Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA (PSIKOSOSIAL DAN SPIRITUAL)

DI RSUP Dr. WAHIDIN SUDIRO HUSODO MAKASSAR

Disusun oleh:

NURUL MAULIDYAH

PO713201181180

CI LAHAN CI INSTITUSI

(…………….…..….) (………………..……)

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

JURUSAN KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR

2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA (PSIKOSOSIAL DAN SPIRITUAL)

A. Definisi

Pengertian Konsep diri adalah semua perasaan, kepercayaan, dan nilai yang diketahui
individu tentang dirinya dan memengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain
(Stuart, G.W dan Sundaen, SJ,1995). Konsep diri berkembang secara bertahap saat bayi
mulai mengenal dan membedakan dirinya dengan orang lain.(Wartonah, 2015)

Konsep diri (Self-concept) merupakan bagian dari masalah kebutuhan psikososial yang
tidak didapat sejak lahir, akan tetapi dapat di pelajari sebagai hasil dari pengalaman
seseorang terhadap dirinya. Spritualitas (Spriritual) merupakan suatu yang dipercaya oleh
seseorang dalam hubungannya dengan kekuatan yang lebih tinggi (Tuhan) yang
menimbulkan suatu kebutuhan serta kecintaan terhadap adanya Tuhan dan permohonan
maaf atas segala kesalahan yang pernah diperbuat. (Hidayat A.A.A dan Uliyah, 2015)

Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui
individu tentang dirinya dan memengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain
(Kusnadi, 2013)

Manusia adalah makhluk biopsikososial yang unik dan menerapkan system terbuka
serta saling berinteraksi. Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan keseimbangan
hidupnya. (Wartonah, 2015).

1. Komponen Konsep Diri


a. Gambaran (citra) Diri (Wartonah, 2015)

Gambar atau citra diri mencakup sikap individu terhadap tubuhnya sendiri,
termasuk penampilan fisik, struktur, dan fungsinya. Perasaan mengenai citra diri
meliputi hal-hal yang terkait dengan seksualitas, feminist dan maskulinitas,
keremajaan, kesehatan, serta kekuatan.

b. Ideal Diri

Suatu persepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku sesuai dengan


standar, tujuan, aspirasi atau nilai pribadinya.
c. Harga Diri

Harga diri (Self-esteem) adalah penilaian individu tentang dirinya dengan


menganalisis kesesuaian antara perilaku dan ideal diri yang lain. Harga diri didapatkan,
diperoleh melalui penghargaan diri sendiri maupun dari orang lain.

d. Peran

Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan oleh masyarakat yang sesuai
dengan fungsi yang ada dalam masyarakat atau suatu pola sikap, perilaku, nilai dan
tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat, misalnya
sebagai orang tua, atasan, teman dekat dan sebagainya.

e. Identitas diri

Identitas diri adalah penilaian individu tentang dirinya sebagai suatu kesatuan yang
utuh. Identitas mencakup konsistensi seseorang sepanjang waktu dan dalam berbagai
keadaan serta menyiratkan perbedaan atau keunikan dibandingkan dengan orang lain.

a) Fisiologi Stress dan Adaptasi

Tubuh selalu berinteraksi dan mengalami sentuhan langsung dengan lingkungan


baik internal (seperti peraturan peredaran darah, pernapasan) maupun lingkungan
eksternal (seperti cuaca dan temperature yang kemudian respons normal atau tidak
normal). Keadaan dimana terjadi mekanisme relatif untuk mempertahankan fungsi
normal disebut homeostatis. (Hidayat A.A.A dan Uliyah, 2015)\

b) Faktor-faktor yang mempengaruhi


1. Faktor yang mempengaruhi konsep diri
a. Lingkungan

Lingkungan yang dimaksud disini adalah lingkungan fisik dan psikologis.


