Anda di halaman 1dari 15

Pengaruh Keberagamaan

terhadap Kesehatan Mental

Kelompok 3 dan 7
Syifia Irsahamida (18410006)
Itsna Mazro’atun Nadhifa (18410039)
Aulia Fitratun Hasanah (18410041)
Miarasanti Dwi Milina (18410043)
Siti Iva Anisa (18410098)
Wardatul Firdaus (18410120)
Faridatul Wahita (18410152)
Kamelia Arifah (18410157)
Safira Reduk Penalun (18410219)
AGAMA
Agama menurut J.H. Leuba, (dalam Sururin, 2004:4). Agama adalah cara
bertingkah laku, sebagai system kepercayaan atau sebagai emosi yang
bercorak khusus. Sedangkan definisi agama menurut Thouless adalah
hubungan praktis yang dirasakan dengan apa yang dia percayai sebai
mahluk atausebagai wujud yang lebih tinggi dari manusia.

Agama adalah sistem simbol, sistem keyakinan, sistem nilai, dan sistem
perilaku yang terlembagakan, yang semuanya itu berpusat pada persoalan-
persoalan yang dihayati sebagai yang paling maknawi (ultimate meaning).
KEBERAGAMAN
Religiusitas (keberagaman) adalah : “keterlibatan seseorang dalam
agama yang dipeluknya, “ yang diukur dengan 5 dimensi :

1. Pengetahuan (Intellectual Involvement);


2. Keyakinan (Ideological Involvement);
3. Pengalaman (Experiential Involvement);
4. Pengamalan (Ritual Involvement);
5. Konsekuensi (Consequential Involvement).
Pengertian Kesehatan Mental

Kesehatan mental adalah suatu Frank, merumuskan pengertian


keadaan dimana seseorang tidak kesehatan mental secara lebih
Menurut WHO,
mengalami perasaan bersalah komprehensif dan melihat kesehatan
kesesahatn mental terhadap dirinya sendiri, memiliki mental secara “positif”. Frank
adalah keadaan estimasi yang realistis terhadap mengemukakan bahwa kesehatan
sejahtera dimana setiap dirinya sendiri dan dapat menerima mental adalah orang yang terus
kekurangannya, kemampuan menerus tumbuh, berkemang dan
individu bisa menghadapi berbagai masalah dalam matang dalam hidupnya, menerima
mewujudkan potensi hidupnya, memiliki kepuasan dalam tanggung jawab, menemukan
mereka sendiri kehidupan sosialnya, serta memiliki penyesuaian dalam berpartisipasi
kebahagiaan dalam hidupnya (Pieper dalam memelihara aturan sosial dan
dan Uden, 2006) tindakan dalam budayanya.
Hubungan Antara Manusia Dan Agama

Perhatian para ilmuwan dalam mengupas pentingnya agama bagi manusia menunjukkan erat kaitannya agama
dengan kehidupan manusia. Secara psikologis, agama dianggap sebagai ilusi manusia. Manusia akan menuju
agama jika ia merasa ketidakberdayaan menghadapi kesuliatan dalam kehidupannya. Maka segala bentuk
perilaku agama merupakan perilaku yang timbul sebab adanya dorongan dari dirinya agar terhindar dari bahaya
atau kesulitan tersebut serta memperolah keamanan dan kebahagiaan.

Menurut aliran Bahaviorisme, yaitu skinner menyatakan agama sebagai isme social yang muncul dari factor
penguat yaitu :
1. Kegiatan keagamaan, penganut agama melakukan kegiatan keagamaan sebagai peilaku untuk meredakan
ketegangan. Adanya lembaga atau organisasi keagamaan bertujuan mempertahankan perilaku atau
kebiasaan masyarakat.
2. Perilaku Keagamaan erat hubungannya dengan prinsip Reinforcement. Orang yang berbuat baik amaka
akan mendapat reword yaitu pahala sedangkan orang yang berbuat buruk akan mendapat phanisment
atau dosa. Sehingga menurut mereka manusia melakukan perilaku agama sebab dorongan oleh
reinforcement tersebut.
Lanjutan..
Menurut agama Islam, manusia diciptakan di bumi untuk beribadah kepada Allah. Selain itu, manusia diciptakan di
bumi sebagai khalifah atau pemimpin di bumi. Dengan perannya tersebut, manusia diharapkan untuk:
1. Sadar sebagai mahluk individu yaitu mahluk hidup yang berfungsi sebagai mahluk yang paling utama di antara
mahluk-mahluk lain. Sebagai mahluk utama di muka bumi, manusia diingatkan perannya sebagai khaifah dibumi dan
mahluk yang diberi derajat lebih daripada mahluk lain yang ada di bumi. Sesuai dengan firman Allah:
“Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak Adam dan Kami angkat mereka itu melalui daratan dan lautan
serta Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka atas kebanyakan mahluk yang kami
ciptakan (Q.S. Al-Isra: 70)
2. Sadar bahwa manusia adalah mahluk sosial. Sebagai mahluk sosial, manusia harus mengadakan interelasi dan
interaksi dengan sesamanya. Itulah sebabnya Islam mengajarkan perasamaan
“Berpeganglah kamu semuanya dalam tali Allah dan janganlah kamu berpecah belah…” (Q.S. Ali Imran: 103)
“Sesungguhnya semua orang mukmin adalah bersaudara.”(Q.S. Al Hujarat: 10)
3. Sadar manusia adalah hamba Allah SWT. Manusia sebagai mahluk yang berketuhanan, memiliki sikap dan watak
religius yang perlu dikembangkan. Manusia harus selalu beribadah keapada Allah karena merupakan tugasnya untuk
beribadah kepada Allah sesauai dengan firman Allah:
“(Yang memiliki sifat-sifat) demikian itu adalah Tuhanmu, tidak ada Tuhan selain Dia, pencipta segala sesuatu maka
sembahlah Dia, dan Dia adalah pemelihara segala sesuatu, Dia tidak dapat dijangkau oleh daya penglihatan mata,
sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan, dan Dialah Yang Maha Mengetahui.”(Q.S. Al An’aam: 102).
Ciri Orang Yang Memiliki Kesehatan Mental
Menurut Agama
Menurut Marie Jahoda dalam Jaelani (2000) kesehatan mental tidak hanya terbatas pada absennya
seseorang dari gangguan kejiwaan dan penyakitnya. Akan tetapi, orang yang sehat mentalnya memiliki ciri-ciri
utama sebagai berikut

