hal mengenai kesehatan mental serta kaitannya
dengan agama.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dari Kesehatan Mental?
2. Apa Saja Ciri-Ciri Orang Yang Memiliki Kesehatan Mental?
3. Apa Saja Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Kesehatan Mental?
4. Bagaimanakah Hubungan Kesehatan Mental dan Agama?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian dari Kesehatan Mental.
2. Untuk Mengetahui Ciri-Ciri Orang Yang Memiliki Kesehatan Mental.
3. Untuk Mengetahui Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Kesehatan Mental.
4. Untuk Mengetahui Bagaimanakah Hubungan Kesehatan Mental dan
Agama.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kesehatan Mental


Kesehatan mental yaitu terhindamya orang dari gejala-gejala
gangguan jiwa (neurose) dan dari gejala-gejala penyakit jiwa (psychosse).
Menurut definisi ini, orang yang sehat mentalnya adalah orang yang
terhindar dari segala gangguan dan penyakit jiwa.
Kesehatan mental adalah ilmu yang meliputi sistem tantang
prinsip-prinsip, peraturan-peraturan serta prosedur-prosedur untuk
mempertinggi kesehatan rohani. Orang yang sehat mentalnya adalah orang
yang dalam rohani dan dalam hatinya selalu merasa tenang, aman, dan
tentram. H.C Witherington, permasalahan kesehatan mental menyangkut
pengetahuan serta prinsip-prinsip yang terdapat lapangan psikologi,
kedokteran, psikiatri, biologis, sosiologi, dan agama.
Pada sisi lain ada pendapat yang menyatakan bahwa kesehatan
mental adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan diri sendiri,
dengan orang lain dan masyarakat serta lingkungan dimana ia hidup. Atau
keharmonisan yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi jiwa, serta
mempunyai kesanggupan untuk menghadapi problem-problem biasa yang
terjadi, dan merasakan secara positif kebahagiaan dan kemampuan dirinya.
Fungsi-fungsi jiwa seperti pikiran, perasaan, sikap jiwa, pandangan
dan keyakinan hidup, harus dapat saling membantu dan bekerja sama satu
sama lain, sehingga dapat dikatakan adanya keharmonisan, yang
menjauhkan orang dari perasaan ragu dan bimbang, serta terhindar dari
kegelisahan dan pertentangan batin (konfik) keharmonisan antara fungsi
jiwa dan tindakan tegas itu dapat dicapai antara Iain dengan keyakinan
akan ajaran agama, keteguhan dalam mengindahkan nonna-nomm sosial,
hukum, moral, dan scbagainya.
Zakiah Daradjat mendefenisikan bahwa mental yang sehat adalah
terwujudnya keserasian yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi

3
kejiwaan dan terciptanya penyesuaian diri antara individu dengan dirinya
sendiri dan lingkungannya berdasarkan keimanan dan ketakwaan serta
bertujuan untuk mencapai hidup bermakna dan bahagia di dunia dan
akhirat. Jika mental sehat dicapai, maka individu memiliki integrasi,
penyesuaian dan identifikasi positif terhadap orang lain. Dalam hal ini,
individu belajar menerima tanggung jawab, menjadi mandiri dan mencapai
integrasi tingkah laku.1
B. Ciri-Ciri Orang Yang Memiliki Kesehatan Mental
Ciri-ciri kesehatan mental dikelompokkan kedalam enam kategori,
yaitu:
1. Memiliki sikap batin (attitude) yng positif terhadap dirinya sendiri.
2. Aktualisasi diri.
3. Mampu mengadakan integrasi dengan fungsi-fungsi psikis yang ada.
4. Mampu berotonom terhadap diri sendiri (mandiri).
5. Memiliki persepsi yang obyektif terhadap realitas yang ada.
6. Mampu menyelaraskan kondisi lingkungan dengan diri sendiri.
Agama dapat memberi dampak yang cukup berarti dalam
kehidupan manusia, termasuk terhadap kesehatan. Orang yang sehat
mental akan senantiasa merasa aman dan bahagia dalam kondisi apapun,
ia juga akan melakukan introspeksi atas segala hal yang dilakukannya
sehingga ia akan mampu mengontrol dan mengendalikan dirinya sendiri.
Solusi terbaik untuk dapat mengatasi masalah-masalah kesehatan mental
adalah dengan mengamalkan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-
hari, kesehatan mental seseorang dapat ditandai dengan kemampuan
orang tersebut dalam penyesuaian diri dengan lingkungannya, mampu
mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sendiri semaksimal
mungkin untuk menggapai ridho Allah SWT, serta dengan
mengembangkan seluruh aspek kecerdasan, baik kesehatan spiritual,
emosi maupun kecerdasan intelektual.