Lingkungan fisik adalah segala sarana yang dapat menunjang perkembangan
konsep diri, sedangkan lingkungan psikologis adalah segala ingkungan yang
dapat menunjang kenyamanan dan perbaikan psikologis yang dapat
mempengaruhi perkembangan konsep diri.

b. Pengalaman masa lalu


Adanya umpan balik dari orang-orang penting, situasi stressor
sebelumnya, penghargaan diri dan pengalaman suksuk atau gagal
sebelumnya.
c. Tingkat tumbuh kembang
Adanya dukungan mental yang cukup akan membentuk konsep diri yang
cukup baik.
2. Faktor yang mempengaruhi kebutuhan spiritual
a) Perkembangan, usia perkembangan dapat menentukan proses
pemenuhan kebutuhan spiritual, karena setiap tahap perkembangan
memiliki cara meyakini kepercayaan terhadap Tuhan.
b) Keluarga, keluarga memiliki peran cukup strategis dalam memenuhi
kebutuhan spiritual.
c) Ras/suku, memiliki keyakinan/kepercayaan yang berbeda.
d) Agama yang dianut, keyakinan pada agama tertentu yang dimiliki oleh
seseorang dapat menentukan arti pentingnya kebutuhan spiritual.
e) Kegiatan keagamaan, adanya kegiatan keagamaan dapat selalu
mengingatkan keberadaan dengan Tuhan dan selalu mendekatkan diri
kepada penciptanya. (Hidayat A.A.A dan Uliyah, 2015)

2. Tahap Perkembangan (Hidayat A.A.A dan Uliyah, 2015)


a. Psikososial
Menurut teori psikososial, perkembangan konsep diri dapat dibagi kedalam
beberapa tahap, yaitu sebagai berikut :
a. Usia 0-1 tahun
1) Menimbulkan rasa percaya diri konsistensi dalam interaksi pengasuh dan
pemeliharaan yang dilakukan oleh orang tua atau yang lain.
2) Membedakan dirinya dari lingkungannya
b. Usia 1-3 tahun
1) Mulai mengatakan apa yang disukai dan yang tidak disukai
2) Meningkatnya kemandirian dalam berfikir dan bertindak.
3) Menghargai penampilan dan fungsi tubuh.
4) Mengembangkan diri dengan mencontoh orang yang dikagumi, meniru
dan bersosialisasi.
c. Usia 3-6 Tahun
1) Memiliki inisiatif
2) Mengenali jenis kelamin
3) Meningkatnya keterampilan Bahasa, termasuk pengenalan akan perasaan
seperti senang, kecewa, dan sebagainya.
4) Sensitive terhadap umpan balik dari keluarganya.
d. Usia 6-12 tahun
1) Menggabungkan umpan balik dari teman sebaya dan guru, keluarga tidak
lagi dominan.
2) Meningkatnya harga diri dengan penguasaan keterampilan baru
(misalnya membaca, matematika, olahraga, music).
3) Menguatnya identitas seksual
4) Menyadari kekuatan dan kelemahan.
e. Usia 12-20 tahun
1) Menerima perubahan tubuh/kedewasaan
2) Belajar tentang sikap, nilai, dan keyakinan, menentukan tujuan masa
depan.
3) Merasa positif atas berkembangnya konsep diri.
4) Berinteraksi dengan orang-orang yang menuntutnya menarik secara
seksual atau intelektual.
f. Usia 20-40 tahun
1) Memiliki hubungan yang intim dengan keluarga dan orang-orang lain
2) Memiliki perasaan yang stabil dan positif mengenai diri.
3) Mengalami keberhasilan transisi peran dan meningkatnya tanggung
jawab.
g. Usia 40-60 tahun
1) Dapat menerima perubahan penampilan dan ketahanan fisik
2) Mengevaluasi ulang tujuan hidup
3) Merasa nyaman dengan proses penuaan
h. Usia diatas 60 tahun
1) Merasa positif mengenai hidup dan makna kehidupan.
2) Berkeinginan untuk meninggalkan warisan bagi generasi berikutnya.

b. Spiritual (Hidayat A.A.A dan Uliyah, 2015)

Perkembangan spiritual seseorang menurut Westerhoff dibagi kedalam empat


tingkatan berdasarkan berbagai umur, yaitu sebagai berikut :
a. Usia anak-anak, merupakan tahap perkembangan kepercayaan
berdasarkan pengalaman. Perilaku yang didapat, antara lain adanya
pengalaman dan interaksi dengan orang lain dengan keyakinan atau
kepercayaan yang dianut.
b. Usia remaja aktif, merupakan tahap perkumpulan kepercayaan yang
ditandai dengan adanya partisipasi aktif pada aktivitas keagamaan.
c. Usia awal dewasa, merupakan masa pencarian kepercayaan diri, diawali
dengan proses pertanyaan akan keyakinan atau kepercayaan yang
dikaitkan secara kognitif sebagai bentuk yang tepat untuk mempercayai.
d. Usia pertengahan dewasa, merupakan tingkat kepercayaan dari diri sendiri,
perkembangan ini diawali dengan semakin kuatnya kepercayaan lain dan
lebih mengerti akan kepercayaan dirinya. (Hidayat, 2015)

B. Masalah Kebutuhan Spiritual

Masalah yang sering terjadi pada pemenuhan kebutuhan spiritual adalah distress
spiritual, yang merupakan suatu keadaan ketika individu atau kelompok mengalami atau
beresiko mengalami gangguan dalam kepercayaan. Distress spiritual terdiri atas :

1. Spiritual yang sulit, yaitu kesulitan menerima, kehilangan dari orang yang di cintai
atau dari penderitaan yang berat.
2. Spiritual yang khawatir, yaitu terjadinya kepercayaan dari system nilai seperti
adanya aborsi
3. Spiritual yang hilang yaitu, adanya kesulitan menemukan ketenangan dalam
kegiatan keagamaan. (Hidayat A.A.A dan Uliyah, 2015)

C. Manifestasi Kinis
Berbagai perilaku dan ekspresi yang dimanifestasikan klien seharusnya diwaspadai oleh
perawat, karena mungkin saja klien sedang mengalami masalah spiritual.
a. Verbalisasi distress
Individu yang mengalami gangguan fungsi spiritual biasanya memverbalisasikan
distress yang dialaminya atau mengekspresikan kebutuhan untuk mendapatkan
bantuan. Misalnya seorang istri mengatakan, “Saya merasa bersalah karena saya
seharusnya mengetahui lebih awal bahwa suami saya mengalami serangan jantung.”
Biasanya klien meminta perawat untuk berdoa bagi kesembuhannya atau
memberitahu pemuka agama untuk mengunjunginya. Peawat juga perlu peka terhadap
keluhan klien tentang kematian atau merasa tidak berharga dan kehilangan arti hidup.
Kepekaan perawat sangat penting dalam menarik kesimpulan dari verbalisasi klien
tentang distress yang dialami klien.
b. Perubahan perilaku
Perubahan perilaku juga dapat merupakan manifestasi gangguan fungsi spiritual.
Klien yang merasa cemas dengan hasil pemeriksaan atau menunjukkan kemarahan
setelah mendengar hasil pemeriksaan mungkin saja sedang menderita distress
spiritual. Ada yang bereaksi dengan mengintrospeksi diri dan mencari alasan terjadinya
suatu situasi dan berupaya mencari fakta yang dapat menjelaskan situasi tersebut,
tetapi ada yang bereaksi secara emosional dan mencari informasi serta dukungan dari
keluarga atau teman. Perasaan bersalah, rasa takut, depresi, dan ansietas mungkin
menunjukkan perubahan fungsi spiritual.

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pasien kesepian
Pasien dalam keadaan sepi dan tidak ada yang menemani akan membutuhkan
bantuan spiritual karena mereka merasakan tidak ada kekuatan selain kekuatan tuhan,
tidak ada yang menyertainya selain tuhan.
2. Pasien ketakutan dan cemas
Adanya ketakutan atau kecemasan dapat menimbulkan perasaan kacau, yang dapat
membuat pasien membutuhkan ketenangan pada dirinya dan ketenangan yang paling
besar adaalah bersama tuhan.
3. Pasien menghadapi pembedahan
Menghadapi pembedahan adalah sesuatu yang sangat mengkhawatirkan karena akan
timbul perasaan antara hidup dan mati. Pada saat itulah keberadaan pencipta dalam hal
ini adalah tuhan sangat penting sehingga pasien selalu membutuhkan bantuan spiritual.
4. Pasien yang harus mengubah gaya hidup
Perubahan gaya hidup dapat membuat seseorang lebih membutuhkan keberadaan
tuhan (Kebutuhan spiritual). Pola gaya hidup dapat membuat kekacauan keyakinan bila
kearah yang lebih buruk. Akan tetapi bila perubahan gaya hidup ke araaha yang lebih baik,
maka pasien akanlebih membutuhkan dukungan spiritual.
E. PENATALAKSANAAN MEDIS
Jika klien mengalami distres spiritual atau mempunyai masalah kesehatan yang
menyebabkan keputusasaan, maka akan timbul perasaan kesepian. Klien akan merasa
terisolasi dari orang yang biasanya memberikan dukungan. Apapun keragaman intervensi
yang mungkin dipilih oleh perawat untuk klien, hubungan mengasihi dan saling memahami
penting. Baik klien dan perawat harus merasa bebas utnuk merelakan dan menemukan
bersama makna penyakit yang dialami pasien dan dampaknya pada makna dan tujuan
hidup klien. Pencapain tingkat pemahaman ini bersama klien memampukan perawat
member perawatan dengan cara yang sensitif, kreatif, dan sesuai.
a. Menetapkan Kehadiran
Klien telah melaporkan bahwa kehadiran perawat dan aktivitas pemberi perawatan
menunjang adanya perasaan sejahtera dan memberikan harapan untuk pemulihan
(clark et al.1991). Perilaku pemberian perawatan spesifik yang menunjukan kehadiran
perawat meliputi member I perhatian, menjawab pertanyaan, dan mempunyai sikap
positif dan memberikan dorongan (tetapi realistis). Perawat dapat menunjukan adanya
rasa kehadiran dalam berbagai cara yang tidak menyolok: melakukan pijat punggung
dengan penyegaran, sentuhan yang lembut; dengan hati-hati memposisikan klien
tanpa menimbulkan rasa nyeri; dengan halus memberikan perawatan mulut dan
bekerja bersama klien untuk dengan lambat dan berhati-hati bergerak dari tepi tempat
tidur ke kursi. Memberikan sentuhan yang menyegarkan dan mendukung, menunjukan
rasa percaya diri dan menyediakan waktubagi klien ketika terapi diberikan akan
membantu menciptakan kehadiran. Klien yang sakit mengalami kehilangn control dan
mencari seseorang untuk memberikan arahan dan perawatan yang kompeten.
b. Mendukung Hubungan yang Menyembuhkan
Benner (1984) yang mendefiniskan tiga langkah yang ternyata terbukti ketika
hubungan yang menyembuhkan terbina antara perawat dank lien:
1) Mengerahkan harapan bagi perawat, demikian halnya bagi klien.
2) Menemukan interprestasi yang dapat diterima atau memahami tentang penyakit,
nyeri, ketakutan, ansietas, atau emosi yang mengangkan.
3) Membantu klien menggunakan dukungan sosial, emosional, atau spiritual. Inti
dari hubungan yang menyembuhkan adalah mengerahkan harapan klien.
Harapan adalah motivator untuk merangkul individu dengan strategi yang
dibutuhkan untuk mengahdapi segla tantangan dalam hidup. Perawat dapat
membantu klien menemukan hal-hal yang dapat diajdikan sebagai harapan.Klien
yang menderita penyakit terminal mungkin berharap data menghadiri anak
wisuda perempuanya atau untuk menjalani hidup setiap hari dengan penuh
makna.
c. Sistem Dukungan

Dalam studi yang melibatkan klien, yahudi dan Kristen, clark et al (1991) mengetahui
bahwa sistem pendukung member I mereka rasa sejahtera terbesar selama perawatan di
rumah sakit. Sistem pendukung berfungsi sebagai hubungan manusia yang
menghubungakan klien, perawat dan gaya hidup klien sebelum terjadi penyakit. Bagian
dari lingkungan pemberi perawatan klien adalah kehadiran lingkungan pemberi perawatan
klien adalah kehadiran teratur dari keluarga dan teman yang dipandang oleh klien sebagai
pendukung. Perawat merencankan perawatan bersama klien dan jaringan pendukung klien
untuk meningktakan ikatan interp[ersonal yang sangat penting untuk penyembuhan.
Sistem pendukung sering memberi sumber penyembuhan. Sitem pendukung member
sumber kepercayaan yang memperbarui jati diri spiritual klien. Keluarga dan teman
mungkin juga menjadi sumber penting dalam melakukan ritual kebiasaan keagamaan yang
dianut klien.

d. Berdoa
Tindakan berdoa adalah bentuk “dedikasih diri” yang memungkinkan individu untuk
bersatu dengan Tuhan atau Yang Maha Kuasa (McCullough,1995). Berdoa memberi
kesempatan individu untuk memperbarui kepercayaan dan keyakinannya kepada yang
maha kuasa dalam cara yang lebih formal. Bagi banyak orang, berdoa adalah suatu
kesempatan untuk meninjau kembali kelemahan yang mereka rasa dan untuk membuat
komitmen hidup lebih baik. Klien dapat berpartisipasi dalam berdoa secara pribadi atau
mencari kesempatan untuk kelompok berdoa dengan keluarga, teman, atau kelompok
rohaniawan. Berdoa telah ditemukan sebagai suatu sumber yang efektif bagi seseorang
untuk mengatasi nyeri, stress, dan distres. Seringkali berdoa menyebabkan seorang
merasakan perbaikan Susana hati dan merasakn kedamaian dan ketenangan.
e. Terapi Diet
Makanan dan nutrisi adalah aspek penting dari asuhan keperawatan. Makanan juga
komponen dari kepatuhan keagamaan. Seperti halnya kultur atau agama tertentu,
makanan dan ritual sekitar persiapan dan penyajian makanan dapat menjadi bagian
penting dari spiritualitas seseorang. Agama hindu banyak mempunyai pantangan diet.
Beberapa sekte adalah penganut vegetarian, mempercayai bahwa membunuh segala
mahluk hidup adalah suatu tindakan kriminal. Banyak orang beragama budha juga
vegetarian. Sebagian penganut gama budha mempraktikan moderasi dan tidak
menggunakan alkohol , tembakau, atau obat-obatan dan berpuasa pada hari-hari khusus
beragama. Makan daging babi dan mengkonsumsi alkohol adalah larangan dalam agama
islam. Sebagai tradisi larangan Kristen, seperti hari ketujuh, mempunyai peraturan diet.
Kelompok lainya, seperti evangelikan melarang penggunaan alcohol, kafein, dan tembakau.
Sebagai penganut adven hari ketujuh mungkin menolak makanan yang mengandung
daging. Perawat dapat mengintrogasikan pilihan diet klien ke dalam perawatan sehari-hari.
Hal ini membutuhkan konsultasi dengan ahli gizi dari institusi perawatan kesehatan. Pada
situasi ketika dapur rumah sakit atau rumah perawatan tidak dapat meyiapkan makanan
dengan cara yang dipilih, keluarga dizinkan untuk membawa makanan yang sesuai dengan
semua pantangan diet yang diberlakukan oleh kondisi klien
f. Mendukung Ritual
Bagi banyak klien, kemampuan untuk menelaah ritual keagamaan adalah suatu
sumber koping yan penting. Hal ini terutama benar bagi seorang lansia. Perawat yang
bertugas dilingkungan perawatan akut dan perawatan jangka panjang ,menjadi aktif dalam
perawatan spiritual klien, mereka membekali diri dengan kebijakan rumah sakit mengenai
kunjungan, pelayanan gereja, dan semua hal-hal yang berkenan dengan itu seperti
penggunaan lilin untuk berdoa. Selain itu,perwat dapat berkonsul dengan dokter dan
farmasi tentang penggunaan obat-obat pribadi klien,ramuan tradisional,atau medikasi
herbal,jika memungkinkan. Karena kunjungan ke kapel atau musolah rumah sakit atau
menghadiri suatu layanan mungkin penting bagi klien yang dirawat dirumah sakit dan
keluarganya,pengarahan tentang kapel atau musolah harus dicakupkan selama orientasi
pada fasilitas medis. Pengaturan mungkin diperlukan dengan pastoran dari departemen
perawatan bagi klien dan keluarganya sehingga dapat menerima sakramen. Perawat
merencanakan perwatan pribadi,terapi,atau pemeriksaan untuk memungkinkan pelayanan
dari tempat ibadah , pembacaan keagamaan,atau kunjungan spiritual.

F. Konsep Keperawatan
a. Pengkajian Psikologis
1) Status emosional
a) Apakah emosi sesuai perilaku?
b) Apakah klien dapat mengendalikan emosi ?
c) Bagaimana perasaan klien yang tampil seperti biasanya?
d) Apakah perasaan hati sekarang merupakan khas klien ?
e) Apa yang dilakukan jika marah dan sedih ?
2) Konsep diri
a) Bagaimana klien menilai dirinya sebagai manusia ?
b) Bagaimana orang lain menilai diri klien ?
c) Apakah klien suka akan dirinya ?
3) Cara komunikasi
a) Apakah klien sudah merespons?
b) Apakah spontanitas atau hanya jika ditanya?
c) Bagaimana perilaku nonverbal klien dalam berkomunikasi?
d) Apakah klien menolak untuk memberi respons?
4) Pola Interaksi
a) Kepada siapa klien mau berinteraksi?
b) Siapa yang penting atau berpengaruh bagi klien?
c) Bagaimana sifat asli klien : mendominasi atau positif ?

b. Pengkajian Sosial
1) Pendidikan dan Pekerjaan
a) Pendidikan terakhir
b) Keterampilan yang mampu dilakukan
c) Pekerjaan klien
d) Status keuangan
2) Hubungan Sosial
a) Teman dekat klien
b) Bagaimana klien menggunakan waktu luang?
c) Apakah klien berkecimpung dalam kelompok masyarakat?
3) Faktor sosiokultural
a) Apakah agama dan kebudayaan klien?
b) Bagaimana tingkat pemahaman klien tentang agama?
c) Apakah Bahasa klien memadai untuk berkomunikasi dengan orang lain ?
4) Pola Hidup
a) Dimana tempat tinggal klien?
b) Bagaimana tempat tinggal klien?
c) Dengan siapa klien tinggal?
d) Apa yang klien lakukan untuk menyeangkan diri?
5) Keluarga
a) Apakah klien sudah menikah?
b) Apakah pasien sudah mempunyai anak?
c) Bagaimana status kesehatan klien dan keluarga?
d) Masalah apa yang terutama dalam keluarga?
e) Bagaimana tingkat kecemasan klien?

G. Diagnosa Keperawatan
1. Ansietas
a. Definisi :
Kondisi emosi dan pengalaman subjektif individu terhadap objek yang tidak
jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu melakukan
tindakan untuk menghadapi ancaman.
b. Penyebab :
1) Krisis situasional
2) Kebutuhan tidak terpenuhi
3) Krisis maturasional
4) Ancaman terhadap konsep diri
5) Ancaman terhadap kematian
6) Kekhawatiran mengalami kegagalan
7) Disfungsi sistem keluarga
8) Hubungan orang tua-anak tidak memuaskan
9) Faktor keturunan (temperamen mudah teragitasi sejak lahir)
10) Penyalahgunaan zat
11) Terpapar bahaya lingkungan (mis, toksin, pathogen, dan lain-lain)
12) Kurang terpapar informasi
c. Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif :
1) Merasa bingung
2) Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi
3) Sulit berkonsentrasi
Objektif :
1) Tampak gelisah
2) Tampak tegang
3) Sulit tidur
d. Gejala dan Tanda Minor
Subjektif :
1) Mengeluh pusing
2) Anoreksia
3) Palpitasi
4) Merasa tidak berdaya
Objektif :
1) Frekuensi nafas meningkat
2) Frekuensi nadi meningkat
3) Tekanan darah meningkat
4) Diaphoresis
5) Tremor
6) Muka tampak pucat
7) Suara bergetar
8) Kontak mata buruk
9) Sering berkemih
10) Berorientasi pada masa lalu
Kondisi Klinis terkait :
1) Penakit kornis progresif (misalnya kanker, penyakit autoimun)
2) Penyakit akut
3) Hospitalisasi
4) Rencana operasi
5) Kondisi diagnosis penyakit belum jelas
6) Penyakit neurologis
7) Tahap tumbuh kembang

2. Distress Spiritual
a. Definisi :

Gangguan pada keyakinan atau sistem nilai berupa kesulitan merasakan


makna dan tujuan hidup melalui hubungan dengan diri, orang lain, lingkungan
atau bahan.
b. Penyebab :
1) Menjelang ajal
2) Kondisi penyakit kronis
3) Kematian orang terdekat
4) Perubahan pola hidup
5) Kesepian
6) Pengasingan diri
7) Pengasingan social
8) Gangguan sosio-kultural
9) Peningkatan ketergantungan pada orang lain
10) Kejadian hidup yang tidak diharapkan
c. Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif :
1) Menyatakan hidupnya terasa tidak/kurang tenang
2) Mengeluh tidak dapat menerima (kurang pasrah)
3) Merasa bersalah
4) Merasa terasing
5) Menyatakan telah diabaikan

Objektif :

1) Menolak berinteraksi dengan orang terdekat/ pemimpin spiritual.


2) Tidak mampu berinteraksi (mis, menyanyi, mendengarkan music,
menulis)
3) Keeping tidak efektif
4) Tidak berminat pada alam/ literature spiritual
d. Kondisi Klinis Terkait :
1) Penyakit kronis (mis, arthritis reumathoid, sklorosis multipel)
2) Penyakit terminal (mis, kanker)
3) Rehardasi mental
4) Kehilangan bagian tubuh
5) Sudden infant death syndrome (SIDS)
6) Kelainan mati, kematian janin, keguguran
7) Kemandirian.
8) Gangguan psikiatrik
3. Gangguan Citra Tubuh
a. Definisi :
Perubahan persepsi tentang penampilan, struktur dan fungsi fisik individu.
b. Penyebab :
1) Perubahan struktur/ bentuk tubuh (Mis, amputasi, trauma, luka bakar
obesitas, jerawat)
2) Perubahan fungsi tubuh (mis, proses penyakit, kehamilan)
3) Perubahan fungsi kognitif
4) Ketidaksesuaian budaya, keyakinan atau sistem nilai
5) Transisi perkembangan
6) Gangguan psikososial
7) Efek tindakan/pengobatan (mis, pembedahan, kemoterapi, terapi
radiasi)
c. Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif :
1) Mengungkapkan kecacatan/ kehilangan bagian tubuh
Objektif :
1) Kehilangan bagian tubuh
2) Fungsi/struktur tubuh berubah/ hilang
d. Gejala dan Tanda Minor
Subjektif :
1) Tidak mau mengungkapkan kecacatan/kehilangan bagian tubuh
2) Mengungkapkan perasaan negative tentang perubahan tubuh
3) Mengungkapkan kekhawatiran pada penolakan/ reaksi orang lain.
4) Mengungkapkan perubahan gaya hidup
Objektif :
1) Menyembunyikan/ menunjukkan bagian tubuh secara berlebihan.
2) Menghindari melihat dan /atau menyentuh bagian tubuh
3) Fokus berlebiha pada perubahan tubuh
4) Respon nonverbal pada perubahan dan persepsi tubuh
5) Focus pada penampilan dan kekuatan masa lalu
6) Hubungan social berubah.
e. Kondisi klinis terkait :
1) Mastektomi
2) Amputasi
3) Jerawat
4) Panu atau luka bakar yang terlihat
5) Obesitas
6) Hiperpigmenntasi pada kehamilan
7) Gangguan psikiatik
8) Program terapi neoplasma
9) Alopecia cheminally induced

H. Intervensi keperawatan
1. Ansietas
Intervensi : Reduksi dusietas
a. Tujuan
Tingkat Ansietas Menurun dengan kriteria Hasil :
a) Verbalisasi kebingunan menurun (5)
b) Verbalisasi khawatir menurun (5)
c) Kondisi yang dihadapi menurun (5)
d) Perilaku gelisah menurun (5)
e) Perilaku tegang menurun (5)
b. Tindakan :
1) Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis, kondisi, waktu, stresor)
2) Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
3) Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan nonverbal)
4) Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
5) Dengarkan dengan penuh perhatian
6) Informasikan secara tactual mengenai diagnosis, pengobatan, progresis
7) Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
2. Distress spiritual
Intevensi : Dukungan spiritual
a. Tujuan
Status spiritual membaik dengan kriteria hasil:
a) Verbalisasi makna dan tujuan hidup membaik (5)
b) Verbalisasi kepuasan terhadap makhluk hidup membaik (5)
c) Verbalisasi perasaan tenang membaik (5)
d) Verbalisasi penerimaan membaik (5)
e) Verbalisasi percaya pada orang lain (5)
a. Tindakan :
1) Identifikasi perasaan khawatir, kesiapan, dan ketidakberdayaan
2) Identifikasi pandangan tentang hubungan antara spiritual dan kesehatan.
3) Identifikasi harapan dan kekuatan pasien.
4) Identifikasi ketaatan dalam beragama
5) Berika kesempatan mengekspresikan perasaan tentang penyakit dan
kematian
6) Berikan kesempatan mengekspresikan dan meredkn marah secara tepat.
7) Fasilitasi menggunakan kegiatan ibadah
8) Anjurkan berinteraksi dengan keluarga, teman, dan/atau orang lain

3. Gangguan Citra tubuh


Intervensi Promosi dan citra tubuh
a. Tujuan
Citra tubuh meningkat dengan kriteria
a) Melihat bagian tubuh meningkat (5)
b) Menyentuh bagian tubuh meningkat (5)
c) Verbalisasi kecacatan bagian tubuh meningkat (5)
d) Verbalisasi kehilangan bagian tubuh meningkat (5)
b. Definisi :
Meningkatkan perbaikan perubahan persepsi terhadap fisik pasien.
c. Tindakan :
1) Identifikasi harapan citra tubuh berdasarkan tahap perkembangan
2) Identifikasi budaya, agama, jenis kelamin, dan umur terkait citra tubuh
3) Identifikasi perubahan citra tubuh yang mengakibatkan isolasi social
4) Monitor frekuensi pernyataan kritik terhadap diri sendiri.
5) Monitor apakah pasien bisa melihat bagian tubuh yang berubah.
6) Diskusi perubahan tubuh dan fungsinya.
7) Jelaskan kepada keluarga tentang perawatan perubahan citra tubuh
DAFTAR PUSTAKA

Tarwoto dan Wartonah. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta Selatan:
Salemba Medika

Elang Mohamad Atoilah dan Engkus kusnadi. (2013). Kebutuhan Dasar Manusia. Garut : IN MEDIA

Hidayat A.A.A dan Uliyah, M. (2015). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Buku 2 Edisi 2. Jakarta :
salemba Medika.

Potter dan Perry. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : ESC.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan tindakan keperawatan Edisi 1.
Jakarta : DPP PPNI

PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1.
Jakarta : DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai