Anda di halaman 1dari 13

PENGANTAR PSIKOLOGI

KONSEP DIRI DAN PENYESUAIAN DIRI

Disusun Oleh:
CENDIKIA DWI FITRIA : 1201154287 DARA AYUDYASARI FITRI WULANDARI : 1201134519 : 1201112397

QUEENTHA VACLIUCA : 1201120025 YUNI MAYA SARI : 1201135053

PRODI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS RIAU 2012

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... 1 A. DIRI .............................................................................................................................. 2 B. KONSEP DIRI ............................................................................................................ 2 a. Definisi Konsep Diri ..................................................................................................... 2 b. Perkembangan Konsep Diri .......................................................................................... 3 c. Komponen Konsep Diri ................................................................................................ 5 d. Jenis-Jenis Konsep Diri ................................................................................................. 6 C. PENYESUAIAN DIRI ................................................................................................ 8 a. Pengertian Penyesuaian Diri ......................................................................................... 8 b. Aspek-Aspek Penyesuaian Diri ..................................................................................... 9 c. Karakteristik Penyesuaian Diri ..................................................................................... 9 d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Penyesuaian Diri ....................................... 10 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 12

KONSEP DIRI DAN PENYESUAIAN DIRI


A. DIRI (SELF) Dalam buku Principles of Psychology, William james, dalam sarwono, 1997), mengartikan Self sebagai segala sesuatu yang dapat dikatakan orang tentang dirinya sendiri, bukan hanya tentang tubuh, dan keadaan psikisnya, melainkan juga tentang anak-istri, rumah, pekerjaan, nenek moyang, teman-teman, milik, dan uangnya. Kalau semua bagus ia merasa senang, kalau ada yang kurang baik ia akan menjadi sedih dan bahkan menjadi kecewa dan putus asa. Diri meliputi juga tentang kesadaran diri dan pengungkapan diri Menurut Calhoun dan Acocella, diri adalah a hypothetical contruct referring to the complex set of physical, behavioral, and psychological processes characteristic of the individual. Jadi, diri ialah suatu susunan konsep hipotetis yang merujuk pada perangkat kompleks dari karakteristik proses fisik, perilaku, dan kejiwaan dari seseorang.

B. KONSEP DIRI a. Definisi Konsep Diri

Menurut para ahli : Seifert dan Hoffnung (1994), misalnya, mendefinisikan konsep diri sebagai suatu pemahaman mengenai diri atau ide tentang konsep diri.. Santrock (1996) menggunakan istilah konsep diri mengacu pada evaluasi bidang tertentu dari konsep diri. Atwater (1987) menyebutkan bahwa konsep diri adalah keseluruhan gambaran diri, yang meliputi persepsi seseorang tentang tentang diri, perasaan, keyakinan, dan nilai-nilai yang berhubungan dengan dirinya. Menurut Burns (1982), konsep diri adalah hubungan antara sikap dan keyakinan tentang diri kita sendiri. Sedangkan Pemily (dalam Atwater, 1984), mendefisikan konsep diri sebagai sistem yang dinamis dan kompleks diri keyakinan yang dimiliki seseorang tentang dirinya, termasuk sikap, perasaan, persepsi, nilai-nilai dan tingkah laku yang unik dari individu tersebut. Cawagas (1983) menjelaskan bahwa konsep diri mencakup seluruh pandangan individu akan dimensi fisiknya, karakteristik pribadinya, motivasinya, kelemahannya, kelebihannya atau kecakapannya, kegagalannya, dan sebagainya.

Stuart dan Sudeen (1998), konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa konsep diri adalah cara seseorang untuk melihat dirinya secara utuh dengan semua ide, pikiran, kepercayaan, dan pendirian yang diketahui individu dalam berhubungan dengan orang lain.

b. Perkembangan Konsep Diri Konsep diri belum ada sejak bayi dilahirkan, tetapi berkembang secara bertahap, saat bayi dapat membedakan dirinya dengan orang lain, mempunyai nama sendiri, pakaian sendiri. Anak mulai dapat mempelajari dirinya, yang mana kaki, tangan, mata dan sebagainya serta kemampuan berbahasa akan memperlancar proses tumbuh-kembang anak. Pengalaman dalam keluarga merupakan dasar pembentukan konsep diri karena keluarga dapat memberikan perasaan maupun tidak mampu, perasaan di terimah atau ditolak dan dalam keluarga individu mempunyai kesempatan untuk mengidentifikasikan dan meniru perilaku orang lain yang diinginkan serta merupakan pendorong yang kuat agar individu mencapai tujuan yang sesuai atau penghargaan yang pantas. Dengan demikian jelas bahwa kebudayaan dan sosialisasi mempengaruhi konsep diri dan perkembangan kepribadiaan seseorang. Adapun Tahap Perkembangan Konsep Diri: Menurut teori psikososial, perkembangan konsep diri dapat dibagi kedalam beberapa tahap, yaitu : 0 1 tahun mulai utk mempercayai membedakan diri dr lingkungan 1 3 tahun mempunyai kontrol thd bbrp bahasa mulai menjadi otonom dlm pikiran dan tindakan menyukai tubuhnya menyukai dirinya 3 6 tahun mengambil inisiatif mengidentifikasi gender 3

meningkatkan kewaspadaan diri keterampilan berbahasa meningkat 6 12 tahun dapat mengatur diri sendiri berinteraksi dgn teman sabaya harga diri meningkat dgn keterampilan baru menyadari kekuatan dan keterbatasan 12 20 tahun menerima perubahan tubuh menggali tujuan utk masa depan merasakan positif ttg diri berinteraksi dgn org yg mereka anggap menarik secara seksual Pertengahan 20 thn-an petengahan 40 thn-an Mempunyai hub. Intim dgn keluarga dan teman dekat

Mempunyai perasaan stabil, positif ttg diri

Akhir usia 60 thn-an Merasa positif ttg kehidupan dan maknanya tertarik dlm memberikan legalitas bagi generasi berikutnya

c. 1)

Komponen Konsep Diri Citra Diri Gambaran atau citra diri (body image) mencangkup sikap individu terhadap tubuhnya

sendiri, termasuk penampilan fisik, struktur, dan fungsinya. Perasaan mengenai citra diri meliputi hal-hal yang terkait dengan seksualitas,femininitas dan maskualinitas, keremajaan, kesehatan dan kekuatan. Citra mental tersebut tidak selalu konsisten dengan struktur atau penampilan fisik yang sesunggunya. Beberapa kelainan citra diri memeliki akar psikolog yang dalam, misalnya kelainan pola makan seperti anoreksia. Citra diri mempengaruhi oleh pertumbuhan kognitif dan perkembangan fisik. Perubahan perkembangan yang normal seperti pubertas dan penuaan terlihat lebih jelas terhadap citra diri dibandingkan dengan aspek-aspek konsep diri lainnya. Selain citra diri juga dipengaruhi oleh nilai sosial budaya. Budaya dan masyarakat menentukan norma-norma yang diterima luas mengenai citra diri dan dapat 4

memengaruhi sikap seseorang, misalnya berat tubuh yang ideal, warna kulit, tindik tubuh serta tato, dan sebagainya. 2) Harga Diri Harga diri (self-esteem) adalah penilaian individu tentang dirinya dengan menganalisis kesesuaian antara perilaku dan ideal diri yang lain. Harga diri dapat diperoleh melalui penghargaan dari diri sendiri maupun dari orang lain. Perkembangan harga diri juga ditentukan oleh perasaan diterima,dicintai, dihormati oleh orang lain, serta keberhasilan yang pernah dicapai individu dalam hidupnya. 3) Peran Peran adalah serangkaian perilau yang diharapkan oleh masyarakat yang sesuai dengan fungsi yang ada dalam masyarakat atau suatu pola sikap, perilaku, nilai, dan tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya dimasyarakat, misalnya sebagai orang tua, atasan, teman dekat dan sebagainya. Setiap peran berhubungan dengan pemenuhan harapanharapan tertentu. Apabila harapan tersebut dapat dipenuhi, rasa percaya diri seseorang akan meningkat. Sebaliknya, kegagalan untuk memenuhi harapan atas peran dapat menyebabkan penurunan harga diri atau terganggunya konsep diri seseorang. 4) Identitas Diri Identitas diri adalah penilaian individu tentang dirinya sendiri suatu kesatuan yang utuh. Identitas mencangkup konsistensi seorang sepanjang waktu dan dalam berbagai keadaan serta menyiratkan perbedaan dan keunikan dibandingkan dengan orang lain. Identitas sering kali didapat melalui pengamatan sendiri dan dari apa yang didengar seorang dari orang lain mengenai dirinya. Pembentukan identitas sangat diperlukan demi hubungan yang intim karena identitas seseorang dinyatakan dalam hubungannya dengan orang lain. Seksualitas merupakan bagian dari identitas. Identitas seksual merupakan konseptualitas seseorang atas dirinya sebagai pria atau wanita dan mencangkup orlentasi seksual. 5) Ideal Diri Ideal diri adalah persepsi individu tentang perilakunya, disesuaikan dengan standar pribadi yang terkait dengan cita-cita, harapan, dan keinginan, tipe orang yang diidamidamkan, dan nilai yang ingin dicapai. Pekembangan awal ideal diri ini terjadi pada masa kanak-kanak.

d. Jenis-Jenis Konsep Diri Dalam perkembangannya konsep diri terbagi menjadi dua, yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif. 1) Konsep Diri Positif Konsep diri positif menunjukkan bahwa adanya penerimaaan diri dimana individu dengan konsep diri positif mengenal dirinya dengan baik sekali. Konsep diri yang positif bersifat stabil dan bervarisi. Individu yang memiliki konsep diri positif yang dapat memahami dan menerima sejumlah fakta yang sangat bermacam-macam tentang dirinya sendiri sehingga evaluasi terhadap dirinya sendiri menjadi positif dan dapat menerima dirinya apa adanya. Individu yang memiliki konsep diri positif akan merancang tujuan-tujuan yang sesuai dengan relatif, yaitu dengan yang memiliki kemungkinan besar untuk dapat dicapai, mampu menghadapi kehidupan didepannya serta menganggap bahwa hidup adalah suatu proses penemuan. Tanda-tanda individu yang memiliki konsep diri yang positif adalah : 1. Yakin akan kemampuan dalam mengatasi masalah. Orang ini mempunyai rasa percaya diri sehingga merasa mampu dan yakin untuk mengatasi masalah yang dihadapi, tidak lari dari masalah, dan percaya bahwa setiap masalah pasti ada jalan keluarnya. 2. Merasa setara dengan orang lain. Ia selalu merendah diri, tidak sombong, mencela atau meremehkan siapapun, selalu menghargai orang lain. 3. Menerima pujian tanpa rasa malu. Ia menerima pujian tanpa rasa malu tanpa menghilangkan rasa merendah diri, jadi meskipun ia menerima pujian ia tidak membanggakan dirinya apalagi meremehkan orang lain. 4. Menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan dan keinginan serta perilaku yang tidak seharusnya disetujui oleh masyarakat. Ia peka terhadap perasaan orang lain sehingga akan menghargai perasaan orang lain meskipun kadang tidak di setujui oleh masyarakat. 5. Mampu memperbaiki karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian tidak disenangi dan berusaha mengubahnya. Ia mampu untuk mengintrospeksi dirinya sendiri sebelum menginstrospeksi orang lain, dan mampu untuk mengubahnya menjadi lebih baik agar diterima di lingkungannya.

Dasar konsep diri positif adalah penerimaan diri. Kualitas ini lebih mengarah kekerendahan hati dan kekedermawanan dari pada keangkuhan dan keegoisan. Orang yang mengenal dirinya dengan baik merupakan orang yang mempunyai konsep diri yang positif.

2) Konsep Diri Negatif Calhoun dan Acocella (1990) membagi konsep diri negatif menjadi dua tipe, yaitu: a. Pandangan individu tentang dirinya sendiri benar-benar tidak teratur, tidak perasaan, kestabilan dan keutuhan diri. Individu tersebut benar-benar tidak tahu siapa dirinya, kekuatan dan kelemahannya atau yang dihargai dalam kehidupannya. b. Pandangan tentang dirinya sendiri terlalu stabil dan teratur. Hal ini bisaterjadi karena individu dididik dengan cara yang sangat keras, sehingga menciptakan citra diri yang tidak mengizinkan adanya penyimpangan dari seperangkat hukum yang dalam pikirannya merupakan cara hidup yang tepat. Tanda-Tanda individu yang memiliki konsep diri negatif adalah : 1. Peka terhadap kritik. Orang ini sangat tidak tahan kritik yang diterimanya dan mudah marah atau naik pitam, hal ini berarti dilihat dari faktor yang mempengaruhi dari individu tersebut belum dapat mengendalikan emosinya, sehingga kritikan dianggap sebagi hal yang salah. Bagi orang seperti ini koreksi sering dipersepsi sebagai usaha untuk menjatuhkan harga dirinya. Dalam berkomunikasi orang yang memiliki konsep diri negatif cenderung menghindari dialog yang terbuka, dan bersikeras mempertahankan pendapatnya dengan berbagai logika yang keliru. 2. Responsif sekali terhadap pujian. Walaupun ia mungkin berpura-pura menghindari pujian, ia tidak dapat menyembunyikan antusiasmenya pada waktu menerima pujian. Buat orang seperti ini, segala macam embel-embel yang menjunjung harga dirinya menjadi pusat perhatian. Bersamaan dengan kesenangannya terhadap pujian, merekapun hiperkritis terhadap orang lain. 3. Cenderung bersikap hiperkritis. Ia selalu mengeluh, mencela atau meremehkan apapun dan siapapun. Mereka tidak pandai dan tidak sanggup mengungkapkan penghargaan atau pengakuan pada kelebihan orang lain. 4. Cenderung merasa tidak disenangi oleh orang lain. Ia merasa tidak diperhatikan, karena itulah ia bereaksi pada orang lain sebagai musuh, sehingga tidak dapat melahirkan kehangatan dan keakraban persahabatan, berarti individu tersebut merasa rendah diri atau 7

bahkan berperilaku yang tidak disenangi, misalkan membenci, mencela atau bahkan yang melibatkan fisik yaitu mengajak berkelahi (bermusuhan). 5. Bersikap psimis terhadap kompetisi. Hal ini terungkap dalam keengganannya untuk bersaing dengan orang lain dalam membuat prestasi. Ia akan menganggap tidak akan berdaya melawan persaingan yang merugikan dirinya. Individu yang memiliki konsep diri negatif meyakini dan memandang bahwa dirinya lemah, tidak berdaya, tidak dapat berbuat apa-apa, tidak kompeten, gagal, malang, tidak menarik, tidak disukai dan kehilangan daya tarik terhadap hidup. Individu ini akan cenderung bersikap psimistik terhadap kehidupan dan kesempatan yang dihadapinya. Ia tidak melihat tantangan sebagai kesempatan, namun lebih sebagai halangan. Individu yang memiliki konsep diri negatif akan mudah menyerah sebelum berperang dan jika ia mengalami kegagalan akan menyalahkan diri sendiri maupun menyalahkan orang lain.

C. PENYESUAIAN DIRI a. Pengertian Penyesuaian Diri Penyesuaian diri adalah suatu proses alamiah dan dinamis yang bertujuan mengubah perilaku individu agar terjadi hubungan yang lebih sesuai dengan kondisi lingkingannya atau proses bagaimana individu mencapai keseimbangan diri dalam memenuhi kebutuhan sesuai dengan lingkungannya. penyesuian diri merupakan cara tertentu yang dilakukan individu untuk bereaksi terhadap tuntutan diri maupun tuntutan lingkungan. Penyesuaian diri adalah suatu proses yang melibatkan respon-respon mental dan perbuatan individu dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan, dan mengatasi ketegangan, frustasi dan konflik secara sukses serta menghasilkan hbungan yang harmonis antara kebutuhan dirinya dengan norma atau tuntutan lingkungan dimana dia hidup. b. Aspek-Aspek Penyesuaian Diri 1. Penyesuaian pribadi Penyesuaian pribadi adalah kemampuan seseorang untuk menerima diri demi tercapai hubungan yang harmonis antara dirinya dengan lingkungan sekitarnya. Ia menyatakan sepenuhnya siapa dirinya sebenarnya, apa kelebihan dan kekurangannya dalam mampu bertindak onjektif sesuai dengan kondisi dirinya tersebut. Keberhasilan penyesuaian pribadi ditandai oleh : 1) Tidak adanya rasa benci. 2) Tidak ada keinginan untuk lari dari kenyataan atau tidak percaya pada potensi dirinya. 8

Sebaliknya kegagalan penyesuaian pribadi ditandai oleh : 1) Kegoncangan emosi. 2) Kecemasan. 3) Ketidakpuasan dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya sebagai akibat adanya jarak pemisah anatara kemampuan individu dan tuntutan yang diharapkan oleh lingkungannya.

2.

Penyesuaian sosial Penyesuaian sosial terjadi dalam lingkup hubungan sosial di tempat individu itu hidup

dan berinterakasi dengan orang lain. Hubungan-hubungan sosial tersebut mencakup hungan dengan anggota keluarga, masyarakat, sekolah, teman sebaya, atau anggota masyarakat luas secara umum. Proses yang harus dilakukan individu dalam penyesuaian sosial adalah kemauan untuk mematuhi nilai dan norma sosial yang berlaku dalam masyarakat. Setiap kelompok masyarakat atau suku bangsa memiliki sistem nilai dan norma sosial yang berbeda-beda. Dalam proses penyesuaian sosial individu berkenalan dengan nilai dan norma sosial yang berbeda-beda lalu berusaha untuk mematuhinya, sehingga menjadi bagian dan membentuk kepribadiannya.

c.

Karakteristik Penyesuaian Diri

a) Penyesuaian diri yang sehat, antara lain : 1) Mampu menilai dirinya sebagaimana adanya 2) Mampu menilai situasi secara realistic 3) Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistik 4) Menerima tanggung jawab 5) Kemandirian 6) Dapat mengontrol emosi 7) Berorientasi tujuan 8) Berorientasi keluar 9) Penerimaan social 10) Memilki filsafat hidup 11) Berbahagia b) Penyesuain diri yang tidak sehat, antara lain: 1) Mudah marah 9

2) Menunjukkan kekhawatiran dan kecemasan 3) Sering merasa tertekan (stress atau depresi) 4) Bersikap kejam atau senang menggangu orang lain yang usianya lebih muda 5) Ketidakmampuan untuk menghindar dari perilaku menyimpang meskipun sudah diperingati atau dihukum 6) Mempunyai kebiasaan berbohong 7) Hiperaktif 8) Bersikap memusuhi semua bentuk otoritas 9) Senang mengkritik atau mencemooh orang lain 10) Kurang memiliki rasa tanggung jawab 11) Kurang memiliki kesadaran untuk menaati ajaran agama 12) Bersifat pesimis dalam menghadapi kehidupan 13) Kurang bergairah (bermuram durja) dalam menghadapi kehidupan.

d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Penyesuaian Diri Individu dalam memberikan penilaian tentang baik buruknya penyesuaian, hendaknya juga perlu memperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penilaian individu tentang hal tersebut. Hal ini penting untuk diketahui agar individu dapat mengurangi salah penafsiran dalam memahami penyesuaian seseorang. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri itu sebagai resources. Resources di definisakan sebagai hal-hal yang dapat melindungi individu dari efek frustasi dan kehilangan, sehingga individu dapat mengatasi berbagai rintangan dalam hidupnya. Dengan demikian resources sangat dibutuhkan untuk proses penyesuaian diri yang baik. Resources tersebut adalah:

a) Kemampuan untuk mempertahankan hubungan yang baik dengan orang lain Dalam menjalin hubungan yang suportif terdapat hubungan erat yang sangat hangat, saling memberikan perhatian dan dukungan, serta perasaan-perasaan yang dapat di ekspresikan. b) Kondisi fisik yang sehat Secara umum kesehatan, tingkat energi dan kekuatan sangat berperan dalam mengatasi stress emosional dalam kehidupan, sehingga membantu dalam melakukan penyesuaian diri. Daya kesembuhan sangat berperan bagi individu dalam mengahadap persoalan dalam hidupnya hal ini juga termasuk tempramen seseorang. 10

c)

Intelegensi Kesuksesan psikoterapi berhubungan dengan persepsi superior, memori, analisi,

pemikiran, kepintaran dan kemampuan verbal individu. d) Hobi dan Minat-minat tertentu Suatu aktivitas kegemaran atau hobi yang benar-benar dinikimati pada saat melakukannya dapat berfungsi sebagai penahan dan penyegaran yang dapat meminimalkan dan membantu individu tersebut dalam mentolerir ketegangan dan kecemasan yang dirasakannya, serta dapat membantu dalam mempertahankan penyesuaian diri yang baik. e) Keyakinan religius Dengan tingkat religius yang tinggi akan menguatkan individu dalam menghadapi permasalahan dalam kehidupannya sehingga ia dapat melakukan penyesuaian diri dengan baik. f) Impian Cita-cita, tujuan hidup, ideologi, atau persepsi dan sikap mengenai dirinya sendiri dapat memotivasi individu untuk berusaha tersu-menerus dalam melakukan penyesuaian diri.

11

DAFTAR PUSTAKA
Haryanto. 2010. Jenis-Jenis Konsep Diri

. 2012. Makalah Konsep Diri http://knowledgescafe.blogspot.com/2012/01/makalah-konsep-diri.html Devina,Sarah. 2010. Penyesuaian Diri http://sarahdevina.wordpress.com/2010/06/04/penyesuaian-diri/ Fatimah, N. (2006). Psikologi perkembangan. Bandung : Pusaka Setia. Yusuf,S. (2004). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset Ali, M. & Asrori, M. (2005). Psikologi remaja perkembangan peserta didik. Jakarta : PT Bumi Aksara.

12

Anda mungkin juga menyukai