1
Abdul Khobir, Pengantar Dasar-Dasar Psikologi Agama, (Pekalongan: STAIN Press,
2019), hlm. 199-201.

4
Pada dasarnya hidup adalah proses penyesuaian diri terhadap
seluruh aspek kehidupan, oran yang tidak mampu beradaptasi dengan
lingkungannya akan gagal dalam menjalani kehidupannya. Manusia
diciptakan untuk hidup bersama, bermasyarakat, saling membutuhkan
satu sama lain dan selalu berinteraksi.2
C. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Kesehatan Mental
Kesehatan mental pada manusia itu dipengaruhi oleh faktor
internal dan faktor eksternal, keduanya saling mempengaruhi dan dapat
menyebabkan mental yang sakit sehingga bisa menyebabkan gangguan
jiwa dan penyakit jiwa.
1. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri
seseorang secara sifat, bakat, keturunan dan sebagainya.
Contoh sifat yaitu, seperti sifat jahat, baik, pemarah, dengki, iri,
pemberani, pemalu, dan sebagainya. Contoh bakat yakni
misalnya bakat melukis, bermain musik, menciptakan lagu,
akting, dan lain-lain. Sedangkan aspek keturunan seperti
turunan emosi, intelektual, potensi diri, dan sebagainya.
2. Faktor eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang berada di luar diri
seseorang yang dapat mempengaruhi mental seseorang.
Lingkungan eksternal yang paling dekat dengan seorang
manusia adalah keluarga, seperti orangtua, anak, istri, kakak,
adik, kakek, nenek, dan masih banyak lagi lainnya. Faktor luar
lain yang berpengaruh yaitu seperti hukum, politik, sosial
budaya, agama, pemerintah, pendidikan, pekerjaan,
masyarakat, dan sebagaianya.
Selanjutnya selain kedua faktor tersebut yang dapat mempengaruhi
kesehatan mental, juga dapat dipengaruhi oleh aspek psikis manusia. Ada

2
Abdul Hamid, Agama dan Kesehatan Mental Dalam Perspektif Psikologi Agama,
Jurnal Kesehatan Tadulako, Vol. III. No. 1 Januari 2017 : 3-4.

5
beberapa aspek psikis yang turut berpengaruh terhadap kesehatan mental,
antara lain:
a. Pengalaman awal
Pengalaman awal merupakan segenap pengalaman-
pengalaman yang terjadi pada individu terutama yang terjadi
dimasa lalunya. Pengalaman awal ini merupakan bagian
penting dan bahkan sangat menentukan bagi kondisi mental
individu dikemudian hari.
b. Kebutuhan
Pemenuhan kebutuhan dapat meningkatkan kesehatan
mental seseorang. Dalam berbagai penelitian ditemukan bahwa
orang-orang yang mengalami gangguan mental, disebabkan
oleh ketidakmampuan individu memenuhi kebutuhan-
kebutuhannya. Kebutuhan disini yang dimaksud adalah
kebutuhan dasar yang tersusun secara hirarki. Kebutuhan
biologis, kebutuhan rasa aman, meliputi kebutuhan dicintai,
kebutuhan harga diri, pengetahuan, keindahan dan kebutuhan
aktualisasi diri.3
D. Hubungan Kesehatan Mental dan Agama
Hubungan antar agama sebagai keyakinan dan kesehatan jiwa,
terletak pada sikap penyerahan diri seseorang terhadap suatu kekuasaan
Yang Maha Tinggi. Sikap tersebut akan memberikan sikap optimis pada
diri seseorang sehingga muncul perasaan positif seperti rasa bahagia, puas,
sukses, merasa dicintai, atau merasa aman. Sikap emosi yang demikian
merupakan bagian dari kebutuhan hak asasi manusia sebagai makhluk
yang ber-Tuhan. Maka dalam kondisi tersebut manusia berada dalam
keadaan tenang dan normal, yang oleh Muhammad Mahud Abd al-Qadir,
manusia berada dalam keseimbangan persenyawaan kimia dan hormon
tubuh. Dengan kata lain, kondisi yang demikian dapat menjadikan

3
Yatim Pujiati, Skripsi: “Fungsi Agama Tergadap Kesehatan Mental Menurut Zakiah
Daradjat” (Lampung: Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, 2018), hlm. 38-40.

6
manusia pada kondisi kodratinya, sesuai dengan fitrah kejadiannya, sehat
jasmani dan rohani.
Salah satu cabang ilmu jiwa, yang tergolong dalam psikologi
humanistika dikenal dengan logoterapi (logos berate makna dan juga
rohani). Logoterapi dilandasi falsafah hidup dan wawasan mengenai
manusia yang mengakui adanya dimensi sosial pada kehidupan manusia.
Kemudian, logoterapi menitikberatkan pada pemahaman bahwa dambaan
utama manusia yang asasi atau motif dasar manusia adalah hasrat untuk
hidup bermakna. Diantara hasrat itu terungkap dalam keinginan manusia
untuk memiliki kebebasan dalam menemukan makna hidup. Kebebasan
seperti itu dilakukannya antara lain melalui karya-karya yang
diciptakannya, hal-hal yang dialami dan dihayati (termasuk agama dan
cinta kasih) atau dalam sikap atas keadaan dan penderitaan yang tak
mungkin dielakkan. Adapun makna hidup adalah hal-hal yang
memberikan nilai khusus bagi seseorang, yang bila dipenuhi akan
menjadikan hidupnya berharga dan akhirnya akan menimbulkan
penghayatan bahagia. Dalam logoterapi dikena dua peringkat makna
hidup, yaitu makna hidup pribadi dan makna hidup paripurna.4

4
Abdul Khobir, Pengantar Dasar-Dasar Psikologi Agama, (Pekalongan: STAIN Press,
2019), hlm. 205-207.

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesehatan mental yaitu terhindamya orang dari gejala-gejala gangguan
jiwa (neurose) dan dari gejala-gejala penyakit jiwa (psychosse). Menurut
definisi ini, orang yang sehat mentalnya adalah orang yang terhindar dari
segala gangguan dan penyakit jiwa.
Ciri-ciri kesehatan mental dikelompokkan kedalam enam kategori, yaitu:
1. Memiliki sikap batin (attitude) yng positif terhadap dirinya sendiri.
2. Aktualisasi diri.
3. Mampu mengadakan integrasi dengan fungsi-fungsi psikis yang ada.
4. Mampu berotonom terhadap diri sendiri (mandiri).
5. Memiliki persepsi yang obyektif terhadap realitas yang ada.
6. Mampu menyelaraskan kondisi lingkungan dengan diri sendiri.
Kesehatan mental pada manusia itu dipengaruhi oleh faktor internal dan
faktor eksternal:
1. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri seseorang secara
sifat, bakat, keturunan dan sebagainya.
2. Faktor eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang berada di luar diri seseorang yang
dapat mempengaruhi mental seseorang.
Selain kedua faktor tersebut yang dapat mempengaruhi kesehatan mental,
juga dapat dipengaruhi oleh aspek psikis manusia. Hubungan antar agama
sebagai keyakinan dan kesehatan jiwa, terletak pada sikap penyerahan diri
seseorang terhadap suatu kekuasaan Yang Maha Tinggi. Sikap tersebut akan
memberikan sikap optimis pada diri seseorang sehingga muncul perasaan
positif seperti rasa bahagia, puas, sukses, merasa dicintai, atau merasa aman.

8
DAFTAR PUSTAKA

Hamid, Abdul. 2017. Agama dan Kesehatan Mental Dalam Perspektif Psikologi
Agama. Jurnal Kesehatan Tadulako. Vol. III. No. 1.
Khobir, Abdul. 2019. Pengantar Dasar-Dasar Psikologi Agama. Pekalongan:
STAIN Press.
Pujiati,Yatim. 2018. Fungsi Agama Tergadap Kesehatan Mental Menurut Zakiah
Daradjat. Skripsi. Tidak diterbitkan. Fakultas dakwah dan ilmu komunikasi.
Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung: Lampung.

Anda mungkin juga menyukai