1. Sikap kepribadian yang baik terhadap diri sendiri dalam arti dapat mengenal diri sendiri dengan baik.
2. Pertumbuhan, perkembangan, dan perwujudan diri yang baik.
3. Integrasi diri yang meliputi keseimbangan mental, kesatuan pandangan, dan tahan terhadap tekanan-
tekanan yang terjadi.
4. Otonomi diri yang mencakup unsur-unsur pengatur kelakuan dari dalam atau kelakuan-kelakuan bebas.
5. Persepsi mengenai realitas, bebas dari penyimpangan kebutuhan, serta memiliki empati dan kepekaan
sosial.
6. Kemampuan untuk menguasai lingkungan dan berintegrasi dengannya secara baik.
Lanjutan...
 
Adapun karakteristik mental sehat dilihat dari beberapa aspek yaitu:

1. Fisik 2. Psikis

a. Perkembangannya normal. a. Simpati terhadap diri sendiri dan orang lain.


b. Berfungsi untuk melakukan tugas- b. Memiliki Insight dan rasa humor.
tugasnya. c. Memiliki respons emosional yang wajar.
c. Sehat, tidak sakit-sakitan. d. Mampu berpikir realistik dan objektif.
e. Terhindar dari gangguan-gangguan psikologis.
f. Bersifat kreatif dan inovatif.
g. Bersifat terbuka dan fleksibel, tidak difensif.
h. Memiliki perasaan bebas untuk memilih,
menyatakan pendapat dan bertindak.
Lanjutan....
3. Sosial
4. Moral – Religius
a. Memiliki perasaan empati dan rasa kasih
sayang (affection) terhadap orang lain, serta a. Beriman kepada Allah, dan taat
senang untuk memberikan pertolongan mengamalkan ajaran-Nya.
kepada orang-orang yang memerlukan b. Jujur, amanah (bertanggung jawab), dan
pertolongan (sikap alturis). ikhlas dalam beramal.
b. Mampu berhubungan dengan orang lain
secara sehat, penuh cinta kasih dan
persahabatan.
c. Bersifat toleran dan mau menerima tanpa
memandang kelas sosial, tingkat pendidikan,
politik, agama, suku, ras, atau warna kulit.
Dimensi Kesehatan Mental & Religiusitas

