Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
(Abidin Ibnu Rusn, 1998:56) Pendidikan merupakan proses
memanusiakan manusia sejak masa kejadiannya sampai akhir hayatnya
melalui berbagai ilmu pengetahuan yang disampaikan dalam bentuk
pengajaran secara bertahap, dimana proses pengajaran itu menjadi
tanggungjawab orang tua dan masyarakat menuju pendekatan diri kepada
Allah sehingga menjadi manusia sempurna. Dalam UU RI Nomor 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembagkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya masyarakat, bangsa, dan
negara. 1 Pendidikan agama merupakan satu segi dari keseluruhan
pendidikan anak. Tidak terkecuali pendidikan agama Islam yang diberikan
di sekolah umum maupun disekolah agama (madrasah).
(Zakiah Daradjat, 2008:174) Pengajaran agama Islam di sekolah
maupun madrasah memiliki peran penting bagi perkembangan spiritual
peserta didik, karena pada dasarnya pengajaran agama Islam memiliki tiga
fungsi, yaitu pertama, menumbuhkan keimanan yang kuat, kedua,
mengembangkan kebiasaan beramal shaleh, dan ketiga, mengembangkan
semangat mengelola alam sekitar.
Pendidikan agama Islam merupakan sebutan yang diberikan salah
satu subjek pelajaran yang harus dipelajari siswa muslim dalam
menyelesaikan pendidikannya pada tingkat tertentu. Pendidikan agama
Islam diharapkan dapat memberikan keseimbagan dalam kehidupan anak

1
Haitami Salim dan Syamsul Kurniawan, Studi Ilmu Pendidikan Islam (Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2012), 15.

1
kelak, yakni manusia yang memiliki kualifikasi tertentu tetapi tidak
terlepas dari nilai-nilai agama Islam.
Perubahan perilaku yang diharapkan tersebut merupakan hasil
belajar yang didapat peserta didik. Hasil belajar setiap peserta didik belum
tentu sama walaupun diberikan pengajaran yang sama oleh pendidik.
Dalam satu kelas saja terdapat berbagai macam hasil belajar yang
ditunjukkan peserta didik sangat beragam, mulai dari yang tinggi, sedang
dan ada juga yang rendah. Hal tersebut dapat terjadi karena ada berbagai
faktor yang mempengaruhinya
(Euis Karwati dan Donni Juni Priansa, 2014:218-219) Faktor yang
mempengaruhi pencapaian hasil belajar bisa berasal dari dalam diri orang
yang belajar dan dari luar dirinya. Faktor dari dalam diri misalnya
kesehatan, intelegensi, minat, motivasi, dan cara belajar, sedangkan faktor
dari luar diri misalnya keluarga, sekolah, masyarakat, dan lingkungan
sekitar. Dalam penjelasan Euis salah satu faktor yang mempengaruhi hasil
belajar, yaitu kesehatan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Bentuk-bentuk Gangguan Kesehatan Mental di Sekolah?
2. Bagaimana Peran Kesehatan Mental Terhadap Pendidikan Agama
Islam ?
3. Bagaimana Upaya Penanganan Peserta Didik Yang Mengalami
Gangguan Kesehatan Mental di Sekolah?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Bentuk-bentuk Gangguan Kesehatan Mental di
Sekolah
2. Untuk Mengetahui Peran Kesehatan Mental Terhadap Pendidikan
Agama Islam
3. Untuk Mengetahui Upaya Penanganan Peserta Didik Yang
Mengalami Gangguan Kesehatan Mental di Sekolah

2
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Kesehatan Mental


(Nina Aminah, 2014:103) Kesehatan adalah keadaan sehat, baik
secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap
orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Menurut Daradjat
kesehatan mental adalah terhindarnya orang dari gejala-gejala gangguan
jiwa dan dari gejala-gejala penyakit jiwa. 2
Jadi, kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari gejala-
gejala gangguan dan penyakit jiwa, dapat menyesuaikan diri, dapat
memanfaatkan segala potensi dan bakat yang ada semaksimal mungkin
dan membawa kepada kebahagiaan bersama serta tercapainya
keharmonisan jiwa dalam hidup. Jadi orang yang dikatakan sehat
mentalnya ialah orang yang dalam rohaninya atau dalam hatinya, selalu
merasa tenang, aman, dan tentram.3
1. Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Mental
Kesehatan mental seseorang ditentukan oleh beberapa
kondisi yang mempengaruhinya, yaitu sebagai berikut :4
1) Kepribadian, sebagai organisasi yang unik dalam diri
individu, termasuk di dalamnya aspek konsep diri,
penerimaan diri dan realisasi diri.
2) Kondisi-kondisi fisik, termasuk faktorfaktor pembawaan,
konstruksi fisik, sistem syaraf, kelenjar, otot-otot,
kesehatan, fisik, dan sebagainya.
3) Perkembangan dan kematangan, terutama dalam aspek
intelektual, sosial, moral, dan emosional.

2
Noer Rohmah, Pengantar Psikologi Agama , 198
3
Ibid.,201.
4
Mohamad Surya, Psikologi Guru Konsep dan Aplikasi, 156- 157

3
4) Kondisi psikologis, termasuk pengalaman, hasil belajar,
kebiasaan sikap, frustasi dan konflik, determinasi diri, dan
suasana psikologis lainnya.
5) Kondisi lingkungan dan kultural, keadaan dalam kehidupan
keluarga seperti organisasi keluarga, kekompakan dalam
keluarga, keanggotaan dalam keluarga, hubungan anak
dengan orang tua dan saudara-saudara.
6) Kondisi keagamaan (religi), yaitu hal yang menyangkut
hubungan manusia dengan Tuhan turut serta mempengaruhi
kesehatan mental.
B. Indikator Kesehatan Mental
(Siti Meichati, 1971:7) Indikator kesehatan mental dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Dapat menyesuaikan diri dan mengatasi kesulitan Penyesuaian diri
merupakan suatu proses dinamis yang bertujuan untuk mengubah
perilaku individu agar terjadi hubungan yang lebih sesuai antara
diri individu dengan lingkungannya. Dalam penyesuaian diri tidak
luput dari masalah, namun mampu memecahkannya. Karenabagian
dari proses berpikir tingkat tinggi yang memerlukan modulasi dan
kontrol lebih dari keterampilan rutin atau dasar.
2. Bertanggungjawab terhadap sesama Keadaan dimana wajib
menanggung segala sesuatu, sehingga berkewajiban menanggung,
memikul jawab, menanggung segala sesuatunya.
3. Memiliki rasa humor Humor merupakan kualitas mental terhadap
suatu keadaan atau kondisi yang berhubungan dengan kelucuan,
jenaka, menyenangkan dan dapat menyebabkan tertawa. Dan
tertawa merupakan respon fisik terhadap humor.
4. Merasa bahagia, memiliki pandangan hidup yang baik,
keseimbangan emosi dan tidak tergantung kepada orang lain.

4
C. prinsip-prinsip Kesehatan Mental
(Sardiman, 2010:92) Dalam memahami kesehatan mental sebagai upaya
pemeliharaan dan peningkaatan kesehatan mental serta pencegahan
terhadap gangguan-gangguan mental, diantaranya :
1. Prinsip yang didasarkan atas sifat manusia, yaitu :
1) Kesehatan dan penyesuaian mental memerlukan atau
bagian yang tidak terlepas dari kesehatan fisik dan
integritas organisme
2) Untuk memelihara kesehatan mental dan penyesuaian yang
baik, perilaku manusia harus sesuai dengan sifat manusia
sebagai pribadi yang bermoral, intelektual, religious,
emosional dan sosial.
3) Kesehatan dan penyesuaian mental memerlukan integrasi
dan pengendalian diri, yang meliputi pengendalian
pemikiran, imajinasi, hasrat, emosi, dan perilaku
4) Dalam pencapaian dan khususnya memelihara kesehatan
dan penyesuaian mental, memperluas pengetahuan tentang
diri sendiri merupakan suatu keharusan
5) Kesehatan mental memerlukan konsep diri yang sehat, yang
meliputi penerimaan diri dan usaha yang realistik terhadap
status atau harga dirinya sendiri
6) Pemahaman diri dan penerimaan diri harus ditingkatkan
terus menerus memperjuangkan untuk peningkatan diri dan
realisasi diri jika kesehatan dan penyesuaian mental hendak
dicapai
7) Stabilitas mental dan penyesuaian yang baik memerlukan
pengembangan terus-menerus dalam diri seseorang
mengenai kebaikan moral yang tertinggi yaitu hukum,
kebijaksanaan, ketabahan, keteguhan hati, penolakan diri,
kerendahan hati, dan moral

5
8) Mencapai dan memelihara kesehatan dan penyesuaian
mental tergantung kepada penanaman dan perkembangan
kebiasaan yang baik
9) Stabilitas dan penyesuaian mental menuntut kemampuan
adaptasi, kapasitas untuk mengubah meliputi mengubah
situasi dan mengubah kepribadian
10) Kesehatan dan penyesuaian mental memerlukan perjuangan
yang terus menerus untuk kematangan dalam pemikiran,
keputusan, emosionalitas dan perilaku
11) Kesehatan dan penyesuaian mental memerlukan belajar
mengatasi secara efektif dan secara sehat terhadap konflik
mental dan kegagalan dan ketegangan yang
ditimbulkannya.
2. (Syamsu Yusuf, 2018:18-19) Prinsip yang didasarkan atas
hubungan manusia dengan lingkungannya, yaitu:
1) Kesehatan dan penyesuaian mental tergantung kepada
hubungan interpersonal yang sehat, khususnya didalam
kehidupan keluarga
2) Penyesuaian yang baik dan kedamaian pikiran tergantung
kepada kecukupan dalam kepuasan kerja
3) Kesehatan dan penyesuaian mental memerlukan sikap yang
realistic yaitu menerima realitas tanpa distorsi dan objektif
4) Prinsip yang didasarkan atas hubungan manusia dengan
tuhannya, yaitu :
5) Stabilitas mental memerlukan seseorang mengembangkan
kesadaran atas realitas terbesar daripada dirinya yang
menjadi tempat tergantung kepada setiap tindakan yang
fundamental
6) Kesehatan mental dan ketenangan hati memerlukan
hubungan yang konstan antara manusia dengan tuhannya.

6
BAB III

PEMBAHASAN

A. Bentuk-bentuk Gangguan Kesehatan Mental di Sekolah


(Dede Rahmat Hidayat dan Herdi, 2014:103-110) Masyarakat
sekolah, terutama siswa adalah salah satu kelompok masyarakat yang tidak
lepas dari gangguan mental. Secara umum, gangguan yang dialami
berkaitan dengan belajar dan relasi antar siswa. Bentuk-bentuk gangguan
kesehatan mental yang sering dialami siswa adalah :
1. Masalah kesulitan belajar. Ketika seorang anak mengalami depresi,
stress, tegang, gelisah, panik dan takut menghadapi ujian
merupakan gejala psikologis yang kerap mendominasi hati dan
pikiran siswa. Seorang anak yang mengalami gejala-gejala depresi
akan memperlihatkan kreativitas, inisiatif dan motivasi belajar
yang menurun, sehingga akan menimbulkan kesulitan belajar yang
membuat prestasi belajarnya terus menurun.
2. Masalah kenakalan remaja. Anak sering melakukan tindakan yang
melanggar norma yang berlaku.
3. Masalah disiplin. Anak cenderung mentang aturan dan sering
mengganggu dalam lingkungan terstruktur seperti sekolah.
4. Masalah gangguan mental. Anak yang mengalami gangguan
mental akan mengalami kesulitan mengontrol emosi dan
tidakannya.

B. Peran Kesehatan Mental Terhadap Pendidikan Agama Islam


Memberikan pendidikan agama islam kepada anak merupakan
suatu keharusan yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Bagaimanapun
perubahan-perubahan sosial budaya tersebut terjadi, maka pendidikan
agama hendaknya tetap diutamakan. Agama bukan hanya memberikan
pelajaran agama kepada anak, akan tetapi yang terpokok adalah terkait
dengan penanaman keimanan kepada tuhan, pembiasaan mematuhi dan

7
memelihara nilainilai, atau kaidah-kaidah yang ditentukan oleh ajaran
agama (menjalankan perintah atau kewajiban, dan menjauhi larangan atau
yang diharamkan Allah. Yang dapat dijelaskan kepada anak:
1. Diperintahkan Allah kepada manusia seperti sholat, zakat, shaum,
haji , berdoa, berbuat baik kepada sesama manusiaterutama kepada
kedua orang tua, menuntut ilmu, bertutur kata yang sopan.
2. Yang dilarang atau diharamkan Allah, seperti memakan makanan
atau meminum minuman yang haram, berdusta, mencuri, berzina,
membunuh, bermusuh-musuhan, bersikap hasud.
Agar penanaman kaidah-kaidah agama tersebut mudah diamalkan
oleh anak, maka cara yang paling ampuh untuk ditempuh orang tua, guru,
atau orang dewasa lainnya adalah memberikan Uswah Hasanah (contoh
atau teladan yang baik) kepada Anak.
Adapun Kesehatan Mental Dalam Agama Islam Di dalam fungsi
agama fitrah manusia adalah makhluk beragama, yaitu makhluk yang
memiliki rasa keagamaan dan kemampuan untuk bagaimana memahami
serta mengamalkan nilai-nilai agama. Manusia yang mengamalkan ajaran
agama, berarti manusia tersebut telah mewujudkan jati dirinya, identitas
dirinya (self identity) yang hakiki yaitu sebagai Abdullah (hamba Allah)
dan khalifatullah (khalifah Allah di muka bumi).Agama sebagai pedoman
hidup manusia telah berikan petunjuk tentang pembinaan atau
pengembangan mental yang sehat berfungsi sebagai:
1. Memelihara fitrah, Fitrah manusia saat lahir bersih dari dosa dan
noda. Namun karena manusia memiliki hawa nafsu dan banyak
yang menggoda atau menyelewengkan manusia 87 dari kebenaran.
Maka untuk terhindar dari hal tersebut maka manusia harus
beragama atau bertakwa kepada Allah.
2. Memelihara jiwa Kemuliaan jiwa manusia perlu dipelihara, oleh
sebab itu agama melarang atau mengharamkan melakukan
penganiyaan, penyiksaan atau pembunuhan baik terhadap diri
sendiri ataupun orang lain.

8
3. Memelihara akal Manusia diberi oleh Allah pembeda dengan
makhluk lain, yaitu akal. Dengan akal manusia mampu untuk
membedakan yang baik dan yang buruk, atau memahami dan
menerima nilai-nilai agama, mengembangkan ilmu dan tekhnologi,
dan sebagainya. Karena pentingnya peran akal, maka agama
memberi petunjuk kepada manusia untuk mengembangkan dan
memelihara dengan mensyukuri nikmat akal tersebut dengan
memanfaatkan seoptimal mungkin untuk berfikir. 5

C. Upaya Penanganan Peserta Didik Yang Mengalami Gangguan


Kesehatan Mental di Sekolah
Tahapan-tahapan yang dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Observasi, yakni cara sekolah memperoleh data dari siswanya yang
menunjukkan gejala-gejala gangguan kesehatan mental seperti,
bagaimana sikap siswa dalam mengikuti pelajaran apakah cepat
lelah, mudah mengantuk, kurang konsentrasi pada pelajaran,
bagaimana pula catatan-catatannya dalam mengikuti pelajaran
lengkap.
2. Interview, yakni cara sekolah mendapatkan data siswa dengan
wawancara langsung terhadap siswa yang diteliti. Apakah siswa
tersebut mengalami gangguan mental ataukah tidak. Dalan hal ini
bisa langsung bertanya kepada siswa tersebut atau bertanya kepada
orang yang tahu tentang keadaan diri siswa.
3. Test diagnostik, adalah pengumpulan data melalui tes psikologis
sebab siswa yang demikian apakah mungkin disebabkan oleh IQ
rendah, tidak memiliki bakat, mentalnya terganggu dan lain
sebagainya.
4. Dokumentasi, adalah cara mengetahui keadaan siswa melalui
catatan-catatan, arsiparsip dan dokumen-dokumen siswa seperti:
riwayat hidupnya, kehadirannya di sekolah, catatan hariannya,

5
Ibid. h.159-162

9
catatan kesehatannya, kumpulan nilai ulangan atau rapor dan
sebagainya.
Penanganan siswa hal ini dilakukan setelah mengetahui keadaan
siswa yang sebenarnya, kemudian pihak sekolah memberikan solusi
pemecahan masalah yang dihadapi siswa tersebut seperti adanya
kunjungan rumah hal ini diharapkan agar siswa merasa pihak sekolah
selalu mengawasinya dan memperhatikanya, selain itu memberi
kesempatan pihak sekolah melihat sendiri cara anak didik belajar, latar
belakang hidupnya serta masalah-masalah yang sedang dihadapinya dalam
keluarga sehingga pihak sekolah berkesempatan untuk memberikan
penerangan kepada orang tua siswa tentang pendidikan yang baik, cara-
cara menghadapi masalah jika anaknya bermasalah dan sebagainya. Guru
mata pelajaran PAI juga dapat memberikan terapi diri dengan contoh
untuk membiasakan berperilaku baik, dekat dengan Tuhannya dengan
sholat tepat waktu, dan mengerjakan sunnah-sunnah yang diperintahkan
oleh Allah. Allah berfirman dalam al-quran surat Al-Araaf ayat 35:

Artinya:" Hai anak-anak Adam, jika datang kepadamu rasul-rasul daripada


kamu yang menceritakan kepadamu ayat-ayat-Ku, maka barangsiapa yang
bertakwa dan mengadakan perbaikan, tidaklah ada kekhawatiran terhadap
mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati". 6

Salah satu tips tau cara yang dapat diterapkan untuk meningkatkan
kesehatan mental khususnya bagi pelajar dalam lembaga pendidikan yaitu
penerapan 5T. 5T ini adalah Talking, Training, Teaching, Tools, dan Taking
Care.

6
Dapartemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahan, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2013),
h.154

10
1. Talking about mental health, Para pelajar harus diedukasi dan
dirangkul agar mudah mengungkapkan tentang kondisi kesehatan jiwa
dan mentalnya. “Dengan edukasi dan keterbukaan untuk para pelajar,
maka masalah yang dihadapi dapat terselesaikan dengan tepat dan
baik. Pada dasarnya gangguan jiwa ini sama dengan penyakit lain.
Jika diketahui diagnosanya sedari dini, dapat diberi penanganan yang
tepat.”

1) Training, yaitu memberikan pelatihan-pelatihan kepada tenaga


pendidik di sekolah. Hal ini dibutuhkan agar tenaga pendidik bisa
memberikan informasi yang benar kepada para pelajar. Selain itu, hal
ini juga dapat mengurangi disinformasi dan tidak menimbulkan
kebingungan pada siswa.

2) Teaching, yaitu mengintegrasikan sistem pembelajaran dalam


kurikulum sekolah ataupun dalam pembelajaran mengenai kesehatan
mental.

3) Tools, yaitu tersedianya infrastruktur untuk menyalurkan beban


mental yang dialami siswa. Misalnya dengan menyediakan saluran
curhat, ruang rekreatif di sekolah, atau sejenisnya.

4) Taking care yang ditujukan kepada para tenaga pendidik untuk peduli
dengan kesehatan mental dirinya dan siswa. Kedua belah pihak harus
saling menjaga. Dengan begitu, stakeholder di sekolah dari atas
hingga bawah memiliki kesadaran yang baik tentang pentingnya
menjaga kesehatan mental.

Poin terakhir itu juga sangat menentukan, karena tenaga pendidik


adalah agen utama. Jadi, pihak sekolah juga perlu meningkatkan kesehatan
jiwa tenaga pendidiknya. Untuk menjaga kesehatan mental pelajar, diperlukan
kerja sama antara pihak sekolah, orang tua, dan juga keterbukaan dari pelajar
itu sendiri.

11
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Adapun Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Mental yaitu,


Kepribadian, kondisi-kondisi fisik, perkembangan dan
kematangan, kondisi psikologis, kondisi lingkungan dan kultural,
dan Kondisi keagamaan (religi).

2. Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling penting


dalam proses belajar seseorang, karena itu menenentukan kualitas
belajar mereka. Pemahaman terhadap tingkat kecerdasan peserta
didik akan membantu mengarahkan dan merencanakan bantuan
yang akan diberikan kepada mereka.

3. Taking care yang ditujukan kepada para tenaga pendidik untuk peduli
dengan kesehatan mental dirinya dan siswa. Kedua belah pihak harus
saling menjaga untuk mendapat hasil yang sangat menentukan, karena
tenaga pendidik adalah agen utama. Jadi, pihak sekolah juga perlu
meningkatkan kesehatan jiwa tenaga pendidiknya. Untuk menjaga
kesehatan mental pelajar, diperlukan kerja sama antara pihak sekolah,
orang tua, dan juga keterbukaan dari pelajar itu sendiri.

4. Dengan adanya kesehatan mental yang sehat maka akan cenderung


meningkatkan motivasi belajar yang tinggi, demikian sebaliknya
siswa yang kesehatan mentalnya tidak sehat maka akan cenderung
timbulnya motivasi belajar yang rendah.

12
DAFTAR PUSTAKA

Abidin Ibnu Rusn, Pemikiran Al-Ghazali Tentang Pendidikan


(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), 56

Euis Karwati dan Donni Juni Priansa, Manajemen Kelas (Bandung:


Alfabeta, 2014), 218-219.

Haitami Salim dan Syamsul Kurniawan, Studi Ilmu Pendidikan Islam


(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), 15.

Ibid, 2021.

Mohamad Surya, Psikologi Guru Konsep dan Aplikasi, 156- 157

Nina Aminah, Studi Agama Islam (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,


2014), 103.

Noer Rohmah, Pengantar Psikologi Agama , 198

Sardiman, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar ( Jakarta: Raja Grapindo


Persada, 2010), 92.

Siti Meichati, Kesehatan Mental (Yogyakarta: Penerbit Fakultas


Psychology UGM, 1971), 7.

Syamsu Yusuf, Kesehatan Mental Perspektif Psikologis dan Agama


(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2018), 18-19.

Writer Jurnalis Nuansa. https://nuansa.nusaputra.ac.id/2022/01/20/tips-


menjaga-kesehatan-mental-bagi-pelajar/. Januari 2022

Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam (Jakarta: PT


Bumi Aksara, 2008), 174

13

Anda mungkin juga menyukai