Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN PSIKOSOSIAL

I. Konsep Kebutuhan Psikososial

I.1. Definisi Kebutuhan Psikososial

Konsep diri (self-concept) merupakan bagian dari masalah kebutuhan

psikososial yang tidak didapat sejak lahir, akan tetapi dapat dipelajari

sebagai hasil dari pengalaman seseorang terhadap dirinya. Konsep diri ini

berkembang secara bertahap sesuai dengan tahap perkembangan psikososial

seseorang.

Secara umum, konsep diri adalah semua tanda, kenyakinan, dan pendirian

yang merupakan suatu pengetahuan individu tentang dirinya yang dapat

mempengaruhi hubungnya dengan orang lain, termasuk karakter,

kemampuan, nilai, ide, dan tujuan.

Komponen konsep diri

Gambaran (citra) diri

Gambaran atau citra diri (Body image) mencangkup sikap individu

terhadap tubuhnya sendiri, termasuk penampilan fisik, struktur, dan

fungsinya. Perasaan mengenai citra diri meliputi hal-hal yang terkait dengan

seksualitas, pemininitas dan maskulinitas, keremajaan, kesehatan, dan

kekuatan. Citra mental tersebut tidak selalu konsisten dengan struktur atau

penampilan fisik yang sesungguhnya. Beberapa kelainan citra diri memiliki

akar fisiologi yang dalam, misalnya kelainan pola makan seperti anoreksia.

Citra diri dipengaruhi oleh perumbuhan kognitif dan perkembangan fisik

perubahan perkembangan yang seperti pubertas dan penuaan yang terlihat


sangat jelas terhadap citra diri dibandingkan dengan aspek-aspek konsep

lainny.

Selain itu, citra diri juga dipengaruhi oleh nilai sosial budaya. Budaya

dan masyarakat menentukan norma-norma yang diterima luas yang

mengenai citra diri yang dapat mempengaruhi sikap seseorang, misalnya

berat tubuh yang ideal, warna kulit, tindik tubuh, serta tato, dan sebagainya.

Harga diri

Harga diri (self-esteem) adalah penilaian individu tentang dirinya dengan

menganalisis kesesuaian antara perilaku dan ideal diri yang lain. Harga diri

dapat diperoleh melalui penghargaan dari diri sendiri maupun dari orang

lain. Perkembangan harga diri juga ditentukan oleh perasaan diterima,

dicintai, dihormati oleh orang lain, serta keberhasilan yang pernah dicapai

individu dalam hidupnya.

Peran

Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan masyarakat yang

sesuai dengan fungsi yang ada dalam masyarakat atas suatu pola sikap,

perilaku, nilai, dan tujuan yang diharpkan dari seseorang berdasarkan

posisinya dimasyarakat, misalnya sebagai orang tua, atasan, teman dekat,

dan sebagainya. Setiap peran yang berhubungan dengan pemenuhan

harapan-hapan tertentu. Apabila harapan tersebut dapat terpenuhi, rasa

percaya diri seseorang akan meningkat. Sebaliknya, kegagalan untuk

memenuhi harapan atas peran dapat menyebabkan penurunan harga diri atau

tergantungnya konsep diri seseorang.

Identitas diri
Identitas diri adalah penilaian individu tentang dirinya sebagai suatu

kesatuan yang utuh. Identitas mencangkup konsistensi seseorang sepanjang

waktu dan dalam berbagai keadaan serta menyerahkan perbedaan atau ke

unikan dibandingkan dengan orang lain. Indentitas sering kali di dapat

melalui pengamatan sendiri dan dari apa yang dengar seseorang dari orang

lain mengenai mengenai dirinya.

Pembentukan identitas sangat diperlukan demi hubungan yang intim

karena identitas seseorang dinyatakan dalam hubungannya dalam orang lain.

Seksualitas merupakan bagian dari identatas. Identitas seksual merupakan

konseptualitas seseorang atas dirinya sebagai pria atau wanita dan

mencangkup orientasi seksual.

Tahap perkembangan konsep diri

Menurut teori psikososial, perkembangan konsep diri dapat dibagui ke

dalam beberapa tahap, yaitu:

1.1 tahun

 menumbuhkan rasa percaya dari konsistensi dalam interaksi

pengasuhan dan pemeliharaan yang dilakukan oleh orang tua atau

orang lain.

 Membedakan dirinya dari lingkungan

3-3 tahun

 Mulai menyatakan apa yang disukai dan yang tidak disukai.

 Meningkatnya kemandirian dalam berpikir dan bertindak.

 Menghargai penampilan dan fungsi tubuh.


 Mengembangkan diri dengan mencontoh orang yang dikagumi,

meniru, dan bersosialisasi

3-6 tahun

 Memiliki inisiatif

 Mengenali jenis kelamin

 Meningkatnya kesadaran diri

 Meningkatnya keterampilan berbahasa, termasuk pengenalan akan

perasaan seperti senang, kecewa dan sebagainya.

 Sesintif terhadap umpan balik dari keluarga

6-12 tahun

 Menggabungkan umpan balik dari teman sebaya dan guru, keluarga

tidak lagi dominan.

 Meningkatnya harga diri dengan penguasaan keterampilan baru

(misalnya membaca, matematika, olahraga, musik)

 Menguatnya identitasnya seksual.

 Menyadari kekuatan dan kelemahan

12-20 tahun

 Menerima perubahan tubuh atau kebiasaan.

 Belajar tentang sikap, nilai dan keyakinan menentukan tujuan masa

depan.

 Merasa positif atas perkembangan konsep diri.

 Berinteraksi dengan orang-orang yang menurutnya yang menarik

secara seksual atau intelektual


20-40 tahun

 Memiliki hubungan yang intim dengan keluarga dan orang-orang

lain

 Memiliki perasaan yang stabil dan positif mengenali diri

 Mengalami keberhasilan transisi peran dan meningkatnya tanggung

jawab.

40-60 tahun

 Dapat menerima perubahan penampilan dan ketahanan fisik.

 Mengevaluasi ulang tujuan hidup.

 Merasa nyaman dengan proses penuaan

Diatas 60 tahun

 Merasa positif mengenai hidup dan makna kehidupan

 Berkeinginan untuk meninggalkan warisan bagi generasi berikutnya.

1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri

a. Lingkungan

Lingkungan yang dimaksud di sini adalah lingkkungan fisik dan

lingkungan fsikologis. Lingkungan fisik adalah segala sarana yang dapat

menunjang perkembangan konsep diri, sedangkan lingkungan psikologis

adalah segala lingkungan yang dapat menunjang kenyamanan dan

perbaikan psikologis yang dapat mempengaruhi perkembangan konsep

diri.
b. Pengalaman masa lalu

Adanya umpan balik dari orang-orang penting, situasi stresor

sebelumnya, penghargaan diri dan pengalaman sukses atau gagal

sebelumnya, pengalaman penting dalam hidup, atau faktor yang

berkaitan dengan masalah stresor, usia, sakit yang diderita, atau trauma,

semuanya dapat mempengaruhi perkembangan konsep diri..

c. Tingkat tumbuh kembang

Adanya dukungan mental yang cukup akan membentuk konsep diri yang

cukup baik. Sebaliknya, kegagalan selama masa tumbuh kembang akan

membentuk konsep diri yang kurang memadai.

1.3 Macam-macam gangguan yang terjadi pada sistem psikosial

Masalah-masalah psikososial menurut (Nanda, 2012) yaitu :

a. Berduka

b. Keputusasaan

c. Ansietas

d. Ketidakberdayaan

e. Risiko penyimpangan perilaku sehat

f. Gangguan citra tubuh

g. Koping tidak efektif

h. Koping keluarga tidak efektif

i. Sindroma post trauma

j. Penampilan peran tidak efektif

k. HDR
II. Rencana asuhan klien dengan gangguan kebutuhan Psikososial

2.1 Pengkajian

Pengkajian terhadap masalah konsep diri adalah presepsi atau pola konsep

diri, pola berhubungan atau peran, pola reproduksi, koping terdahap stres,

serta adanya nilai kenyakinan dan tanda-tanda ke arah perubahan fisik,

seperti kecemasan, ketakutan, rasa marah, rasa bersalah, dan lain-lain.

2.2 Diagnosa

1. Ansietas

2.2.1 Definisi

Ansietas berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya.

Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Kondisi dialami

secara subjektif dan dikomunikasikan dalam hubungan interpersonal.

Ansietas berbeda dengan rasa takut, yang merupakan penilaian

intelektual terhadap sesuatu yang berbahaya.

Anxietas adalah perasaan was-was, kuatir, atau tidak nyaman seakan-

akan terjadi sesuatu yang dirasakan sebagai ancaman. (Budi Anna

Keliat. 2011)

2.2.2 Batasan karakteristik

Perilaku

 Penurunan produktivitas

 Mengekspresikan kekhawatiran akibat perubahan dalam peristiwa

hidup 

 Gerakan yang tidak relevan


 Gelisah

 Memandang sekilas

 Insomnia

 Kontak mata buruk

 Resah

 Menyelidik dan tidak waspada

Afektif

 Gelisah

 Kesedihan yang mendalam

 Distress

 Ketakutan

 Perasaan tidak adekuat 

 Fokus pada diri sendiri

 Peningkatan kekhawatiran

 Iritabilitas

 Gugup

 Gembira berlebihan

 Nyeri dan peningkatan ketidakberdayaan yang persisten

 Marah

 Menyesal

 Perasaan takut

 Ketidakpastian

 Khawatir
Fisiologis

 Wajah tegang

 Peningkatan keringat

 Peningkatan keteganbgan 

 Terguncang

 Gemetar/tremor

 Suara bergetar

Parasimpatis

 Nyeri abdomen

 Penurunan TD, nadi

 Diare

 Pingsan

 Keletihan 

 Mual

 Gangguan tidur

 Kesemutan pada ekstremitas

 Sering berkemih

Simpatis

 Anoreksia

 Mulut kering

 Wajah kemerahan

 Jantung berdebar-debar
 Peningkatan TD, nadi, reflek, pernapasan

 Dilatasi pupil

 Kesulitan bernapas

 Kedutan otot

 Kelemahan

Kognitif

 Kesadaran terhadap gejala-gejala fisiologis

 Bloking fikiran 

 Konfusi

 Penurunan lapang pandang

 Kesulitan untuk berkonsentrasi

 Keterbatasan kemampuan untuk menyelesaikan masalah

 Keterbatasan kemampuan untuk belajar

 Takut terhadap konsekuensi yang tidak spesifik

 Mudah lupa

 Gangguan perhatian

 Melamun

 Kecenderungan untuk menyalahkan ornag lain

2.2.3 Faktor yang berhubungan

a. Faktor predisposisi

1. dalam pandangan psikoanalitik, kecemasan adalah konflik emosional

yang terjadi antara dua elemen kepribadian id dan superego. Id mewakili


dorongan insting dan implus primitip seseorang sedangkan superego

mencerminkan hati nurani seseorang. Ego berfungsi menengahi tuntutan

dari dua elemen yang bertentangan dan fungsi kecemasan adalah

meningkatkan ego bahwa ada bahaya.

2. menurut pandangan interpersonal, kecemasan timbul karena rasa takut

tidak ada penerimaan dan penolakan interpersonal. Kecemasan juga

berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan

kehilangan yang menimbulkan kelemahan fisik.

3. menurut pandangan prilaku, kecemasan merupakan produk frustasi

yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk

mencapai tujuan yang diinginkan.

4. kajian keluarga, menunjukan bahwa gangguan ansietas merupakan hal

yang biasa ditemui dalam satu keluarga. Ada tumpang tindih dalam

gangguan kecemasan antara gangguan cemas dan depresi.

5. kajian biologi menunjukan bahwa otak mengandung reseptor khusus

untuk benzodiazepine. Reseptor ini mungkin membantu mengatur

ansietas penghambat sama aminobutirik-gama neuroregulator (GABA).

b. faktor presipitasi

stresor pencetus dapat dikelompokan dalam dua kategori yaitu:

1. Ancaman terhadap integritas seseorang, meliputi ketidakmampuan

fsiologis yang akan datang atau menurunya kapasitas untuk

melakukan aktifitas hidup sehari-hari.


2. Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan

indentittas harga diri dan fungsi sosial yang terintegrasi pada

seseorang.

2. Harga diri rendah

2.2.5. Definisi

Harga diri rendah merupakan perasaan negatif terhadap diri sendiri

termasuk kehilangan rasa percaya diri, tidak berharga, tidak berguna,

tidak berdaya, pesimis, tidak ada harapan dan putus asa.

2.2.6 Faktor yang berhubungan

a. faktor predisposisi

ada beberapa faktor predisposisi yang meneyebabkan harga diri rendah

yaitu:

1. Perkembangan individu yang meliputi:

a) Adanya penolakan dari orang tua sehingga anak merasa tidak

dicintai kemudian damfaknya anak gagal mencintai dirinya dan

akan gagal pula untuk mencintai orang lain.

b) Kurangnya pujian dan kurangnya pengakuan dari orang tuanya

atau orang tua yang penting atau dekat dengan individu yang

bersangkutan.

c) Sikap orang tua overprotekting, anak merasa tidak berguna, orang

tua atau orang terdekat sering mengkritik serta merevidasikan

individu.

d) Anak menjadi frustasi, putus asa merasa tidak berguna dan

merasa rendah harga diri.


2. Ideal diri

a) Individu selalu dituntut untuk berhasil

b) Tidak mempunyai untuk gagal dan berbuat salah

c) Anak dapat menghakimi dirinya sendiri dan hilang rasa percaya diri

b. faktor presipitasi

1. gangguan fisik dan mental salah satu anggota keluarga sehingga

keluarga merasa malu dan rendah diri.

2. pengalaman traumatik berulang seperti penganiaian seksual

fsikologis atau menyaksikan kejadian yang mnegancam kehidupan,

aniaia fisik, kecelakan, bencana alam, dan perampokan.

c. perilaku

1. Dalam melakukan pengkajian perawat dapat memulai dengan

mengobservasi dengan penampilan klien misalnya kebersihan,

dandanan, pakaian, kemudian perawat mendiskusikanya dengan

klien untuk mendapatkan pandangan klien tentang gambaran dirinya.

2. Perilaku berhubungan dengan harga diri rendah. Harga diri yang

rendah merupakan masalah bagi banyak orang dan di ekspresikan

melalui tingkat kecemasan yang sedang-berat umumnya disertai oleh

evaluasi diri yang negatif membenci diri sendiri dan menolak diri

sendiri

2.3 Perancanan dan tindakan keperawatan

1. Ansietas

2.3.1. Tujuan umum tindakan keperawatan untuk pasien

ansietas:
1. Pasien mampu mengenal ansietas

2. Pasien mampu mengatasi ansietas melalui teknik relaksasi

3. Pasien mampu memeragakan dan menggunakan tehnik-tehnik

untuk mengatasi ansietas

2.3.2. Tujuan khusus tindakan keperawatan untuk pasien

ansietas:

1. Pasien dapat membina hubungan saling percaya

1.1. Ucapkan salam terapeutik

1.2. Perkenalkan diri panggil nama pasien sesuai dengan

nama panggilan yang disukai

1.3. Jelaskan tujuan interaksi

1.4. Buat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu.

2. Pasien dapat menegnal ansietasnya

2.1. Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan

perasaanya

2.2. Bantu pasien menjelaskan situasi yang menimbulkan

ansietas

2.3. Bantu pasien untuk mengenal penyebab ansietas

2.4. Bantu pasien menyadari perilaku ansietas

3. Pasien dapat melakukan tehnik-tehnik untuk meningkatkan

kontrol dan percaya diri:

3.1. Latihan relaksasi tarik napas dalam

3.2. Pengalihan situasi

3.3. Latihan hipnotis diri sendiri (lima jari)


3.4. Kegiatan spiritual

3.5. Motivasi pasien untuk melakukan tehnik-tehnik untuk

mengatasi ansietas.

2. Harga diri rendah

2.3.3. Tujuan umum tindakan keperawatan untuk pasien

ansietas:

Klien memiliki konsep diri yang positif

2.3.4. Tujuan khusus tindakan keperawatan untuk pasien

ansietas:

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan

perawat

2. Klien dapat mengdentifikasi aspek positif dan kemampuan

yang dimiliki

3. Klien dapat menilai kemampuan yang dimiliki untuk

dilaksanakan

4.   Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan

kemampuan yang dimiliki

5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai rencana yang dibuat.

6.  Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada

2.3.5. Kriteria hasil

1. Klien menunjukan ekspresi wajah bersahabat,

menunjukan rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat

tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam,


klien mau duduk berdampingan dengan perawat, mau

mengutarakan masalah yang dihadapi

2. Klien menyebutkan:

 Aspek positif dan kemampuan yang dimiliki

klien

 Aspek positif keluarga

 Aspek positif lingkungan klien

3.  Klien mampu menyebutkan  kemampuan yang dapat

dilaksanakan.

4.  Klien mampu membuat rencana kegiatan harian

5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai jadwal yang

dibuat.

6. Klien mampu memanfaatkan sistem pendukung yang

ada dikeluarga

D. Evaluasi keperawatan

Evaluasi terhadap masalah konsep diri secara umum dapat dinilai dari

kemampuan untuk menerima diri, menghargai diri, melakukan peran yang

sesuai, dan mampu menunjukan identitas diri.


Daftar Pustaka

Hidayat, A. A. A. 2006. Pengantar kebutuhan dasar manusia: aplikasi

konsep dan proses keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Huda. A. N., & Hardhi K. (2015). Asuhan keperawatan berdasarkan

diagnosa medis & NANDA. Jogjakarta: MediAction.

Anda mungkin juga menyukai