1. DIMENSI KESEHATAN MENTAL


Manifestasi dari mental yang sehat menurut Maslow dan Mittleman dicerminkan pada sebelas dimensi kesehatan mental
sebagai berikut.
1. Adequate feeling of security (rasa aman yang memadai).
2. Adequate self evaluation (kemampuan menilai diri sendiri yang memadai)
3. Adequate spontaneity and emotionality (memiliki spontanitas dan perasaan yang memadai dengan orang lain).
4. Efficient contact with reality (mempunyai kontak yang efisien dengan realitas)
5. Adequate bodily desires and ability to gratify them (keinginan-keinginan jasmani yang memadai dan kemampuan untuk
memuaskannya).
6. Adequate self knowledge (mempunyai kemampuan pengetahuan yang wajar).
7. Integration and consistency of personality (kepribadian yang utuh dan konsisten).
8. Adequate of life goal (memiliki tujuan hidup yang wajar).
9. Ability to learn from experience (kemampuan belajar dari pengalaman).
10. Ability to satisfy to requirements of the group (kemampuan memuaskan tuntutan kelompok).
11. Adequate emancipation from the group or culture (mempunyai emansipasi yang memadai
dari kelompok atau budaya)
Lanjutan..
2. DIMENSI RELIGIUSITAS (KEBERAGAMAAN)
Ketidaksehatan mental yang terjadi di era modern saat ini banyak
dipengaruhi oleh pola fikir manusia yang hanya mengedepankan kebutuhan
badani yang bersifat materialistik semata dan banyak meninggalkan kehidupan
spiritualitas. Kehidupan spiritualitas ini berhubungan dengan kehidupan
kerohanian yang tercermin dalam kehidupan keagamaan atai disebut dengan
religiusitas. Jalaludin (2007) mengemukakan bahwa religiusitas yang ada
dalam diri individu akan mendorongnya untuk bertingkah laku dalam
kehidupan sehari-hari sesuai kadar ketaatannya kepada agama.
Yusuf (2004) menjelaskan pada dasarnya manusia adalah makhluk
beragama (homoreligius). Glock & Stark (dalam Ancok & Suroso, 2005)
mengemukakan bahwa tolak ukur dikatakan seseorang itu religius atau tidak
didasarkan atas lima dimensi religiusitas, antara lain:
a. Dimensi keyakinan (ideologis)
b. Dimensi ritualistik (peribadatan)
c. Dimensi pengalaman, dimensi ini berisikan tentang pengalaman
d. Dimensi pengetahuan agama
e. Dimensi pengalaman dan konsekuensi
Kajian
Kajian Psikologi
Psikologi Mengenai
Mengenai Perilaku
Perilaku Keberagamaan
Keberagamaan (Paradigma)
(Paradigma)

1. Kajian psikologi atas fenomena keberagamaan diawali oleh William James Di Harvard University dan Stanley di
Clark University.
2. Paradigma psikoanalisis freudian, melihat keberagaman sebagai pendorong munculnya ilusi dan mencegah
kemauan individu untuk memahami kenyataan (Nelson, 2009).
3. Berbeda dengan psychoanalysis freudian, pandangan erich Fromm cenderung lebih ramah dibandingkan dengan
pandangan freudian. Agama, bagi Fromm adalah sebuah sistem yang menghadirkan kerangka orientasi hidup
dan objek ketaatan bagi individu maupun kelompok manusia.
4. Paradigma humanistik yang dikembangkan oleh Abraham Maslow memandang bahwa pengalaman religius atau
pengalaman mistik merupakan sebuah pengalaman Puncak yang dapat dicapai individu.
5. Poin penting yang harus dijadikan fokus terkait dengan kajian keberagamaan dari sudut pandang psikologi adalah
bagaimana motivasi atau orientasi individu Dalam menghayati agamanya, Apakah bersifat intrinsik atau ekstrinsik
6. Pendekatan sosial dan kepribadian merupakan pendekatan yang paling banyak digunakan hingga saat ini. Upaya
untuk mendeskripsikan keberagaman secara operasional antara lain diarahkan pada beberapa tinggi level
penghayatan individu atas ajaran agama yang diyakininya (Salleh, 2012), motivasi atau orientasi individu Dalam
menjalankan agamanya, tingkat kematangan dalam menghayati dan menjalankan ajaran agamanya, dan pola
interpretasi terhadap sumber ajaran agama Apakah bersifat simbolik atau literal.
Lanjutan..
Upaya mendeskripsikan keberagaman juga dilakukan
melalui tingkat kematangan beragama yang dimiliki
individu. Dover, Miner dan Dowson menawarkan konsep
kematangan beragama melalui 4 dimensi, yaitu :

1. Integrasi iman dan Nalar dalam menjalankan ajaran


agama (faith and reason)
2. Proses pencarian kebenaran melalui berbagai
gagasan, informasi dan paradigma (seeking truth)
3. Penerimaan terhadap temuan-temuan sains dan
integrasi nya dengan doktrin agama (sains and
religion)
4. Komitmen untuk melakukan proses refleksi terhadap
keyakinannya (reflective commitment)
Secara umum dapat dikatakan bahwa orang beragama hidup lebih
sehat dibanding mereka yang tidak beragama. Menurut Larson, dapat
dikemukakan bahwa agama merupakan faktor penting untuk

Pengaruh mengarahkan dan membentuk kehidupan dan kesehatan manusia di


tengah kompleksitas hidup yang mengitari.

Keberagamaan Dadang hawari menyatakan bahwa terdapat dua


Terhadap pengaruh keberagamaan terhadap kesehatan mental
yakni :
Kesehatan Mental a. komitmen keagamaan dapat mencegah dan
melindungi seseorang dari penyakit dan
Menurut Tokoh meningkatkan kemampuan mengatasi penyakit dan
mempercepat pe-nyembuhan.
b. Agama lebih bersifat protektif dan pencegahan.
c. Komitmen keagamaan mempunyai hubungan yang
signifikan dan positif dengan keuntungan klinis.
d. Selanjutnya menurut Zakiyah Darajat Keberagamaan
memiliki pengaruh lain sebagaimana berikut :
e. Memberikan bimbingan hidup
f. Agama sebagai penolong dalam kesukaran
g. Agama mampu mententramkan batin
TERIMAKASIH!
Do you have any questions?

CREDITS: This presentation template was created


by Slidesgo, including icons by Flaticon,
infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai